Aplikasi Data Antropometri Dengan Menggunakan Persentil.

3.5.3. Aplikasi Data Antropometri Dengan Menggunakan Persentil.

Data antropometri jelas diperlukan agar rancangan suatu produk bisa sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual, seperti halnya yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan job order. Situasi menjadi berubah manakala lebih banyak lagi produk standar yang ahrus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahan yang timbul disini adalah ukuran siapakah yang nantinya dipilih sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada?. Mengingat ukuran individu yang bervariasi satu dengan yang lainnya, maka perlu penetapan data antropometri yang sesuai dengan populasi yang menjadi target sasaran produk tersebut. Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapka n. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata mean X dan simpangan standardnya standart deviation , σx dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka persentil dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dijelaskan dalam tabel 3.1 seperti berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Nilai Persentil Dan Cara Perhitungannya Dalam Distribusi Normal Persentil Perhitungan 1-st X - 2,325 σx 2,5-th X - 1,96 σx 5-th X - 1,645 σx 10-th X - 1,28 σx 50-th X 90-th X + 1,28 σx 95-th X + 1,645 σx 97,5-th X + 1,96 σx 99-th X + 2,325 σx Keluhan Muskuloskeletal Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada otot-otot skeletal yang dirsakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai pada yang sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders MSDs atau cedera pada sistem muskuloskeletal. 10 10 Tarwaka, dkk., op.cit., p.117 Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Keluhan sementara reversible, yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera menghilang apabila pembebanan dihentikan. 2. Keluhan menetap persistent, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih berlanjut. Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Muskuloskeletal. Keluhan musculoskeletal dapat terjadi oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah: 11 1. Peregangan otot yang berlebihan. Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat. 2. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu, dsb. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekana akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh waktu untuk relaksasi. 11 ibid, p.118 Universitas Sumatera Utara 3. Sikap kerja tidak alamiah. Posisi bagian tubuh yang bergerak menjahui posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya dapat menyebabkan keluhan pada otot skeletal. 4. Faktor penyebab skunder. Faktor-faktor skunder yang juga berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal adalah : tekanan, getaran, mikroklimat. 5. Penyebab kombinasi Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas mengangkat beban dibawah tekanan panas matahari. Langkah-langkah Mengatasi Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan rekomendasi dari Occuptional Safety and health Administration OSHA, tindakan ergonomic untuk mencagah adanya sumber penyakit ada dua cara, yaitu rekayasa teknik desain stasiun dan alat kerja dan rekaya manajemen kriteria dan organisasi kerja 12 12 ibid, p.130 . Langkah preventif ini dimaksudkan untuk mengelemir peregangan otot yang berlebihan dan mencegah adanya sikap kerja yang tidak alamiah. Universitas Sumatera Utara 1. Rekayasa teknik Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa alternative seperti: a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. b. Substitusi, yaitu mengganti alatbahan lama dengan alatbahan baru yang aman. c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja, sebagai contoh memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran, dan sebagainya. d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit yang diakibatkan suhu udara yang tidak nyaman. 2. Rekayasa manajemen Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan pendidikan dan pelatihan, pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, pengawasan insntif.

3.7 Statistik Deskriptif