Evaluasi Dimensi Mesin Jahit dan Kursi Operator Berdasarkan Kriteria Antropometri pada Stasiun Penjahitan di Industri Garmen UD.Chaniago.

(1)

EVALUASI DIMENSI MEJA MESIN JAHIT DAN KURSI

OPERATOR BERDASARKAN KRITERIA ANTROPOMETRI

PADA STASIUN PENJAHITAN DI INDUSTRI GARMEN

UD.CHANIAGO

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

EKO SUSANTO 030403017

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

EVALUASI DIMENSI MEJA MESIN JAHIT DAN KURSI

OPERATOR BERDASARKAN KRITERIA ANTROPOMETRI

PADA STASIUN PENJAHITAN DI INDUSTRI GARMEN

UD.CHANIAGO

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh EKO SUSANTO

030403017

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE) (Ir. Anizar, MKes)

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

“SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA” No. : ..……/ H5.2.1.4.1.4/KRK/2008

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa setelah melakukan Pembimbingan Tugas Sarjana terhadap mahasiswa :

Nama : Eko Susanto

N I M : 030403017

Tempat dan tanggal lahir : Medan, 18 Juli 1985

Judul Tugas Sarjana : Evaluasi Dimensi Meja Mesin Jahit dan Kursi Operator Berdasarkan Kriteria Antropometri pada Stasuin Penjahitan di Industri Garmen UD.Chaniago

menetapkan ketentuan-ketentuan berikut sebagai hasil evaluasi :

Dapat menerima perbaikan DRAFT TUGAS SARJANA Departemen Teknik Industri

dan kepada penulisnya diizinkan untuk mengikuti Seminar yang akan diadakan Departemen Teknik Industri FT USU.

Medan, Juli 2009

Tim Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof.Dr.Ir. A.Rahim Matondang, MSIE Ir. Anizar, MKes

Ketua ,

Ir. Rosnani Ginting, MT NIP. 131 957 369


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan tugas sarjana ini bisa diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.

Dengan mengacu pada berbagai literatur yang berkaitan dengan ergonomi dan antropometri, akhirnya penulis mampu menyelesaikan laporan tugas sarjana yang berjudul “Evaluasi Dimensi Mesin Jahit dan Kursi Operator Berdasarkan Kriteria Antropometri pada Stasiun Penjahitan di Industri Garmen UD.Chaniago” Laporan ini sebagai salah satu syarat di dalam kurikulum pendidikan sarjana Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Untuk mempermudah memahami dan menelusuri isi laporan, maka laporan ini disusun secara sistematis yang disajikan dalam beberapa bab. Bab I adalah pendahuluan yang mengurai mengenai latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi yang digunakan. Bab II mengenai gambaran umum perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian. Bab III adalah landasan teori yang menguraikan teori-teori yang relevan dengan pemecahan masalah atau pencapaian tujuan dari penelitian.

Bab IV berisikan tentang metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Bab V adalah pengumpulan dan pengolahan data yang memuat data-data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan dan pengamatan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah. Bab VI berisikan tentang analisa dari hasil pengolahan data


(5)

untuk mendapatkan solusi pemecahan masalah. Bab VII adalah kesimpulan dan saran.

Penulis sangat berharap laporan ini dapat menjadi referensi bacaan bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan khususnya dalam bidang ergonomi. Penulis juga sangat berharap adanya saran yang lebih baik dari para pembaca untuk lebih menyempurnakan laporan ini.

Demikian laporan ini penulis tulis dan persembahkan untuk pihak-pihak yang telah membantu penulis.

Medan, Juli 2009 Penulis


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama proses penyelesaian laporan tugas sarjana ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayah saya Suratno dan Ibu saya Kamisah yang sangat luar biasa memberikan segala perhatian dan dukungannya untuk dapat menguliahkan penulis hingga sekarang. Banyak pengorbanan yang mereka berikan kepada penulis agar penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Ketiga adik penulis, Irwansyah Putra, Tri Wijaya Kesuma, dan Ajeng Khairunnisa yang memberikan semangat dan motivasi tersendiri bagi penulis.

2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri yang begitu sabar melayani penulis dan juga memotivasi penulis untuk dapat segera menyelesaikan laporan ini.

3. Bapak Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang,MSIE selaku Dosen Pembimbing I yang banyak memberikan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

4. Ibu Ir. Anizar, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang sangat sabar membimbing penulis dan memberikan masukan-masukan untuk menyelesaikan tugas sarjana ini.

5. Bapak Hasrul Chaniago sebagai pemilik UD.Chaniago dan seluruh staf karyawan yang banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian.


(7)

6. Arief Teguh Prayogi dan keluarga, sebagai teman seangkatan yang sering bertukar fikiran dan juga memberikan motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

7. Agus Rianto dan Leli Sumarni yang membantu penulis mendapatkan pabrik. Dan buat Agus yang sama-sama berjuang di akhir-akhir pengorbanan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik dan juga menyediakan tempat untuk begadang, terima kasih.

8. Teman-teman Indies bajj Syaiful Azhari Srg, Ihsanul Putra Lbs, Taqwa Prayudi, Umar Ali (thanks gambarnya), Baq Kinantan, Nurul, Rika Astri, Ria, Dini, walaupun sudah terpisah tapi selalu memberi semangat kepada penulis. Thaks to all.

9. Bang Faisal Akbar yang banyak memberi nasihat dan motivasi.

10. Teman-teman FORSAI, Nailul, Wisnu, Fiqi, Siti, Shand, Farida, Aji, Yuda dan yang lainnya terimakasih atas dukungan dan motivasinya.

11. Teman-teman angkatan 2003 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namanya. Terimakasih atas persahabatnnya.

12. Teman-teman asisten laboratorium Analisa dan Perancangan Kerja, terimakasih atas motivasi dan dukungan kalian.


(8)

D A F T A R I S I

BAB HALAMAN

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIVIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4 . Manfaat Penelitian ... I-3 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-5 II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3 Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.3.1. Sturktur Organisasi UD.Chaniago ... II-3


(9)

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung jawab... II-4 2.4. Proses Produksi ... II-5 2.4.1. Bahan ... II-5 2.4.1.1. Bahan Baku ... II-5 2.4.1.2. Bahan Tambahan ... II-5 2.4.1.3. Bahan Penolong ... II-6 2.4.2. Uraian Proses Produksi ... II-7 2.5. Mesin dan Peralatan ... II-8 2.5.1. Mesin ... II-8 2.5.2. Peralatan ... II-10 III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Ergonomi ... III-1 3.2. Tipe-tipe Masalah Ergonomi ... III-7 3.3. Tujuan Ergonomi ... III-9 3.4. Kapasitas Kerja ... III-9 3.5. Antropometri ... III-12 3.5.1. Data Antropometri dan Cara Pengukurannya ... III-13 3.5.2. Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan

Produk/Fasilitas Kerja ... III-15 3.5.3. Aplikasi Data Antropometri dengan

Menggunakan Persentil ... III-20 3.6. Keluhan Muskuloskeletal ... III-21


(10)

3.6.1. Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan

Muskuloskeletal ... III-22 3.6.2. Langkah-langkah Mengatasi Keluhan

Muskuloskeletal ... III-23 3.7. Statistik Deskriptif ... III-24 3.7.1. Statistik Nonparametrik ... III-28 3.7.2. Uji Normal Kolmogorov Smirnov Test... III-31

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-2 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-3 4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-4 4.7. Pengolahan Data ... IV-5 4.8 Evaluasi dan Pemecahan Masalah ... IV-5 4.8.1. Evaluasi ... IV-5 4.8.1.1 Evaluasi Rancangan Meja Mesin Jahit

dan Kursi Operator saat ini ... IV-5 4.8.1.2. Evaluasi Keluhan Muskuloskeletal ... IV-5 4.8.2. Pemecahan Masalah ... IV-6 4.9 Kesimpulan dan Saran ... IV-6


(11)

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Dimensi Antropometri Tubuh Operator ... V-1 5.1.2. Data Dimensi Meja Mesin Jahit dan Kursi Operator

Saat ini ... V-2 5.1.3. Data Keluhan Muskuloskeletal ... V-4 5.2 Pengolahan Data ... V-5 5.2.1. Uji Keseragaman Data ... V-5 5.2.2. Uji Kecukupan Data ... V-8 5.2.3. Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test ... V-10 5.2.4. Penentuan Dimensi Rancangan Produk ... V-17 5.2.4.1.Penentuan Dimensi Kursi Operator ... V-18 5.2.4.2.Penentuan Dimensi Meja Mesin Jahit ... V-20

