13
Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko lima kali lebih besar daripada faktor risiko pada wanita di kelas yang paling
tinggi. Imam Rasjidi, 2008
2.5 Patogenesis Lesi Prakanker dan Kanker Serviks
Kanker adalah penyakit dimana sel – sel ganas ”beranak – pinak” berupa
keturunan yang bersifat ganas pula. Sel – sel kanker ini berasal dari satu sel yang
kemudian membentuk satu kelompok sel yang homogeb yang disebut sebagai klon. Bambang Karsono, 2009
Kanker dapat terjadi sebagai akibat perubahan sel sehingga sel tersebut dapat melepaskan diri dari mekanisme pengaturan pertumbuhan normal. Secara
normal terjadi keseimbangan antara gen sel yang merangsang pertumbuhan dan faktor pengahambat atau faktor yang menahan dan memusnahkan sel yang ada.
Bambang Karsono, 2009 Schiffman MH dan Brinton LA, 1995 Vinay K dan Ramzi S. Cotrain, 2007
Beberapa faktor tertentu dapat menyebabkan perubahan pada gen atau perubahan pada ekspresi gen tanpa merubah gennya sendiri, yang pada akhirnya
dapat mengagganggu keseimbangan pada sel tersebut. Faktor penyebab tersebut kebanyakan berupa faktor lingkungan dan sejumlah kecil merupakan akibat dari
kelainan yang diwariskan di dalam genom. Akan tetapi, selanjutnya terdapat hubungan yang jelas antara kedua mekanisme tersebut. Faktor-faktor lingkungan
yang berperan pada terjadinya kanker disebut faktor karsinogen. Karena kelainan ini bekerja di dalam genom, maka faktor karsinogen juga bersifat mutagen.
Ternyata dibutuhkan beberapa mutasi untuk dapat menimbulkan tranformasi suatu sel. Schiffman MH dan Brinton LA, 1995
Menurut Schiffman dan Brinton, karsinogenesis merupakan suatu proses bertingkat atau merupakan langkah
– langkah yang kompleks. Pertumbuhan sel yang tertransformasi menjadi suatu tumor juga dimoduIasi oleh faktor hospes,
misalnya faktor hormonal atau imunologik. Di samping sifat ganas yang berasal
14
dari translokasi kromosom, sifat ganas juga dapat berasal dari gen yang secara normal terdapat di dalam sel. Gen
– gen semacam ini yang disebut sebagai protoonkogen, yang kemudian oleh karena mutasi somatik berubah menjadi
onkogen. Onkogen inilah yang kemudian merubah perangai sel dari normal menjadi kanker. Bambang Karsono, 2009
Proses karsinogenesis merupakan rangkaian kompleks dan lama. Dalam proses ini dibutuhkan sejumlah besar pembelahan sel untuk menjadikan suatu
kanker yang memiliki manifestasi klinis dari satu sel yang mengalami tranformasi. Di samping itu, sel kanker harus berakumulasi dengan banyak mutasi. Schiffman
MH dan Brinton LA, 1995 Pada serviks uteri, terjadinya karsinoma sel skuamosa melalui beberapa
langkah yaitu: metaplasia, displasia, dan karsinoma in situ. Sarwono Prawirohardjo, 2008 Vinay K dan Ramzi S. Cotrain, 2007
Metaplasia adalah perubahan arah diferensiasi epitel. Pada endo serviks uteri hal ini berarti bahwa lapisan yang dikelilingi oleh epitel sel torak berubah
menjadi epitel sel skuamosa atau sel gepeng yang selanjutnya secara morfologik normal. Metaplasia seluruhnya bersifat reversibel dan didapat dalam berbagai
epitelia sebagai reaksi terhadap banyak sekali rangsangan. Pada rangsangan yang terus
– menerus, epitel metaplastik ini menunjukkan aktivitas proliferasi yang meningkat dan diferensiasi yang menurun. Inti sel yang lebih besar dan kromatin
berubah teksturnya yang disebut sebagai sel displastik. Berdasarkan pada perubahan morfologinya, displasia dikelompokkan menjadi tingkatan ringan,
sedang, dan berat. Akhirnya gambaran sel menjadi sedemikian atipiknya sehingga sel tampak sebagai sel kanker. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah
transformasi. Akan tetapi, selama belum terdapat pertumbuhan infiltratif, yang merupakan tanda yang khas untuk pertumbuhan maligna, hal ini masih disebut
sebagai carsinoma in situ. Vinay K dan Ramzi S. Cotrain, 2007
15
Gambar 2.3 Pertumbuhan Sel Epitel Sumber : Patologi Robbin, 2007
Tingkat displasia dan karsinoma in situ dikenal juga sebagai tingkat prakanker. Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan asaturasi epitel
skuamosa yang secara sitologik dan histopatologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia
didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan, karsinoma in situ adalah gangguan maturasi epitel
skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh. Vinay K dan Ramzi S. Cotrain, 2007
Untuk terjadinya karsinoma in situ dan displasia ringan memerlukan waktu sekitar lima tahun, tiga tahun dari displasia sedang dan satu tahun dari
displasia berat. Tetapi tidak semua displasia akan menjadi karsinoma, hanya 15 displasia ringan berkembang menjadi displasia sedang, pada displasia sedang 30
berkembang menjadi displasia berat dan 40 regresi menjadi displasia ringan, pada displasia berat 45 berkembang menjadi karsinoma insitu dan 20 regresi
menjadi displasi sedang. Pada tingkat karsinoma in situ 100 akan menjadi karsinoma invasif. Vinay K dan Ramzi S. Cotrain, 2007
16
Kecepatan pertumbuhan kanker ini tidak sama antara satu kasus dan kasus yang lainnya. Sayangnya bagaimana mekanisme keadaan ini dapat terjadi belum
dapat dijelaskan. Namun, pada penyakit yang pertumbuhannya sangat lambat bila diabaikan sampai lama juga tidak mungkin terobati. Sebaliknya, tumor yang
tumbuh dengan cepat bila dikenali secara dini akan mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik. Semakin dini penyakit tersebut dideteksi dan dilakukan terapi
yang adekuat, semakin member hasil terapi yang sempurna. Imam Rasjidi, 2008 Walaupun telah terjadi invasi sel tumor ke dalam jaringan di bawahnya,
kanker ini masih mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda dini kanker mulut rahim tidak spesifik seperti adanya keputihan yang agak banyak dan kadang
kadang bercak perdarahan yang umumnya diabaikan oleh penderita. Tanda yang lebih klasik adalah adanya perdarahan yang berulang atau terjadinya perdarahan
setelah bersetubuh dengan pasangannya atau saat membersihkan vaginanya. Dengan bertambahnya pertumbuhan penyakit ini, perdarahan akan semakin lama
dan akan semakin banyak. Namun, kadang-kadang diartikan bahwa perdarahan yang terjadi adalah haid yang berlangsung lama dan banyak. Juga biasanya
dijumpai keputihan yang banyak dan berbau busuk yang berasal dari tumor tersebut. Imam Rasjidi, 2008
Pada stadium yang lebih lanjut ketika tumor telah menyebar ke rongga panggul dapat dijumpai tanda tanda lain berupa nyeri yang menjalar ke pinggul
atau kaki. Beberapa penderita mengeluh nyeri saat berkemih, kencing berdarah, perdarahan saat buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah bening tungkai
bawah dapat menimbulkan bengkak pada tungkai bawah. Imam Rasjidi, 2008
2.6 Klasifikasi Histopatologi dan Staging