VI. EVALUASI DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Evaluasi ... VI-1 6.1.1. Evaluasi Rancangan Meja Mesin Jahit

dan Kursi Operator saat ini ... VI-1 6.1.2. Evaluasi Keluhan Muskuloskeletal ... VI-4 6.2. Pemecahan Masalah ... VI-5


(12)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan... VII-1 7.2. Saran ... VII-1 LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1 Nilai Persentil dan Cara Perhitungannya Dalam

Distribusi normal ... III-21 5.1 Data Dimensi Antropometri Tubuh Operator ... V-1 5.2 Data Keluhan Muskuloskeletal yang Dialami Operator ... V-4 5.3 Uji Keseragaman Data Dimensi Antropometri

Tubuh Operator ... V-7 5.4 Uji Kecukupan Data Dimensi Antropometri

Tubuh Operator ... V-9 5.5 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Test untuk

Dimensi Tinggi Popliteal (Tpo) ... V-12 5.6 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Test untuk

Dimensi Panjang Popliteal (Ppo) ... V-12 5.7 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Test untuk

Dimensi Lebar Bahu (LB) ... V-13 5.8 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Test untuk

Dimensi Lebar Pinggul (LP) ... V-13 5.9 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Test untuk

Dimensi Tinggi Bahu Duduk (TBD) ... V-14 5.10 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Test untuk


(14)

5.11 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Test untuk

Dimensi Jangkauan Tangan (JT) ... V-15 5.12 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov Test untuk

Dimensi Panjang Telapak Kaki ... V-16 5.13 Berbagai Macam Persentil dan Perhitungannya ... V-17 5.14 Prinsip Penggunaan Antropometri yang Digunakan

Dalam Perancangan Fasilitas Kerja yang Baru ... V-18 6.1 Rekapitulasi Evaluasi Terhadap Mesin Jahit


(15)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Struktur Organisasi UD.Chaniago ... II-4 2.2 Proses Pembuatan Celana Secara Umum ... II-11 2.3 Proses Penjahitan ... II-12 3.1 Data Antropometri yang Digunakan untuk

Perancangan Produk ... III-18 4.1 Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-7 5.1 Mesin Jahit yang Digunakan ... V-2 5.2 Kursi Operator saat ini ... V-3 5.3 Sketsa Tempat Kerja Stasiun Penjahitan ... V-3 5.4 Peta Kontrol Dimensi Lebar Bahu Operator... V-6 5.4 Peta Kontrol Revisi I Dimensi Tinggi bahu Duduk ... V-8 6.1 Rancangan Mesin Jahit Tampak Atas ... VI-6 6.2 Rancangan Mesin Jahit Tampak Depan ... VI-6 6.3 Rancangan Kursi Operator Tampak Atas ... VI-7 6.4 Rancangan Mesin Jahit dan Kursi Operator


(16)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi mesin jahit dan kursi operator yang dipakai di stasiun penjahitan di UD.Chaniago berdasarkan perspektif dimensi antropometri pekerja. Untuk mencapai tujuan, maka dilakukan pembandingan dimensi mesin jahit dan kursi operator yang digunakan saat ini dengan dimensi ukuran antropometri pekerja dan mengindentifikasi apakah terdapat kesesuaian atau ketidaksesuaian. Ukuran dimensi antropometri tubuh pekerja dan dimensi mesin jahit dan kursi operator yang digunakan saat ini dibandingkan dengan menggunakan pendekatan kuantitaif dengan prinsip penggunaan data abtropometri. Dimensi kritis yang menjadi pembandingan adalah tinggi landasan meja mesin jahit, lebar meja landasan mesin, panjang pedal, tinggi dudukan kursi, lebar kursi, kedalaman dudukan kursi, lebar sandaran, dan tinggi sandaran kursi. Tiga belas (13) orang pekerja yang bekerja di stasiun penjahitan berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil perbandingan mengindikasi adanya ketidaksesuaian antara dimensi antropometri tubuh pekerja dengan dimensi mesin jahit dan kursi operator. Dari dimensi yang dibandingkan 100% dimensi tidak sesuai. Ketidaksesuaian diantara dimensi mesin jahit dan kursi operator dengan dimensi antropometri tubuh pekerja juga didukung dengan hasil kuisoner Nordic body map, dimana terdapat banyak keluhan pada pekerja terutama pada tubuh bagian pinggang 100%, bahu, punggung dan leher masing-masing 46,15%


(17)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi mesin jahit dan kursi operator yang dipakai di stasiun penjahitan di UD.Chaniago berdasarkan perspektif dimensi antropometri pekerja. Untuk mencapai tujuan, maka dilakukan pembandingan dimensi mesin jahit dan kursi operator yang digunakan saat ini dengan dimensi ukuran antropometri pekerja dan mengindentifikasi apakah terdapat kesesuaian atau ketidaksesuaian. Ukuran dimensi antropometri tubuh pekerja dan dimensi mesin jahit dan kursi operator yang digunakan saat ini dibandingkan dengan menggunakan pendekatan kuantitaif dengan prinsip penggunaan data abtropometri. Dimensi kritis yang menjadi pembandingan adalah tinggi landasan meja mesin jahit, lebar meja landasan mesin, panjang pedal, tinggi dudukan kursi, lebar kursi, kedalaman dudukan kursi, lebar sandaran, dan tinggi sandaran kursi. Tiga belas (13) orang pekerja yang bekerja di stasiun penjahitan berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil perbandingan mengindikasi adanya ketidaksesuaian antara dimensi antropometri tubuh pekerja dengan dimensi mesin jahit dan kursi operator. Dari dimensi yang dibandingkan 100% dimensi tidak sesuai. Ketidaksesuaian diantara dimensi mesin jahit dan kursi operator dengan dimensi antropometri tubuh pekerja juga didukung dengan hasil kuisoner Nordic body map, dimana terdapat banyak keluhan pada pekerja terutama pada tubuh bagian pinggang 100%, bahu, punggung dan leher masing-masing 46,15%


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri garmen merupakan salah satu industri kerajinan. Industri ini, khususnya usaha kecil dan menengah dapat diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi kegiatan usaha mandiri dan mampu memberikan peranan yang penting bagi perekonomian di kalangan masyarakat kecil. Pengerajin garmen di daerah Medan denai jalan Bromo cukup banyak, baik pengerajin secara individu memproduksi sendiri, maupun yang sudah mempekerjakan orang dalam proses produksinya.

Industri ini (terutama industri kecil dan menengah) belum memperhatikan dengan serius masalah yang berkenaan dengan ergonomi. Posisi kerja, kesesuain mesin dan alat terhadap karakteristik pekerja belum menjadi perhatian, akibatnya proses produksi yang dilakukan dapat menyebabkan keluhan dan ketidaknyamanan bagi pekerja.

Pekerjaan menjahit dilakukan dengan posisi duduk yang cukup lama, kurang lebih 7-8 jam per hari dan dilakukan secara terus menerus. Postur kerja di tempat kerja perlu diperhatikan karena jika postur kerja tidak baik pada waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan pekerja mengalami keluhan rasa sakit, seperti rasa pegal, bahkan bisa mengakibatkan otot kejang atau kram pada bagian tubuh tertentu. Posisi postur kerja juga ditentukan oleh mesin atau alat yang


(19)

digunakan oleh pekerja. Dimensi mesin atau alat yang tidak sesuai dengan antropometri tubuh pekerja dapat mengakibatkan postur kerja tidak sesuai.

Pekerjaan menjahit ini menarik untuk diteliti karena terlihat adanya sikap atau posisi kerja dan kondisi kerja yang tidak ergonomis serta adanya keluhan yang dirasakan oleh pekerja akibat pekerjaan tersebut. Menurut Grandjean, sewaktu memikirkan tempat kerja (meja, kursi dan sebagainya) harus memperhatikan ukuran dimensi tubuh pekerja atau operator agar posisi badan, urutan gerakan dapat dijamin berlangsung secara alami. Menurut Anis, J.F dan McConville, setiap desain produk, baik yang sederhana maupun yang kompleks, ukuran atau dimensi penting untuk diperhatikan dan harus mampu mengacu pada antropometri pengguna dan pemakainya. Aplikasi ergonomi dengan antropometri menjadi dua divisi utama yaitu: Pertama, ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja, mesin beserta sarana pendukung lainnya atau lingkungan kerja. Tujuannya untuk menciptakan kemungkinan situasi terbaik pada pekerjaan sehingga kesehatan fisik dan mental tenaga kerja secara optimal. Kedua, ergonomi berhadapan dengan karakteristik produksi yang berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk. Andersen dan Gaardboe menyatakan bahwa kegiatan menjahit yang dilakukan operator mesin jahit yang bekerja lebih dari 8 tahun akan menimbulkan efek yang kumulatif terhadap cedera leher dan bahu pada tubuh.

Posisi kerja dan kondisi kerja yang menyebabkan keluhan pada pekerja perlu dilakukan evaluasi ergonomi terhadap sarana kerja khusunya meja mesin jahit dan kursi operator yang digunakan. Evaluasi perlu dilakukan untuk mendapatkan data dalam upaya pemecahan masalah ergonomi


(20)

1.2. Rumusan Permasalahan

Perumusan masalah yang ada adalah dimensi meja mesin jahit dan kursi operator yang digunakan belum memberikan kenyaman dan dapat menyebabkan timbulnya keluhan seperti rasa pegal dan sakit pada bagian tubuh tertentu, sehingga diperlukan evaluasi terhadap dimensi meja mesin dan kursi berdasarkan kriteria antropometri.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengevaluasi dimensi meja mesin jahit dan kursi operator berdasarkan kriteria antropometri.

2. Mendapatkan sebuah data yang akurat terhadap dimensi meja mesin jahit dan kursi operator berdasarkan kriteria antropometri yang akan digunakan dalam merancang meja mesin jahit dan kursi yang ergonomis.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain adalah :

1. Memperoleh data tentang dimensi meja mesin jahit dan kursi berdasarkan kriteria antropometri sebagai masukan bagi perusahan dalam merancang meja mesin jahit dan kursi yang ergonomis.

2. Sarana pembelajaran dan pelatihan dalam mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat di perkuliahan.


(21)

3. Meningkatkan keterampilan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan ergonomi.

4. Dapat mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departeman Teknik Industri serta memperluas pengenalan akan Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Mengaplikasikan ilmu teknik industri dalam menyelesaikan permasalahan ergonomi.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dan asumsi. Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data antropometri yang diambil adalah data operator yang bekerja di stasiun penjahitan.

2. Produk yang di teliti adalah meja mesin jahit dan kursi operator.

Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tidak terjadi perubahan dimensi tubuh operator secara signifikan dalam waktu penelitian.


(22)

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi yang digunakan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Memuat secara singkat dan padat berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi, serta organisasi dan manajemen.

BAB III : LANDASAN TEORI

Menampilkan teori-teori yang relevan dengan pemecahan masalah atau pencapaian tujuan dari penelitian.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Mengungkapkan langkah-langkah penelitian yang meliputi penjelasan tiap tahapan mulai dari awal penelitian hingga penyelesaian laporan secara ringkas disertai diagram alirnya.


(23)

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Menyajikan data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI : EVALUASI PEMBAHASAN HASIL DAN PEMECAHAN MASALAH

Mengevaluasi hasil pengolahan data yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan pemecahan masalah.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Membuat kesimpulan yang berdasarkan hasil penelitian keseluruhan data dan hasil evaluasi serta menetukan rekomendasi saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

UD.Chaniago yang beralamat di jalan Bromo ujung / jalan Sepakat no 19 Medan, merupakan suatu industri yang bergerak di bidang garmen. Usaha ini didirikan pada tahun 1990 oleh Bapak Hasrul. Berawal dari semangat untuk berwirausaha agar bisa membuka lapangan pekerjaan, maka bapak Hasrul membekali dirinya dengan keahlian menjahit. Keahlian yang didapat dari orang tua dan juga pengalaman bekerja sebagai tukang jahit digunakan bapak Hasrul untuk membuka suatu usaha. Dengan modal yang sedikit,akhirnya pada tahun 1990 pak Hasrul membuka usaha garmen yang awalnya bernama Irma Garmen.

Usaha ini pertama sekali dilakukan dengan menyewa sebuah rumah yang sederhana yang beralamat di jalan denai. Diawal usaha, Irma garmen memfokuskan produknya pada jahitan kemeja. Dengan semangat dan kerja keras, bapak hasrul yang hanya dibantu oleh seorang karyawan berusaha untuk mengembangkan usahanya. Sebagai pemilik yang juga merangkap pekerja, bapak Hasrul merancang dan menjahit sendiri kemeja yang akan dipasarkan. Setelah hasil jahitan selesai beliau juga yang memasarkan produknya ke toko-toko dan agen pakaian. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2000 Irma garmen merubah produknya menjadi celana. Hal ini dikarenakan populernya produk celana, khusunya celana yang terbuat dari kain jeans. Pasar yang masih cukup besar terhadap permintaan celana dimanfaatkan Irma garmen dengan ikut


(25)

memproduksi celana. Pilihan merubah produk dari kemeja menjadi celana ternyata membawa berkah, Irma garmen pun semakin maju dan berkembang. Sejalan dengan perkembang usaha, irma garmen merubah namanya menjadi UD.Chaniago dan sudah memiliki bangunan sendiri yang beralamat di jalan sepakat no 19.

UD.Chaniago sekarang sudah memiliki pasar yang cukup besar. Selain memasarkan produknya di Medan, produk-produk UD.Chaniago juga dipasarkan di Siantar, rantau perapat, dan Aceh. Dalam sebulan UD.Chaniago mampu menjual produknya sebanyak 6000-8000 potong celana. Untuk memenuhi permintaan itu, UD.Chaniago sekarang sudah memiliki karyawan berjumlah 40 orang.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

UD.Chaniago pada awalnya memfokuskan usahanya pada pembuatan kemeja, namun sekarang beralih pada pembuatan celana. Celana yang diproduksi khusus untuk anak-anak. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang siap dipasarkan kepada konsumen langsung ataupun kepada para distributor. Daerah pemasaran UD.Chaniago sudah cukup luas, meliputi Medan, Siantar, Rantau perapat dan juga Aceh.

UD.Chaniago melakukan sistem produksi berdasarkan stok (make to stock), yaitu memproduksi secara massal dan kontinu. Celana yang diproduksi juga memiliki beberapa ragam, diantaranya adalah celana ponggol dan celana panjang. Untuk bahannya juga ada yang terbuat dari kain jeans dan kain katun.


(26)

UD.Chaniago masih di kategorikan sebagai home industry, karena masih dilakukan secara sederhana dan masih beranggotakan sebagian besar adalah keluarga.

2.3. Organisasi dan Manajemen

2.3.1. Struktur Organisasi UD.Chaniago

Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu.

Struktur organisasi bagi perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas apa tugas yang harus dilakukan serta dari siapa perintah diterima dan kepada siapa harus bertanggung jawab.

Struktur organisasi yang digunakan pada UD.Chaniago terbilang sederhana karena hanya terdiri dari pemilik yang juga merangkap bendahara lalu dibantu seorang sekretaris dan beberapa karyawan. Struktur organisasi pada UD.Chaniago berbentuk campuran lini-fungsional.

Struktur organisasi yang berbentuk lini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi yaitu pemilik perusahaan kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya (sekretaris dan karyawan dimasing-masing bagian) dalam bidang pekerjaan


(27)

tertentu secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertikal ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang hirarki yang ada. Struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya pemisahan/pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang berdasarkan fungsinya masing-masing dalam struktur organisasinya. Hal ini dibuat sesuai dengan kebutuhan serta kelancaran dan kemajuan usaha organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi UD.Chaniago dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD.Chaniago 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Dalam menjalankan usahanya, orang-orang yang terlibat di dalam UD.Chaniago memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan. Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian struktur organisasi UD.Chaniago dapat dilihat pada lampiran.

Pemilik

Bagian

Pemotongan Bagian Penjahitan Bagian Finishing Sekretaris


(28)

2.4. Proses Produksi 2.4.1. Bahan

2.4.1.1. Bahan Baku

Bahan baku merupakan semua bahan yang langsung digunakan sebagai bahan dasar serta memiliki komposisi terbesar dalam pembuatan produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi celana adalah:

1. Kain Jeans

Kain ini digunakan sebagai bahan utama untuk jenis celana jeans. 2. Kain Katun

Kain ini digunakan sebagai bahan utama untuk jenis celana katun 3. Benang

Benang ini digunakan sebagai bahan untuk seluruh proses penjahitan. 4. Resleting

Digunakan sebagai bahan .untuk menresleting celana. 5. Kancing

Digunakan sebagai bahan untuk mengancing celana. 6. Bis kantong

Bis kantong digunakan untuk bahan pelapis didalam kantong. 2.4.1.2. Bahan Tambahan

Selain bahan-bahan baku yang telah disebutkan diatas, dalam pembuatan celana juga digunakan bahan-bahan tambahan untuk memudahkan proses dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Bahan tambahan yang


(29)

ditambahkan pada produk sehingga menghasilkan suatu produk akhir yang siap dipasarkan dapat berupa aksesoris atau kemasan. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan celana adalah:

1. Karton

Karton ini digunakan untuk membuat pola celana yang akan di buat. 2. Busa

Busa digunakan untuk bahan tanbahan yang diletakkan di pingang celana. . 3. Label

Label digunakan untuk menempelkan merk pada celana. 4. Tali Pinggang

Tali pinggang digunakan sebagai bahan tambahan untuk celana jeans anak-anak.

5. Plastik

Plastik digunakan untuk membungkus celana yang sudah siap dipasarkan. 2.4.1.3. Bahan Penolong

Bahan penolong yaitu bahan yang ikut dalam proses tetapi tidak nampak dalam produk akhir. Bahan penolong yang digunakan UD.Chaniago adalah : 1. Kapur Mal

Kapur ini digunakan untuk menggambar pola pada kain yang akan dipotong 2. Kapur Lilin

Kapur ini digunakan untuk menuliskan nomor seri pada kain yang sudah dipotong.


(30)

2.4.2. Uraian Proses Produksi

Secara umum proses pembuatan celana pada UD.Chaniago terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

A. Pemotongan, proses ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Pembutan pola

Gulungan kain dari tempat pemumpukan kain, dibawa ke tempat pemotongan. Kemudian dilakukan penggambaran diatas kain tersebut sesuai dengan pola yang diinginkan. Setelah digambar, kain tersebut disusun secara bertingkat.

2. Pemotongan

Kain yang sudah disusun tersebut kemudian dipotong dengan mesin pemotong sesuai dengan pola yang telah digambar.

3. Pembuatan seri

Setelah dipotong, kain-kain tersebut diseri. Yaitu bagian-bagian yang membentuk satu celana disatukan. Disesuiakan berdasarkan pola, warna dan lain-lain.

B. Penjahitan, proses ini juga terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Pengobrasan

Sebelum dilakukan proses penjahitan, dilakukan pengobrasan yaitu menjahit bagian pinggir sebelah dalam potongan celana dengan tujuan untuk merapikannya.


(31)

Setelah dilakukan pengobrasan selanjutnya masuk dalam proses penjahitan kantong celana bagian depan dan belakang

3. Penjahitan resleting dan penggabungan bagian depan dan belakang celana. Celana yang sudah dijahit kantongnya selanjutnya di pasang resleting dan penjahitan untuk menggabungkan bagian depan dan belakang celana. 4. Penjahitan ban dan sum.

Proses ini adalah penjahitan untuk bagian atas dan bawah dari celana. 5. Pemasangan kancing

6. Penyesepan (Inspeksi)

Celana yang sudah selesai dipasang kancing, selanjutnya dilakukan proses penyesepan, yaitu perapian sisa-sisa benang hasil penjahitan.

C. Finishing,terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Pemasangan label

2. Penyetrikaan

3. Pemasangan sabuk / tali pinggang

4. Inspeksi untuk melihat apakah produk yang sudah jadi sesuai dengan yang diinginkan

5. Packaging

2.5. Mesin dan Peralatan 2.5.1. Mesin

Mesin yang digunakan di UD.Chaniago berfungsi untuk menunjang aktivitas produksi. Mesin-mesin yang ada sebagian besar adalah buatan luar


(32)

negeri. Teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan proses produksi di pabrik tidaklah terotomatisasi, dimana seluruh kegiatan melibatkan tenaga manusia sebagai operator yang mendesain, mengoperasikan dan mengontrol jalannya proses produksi di pabrik. Ada beberapa mesin yang digunakan di UD.Chaniago, diantaranya adalah:

1. Mesin potong

Mesin ini berfungsi untuk memotong kain yang sudah digambar sesuai pola. Jumlah mesin potong yang ada di perusahaan ini hanya satu buah.

2. Mesin jahit jarum 2

Mesin ini berfungsi untuk menjahit bagian kantong celana depan dan kantong celana belakang. Jumlah mesin ini ada 14 buah.

3. Mesin Jahit Jarum 1

mesin jahit ini berfungsi untuk menjahit asesoris-asesoris yang terdapat di celana. Jumlah mesin ini ada 1 buah.

4. Mesin batek

Mesin ini berfungsi untuk menjahit tali yang akan direkatkan di pinggang celana yang berfungsi untuk lubang tali pinggang. Jumlah mesin ini ada 2 buah.

5. Mesin Obras

Mesin ini berfungsi untuk menjahit tepi / pinggir bagian dalam celana. Jumlah mesin ini ada 2 buah.


(33)

6. Mesin Jahit Sirsak

Mesin ini berfungsi untuk menjahit label pada celana. Jumlah mesin ini ada 1 buah.

7. Mesin Sum

Mesin ini berfungsi untuk menjahit celana bagian atas dan bawah. Jumlah mesin ini ada 1 buah.

8. Setrika Uap

Mesin ini digunakan untuk menyetrika celana agar rapi. Jumlah mesin ini ada 1 unit.

2.5.2. Peralatan

Peralatan yang digunakan pada perusahaan ini antara lain : 1. Tiang penyangga

Fungsi : Sebagai alat Bantu untuk meletakkan gulungan kain, agar memudahkan untuk mengelar kain

Jumlah : 1 set 2. Meteran

Fungsi : Mengukur kain yang akan di potong. Jumlah : 1Unit

3. Besi penahan pola

Fungsi : Menahan kain yang sudah dipola agar tidak bergeser ketika di potong.


(34)

4. Gunting

Fungsi : Memotong benang-benang yang berlebih Jumlah : 4 Buah

5. Penggaris

Fungsi : menggambar pola pada kartun Jumlah : 6 Unit

Secara garis besar block diagram proses pembuatan celana pada UD.Chaniago dapat dilihat pada Gambar 2.2. sampai dengan Gambar 2.3.

Gambar 2.2. Proses Pembuatan Celana Secara Umum Pembuatan Pola

Pemotongan

Pengobrasan

Penjahitan

Perapian (penyortiran)

Penyetrikaan

Pemasangan Sabuk

Packing Pengukuran


(35)

Gambar 2.3. Proses Penjahitan Penjahitan Kantong Bagian Depan dan belakang Celana

Penjahitan Asesoris

Penjahitan Resleting

Penggabungan Bagian Depan dan Belakang Celana

Pembatekan

Penjahitan Bagian Atas dan Bawah Celana

Pemasangan Kancing Pengobrasan

Penyesepan (perapian sisa benang)


(36)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum), sehingga ergonomi dapat di defenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan juga dengan optimisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan dimana saja manusia berada.1

Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya; penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain. Ergonomi Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya.

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja, platform, kursi, pegangan alat kerja, control and display, pintu, dan lain-lain.

1


(37)

juga dapat berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan erat dengan komputer.

Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desaian suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit statation). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan serta upaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat.

Penyelidikan terhadap manusia, lingkungan, mesin, peralatan dan bahan baku serta interaksi yang terjadi di dalamnya, perlu pemahaman. Untuk dapat menghasilkan rancangan sistem kerja yang baik perlu dikenal sifat, kemampuan, fisik dan keterbatasan yang dimiliki manusia. Dalam sistem kerja, manusia berperan sentral yaitu sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, dan pengevaluasi sistem kerja agar diperoleh hasil kerja yang baik. Oleh karena itu terdapat istilah Human Control Design yang mana berarti manusia sebagai pusat atau tolak ukur untuk melakukan rancangan.

Baru setelah perang dunia II, para ahli terbuka untuk merancang suatu sistem kerja, dengan mengintegrasikan elemen-elemen yang membentuk sistem


(38)

tersebut. Manusia merupakan salah satu komponen sistem kerja , perlu mendapat perhatian khusus, karena sifatnya yang kompleks. Ergonomi merupakan ilmu tersendiri yang mempelajari karakteristik dan tingkah laku manusia, pada mulanya menerapkan informasi ini untuk mengembangkan peralatan-peralatan militer. Hal ini disebabkan pada mulanya ergonomi berkembang di dunia kemiliteran. Sekarang para ahli ergonomi telah memperluas perhatiannya ke bidang sipil, diantaranya perancangan jalan-jalan raya, fasilitas-fasilitas kesehatan, perumahan dan arsitektur, pengendalian polusi, lapangan terbang dan fasilitas-fasilits lainnya yang banyak berhubungan dengan manusia.

Dalam ilmu ergonomi dikatakan bahwa manusia sebagai komponen sistem manusia-mesin. Yang dimaksud sistem manusia-mesin adalah kombinasi antara satu atau beberapa manusia dengan satu atau beberapa mesin dimana satu dengan lainnya saling berinteraksi untuk menghasilkan keluaran-keluaran berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh 2

2

Sutalaksana, I.Z. dkk. Teknik Tata Cara. Laboratorium Tata cara Kerja dan Ergonomi

. Yang dimaksud dengan mesin adalah mencakup semua objek fisik seperti peralatan, perlengkapan, fasilitas dan benda-benda yang bisa digunakan oleh manusia dalam melaksanakan kegiatannya.

Sehingga dengan mempelajari manusia sebagai dalah satu komponen sistem “manusia-mesin”, diharapkan akan bisa meletakkan fungsi manusia dengan segala kemampuan dan keterbatasannya, dalam hubungan untuk merancang sistem manusia-mesin yang terdiri dari manusia, peralatan dan lingkungan kerja sedemikian rupa sehinga memberikan hasil akhir secara keseluruhan yang optimal


(39)

Untuk bisa menerapkan ilmu ergonomi, perlu informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Untuk mempelajari manusia tentu tidak cukup ditinjau dari satu segi ilmu saja. Tetapi juga diperlukan dari berbagai disiplin ilmu antara lain psikologi, antropologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika, dan lain-lain. Masing-masing disiplin tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya, para ahli teknis bertugas untuk meramu masing-masing informasi sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas sehingga fasilitas tersebut mencapai kegunaan yang optimal. Adapun usaha-usaha yang ditempuh untuk memperoleh onformasi-informasi tersebut, adalah:3

a. Penyelidikan tentang display

Yang dimaksud dengan display adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya langsung kepada manusia dalam bentuk lambang-lambang atau tanda-tanda. Persoalan yang sering terjadi adalah display yang tidak mengkomunikasikan keadaan secara langsung dan oleh karena itu kita perlu memikirkan bagaimana merancang suatu alat yang bisa menerjemahkan informasi sedemikian rupa sehingga dengan mudah dimengerti manusia.

Agar display dapat menjalankan fungsinya dengan baik untuk menyajikan informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya, maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan display yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya.


(40)

b. Penyelidikan Mengenai Hasil Kerja Manusia dan proses Pengendaliannya Dalam hal ini dilakukan penyelidikan tentang aktivitas-aktivitas manusia pada saat bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut, dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanik.

Penelitian ini mencakup pengukuran kekuatan/daya tahan fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara bekerja sehingga peralatan itu harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas tersebut.

Pengukuran kekuatan fisik manusia dalam hal ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Secara umum kriteria pengukuran aktivitas dapat dibagi dalam dua kelas, yaitu:4

1. Kriteria fisiologi

Kriteria ini merupakan kegiatan manusia yang ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang akurat berdasarkan kriteria ini agak sulit karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis, seperti tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbondioksida yang dihasilkan, temperatur badan dan sebagainya.


(41)

2. Kriteria Operasional

Kriteria ini melibatjan teknik-teknik untuk mengukur atau menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota-anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan-gerakannya.

Secara umum gerakan-gerakan yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk-bentuk range (rentang) gerakan, pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian.

c. Penyelidikan Mengenai Tempat Kerja.

Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia maka ukuran-ukuran dari tempat kerja tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia. Hal-hal yang bersangkutan dengan dimensi tubuh manusia ini dipelajari dalam antropometri.

Data-data dari hasil pengukuran (data antropometri) yang dilakukan, maka hasilnya dapat dijadikan sebagai data untuk perancangan peralatan.

d. Penyelidikan Mengenai Lingkungan Fisik.

Lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasa yang digunakan oleh manusia serta kondisi lingkungan kerja yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.

Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan produk-produknya. Sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia-mesin (teknologi) yang optimal.


(42)

Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karekteristik dari prilaku manusia dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.

Untuk analisa dan penelitian maka ergonomi akan meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :

1. Anatomi (struktur), fisiologi, dan antropometri tubuh manusia.

2. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.

3. Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek maupun panjang, ataupun membuat celaka manusia dan sebaliknya ialah kondisi kerja yang dapat membuat nyaman manusia dalam bekerja.

3.2. Tipe-Tipe Masalah Ergonomi

Masalah-masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacam-macam grup yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti :

a. Anthropometric

Antropometri berhubungan dengan dimensional antara ruang geometri fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari dimensi tubuh secara linier, termasuk berat dan volume. Jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan lainnya. Masalah-masalah antropometri merupakan manifestasi dari kekurang cocokannya antara


(43)

dimensi-dimensi ini terhadap desain dari ruang dan sarana kerja. Pemecahan masalah ini adalah memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanannya.

b. cognitive

Masalah cognitive muncul ketika beban kerja yang berlebihan dan informasi beban kerja di bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahannya adalah untuk melengkapkan fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk meningkatkan performansi.

c. Musculoskeletal

Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas kemampuan manusia.

d. Cardiovaskular

Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk jantung. Akibatnya adalah jantung memompakan lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahannya adalah dengan mendesain kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.


(44)

e. Psychomotor

Permasalahan dalam hal ini adalah ketegangan pada sistem psychomotor dengan menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.

3.3 Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :5

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunnya beban kerja fisik dan mental, mengupayakan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial baik selama waktu produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari sistem kerja, sehingga kualitas kerja yang tinggi.

3.4. Kapasitas Kerja

Untuk mencapai tujuan ergonomi seperti yang telah dikemukakan, maka perlu keserasian antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga manusia dapat bekerja sesuai dengan kemampuan, kekuatan, dan keterbatasannya. Secara umum kemampuan, kekuatan, dan keterbatasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu :

5


(45)

a. Umur

Umur seseorang berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Pada umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25% , kemampuan sensoris-motoris menurun sebanyak 60%. Selanjutnya kemampuan kerja fisik sesorang yang berumur > 60 tahun hanya tinggal 50% dari umur orang yang berumur 25 tahun. Bertambahnya umur akan diikuti dengan penurunan berupa: VO2 max, ketajaman pengelihatan, pendengaran, kecepatan membedakan sesuatu, kemampuan mengingat.

b. Jenis Kelamin

Secara umum wanita hanya memiliki kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot laki-laki, tetapi dalam hal ketelitian wanita lebih unggul. Menurut Konz (1996) untuk kerja fisik wanita memiliki VO2 max 15-30% lebih rendah dari laki-laki. Kondisi tersebut menyebabkan persentase lemak tubuh wanita lebih tinggi dan kadar Hb darah lebih rendah daripada laki-laki. Di samping itu, menurut Priatna (1990) bahwa seorang wanita lebih tahan terhadap suhu dingin daripada suhu panas. Hal tersebut disebabkan karena tubuh seorang wanita mempunyai jaringan dengan daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila dibandingkan dengan laki-laki. Akibatnya pekerja wanita akan memberikan lebih banyak reaksi perifer bila bekerja pada cuaca panas. Dari uraian tersebut jelas bahwa, untuk mendapatkan daya kerja yang tinggi, maka harus diusahakan pembagian tugas antara pria dan wanita sesuai dengan kemampuan dan keterbatasannya masing-masing.


(46)

c. Antropometri

Data dimensi tubuh atau yang biasa disebut dengan data antropometri sangat dibutuhkan dalam merancang alat yang nyaman dalam pengoperasiannya. Kesesuain hubungan antara antropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat keletihan, dan produktivitas kerja. Data antropometri juga menentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, contohnya orang gemuk tidak cocok bekerja di suhu yang tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan dan sebagainya.

d. Status Kesehatan dan Nutrisi

Status kesehatan dan nutrisi atau keadaan gizi berhubungan erat satu sama lainnya dan berpengaruh pada produktivitas dan efisiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, dan apabila kekurangan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, maka kapasitas kerja akan terganggu. Perlu keseimbangan antara asupan yang masuk dengan energi yang dikeluarkan. Nutrisi yang baik tidak lah cukup tanpa diimbangi dengan kondisi tubuh yang sehat, agar nutrisi tersebut dapat dicerna dengan baik dan didistribusikan ke seluruh organ tubuh.

e. Kesegaran Jasmani.

Kesegaran jasmani adalah suatu kesanggupan atau kemampuan dari tubuh manusia untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap beban fisik yang dihadapi tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki kapasitas cadangan untuk melakukan aktivitas berikutnya. Komponen kesegaran jasmani


(47)

meliputi 10 komponen yaitu; kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kordinasi, ketepatan, waktu reaksi, dan ketelitian. f. Kemampuan Kerja Fisik.

Kemampuan kerja fisik adalah suatu kemampuan fungsional seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu yang memerlukan aktivitas otot pada waktu periode tertentu. Lamanya waktu aktivitas dapat bervariasi antara beberapa detik hingga beberapa jam. Komponen kemampuan kerja fisik ditentukan oleh kekuatan otot, ketahanan otot, dan ketahanan kardiovaskuler.

3.5. Antropometri

Istilah antropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara defenitif antropometri dapat diartikan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.6

6

Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya, Surabaya, 1995.p.60 Manusia pada umumnya memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :

- Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll)

- Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan sebagainya. - Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja, komputer, dan lain-lain


(48)

Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range ukuran tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang sangat penting dalam proses perancangan, terutama untuk produk-produk yang berorientasi ekspor.

3.5.1. Data Antropometri Dan Cara Pengukurannya.

Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah :7

a. Umur : secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan.

b. Jenis kelamin (sex) : dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh wanita, terkecuali untuk beberapa ukuran tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

c. Suku/bangsa (ethnic) : setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karekteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

d. Posisi tubuh (posture) : posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu:

Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension).

7


(49)

Disini posisi tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak. Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan “static anthropometry”. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu seperti 5-th, 50-th dan 95-th.

Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimensions).

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu, yang berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Cara pengukuran semacam ini juga biasa disebut dengan “dynamic anthropometry”.

e. Cacat tubuh : disini data-data antropometri akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat ( kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain ). f. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan : faktor iklim yang berbeda akan memberikan variansi yang berbeda-beda pula dalm bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.

g. Kehamilan (pregnancy) : kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus bagi perempuan). Hal tersebut jelas membutuhkan perhatian khusu terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.


(50)

3.5.2. Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan Produk/Fasilitas Kerja.

Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip penggunaan data antropometri harus sesuai. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah :8

1. Prinsip Perancangan Produk Bagi Individu Dengan Ukuran Yang Ekstrim. Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 (dua) sasaran produk, yaitu:

a. Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada).

Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan ditetapkan dengan :

• Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti 90-th, 95-th, atau 99-th. Contoh konkrit pada kasus ini bisa dilihat pada penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat, dan lain-lain.

• Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai persentil yang terendah, seperti 1-th, 5-th, atau 10-th dari


(51)

distribusi data antropometri yang ada. Contoh adalah penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kontrol yang harus dioperasikan oleh seorang pekerja.

2. Prinsip Perancangan Produk Yang Bisa Dioperasikan Diantara Rentang Ukuran Tertentu (Adjustable).

Disini rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa digeser maju dan mundur, begitu juga dengan sandarannya bisa dirubah-rubah sudutnya sesuai dengan keinginan. Untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel hal semacam ini umumnya mengaplikasikan data antropometri dalam rentang persentil 5-th s/d 95-th. 3. Prinsip Perancangan Produk Dengan Ukuran Rata-rata.

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini adalah justru sedikit sekali mereka yang berada dalam ukuran rata-rata.

Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.


(52)

b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah mengunakan data static anthropometry atau dynamic anthropometry.

c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini biasa dikenal dengan “market segmentasi”, seperti mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.

d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, adjustable, ataukah ukuran rata-rata.

e. Pilih persentil populasi yang harus diikuti; persentil 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.

f. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasi selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan, dan sebagainya.

Untuk memperjelas mengenai data Antropometri bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka Gambar 3.1. akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur :9


(53)

Gambar 3.1. Data Antropometri yang Digunakan Untuk Perancangan Produk

Keterangan :

1 = dimensi tinggi dalam posisi tegak 2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak 3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak

4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

5 = tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas dalam posisi berdiri tegak 6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk

7 = tinggi mata dalam posisi duduk 8 = tinggi bahu dalam posisi duduk 9 = tinggi siku dalam posisi duduk 10 = tebal atau lebar paha


(54)

11 = panjang paha yang diukut dari pantat sampai ujung lutut

12 = panjang paha yang diukur dari pantat sampai bagian belakang dari lutut/betis 13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri maupun duduk

14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai paha 15 = lebar dari bahu

16 = lebar pinggul/pantat

17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak dalam gambar) 18 = lebar perut

19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus

20 = lebar kepala

21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari 22 = lebar telapak tangan

23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar ke samping kiri- kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar)

24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas

25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak (tidak ditunjukkan dalam gambar)

26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan, diukur dari bahu sampai ujung jari tangan


(55)

3.5.3. Aplikasi Data Antropometri Dengan Menggunakan Persentil.

Data antropometri jelas diperlukan agar rancangan suatu produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual, seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan (job order). Situasi menjadi berubah manakala lebih banyak lagi produk standar yang ahrus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahan yang timbul disini adalah ukuran siapakah yang nantinya dipilih sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada?. Mengingat ukuran individu yang bervariasi satu dengan yang lainnya, maka perlu penetapan data antropometri yang sesuai dengan populasi yang menjadi target sasaran produk tersebut.

Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapka n. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean X ) dan simpangan standardnya (standart deviation, σx) dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka persentil dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal.

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dijelaskan dalam tabel 3.1 seperti berikut ini :


(56)

Tabel 3.1. Nilai Persentil Dan Cara Perhitungannya Dalam Distribusi Normal

Persentil Perhitungan

1-st X - 2,325 σx

2,5-th X - 1,96 σx

5-th X - 1,645 σx

10-th X - 1,28 σx

50-th X

90-th X + 1,28 σx

95-th X + 1,645 σx

97,5-th X + 1,96 σx

99-th X + 2,325 σx

Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada otot-otot skeletal yang dirsakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai pada yang sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal.10 Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :


(57)

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera menghilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih berlanjut.

Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Muskuloskeletal.

Keluhan musculoskeletal dapat terjadi oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah:11

1. Peregangan otot yang berlebihan.

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat.

2. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu, dsb. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekana akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh waktu untuk relaksasi.


(58)

3. Sikap kerja tidak alamiah.

Posisi bagian tubuh yang bergerak menjahui posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya dapat menyebabkan keluhan pada otot skeletal. 4. Faktor penyebab skunder.

Faktor-faktor skunder yang juga berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal adalah : tekanan, getaran, mikroklimat.

5. Penyebab kombinasi

Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas mengangkat beban dibawah tekanan panas matahari.

Langkah-langkah Mengatasi Keluhan Muskuloskeletal

Berdasarkan rekomendasi dari Occuptional Safety and health Administration (OSHA), tindakan ergonomic untuk mencagah adanya sumber penyakit ada dua cara, yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat kerja) dan rekaya manajemen (kriteria dan organisasi kerja)12 . Langkah preventif ini dimaksudkan untuk mengelemir peregangan otot yang berlebihan dan mencegah adanya sikap kerja yang tidak alamiah.


(59)

1. Rekayasa teknik

Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternative seperti:

a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. b. Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru

yang aman.

c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja, sebagai contoh memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran, dan sebagainya.

d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit yang diakibatkan suhu udara yang tidak nyaman.

2. Rekayasa manajemen

Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan pendidikan dan pelatihan, pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, pengawasan insntif.

3.7 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole, 1995).


(60)

Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena. Dengan kata statistik deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan. Penarikan kesimpulan pada statistik deskriptif (jika ada) hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada. Didasarkan pada ruang lingkup bahasannya statistik deskriptif mencakup :

1. Distribusi frekuensi beserta bagian-bagiannya seperti grafik distribusi (histogram, poligon frekuensi, dan ogif), ukuran nilai pusat (rata-rata, median, modus, kuartil dan sebagainya), ukuran dispersi (jangkauan, simpangan rata-rata, variasi, simpangan baku, dan sebagianya), kemencengan dan keruncingan kurva.

2. Angka indeks

3. Times series/deret waktu atau berkala 4. Korelasi dan regresi sederhana

Statistik deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai – nilai statistik, pembuatan diagram atau gambar mengenai sesuatu hal, di sini data disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami atau dibaca sehingga memberikan suatu informasi yang berguna. a. Perhitungan Rata-Rata (Mean)

Perhitungan rata-rata biasanya dapat disingkat dengan rata-rata adalah jumlah dari semua data dibagi dengan banyaknya data. Rata-rata untuk sampel biasanya dinyatakan dengan simbol X dan untuk populasi dinyatakan dengan simbol µ. Data, terbagi atas data yang dikelompokkan dan dan data yang tidak


(61)

dikelompokkan. Perhitungan rata-rata untuk data yang tidak dikelompokkan yaitu dengan menjumlahkan semua data yang dibagi dengan banyaknya data, dan dapat dinyatakan dengan rumus:

X = n

Xi

n

i

=1

Dalam hal ini:

Σ = Tanda jumlah n = Banyaknya data Xi

Untuk mencari rata-rata untuk data yang dikelompokkan biasanya disusun dalam distribusi frekuensi. Rata-ratanya dapat dicari dengan rumus:

= Besarnya tiap-tiap data.

X =

= = k i i n i u i f f X 1 1

k = banyaknya kelas f = frekuensi

b. Standard Deviasi

Standard deviasi adalah standart penyimpangan data dari rata-ratanya. Pada standart deviasi ini didalam menghilangkan pengaruh positif dan negatif selisih data dengan rata-rata tidak dengan harga mutlak, tetapi dengan dikuadratkan kemudian jumlah dari kuadratnya di akarkan. Deviasi standart untuk populasi biasanya diberi simbol σ, sedangkan untuk sampel diberi simbol s. Rumusnya adalah sebagai berikut:


(62)

Untuk data yang tidak dikelompokkan;

σ =

n U Xi k i

= − 1 2 ) (

atau

= = − = n i n i Xi Xi n n 1 2 1 2 ) ( . 1 σ ) 1 ( ) ( 2 1 − − =

= n X Xi s n

i atau

) 1 ( ) ( 1 1 2 2 − − =

=

= n n X X n s n i n i i i

c. Nilai Maksimum dan Minimum

Nilai maksimum adalah nilai terbesar dari sejumlah data yang di berikan atau dapat disimbolkan dengan Xmaks. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai minimum adalah nilai terkecil dari sejumlah data yang diberikan, biasa dilambangkan dengan Xmin

d. Range

.

Range adalah wilayah sekumpulan data yang merupakan selisih antara pengamatan terbesar dan pengamatan terkecil.

min X X

R= maks − 5. Median

Median segugus data yang telah diurutkan dari terbesar hingga terkecil adalah pengamatan yang tepat di tengah-tengah bila data itu ganjil atau rata-rata dua pengamatan ditengah bila data itu genap. Untuk data yang telah dikelompokkan rumus yang dipakai adalah:


(63)

            + = 2 2 2 2 1 f F n C L Me 6. Modus

Modus segugus pengamatan adalah nilai yang paling sering terjadi atau memiliki frekuensi yang paling tinggi.

      + + = 2 1 1 d d d C L Mo

3.7.1 Statistik Nonparamentrik

Istilah nonparametrik sendiri pertama kali digunakan oleh Wolfowitz, 1942. Istilah lain yang sering digunakan antara lain distribution-free statistics dan assumption-free test. Dari istilah-istilah ini, dengan mudah terlihat bahwa metode statistik nonparametrik merupakan metode statistik yang dapat digunakan dengan mengabaikan segala asumsi yang melandasi metode statistik parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal.

Pada uji-uji pada statistika parametrik diterapkan/dipakai sebagai uji statistik apabila skala data/pengukuran sekurang-kurang berskala interval, dan data yang dimiliki terdistribusi normal. Namun, apabila salah satu atau kedua syarat pada uji statistik parametrik ini tidak terpenuhi, maka uji-uji pada statistika parametrik tidak dapat dipergunakan/diterapkan, sehingga diperlukan uji-uji lain, selain uji-uji pada statistika parametrik, yakni uji-uji pada statistika non-parametrik.


(64)

1. Karena kebanyakan uji-uji pada statistik non-parametrik memerlukan asumsi dalam jumlah yang minimun/sedikit, maka kemungkinan untuk digunakan secara salahpun kecil.

2. Untuk beberapa uji-uji pada statistik non-parametrik, perhitungan-perhitungan dapat dilaksanakan dengan cepat dan mudah, terutama bila terpaksa dikerjakan secara manual. Jadi penggunaan uji-uji ini menghemat waktu yang diperlukan untuk perhitungan. Ini bisa dijadikan bahan pertimbangan yang penting bila hasil pengkajian harus segera tersaji atau bila mesin hitung berkemampuan tinggi tidak tersedia.

3. Para peneliti dengan dasar matematika serta statistika yang kurang biasanya menemukan bahwa konsep-konsep dan metode-metode uji-uji pada statistik nonparametrik muda h dipahami.

4. Uji-uji pada statistik non-parametrik boleh diterapkan bila data telah diukur menggunakan skala pengukuran yang lemah, sebagaimana bila hanya data hitung atau data peringkat yang tersedia untuk analisis.

Kekurangan atau kelemahan statistika non-parametrik, sebagai berikut : 1. Karena perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk kebanyakan uji-uji

pada statistik nonparametrik cepat dan sederhana, uji-uji ini kadang-kadang digunakan untuk kasus-kasus yang lebih tepat bila ditangani dengan uji-uji pada statistik parametrik. Cara seperti ini sering menyebabkan pemborosan informasi.


(65)

2. Kendatipun uji-uji pada statistik non-parametrik terkenal karena prinsip perhitungannya yang sederhana, pekerjaan hitung-menghitung (arithmetic)-nya sendiri acap kali membutuhkan ba(arithmetic)-nyak tenaga serta menjemukan.

Uji-uji pada statistik non-parametrik digunakan pada saat:

1. Bila hipotesis yang harus diuji tidak melibatkan suatu parameter populasi. 2. Bila data telah diukur dengan skala yang lebih lemah dibanding yang

dipersyaratkan oleh uji-uji pada statistik parametrik yang semestinya digunakan. Sebagai contoh, data mungkin terdiri atas data hitung atau data peringkat, sehingga menghalangi penerapan uji-uji pada statistik parametrik yang semestinya lebih tepat.

3. Bila asumsi-asumsi yang diperlukan agar penggunaan suatu uji-uji pada statistik parametrik, misalnya data yang dimiliki terdistribusi normal, menjadi kabur/tidak valid. Dalam banyak hal, rancangan suatu proyek riset mungkin menganjurkan penggunaan uji-uji pada statistik parametrik tertentu. Bagaimanapun, pemeriksaan data mungkin mengungkapkan bahwa salah satu atau beberapa asumsi yang mendasari pengujian betul-betul tidak bisa dipenuhi/dipatuhi. Dalam hal ini, uji-uji pada statistik non-paramaterik acap kali merupakan pengganti satu-satunya.

4. Bila hasil-hasil riset harus segera disajikan dan perhitungan-perhitungan terpaksa dikerjakan secara manual.

Contoh uji nonparametrik yang paling mudah dan paling cepat adalah uji yang disebut uji tanda. Dalam pengujian hipotetis nol H0 bahwa µ = µ0 lawan alternatifnya yang diinginkan berdasarkan pada contoh acak berukuran n, uji ini


(66)

mengganti setiap nilai pengamatan yang melebihi µ0

dengan tanda plus dan setiap nilai contoh yang lebih kecil dari tanda minus.

3.7.2 Uji Normal dengan Kolmogorov Smirnov Test

Uji Kolmogorov Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik.

Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal.

Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai


(67)

perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal.

Yang diperbandingkan dalam suatu uji Kolmogorov-Smirnov adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi kumulatif yang diharapkan (actual observed cumulative frequency dengan expected cumulative frequency).

Langkah- langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah:

1. Data dari hasil pengamatan disusun mulai dari nilai pengamatan terkecil sampai nilai pengamatan terakhir.

2. Dari nilai pengamatan tersebut kemudian disusunlah distribusi frekuensi kumulatif relatif, dan notasikanlah dengan Fa (X).

3. Hitung nilai Z dengan rumus:

σ

X X

Z = −

Ket : Z = satuan baku pada distribusi normal X = nilai data

X = mean

σ = standar deviasi

4. Hitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan area kurva normal) dan notasikan dengan Fe (X).

5. Hitung selisih antara Fa (X) dengan Fe (X).

6. Ambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D.


(68)

7. Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan nilai Dα dari tabel II.1. (tabel nilai D untuk uji Kolmogorov-Smirnov sampel tunggal).

8. Kriteria pengambilan keputusannya adalah:


(69)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Penelitian ilmiah merupakan suatu rangkaian proses yang terkait dan tersusun secara sistematis serta merupakan suatu proses yang panjang. Rangkaian proses digambarkan dalam tahapan penelitian, dan setiap tahapan penelitian merupakan bagian yang menentukan tahap selanjutnya.

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di industri garmen UD. Chaniago yang beralamat di Jl. Bromo ujung / Jl. Sepakat no 19 Medan. Waktu penelitian dilakukan dari Februari hingga Juli 2009.

4.2. Rancangan Penelitian

Tujuan studi pada penelitian ini dilakukan dengan 2 cara yaitu studi eksploratif untuk mengetahui secara mendalam tentang kondisi perusahaan dan juga proses kerja. Studi eksploratif yang dilakukan adalah dengan cara mewawancarai pemilik perusahaan dan juga pekerja. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tentang sejarah dan latar belakang perusahaan dan juga mengetahui keluhan-keluhan yang dialami oleh pekerja.


(70)

Studi yang kedua adalah studi diskriptif untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena perhatian dari persepektif seseorang, organisasi, atau lainnya dengan menampilkan data yang kuantitatif. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dimensi meja mesin jahit dan kursi operator serta data dimensi antropometri pekerja dengan melakukan pengukuran secara langsung

4.3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah meja mesin jahit dan kursi operator pada stasuin penjahitan.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi : 1. Data Antropometri Pekerja meliputi:

a. Tinggi bahu duduk : digunakan untuk mengetahui tinggi maksimal sandaran kursi.

b. Tinggi siku duduk : digunakan untuk menentukan tinggi landasan mesin.

c. Lebar pinggul : digunakan untuk menentukan lebar alas kursi. d. Lebar bahu : digunakan untuk menetukan lebar sandaran.

e. Jarak antara pantat popliteal (panjang popliteal): digunakan untuk menentukan panjang alas duduk.


(71)

f. Jarak dari tumit ke bagian lutut belakang (tinggi popliteal) : digunakan untuk menentukan tinggi kursi.

g. Jangkauan tangan : digunakan untuk menentukan lebar meja mesin. h. Panjang Telapak Kaki : digunakan untuk menentukan panjang pijakan kaki 2. Data Dimensi Meja Mesin Jahit dan Kursi Operator

Dimensi yang diukur meliputi ; tinggi kursi dari lantai, lebar kursi, panjang/kedalaman kursi, tinggi sandaran kursi, lebar sandaran kursi, lebar meja, tinggi meja dari lantai, dan panjang pedal..

3. Data keluhan muskuloskeletal

4.5. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrument untuk membantu dalam hal pengumpulan data. Instrumen yang digunakan adalah :

1. Human body martin : Digunakan untuk mengukur dimensi tubuh operator. 2. Kursi antropometri : Digunakan untuk mengukur dimensi tubuh operator

dalam posisi duduk

3. Meteran : Digunakan untuk mengukur dimensi meja mesin jahit dan kursi yang digunakan operator.

4. Kuisoner nordic body map : Digunakan untuk mengetahui keluhan musculoskeletal yang dialami operator.


(72)

4.6. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: studi literatur yang berhubungan dengan penelitian, lalu dilanjutkan dengan pengamatan di tempat penelitian untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data yang dilakukan di UD.Chaniago, meliputi:

a. Hari ke-1 : Melakukan wawancara kepada pemilik perusahaan tentang sejarah dan latar belakang berdirinya perusahaan, proses produksi, organisasi dan manajemen perusahaan, dan pemasaran. b. Hari ke-2 : Melakukan wawancara kepada pekerja bagian

penjahitan tentang cara bekerja dan keluhan yang sering dialami setelah selesai bekerja, mengambil foto yang berkaitan dengan data yang diperlukan.

c. Hari ke-3 : Pembagian kuisoner nordic body map kepada 13 operator stasiun penjahitan.

d. Hari ke-4 : Melakukan pengukuran terhadap dimensi meja mesin jahit dan kursi yang digunakan operator dan mengukur dimensi tubuh 13 orang operator.

e. Hari ke-5 : Melanjutkan pengukuran dimensi tubuh 13 orang operator

f. Hari ke-6 : Melanjutkan pengukuran dimensi tubuh 13 orang operator.


(73)

Setelah proses pengumpulan data di lapangan selesai dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data, evaluasi dan pemecahan masalah hingga penarikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi perusahaan.

4.7. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dilakukan pengolahan, untuk dapat digunakan dalam penelitian. Pengolahan data yang dilakukan secara garis besar meliputi penyeragaman data dimensi tubuh operator, uji kecukupan data, pengujian normalitas data dan perancangan dimensi meja mesin jahit dan kursi operator berdasarkan kriteria antropometri.

4.8. Evaluasi dan Pemecahan Masalah 4.8.1. Evaluasi

4.8.1.1 Evaluasi Rancangan Meja Mesin Jahit dan Kursi Operator saat ini Data dimensi meja mesin jahit dan kursi operator yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisa berdasarkan data antropometri pekerja. Dari hasil analisa tersebut akan ditelusuri kekurangan-kekurangan yang ada pada rancangan awal untuk melakukan perbaikan.

4.8.1.2. Evaluasi Keluhan Muskuloskeletal

Data keluhan muskuloskeletal yang dialami pekerja yang diperoleh melalui penyebaran kuisoner Nordic Body Map akan dianalisa penyebabnya serta dilakukan pembahasan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.


(74)

4.8.2. Pemecahan Masalah

Hasil dari Evaluasi yang telah dilakukan, selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan memberikan solusi atau pemecahan masalah yang berguna untuk mengatasi permasalahan yang ada.

4.9. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dapat ditarik melalui hasil analisa dan evaluasi mengenai data dimensi meja mesin jahit dan kursi operator ada saat ini serta data dimensi antropometri operator. Kesimpulan juga dapat diperoleh melalui analisa terhadap kuisoner nordic body map yang disebar untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal yang dialami pekerja. Penelitian ini juga dapat memberikan saran-saran dan masukan demi kepentingan dan kemajuan perusahaan.


(75)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data primer yang dihasilkan melalui pengukuran dan pengamatan langsung. Selain melalui pengukuran data yang diperoleh juga melalui wawancara dan pengisian kuisoner. Data yang diperoleh adalah :

5.1.1. Data Dimensi Antropometri Tubuh Operator.

Pengukuran dilakukan kepada 13 orang operator stasiun penjahitan. Nilai dari dimensi tubuh yang diperlukan berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada Table 5.1. berikut:

Tabel 5.1. Data Dimensi Antropometri Tubuh Operator

No Nama Tpo

(cm) Ppo (cm) LB (cm) LP (cm) TBD (cm) TSD (cm) JT (cm) PTK (cm)

1 Mardias 41,3 44,7 38,5 29,6 59,2 22,3 69,5 23

2 Anto 40,2 45 39,8 30,3 58,9 22,6 69 24

3 Rico 41,5 46,1 40,2 29,2 60,1 23 68,8 22.5

4 Adek 42,1 45,8 40,5 30,5 58,5 22,5 69,2 24

5 Medi 41,7 45,6 39,7 28,7 60 23,2 70 23.5

6 Rino 40,8 44,5 39 28,1 58,7 22,7 69,7 23.5

7 Rudi.s 39,6 44,2 38,3 27,5 57,8 21,8 68,3 23

8 Martin 40,5 44,7 41 30 59,2 23,3 69,1 24

9 Syamsir 40,5 44,5 39,3 28,8 60 22,8 69,3 23

10 Rudi 40 44,1 39,2 28,5 59,3 22,1 68,9 23.3

11 Irman 41,1 45,1 40,2 29,5 59,4 22,5 70,2 25

12 Nahar 41,6 45,4 40,8 30,1 59,5 23,2 70,2 24

13 Tyas 40,3 44,8 39,4 28,4 59,7 22,3 69,5 23.5


(1)

I-1 : Inspeksi terhadap penserian, apakah bagian-bagian dari satu celana sudah lengkap atau belum.

I-2 : Merapikan sisa-sisa benang hasil jahitan

I-3 : Inspeksi kepada produk jadi, apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan.


(2)

(3)

(4)

(5)

Tugas dan Tanggung Jawab Masing-masing Bagian dari Struktur Organisasi UD.Chaniago

3. Pemilik

- Orang yang memiliki modal dalam perusahaan

- Pimpinan tertinggi di dalam perusahaan yang menetapkan segala kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan.

- Menyetujui dan menandatangani surat- surat penting yang berkenaan dengan perusahaan.

- Bertanggungjawab atas semua kegiatan operasional perusahaan serta kontinuitas kegiatan perusahaan.

- Mengatur dan bertanggung jawab terhadap arus kas perusahaan. - Mengatur pemasaran produk celana sampai ke produsen

4. Sekretaris

- Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan administrasi guna menunjang kontinuitas operasional perusahaan

- Menggantikan peran pemilik jika pemilik berhalangan

- Mengatur dan menjadwalkan logistik persediaan bahan dan produk - Mendapatkan insentif dan honor sesuai dengan pekerjaan yang

dilakukan.

5. Karyawan Bagian Pemotongan

- Membentuk pola bahan yang akan diproduksi. - Memotong kain sesuai dengan bentuk pola


(6)

- Mendapatkan insentif dan honor sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.

6. Karyawan Bagian Penjahitan

- Menjahit bahan yang sudah dipotong sesuai dengan produk yang diinginkan.

- Mendapatkan insentif dan honor sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.

7. Karyawan Bagian Finishing

- Merapikan benang-benang sisa jahitan. - Menyetrika produk yang sudah jadi. - Memasang sabuk

- Mengemas produk ke dalam plastic.

- Membentuk pola bahan yang akan diproduksi. - Memotong kain sesuai dengan bentuk pola

- Mendapatkan insentif dan honor sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan.