Perancangan Kursi Dan Meja Berdasarkan Antropometri Pada Sekolah Sd Siti Hajar

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Cross, Nigel. 1942. Engineering Design Methods: Strategies for Product Design.

Third Edition. John Willey & Sons, LTD: Australia.

Ghazilla, Raja Ariffin dkk. 2010. Pilot Investigation on the Mismatches of Classroom Furniture and Student Body Dimensions in Malaysian Secondary Schools. University of Malaya: Kuala Lumpur.

Hapsari, Putri Sekar. 2011. Kenyamanan Furnitur Kelas B di TK Aisyiyah 61 Serengan Berdasar Ergonomi dan Antropometri. Fakultas seni rupa dan desain ISI: Surakarta.

Harsokusoemo, Dharmawan. 2000. Pengantar Perancangan Teknik (Perancangan Produk). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hartono, Markus. 2012. Panduan Survei Data Antropometri. Jurusan Teknik Industri. Universitas Surabaya: Surabaya.

Musa, Adekunle Ibrahim. 2011. Anthropometric Evaluations and Assesmentn of School Furniture Design in Nigeria: A Case Study of Secondary Schools in Rural Area Of Odeda, Nigeria. Moshood Abiola Polytechnic, Abeokutar: Nigeria.

Nurmianto, Eko. 1998. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Guna Widya: Surabaya.

Openshaw, Scott et al. 2006. Ergonomics and Design A Referensi Guide. Allsteel: USA.


(2)

Panero, Julius. 2003. Dimensi Manusia & Ruang Interior: Buku Pedoman untuk Standar Pedoman Perancangan. Erlangga : Jakarta.

Pheasant, Stephen. 2003. Bodyspace Antropometry, Ergonomics and the Design of Work. Second Edition. Taylor & Francis e-Library.

Santoso, Gempur . 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Prestasi Pustaka: Jakarta.

Siregar, Sofyan. 2011. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Cetakan kedua. Grafindo Persada: Jakarta.

Stanton, Naville. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods.

New York: CRC Press LLC.

Tan, K Cuan, Markus Hartono dan Naresh Kumar. 2010. Anthropometry of the Singaporean and Indonesia Populations. Department of Industrial and Systems Engineering, National University of Singapore: Singapore.

Wignjosoebroto, Sritomo. 2008. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Guna Widya: Surabaya.


(3)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin Ergo, yang berarti kerja dan

Nomos, artinya aturan/hukum alam, dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain.

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun atau rancang ulang. Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja, bangku kerja, platform, kursi, pegangan alat kerja, pintu jendela dan lain-lain. Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat terjadi apabila terjadi kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Tujuan pendekatan ergonomi dalam perancangan tempat kerja adalah agar terjadi keserasian antara manusia dengan sistem kerja (man-machine system) atau dapat dikatakan bahwa desain sistem kerja harus menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara layak.

Disiplin ilmu yang terkait secara ergonomi dalam perancangan tempat kerja antara lain studi metode kerja, antropometri, tata letak dan fasilitas ruang kerja, faal kerja dan biomekanik, keselamatan dan kesehatan kerja, hubungan dan prilaku manusia dan pengaturan waktu kerja.


(4)

3.2 Antropometri

Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok dan lain sebagainya disebut antropometri. Pelopor bidang ini adalah seorang ahli matematika berkebangsaan Belgia bernama Quetlet, dimana pada tahun 1870 memperkenalkan karyanya yang berjudul Anthropometrie.

Data antropometri merupakan data ukuran dimensi tubuh manusia. Data antropometri sangat berguna dalam perancangan suatu produk dengan tujuan mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Dengan demikian tidak hanya memberikan kerpuasan pada pemakai produk saja, tetapi juga pada pembuat produk.

Untuk mendapatkan suatu perancangan optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam keadaan statis maupun dinamis. Pengukuran statis dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara lurus dan dilakukan pada permukaan tubuh.

Jika antropometri dipraktekkan dengan cara pengukuran yang sederhana, seseorang dapat saja mengumpulkan data-datanya dengan mudah dan hasilnya tidak akan terlalu menyimpang jauh dari yang sebenarnya. Namun, sebenarnya ada banyak faktor rumit yang perlu dipertimbangkan. Faktor penyebabnya adalah ukuran tubuh manusia sangat bervariasi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, diantaranya:


(5)

1. Jenis kelamin

Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Pria dianggap lebih panjang dimensi tubuhnya daripada wanita.

2. Suku bangsa

Seperti telah diketahui bahwa perbedaan dimensi tubuh antara suku bangsa yang satu dengan yang lain juga berbeda. Dalam hal ini dimensi tubuh penduduk Indonesia biasanya lebih pendek dari penduduk Amerika.

3. Usia

Digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu balita, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia. Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk antropometri anak-anak. Antropometrinya akan cenderung terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun. 4. Jenis pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan atau stafnya. Misalnya buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.

5. Pakaian

Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya iklim yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim.


(6)

6. Kehamilan pada wanita

Faktor ini jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja.

7. Cacat tubuh secara fisik

Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik. Misalnya ada jalur khusus untuk kursi roda.

3.2.1 Dimensi Antropometri

Dimensi antropometri merupakan ukuran tubuh pada posisi tertentu. Data ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakannya. Data antropometri tubuh yang diukur menurut Hartono (2012) dalam panduan survei data antropometri dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pengukuran Data Antropometri

No Dimensi tubuh Definisi

1 Tinggi tubuh Tinggi tubuh jarak vertikal dari lantai ke bagian paling atas kepala.

2 Tinggi mata Jarak vertikal dari lantai ke bagian luar sudut mata kanan.

3 Tinggi bahu Jarak vertikal dari lantai ke bagian atas bahu kanan atau ujung tulang bahu kanan.

4 Tinggi siku Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut siku bagian kanan.

5 Tinggi pinggul Jarak vertikal dari lantai ke bagian pinggul kanan.


(7)

Sumber : Jurnal Panduan Survei Data Antropometri (Hartono, 2012)

Tabel 3.1 Pengukuran Data Antropometri Lanjutan

ruas kanan.

No Dimensi tubuh Definisi

7 Tinggi ujung jari Jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tengah tangan kanan.

8 Tinggi dalam

posisi duduk Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas kepala.

9

Tinggi mata dalam posisi duduk

Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian luar sudut mata kanan.

10

Tinggi bahu dalam posisi duduk

Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian atas bahu kanan.

11

Tinggi siku dalam posisi duduk

Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian bawah lengan bawah tangan kanan.

12 Tebal paha Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas dari paha kanan.

13 Panjang lutut Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke bagian depan lulut kaki kanan.

14 Panjang popliteal Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke bagian belakang lutut kanan.

15 Tinggi lutut Jarak vertikal dari lantai ke tempurung lutut kanan.

16 Tinggi popliteal Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang terletak di bawah paha, tepat di bagian belakang lutut kaki kanan.

17 Lebar sisi bahu Jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri dan sisi paling luar bahu kanan.

18 Lebar bahu

bagian atas Jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu atas kiri.

19 Lebar pinggul Jarak horizontal antara sisi luar pinggul kiri dan sisi luar pinggul kanan.


(8)

Sumber : Jurnal Panduan Survei Data Antropometri (Hartono, 2012)

Tabel 3.1 Pengukuran Data Antropometri Lanjutan 20 Tebal dada

Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian dada untuk subyek laki-laki atau ke bagian buah dada untuk subyek wanita.

21 Tebal perut Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian paling menonjol dibagian perut.

22 Panjang lengan

atas

Jarak vertikal dari bagian bawah lengan bawah kanan ke bagian atas bahu kanan.

No Dimensi tubuh Definisi

23 Panjang lengan

bawah

Jarak horizontal dari lengan bawah diukur dari bagian belakang siku kanan kebagian ujung dari jari tengah.

24 Panjang rentang

tangan ke depan

Jarak dari bagian atas bahu kanan ke ujung jari tengah tangan kanan dengan siku dan pergelangan tangan kanan lurus.

25

Panjang bahu genggaman tangan ke depan

Jarak dari bagian atas bahu kanan ke pusat batang silinder yang digenggam oleh tangan kanan, dengan siku dan pergelangan tangan lurus.

26 Panjang kepala Jarak horizontal dari bagian paling depan dahi (bagian tengah antara dua alis) ke bagian tengah kepala.

27 Lebar kepala Jarak horizontal dari sisi kepala bagian kiri ke sisi kepala bagian kanan, tepat di atas telinga.

28 Panjang tangan

Jarak dari lipatan pergelangan tangan ke ujung jari tengah tangan kanan dengan posisi tangan dan seluruh jari lurus dan terbuka.

29 Lebar tangan Jarak antara kedua sisi luar empat buku jari tangan kanan yang diposisikan lurus dan rapat.

30 Panjang kaki Jarak horizontal dari bagian belakang kaki (tumit) ke bagian paling ujung dari jari kaki kanan.

31 Lebar kaki Jarak antara kedua sisi paling luar kaki.

32 Panjang rentangan

tangan ke samping

Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan ke ujung jari tengah tangan kiri.

33 Panjang rentangan

siku

Jarak yang diukur dari ujung siku tangan kanan ke ujung siku tangan kiri.


(9)

Sumber : Jurnal Panduan Survei Data Antropometri (Hartono, 2012)

Data-data dari hasil pengukuran atau disebut dengan data antropometri digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan. Adapun gambar dari pengukuran data antropometri pada posisi berdiri dan posisi duduk dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.3.

tangan ke atas dalam posisi berdiri

digenggam oleh telapak tangan kanan.

35

Tinggi genggaman ke atas dalam posisi duduk

Jarak vertikal dari alas duduk ke pusat batang silinder.

36

Panjang

genggaman tangan ke depan

Jarak yang diukur dari bagian belakang bahu kanan (tulang belikat) ke pusat batang silinder yang digenggam oleh telapak tangan kanan.


(10)

Gambar 3.1 Kelompok Dimensi Tubuh yang Diukur dalam Posisi Berdiri

Aplikasi perancangan alat yang memperhatikan dimensi antropometri tubuh dalam posisi berdiri ditampilkan pada Gambar 3.2


(11)

25

7 29

Sumber Handbook Ergonomics and Design A Referensi Guide (Openshaw et al. 2006)

Gambar 3.2 Perancangan Tongkat yang Memperhatikan Dimensi Antropometri Tubuh Dalam Posisi Berdiri

Sumber : Jurnal Panduan Survei Data Antropometri (Hartono, 2012)


(12)

Aplikasi perancangan alat yang memperhatikan dimensi antropometri tubuh dalam posisi duduk ditampilkan pada Gambar 3.4 berikut:

17

12

16 19

19

14 10

Sumber: Handbook Ergonomics and Design A Referensi Guide (Openshaw et al. 2006)

Gambar 3.4 Perancangan Kursi Kantor Ergonomis yang Memperhatikan Dimensi Antropometri Tubuh Dalam Posisi Duduk

Terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data antropometri tersebut yaitu: 1. Prinsip perancangan produk berdasarkan individu ekstrim

Prinsip ini digunakan apabila fasilitas kerja yang dirancang dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya yang biasanya minimal oleh 95 % pemakai.

2. Prinsip perancangan produk fasilitas yang bisa disesuaikan

Prinsip ini digunakan untuk merancang fasilitas agar fasilitas tersebut bisa dirubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap ukuran rata-rata tubuh manusia (Sutalaksana, 1979).


(13)

3.2.2. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri

Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean, X ) dan simpangan standarnya (standard deviation, σX) dari data yang ada. Dari nilai yang ada maka persentil dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan persentil, dalam hal ini adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan 5-th persentil akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri ukuran 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang terbesar dan 5-th persentil sebaliknya akan menunjukkan ukuran terkecil. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antopometri dapat dijelaskan dalam Gambar 3.5 dan Tabel 3.2.

Sumbe

sumberr : Buku Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Nurmianto, 2008)

Gambar 3.5 Distribusi Normal dengan Data Antropometri

1,96 σX 1,96 σX

X

2,5% 95%

2,5%

N(X, σX)

2,5-th

til


(14)

Dari Gambar 3.5 diatas, kemudian dilakukan perhitungan persentil dengan rumus berdasarkan distribusi normal yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Sumber : Buku Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Nurmianto, 2008)

Perbedaan ukuran tubuh manusia dengan persentil antropometri ditampilkan pada Gambar 3.6

Sumber: Handbook Ergonomics and Design

A Referensi Guide (Openshaw et al. 2006)

Gambar 3.6 Perbedaan Ukuran dengan Persentil Manusia

3.2.3 Aspek Antropometri Dalam Perancangan Kursi

Persentil Perhitungan

1-st Χ- 2.325 σX

2.5-th Χ- 1.96 σX

5-th Χ- 1.645 σX

10-th Χ- 1.28 σX

50-th Χ

90-th Χ+ 1.28 σX

95-th Χ+ 1.645 σX

97.5-th Χ+ 1.96 σX


(15)

Menurut Panero dan Zelnik (2003) ada beberapa data antropometri yang dibutuhkan untuk mendesain kursi sekolah sehingga posisi duduk tidak menimbulkan keluhan otot dan kelelahan. Data antropometri yang dibutuhkan tersebut dan tujuan pengukurannya adalah sebagai berikut.

1. Tinggi siku pada posisi duduk, adalah tinggi mulai dari tepi atas permukaan tempat duduk hingga bagian bawah dari siku. Tujuan pengukurannya adalah untuk menentukan ketinggian meja sekolah.

2. Tinggi lipatan dalam lutut (tinggi popliteal), adalah tinggi dari lantai hingga bagian bawah paha tepat di belakang lutut, ketika orang berada dalam posisi duduk tegak. Lutut dan pergelangan kaki dalam posisi tegak lurus, dengan bagian bawah paha dan bagian belakang lutut langsung menyentuh permukaan tempat duduk.

3. Lebar pinggul, adalah jarak terbesar dari panggul. Tujuan pengukurannya adalah untuk menentukan lebar alas kursi.

4. Lebar bahu, adalah jarak horisontal terbesar antara tepi luar bahu kiri dan kanan. Tujuan pengukurannya adalah untuk menentukan lebar sandaran kursi. 5. Tinggi bahu posisi duduk, adalah tinggi dari permukaan tempat duduk hingga

titik pertengahan bahu antara leher dan akromion. Tujuan pengukurannya adalah untuk menentukan tinggi maksimal sandaran yang memberikan dukungan pada daerah lumbar.

6. Jarak dari pantat hingga lipatan dalam lutut (panjang popliteal), adalah jarak horisontal dari bagian belakang pantat hingga bagian belakang lutut. Tujuan pengukurannya adalah untuk menentukan panjang alas duduk.


(16)

Secara keseluruhan dimensi antropometri siswa untuk mendesain kursi sekolah dapat dicermati pada Gambar 3.7.

A

B

C

D

E

F

Keterangan: A = Tinggi Popliteal, B = Panjang popliteal, C = Lebar pinggul,

D = Tinggi bahu posisi duduk, E = Lebar bahu, F = Tinggi siku posisi duduk

Sumber: Handbook Dimensi Manusia & Ruang Interior (Panero dan Zenik. 2006)

Gambar 3.7 Pedoman Dimensi Antropometrik Untuk Desain Kursi Sekolah

3.3 Postur Kerja

Pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan postur kerja dapat membantu mendaptkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja berdiri, duduk, angkat maupun angkut. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan postur kerja tertentu terkadang tidak menyenangkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, adanya keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan


(17)

cacat tubuh. Untuk menghindari postur kerja yang demikian, pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur kerja membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering dalam jangka waktu yang lama.

2. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimal.

3. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama dengan kepala. Leher, dada atau kaki berada dalam postur kerja miring.

4. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja alam frekuensi atau periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku yang normal.

Postur duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang bekerja dalam postur duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih produktif. Sedangkan postur berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan lebih teliti. Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15% dibandingkan duduk.

Beberapa masalah berkenaan dengan postur kerja yang sering terjadi sebagai berikut:

1. Hindari kepala leher yang mendongkak. 2. Hindari tungkai kaki pada posisi terangkat.


(18)

3. Hindari postur memutar atau asimetris.

4. Sediakan sandaran bangku yang cukup sebagai tempat penyangga tulang belakang. Tulang belakang terdiri dari 33 tulang dan 24 tulang yang membentuk columna yaitu 7 tulang vertebraservikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, dan 5 tulang vertebra sacrum yang menyatu menjadi

sacrum dan 3 sampai 5 tulang koksigeal yang menyatu dengan tulang

coccygeus. Columna vertebra menyangga berat tubuh manusia dalam posisi tegak yang secara mekanik melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh tetap tegak. Adapun gambar columna vertebra ditampilkan pada Gambar 3.8.

Kerja seseorang dihasilkan dari tugas pekerjaan. Rancangan tempat kerja dan karakteristik individu seperti ukuran dan bentuk tubuh. Pertimbangan untuk semua komponen dibutuhkan analisa postur dan peracangan tempat kerja.

3.4 Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan salah satu alat ukur yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan kelelahan otot. Melalui Standard Nordic Questionnaire dapat diketahui bagiab-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai sangat sakit pada pekerja. melalui analisis peta tubuh maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Dimensi-dimensi tubuh tersebut dapat dibuat dalam format Standard Nordic Questionnaire. Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja akibat pekerjaanya. Standard Nordic


(19)

Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang dirasakan tergantung pada kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain.

Sumber: Lelytotalia. Columna vertebralis. Wordpress.com

Gambar 3.8 Susunan Tulang Belakang (Columna Vertebra)


(20)

Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seharusnya disesuaikan dengan manusia dilingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi manusia tersebut. Richard (2001) menyebutkan bahwa saat ini terdapat 80% orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri bagian tubuh belakang (back pain) salah satunya dikarena kondisi yang tidak ergonomis.

Gambaran desain produk ergonomis berdasar antropometri dapat dilihat pada Gambar 3.9 dibawah ini. Agar dapat mendesain suatu alat sesuai dengan ukuran manusia, maka dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan ukuran terbesar (95th percentile) dan ukuran terkecil tubuh (5th percentile) atau hasil kalibrasi ukuran setiap bagian tubuh (antropometri). Produk yang didesain sesuai dengan hasil kalibrasi antropometri disebut desain produk ergonomi.

Produk: - benda kerja - instalasi

Manusia pengguna produk

Kalibrasi antropometri tubuh pengguna produk :

- Mean

- Standar deviasi - Ukuran antropometri (5th, 50th, 95th percentile)

Produk Ergonomis

Sumber: Ergonomic Manusia, Peralatan dan Lingkungan (Gempur Santoso, 2004)

Gambar 3.9 Chart Desain Produk Ergonomis Berdasar Antropometri


(21)

Model perancangan produk ada 2 jenis yaitu model deskriptif dan model preskriptif.

1. Model Deskriptif

Model deskriptif berfokus pada solusi, heuristik (pengalaman sebelumnya bersifat umum). Model perancangan deskriptif terdiri dari beberapa fase yang ditampilkan pada Gambar 3.10 berikut.

Kebutuhan

Analisis masalah dan spesifikasi produk dan perencanaan

Perancangan konsep produk

Perancangan produk

Evaluasi produk hasil rancangan

Dokumen untuk pembuatan produk

Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942) Gambar 3.10 Model Perancangan Deskriptif

a. Kebutuhan

Produk yang akan dibuat haruslah dikaji tentang kebenaran akan kebutuhannya.

b. Analis masalah dan spesifikasi produk dan perencanaan

Hasil analisis masalah adalah pernyataan masalah, kendala yang membatasi solusi masalah dan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi.


(22)

Konsep produk adalah solusi-solusi alternatif dari masalah dalam bentuk skema. Fase ini dikenal sebagai fase pencarian konsep-konsep produk yang memenuhi fungsi dan karakteristik produk. Fase perancangan ini menuntut semua kemampuan dan kreativitas perancang.

d. Perancangan produk

Solusi-solusi dalam bentuk skema dikembangkan lebih lanjut menjadi produk atau benda teknik yang dibentuk, dan dimensi komponen-komponen yang ditentukan.

e. Evaluasi produk hasil rancangan

Produk hasil fase perancangan haruslah dapat spesifikasi produk yaitu dapat memenuhi fungsinya, karakteristik seperti yang diisyaratkan.

f. Dokumen (gambar dan spesifikasi) pembuatan produk

Gambar hasil rancangan produk terdiri dari gambar semua komponen produk lengkap dengan geometrinya, dimensi, kekasaran/kehalusan permukaan dan material, gambar susunan, spesifikasi yang memuat keterangan-keterangan yang tidak dapat dimuat pada gambar dan bill of material

2. Model Preskriptif

Seiring dengan model yang hanya menguraikan proses perancangan yang heuristik dan konvensional, muncullah usaha model preskriptif dari proses tersebut. Cara pengerjaan baru ini menawarkan prosedur yang lebih algoritmatik dan sistematik untuk diikuti, dan biasanya dianggap menyediakan metodologi perancangan. Cara pengerjaan baru ini menawarkan prosedur yang


(23)

lebih algoritmatik dan sistematik untuk diikuti, dan biasanya dianggap menyediakan metodologi perancangan. Model perancangan ini terdiri dari : a. Metode Zeid

Metode yang ditawarkan meliputi proses perancangan dan proses pembuatan, ditambah feedback dari pemasaran untuk pengembangan produk. Model perancangan Zeid dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut:

Proses perancangan

Proses pembuatan

Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942) Gambar 3.11 Proses Perancangan Zeid

b. Metode French

Diagram alir model cara merancang deskriptif dari French sebagaimana dicantumkan pada Gambar 3.12. Pada diagram alir tersebut, lingkaran menunjukkan hasil kegiatan yang mendahuluinya, sedangkan segiempat menyatakan kegiatan-kegiatan yang berlangsung.


(24)

Kebutuhan

Analisis Masalah

Pernyataan Masalah

Perancangan Konsep

Skets terpilih

Pemberian bentuk pada skets

Detail

Gambar Produk

Feedback

Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942) Gambar 3.12 Diagram Alir Cara Merancang French

c. Metode VDI

Metode VDI (Verein Deutcher Ingenieure) atau Persatuan Insinyur Jerman dikembangkan dari pengalaman engineer-engineer Jerman. Model cara merancang VDI ditampilkan pada Gambar 3.13.


(25)

Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942) Gambar 3.13 Model Cara Merancang VDI

d. Metode Pahl & Beitz

Metode Pahl & Beitz mengambil pengalaman insinyur-insinyur Jerman (VDI), maka mereka merumuskan metode sendiri. Metode ini lebih sistematis pada perencanaan dan desain konsep. Model cara merancang Metode Pahl & Beitz ditampilkan pada Gambar 3.14.


(26)

Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942) Gambar 3.14 Diagram Alir Cara Merancang Pahl & Beitz


(27)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan desain aktual, keluhan pada saat menggunakan meja dan kursi yang tidak ergonomis dan perancangan meja dan kursi sekolah berdasarkan antropometri siswa. Aplikasi usulan perancangan meja dan kursi sekolah bertujuan dapat meminimalkan keluhan musculoskeletal disorders pada siswa.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Siti Hajar yang beralamat di jalan Letjen Jamin Ginting Km. 16 Gg. Paya Bundung 26 Simpang Selayang, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan November 2013 sampai April 2014.

4.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diamati adalah siswa kelas I sampai kelas VI yang berumur 5 sampai 11 tahun di Sekolah Dasar Siti Hajar, Medan. Subjek yang terlibat dalam penelitian berjumlah 255 siswa.


(28)

4.4 Kerangka Berfikir

Keluhan musculoskeletal pada beberapa bagian tubuh siswa disebabkan oleh design meja dan kursi yang tidak ergonomis dan tidak sesuai dengan dimensi antropometri tubuh siswa. Perancangan meja dan kursi usulan dirancang untuk mendapatkan perancangan meja dan kursi yang ergonomis dan sesuai dengan antropometri tubuh siswa sehingga dapat meminimalkan resiko musculoskeletal disorders. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Keluhan

Musculoskeletal Disorders

Perancangan kursi dan meja yang ergonomis berdasarkan

antropometri Desain yang tidak

ergonomis

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 4.1 Kerangka Berfikir

4.5 Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan, wawancara dan pengukuran langsung terhadap subjek penelitian di lapangan antara lain:

a. Data hasil Standard Nordic Questionaire

Data Standard Nordic Questionaire diperoleh dengan melakukan penyebaran kuesioner terhadap siswa serta melakukan wawancara dan pengamatan langsung terhadap siswa.


(29)

b. Data dimensi meja dan kursi sekolah

Data dimensi meja dan kursi sekolah diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung.

c. Data postur tubuh siswa

Data postur tubuh siswa diperoleh dengan melakukan pengamatan dan dengan melakukan pengukuran terhadap sudut tubuh siswa saat belajar menggunakan meja dan kursi

d. Data dimensi tubuh siswa

Data dimensi tubuh siswa diperoleh dengan melakukan pengukuran dimensi antropometri tubuh secara langsung.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat objek penelitian dan bukan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan, data sekunder yang diperoleh adalah gambaran umum sekolah. Data gambaran umum tentang sekolah ini meliputi data tentang sejarah sekolah, jumlah siswa dan jumlah guru, fasilitas sekolah, struktur organisasi sekolah dan visi misi sekolah. Data gambaran sekolah ini diperoleh dari arsip sekolah, website

resmi sekolah dan papan pengumuman sekolah.

4.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


(30)

a. Teknik observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap postur tubuh siswa saat menggunakan meja dan kursi sekolah, melakukan penyebaran Standard Nordic Questionaire dan melakukan pengukuran langsung terhadap dimensi tubuh siswa serta dimensi meja dan kursi sekolah. b. Teknik wawancara yaitu melakukan wawancara kepada siswa mengenai

keluhan musculoskeletal yang dialami siswa serta mengenai kesesuaian dimensi tubuh siswa dengan dimensi meja dan kursi sekolah.

c. Teknik dokumentasi yaitu memperoleh data mengenai gambaran umum sekolah berupa dokumen-dokumen yang mendukung pengerjaan laporan. d. Teknik kepustakaan yaitu mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan

pemecahan masalah dari berbagai buku dan jurnal yang sesuai dengan permasalahan yang diamati pada Sekolah Dasar Siti Hajar medan.

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Instrumen Penelitian

No. Alat Ukur Fungsi

1 Standard Nordic Qustionaire

Digunakan untuk identifikasi awal untuk menilai keluhan muskuloskeletal yang dialami siswa

2 Kamera Canon Mengambil foto tentang postur tubuh siswa

4 Velvy meter Mengukur dimensi tubuh siswa

5 Kursi ergonomis Digunakan sebagai alat dudukan siswa saat pengukuran

6 Timbangan Mengukur berat badan siswa

7 Goniometer Mengukur sudut yang dibentuk tubuh siswa.

8 Meteran Mengukur dimensi meja dan kursi sekolah dan dimensi tubuh siswa

Sumber: Hasil Pengamatan 4.8 Populasi dan Sampel


(31)

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SD Siti Hajar. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Populasi Siswa Sekolah Dasar Siti Hajar

No Kelas Jumlah Siswa Total

Laki-laki Perempuan

1 I 71 59 130

2 II 63 44 107

3 III 47 55 102

4 IV 52 40 92

5 V 44 42 86

6 VI 30 33 63

Total 307 273 580

Sumber: Tata Usaha Sekolah Dasar Siti Hajar

Jumlah Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan penentuan jumlah sampel Slovin, dimana diperoleh jumlah sampel sebesar 237 sampel.

Teknik sampling yang digunakan dalam pengumpulan data antropometri adalah

Purposive sampling. Purposive sampling dipilih karena dalam pemilihan sampel dilakukan melalui proses seleksi secara tidak random karena pihak sekolah telah memberi batasan dimana pemilihan responden hanya dapat diambil pada jam pelajaran tertentu (Senitari, Olahraga, Sempoa, Calistung, Seni Budaya Keterampilan) dan waktu istirahat. Responden ditentukan oleh staff guru yang mengajar pada jadwal pelajaran berlangsung.

Jumlah sampel penelitian yang diambil berdasarkan tingkatan kelas ditampilkan pada Tabel 4.3.


(32)

Tabel 4.3 Jumlah Sampel Berdasarkan ProportionateStratified Sampling

No Kelas Populasi Sampel

1 I 130 55

2 II 107 45

3 III 102 45

4 IV 92 40

5 V 86 40

6 VI 63 30

Total 580 255

Sumber: Pengolahan Data

4.9 Tahap Penelitian

Tahap penelitian dalam penelitian ini ditampilkan pada Gambar 4.2.

4.10 Tahap Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah pengumpulan data yaitu:

1. Pengumpulan data siswa berupa nama siswa, umur dan jenis kelamin siswa yang diperoleh dari arsip sekolah.

2. Keluhan musculoskeletal didata dengan mengisi Standard Nordict Questionaire

saat menggunakan meja dan kursi sekolah. Cara pengisian kuesioner tersebut

dilakukan dengan memberikan tanda silang (Х) atau (√) pada lembar jawaban

yang tersediasesuai dengan keluhan yang dirasakan.

3. Data postur tubuh siswa diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap sudut yang dibentuk tubuh siswa saat belajar yang didata dengan worksheet


(33)

4. Data dimensi tubuh siswa berupa tinggi bahu dalam posisi duduk, tinggi popliteal, tinggi siku duduk, panjang rentang tangan kedepan, panjang rentang siku yang diukur dengan menggunakan meteran dalam posisi duduk. Panjang popliteal, panjang lutut, panjang telapak tangan, lebar sisi bahu, lebar pinggul, dalam posisi duduk diukur dengan velvymeter martin.

5. Dimensi meja dan kursi sekolah diukur dengan menggunakan meteran.

6. Gambaran umum sekolah diperoleh dari wawancara pada bagian tata usaha sekolah, arsip sekolah, papan pengumuman sekolah, dan website resmi sekolah Siti Hajar.

4.11 Tahap Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari pengumpulan data, selanjutnya diolah untuk mendapatkan suatu gambaran mengenai perancangan meja dan kursi. Blok diagram pengolahan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Penentuan modus keluhan berdasarkan kuisioner SNQ

Penilaian postur kerja dengan metode RULA

Perhitungan dimensi aktual kursi dan meja

Perhitungan data antropometri

Perancangan kursi dan meja berdasarkan model French

Sumber : Pengolahan Data


(34)

Studi Pendahuluan - studi pustaka

- Pengamatan langsung pada sekolah

Analisis Pemecahan Masalah 1. Analisis Standard Nordict Questionnaire

2. Analisis meja dan kursi aktual 3. Analisis postur tubuh siswa

4. Analisis ergonomi rancangan meja dan kursi siswa sekolah

Pengolahan Data 1. Tabulasi dan rekapituasi SNQ

2. Penilaian postur tubuh dengan metode RULA 3. Perhitungan data antropometri tubuh siswa yaitu:

a. Perhitungan rata-rata dan standard deviasi b. Uji keseragaman data

c. Uji kecukupan data d. Uji kenormalan data e. Perhitungan persentil

4. Perancangan meja dan kursi sekolah dengan metode perancangan French

Data primer

1. Data hasil Standard Nordic Questionnaire

2. Data dimensi meja dan kursi sekolah 3. Data gambar pergerakan tubuh siswa saat

belajar atau data postur tubuh siswa 4. Data dimensi tubuh siswa 5. Gambaran Umum Sekolah

Penetapan Tujuan Perumusan Masalah

Kesimpulan dan Saran Mulai

Selesai

Data sekunder 1Gambaran Umum Sekolah - visi dan misi sekolah

- jumlah siswa dan guru - struktur organisasi - fasilitas sekolah - aktivitas sekolah Pengumpulan data

Sumber : Pengolahan Data


(35)

4.12 Analisis Pemecahan Masalah

Adapun langkah-langkah analisis pemecahan masalah yaitu:

1. Analisis hasil Standart Nordic Questinnaire yang telah dibagikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat keluhan musculoskeletal yang dialami oleh siswa yang menjadi landasan dalam menentukan perbaikan rancangan meja dan kursi sekolah.

2. Analisis dimensi meja dan kursi aktual yang tidak ergonomis dan membandingkannya dengan dimensi meja dan kursi hasil perancangan.

3. Analisis postur tubuh siswa aktual untuk mengetahui postur yang tidak sesuai dengan postur belajar yang alami sehingga dapat ditentukan dimensi meja dan kursi yang harus diperbaiki.

4. Analisis perancangan meja dan kursi sekolah yang mempertimbangkan prinsip perancangan berdasarkan antropometri siswa sehingga siswa merasa nyaman menggunakannya.

4.13 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksaanaan penelitian dalam melakukan pengamatan dan pengumpulan data dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut.

1. Pengamatan pendahuluan disekolah SD Siti Hajar, terhadap kursi dan meja yang digunakan para siswa saat belajar.

2. Penyebaran kuisioner pendahuluan Standard Nordic Questionaire kepada siswa SD Siti Hajar untuk memperoleh keluhan subjektif siswa sebagai akibat dari pengaruh penggunaan kursi yang tidak ergonomis.


(36)

3. Penentuan dimensi tubuh yang diukur sesuai terhadap kebutuhan perancangan kursi dan meja.

4. Pendataan siswa sebagai responden yang akan diukur.

5. Melakukan pengukuran antropometri tubuh setiap siswa. Mekanisme dalam jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.4.

08:00 08:30 12:20

Persiapan

Pengukuran dimensi antropometri

13:00 15:00

Istirahat

Pengukuran dimensi antropometri

Sumber : Pengumpulan Data


(37)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas I sampai dengan kelas VI SD Siti Hajar. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 255. Sampel penelitian ini diambil berdasarkan teknik sampel

proportionate stratified yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan populasi yang memiliki strata yang relevan terhadap penelitian. Teknik sampling

proportionatestratified digunakan karena peneliti akan merancang meja dan kursi berdasarkan dimensi antropometri pada 3 tingkatan kelas dan umur siswa. Data responden yang dijadikan sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.

Meja dan kursi yang digunakan pada Sekolah Dasar Siti Hajar memiliki ukuran yang sama mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Sikap duduk siswa kelas 1 hingga kelas 6 saat menggunakan meja dan kursi sekolah ditampilkan pada Tabel 5.1.

Berdasarkan paparan pada Tabel 5.1 tampak bahwa meja dan kursi terlalu tinggi dan lebar bagi siswa sehingga membuat posisi kaki siswa mulai dari kelas satu hingga kelas enam berada dalam keadaan menggantung (tidak menyentuh lantai) saat menggunakan kursi dan meja. Tinggi meja membuat lengan siswa terangkat hampir sejajar dengan bahu saat menulis. Lebar kursi juga terlalu besar sehingga posisi duduk siswa maju kedepan dan tidak bersandar hal ini membuat banyak bagian kursi yang tidak terpakai.


(38)

Tabel 5.1 Sikap Duduk Siswa Kelas I Hingga Kelas VI Saat Menggunakan Meja dan Kursi Sekolah

KELAS I KELAS II KELAS III


(39)

5.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil Standard Nordic Qustionaire untuk mengetahui keluhan yang dialami siswa, data postur tubuh siswa dengan metode RULA untuk mengetahui level resiko dan tindakan yang harus diambil, dan data dimensi meja dan kursi serta data antropometri dimensi tubuh siswa sebagai dasar perancangan kursi dan meja.

5.1.1 Data Hasil Standard Nordic Qustionaire

Penilaian dengan Standard Nordic Questionnaire digunakan untuk mengetahui level keluhan musculoskeletal yang dialami siswa serta dinilai dengan pemberian bobot nilai, yaitu:

1. Untuk tidak ada keluhan diberikan bobot nilai 0 2. Untuk keluhan agak sakit diberikan bobot nilai 1 3. Untuk keluhan sakit diberikan bobot nilai 2

4. Untuk keluhan sangat sakit diberikan bobot nilai 3.

kategori keluhan yang dirasakan siswa saat belajar adalah sebagai berikut: 1. Tidak sakit (dengan skor 0), hal ini apabila siswa tidak merasakan keluhan yang

berarti terhadap bagian tubuh.

2. Rasa agak sakit (dengan skor 1), hal ini apabila siswa hanya merasakan rasa nyeri sesekali saja ataupun kesemutan.

3. Rasa sakit (dengan skor 2), hal ini apabila siswa sering merasakan rasa nyeri terhadap bagian tubuh mereka ataupun pegal.


(40)

4. Rasa sangat sakit (dengan skor 3), hal ini apabila siswa mengalami rasa pegal dan nyeri yang lama (masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai atau sudah sampai dirumah).

Data rekapitulasi SNQ ditampilkan pada Lampiran 3 dan persentase jenis keluhan ditampilkan pada Tabel 5.2.

5.1.2 Data Spesifikasi Meja dan Kursi Sekolah

Meja dan kursi SD Siti Hajar terbuat dari kayu dan dicat berwarna coklat serta memiliki ukuran yang sama pada semua kelas. Gambar meja dan kursi sekolah serta spesifikasinya dalam (cm) ditampilkan pada Tabel 5.3.

5.1.3 Data Postur Kerja Siswa

Postur kerja siswa dalam hal ini merupakan sikap ataupun posisi tubuh siswa saat belajar menggunakan meja dan kursi sekolah. Posisi tubuh siswa pada saat belajar dengan menggunakan meja dan kursi sekolah adalah menulis menggambar dan membaca. Faktor kenyamanan pada saat menulis yaitu jika meja yang digunakan sesuai dengan tinggi siku pengguna pada saat duduk. Sedangkan faktor kenyamanan pada saat duduk yaitu jika paha pengguna terbentuk horizontal serta betis pengguna terbentuk vertikal dengan kaki dan kaki menyentuh lantai. Data postur kerja siswa diperoleh berdasarkan posisi tubuh siswa yang dominan saat menggunakan meja dan kursi sekolah untuk dianalisis dengan menggunakan metode penilaian postur tubuh RULA.


(41)

Tabel 5.3 Data Spesifikasi Meja dan Kursi Sekolah SD Siti Hajar

Meja Spesifikasi Meja

Kursi Spesifikasi Kursi


(42)

5.1.4 Data Antropometri Siswa

Data antropometri siswa yang diukur dalam penelitian didasarkan pada perancangan kursi dan meja menurut Panero dan Zelnik (2003) yaitu:

1. Tinggi bahu dalam posisi duduk (TB) digunakan sebagai penentuan ukuran tinggi sandaran kursi.

2. Tinggi siku dalam posisi duduk (TSD) digunakan sebagai penentuan ukuran tinggi meja.

3. Tinggi popliteal (TPO) digunakan sebagai penentuan ukuran tinggi landasan dudukan kursi dan tinggi meja.

4. Panjang popliteal (PPo) digunakan sebagai penentuan ukuran panjang kursi. 5. Lebar sisi bahu (LB) digunakan sebagai penentuan ukuran panjang sandaran

kursi

6. Lebar pinggul (LP) digunakan sebagai dasar penentuan ukuran lebar kursi Selain keenam dimensi antropometri diatas terdapat beberapa dimensi tambahan yang dibutuhkan perancang dalam merancang meja dan kursi sekolah. Dimensi antropometri tambahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Panjang rentang tangan ke depan (PRT) digunakan sebagai penentuan ukuran lebar meja.

2. Panjang rentang siku (PRS) digunakan sebagai penentuan ukuran panjang meja.

3. Panjang telapak tangan (PT), dan panjang lutut (PL) digunakan untuk penentuan jarak laci meja terhadap ruang kaki.


(43)

5.2 Pengolahan Data

5.2.1 Data Hasil Standard Nordic Questionnaire

Data hasil Standard Nordic Questionnaire diolah kedalam bentuk persentasi dan diolah kedalam bentuk pie chart. Pie chart persentasi keluhan

musculoskletal disorders siswa secara kumulatif ditampilkan pada Gambar 5.1 dan pie chart persentasi keluhan musculoskletal disorders siswa perkelas ditampilkan pada Lampiran 7.

Keterangan: Penjabaran Nomer Keluhan dapat dilihat pada lampiran 2 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Gambar 5.1 Pie Chart Persentasi Keluhan Musculoskletal Disorders Siswa

0

5% 6%1

2 3% 3 4% 4 3% 5 5% 6 4% 7 4% 8 3% 9 4% 10 3% 11 3% 12 2% 13 4% 14 3% 15 3% 16 3% 17 4% 18 3% 19 4% 20 2% 21 2% 22 5% 23 5% 24 2% 25 2% 26 5% 27 5%

Persentasi Keluhan agak sakit

0 11% 1 3% 2 2% 3 6% 4 1% 5 8% 6 5% 7 5% 8 2% 9 2% 10 1% 11 1% 12 1% 13 3% 14 2% 15 10% 16 1% 17 6% 18 4% 19 3% 20 1% 21 2% 22 3% 23 3% 24 2% 25 2% 26 4% 27 4%


(44)

Berdasarkan pie chart persentasi keluhan musculoskletal disorders secara kumulatif untuk kategori agak sakit dan kategori sakit diatas, dapat diketahui bahwa keluhan tertinggi pada kategori agak sakit terdapat pada keluhan no 1 yaitu keluhan pada leher bagian bawah sebesar 6 % pada pie chart atau sebesar 46 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2, keluhan no 0 yaitu keluhan pada leher atas sebesar 5% pada pie chart atau sebesar 40 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2, dan keluhan no 5 yaitu keluhan pada anggota tubuh bagian punggung sebesar 5 % pada pie chart atau sebesar 43 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2.

Keluhan kategori sakit terdapat pada keluhan no 0 yaitu keluhan pada leher atas sebesar 11% pada pie chart atau sebesar 44 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2, keluhan no 15 yaitu keluhan pada pergelangan tangan kanan sebesar 10 % pada pie chart atau sebesar 41 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2, keluhan no 5 yaitu keluhan pada punggung sebesar 8 % pada pie chart atau sebesar 33 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2, dan keluhan no 17 yaitu keluhan pada tangan kanan sebesar 6% pada pie chart atau sebesar 26 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2.

5.2.2 Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA

Hasil penilaian postur kerja siswa dengan metode RULA untuk siswa kelas I sampai dengan kelas VI dengan postur tubuh yang paling dominan dilakukan saat menggunakan meja dan kursi saat belajar ditampilkan pada Gambar 5.2 sampai dengan Gambar 5.7 dan rekapitulasi hasil penilaian dengan metode RULA ditampilkan pada Tabel 5.4.


(45)

Tabel 5.4 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja Siswa

Siswa Gambar Keterangan Skor

Akhir

Level Resiko

Tindakan

1

1. Lengan atas : 1100 dan bahu naik

7 Tinggi

Tindakan sekarang

juga 2. Lengan bawah : 450 dan keluar dari sisi tubuh

3. Pergelangan tangan : 150

4. Putaran pergelangan tangan : berada pada posisi tengah dari putaran

5. Aktivitas : Pengulangan 6. Beban : < 2 kg

7. Leher : 350 dan bengkok 8. Batang tubuh : 150 9. Kaki : Tidak seimbang

2

1. Lengan atas : 850 dan bahu naik

7 Tinggi

Tindakan sekarang

juga 2. Lengan bawah : 950 dan keluar dari sisi tubuh

3. Pergelangan tangan : 100

4. Putaran pergelangan tangan : berada pada posisi tengah dari putaran

5. Aktivitas : Pengulangan 6. Beban : < 2 kg

7. Leher : 30 0 dan bengkok 8. Batang tubuh : 25

9. Kaki : Tidak seimbang Sumber: Hasil Pengolahan Data


(46)

5.2.3 Perhitungan Data Antropometri Tubuh Siswa 5.2.3.1 Perhitungan Rata-rata dan Standar Deviasi

Rumus yang digunakan dalam perhitungan nilai rata-rata untuk masing-masing dimensi tubuh adalah:

n X n X .... X X

Χ= 1+ 2 + + n =

n

Dimana:

n = Banyaknya pengamatan

n

ΣX = Jumlah pengamatan ke n

X = Rata-rata

Contoh perhitungan untuk data dimensi TS (Tinggi Siku duduk). Nilai rata-rata pada dimensi Tinggi siku duduk untuk kelas I adalah:

14,5 55 11 ... 11 17

X= + + + =

Dalam penentuan standar deviasi yaitu penyimpangan nilai rata-rata yang standar. Rumusnya adalah seperti berikut:

(

)

1 n X X σ 2 i − − =

Contoh perhitungan nilai standar deviasi pada data dimensi TS (Tinggi Siku duduk) untuk kelas I adalah sebagai berikut:

1,92 σ 1 -55 14,5) -(11 ... 14,5) -(11 14,5) -(17

σ 2 2 2

= + + + =


(47)

5.2.3.2 Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data digunakan untuk mengendalikan data yang ditolak karena tidak seragam. Apabila dari data yang sudah dikumpulkan terdapat data yang tidak seragam (out of control), maka data tersebut akan dibuang. Setelah itu dilakukan revisi data dengan membuang data yang out of control kemudian melakukan perhitungan untuk nilai rata-rata, standar deviasi, BKA dan BKB kembali. Pada uji keseragaman data antropometri ini digunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%, digunakan nilai z = 1,96. Revisi yang dilakukan adalah sebanyak 2 kali, apabila setelah revisi kedua data tersebut belum juga seragam, maka data dimensi tersebut diasumsikan telah seragam. Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung BKA (batas kelas atas) dan BKB (batas kelas bawah) adalah sebagai berikut:

σ

1,96 X

BKA= + BKB=X−1,96σ

Apabila X min > BKB dan Xmax < BKA, maka data seragam.

Apabila X min < BKB dan Xmax > BKA, maka data tidak seragam.

Untuk dimensi tinggi siku duduk, perhitungan BKA dan BKB adalah sebagai berikut.

BKA = X+1,96σ BKB = X−1,96σ

= 14,5 + 1,96 (1,92) = 14,5 – 1,96 (1,92)

= 18,2 = 10,7

Kemudian, hasil uji keseragaman data dibuat dalam bentuk peta kontrol. Adapun peta kontrol uji keseragaman data untuk dimensi tinggi siku duduk siswa kelas satu dapat dilihat pada Gambar 5.8. Sedangkan peta kontrol dimensi antropometri tubuh lainnya dapat dilihat pada Lampiran 5.


(48)

5.2.3.3 Uji Kecukupan Data

Kegunaan dari uji kecukupan data adalah untuk menganalisa jumlah pengukuran apakah data yang diambil merepresentasikan populasinya, dimana data sampel yang diambil sudah cukup mewakili populasi. Untuk uji kecukupan data yang digunakan pada perhitungan dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% digunakan rumus N’ sebagai berikut :

( )

2

          =

X X X N 40 N' 2 2

Apabila N’<N maka data dinyatakan cukup Apabila N’>N maka data dinyatakan belum cukup

Perhitungan dicontohkan untuk data dimensi tinggi siku duduk (TS) kelas I, dengan diketahui terlebih dahulu dihitung ∑ X =795 dan ∑ X2 = 11691 maka diperoleh : 2 2 795 (795) -55(11691) 40 N'         = N’= 27,8

N’= 27,8 < N data = 55

Berdasarkan perhitungan data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan perancangan produk. Dengan cara yang sama seperti di atas, maka hasil uji kecukupan data pengukuran 9 dimensi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5.


(49)

Tabel 5.5 Rekapitulasi Uji Kecukupan Data

Kelas I Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6

Dimensi N N' TeranganKe N N'

Ke

terangan N N'

Ke

terangan N N'

Ke

terangan N N'

Ke

terangan N N' Keterangan Tinggi Bahu

Duduk (TB) 53 6.9

Data

Cukup 44 7.5

Data

Cukup 42 5.2

Data

Cukup 40 6.0

Data

Cukup 37 2.3

Data

Cukup 30 7.5 Data Cukup Tinggi Siku

Duduk (TS) 55 27.8

Data

Cukup 41 13.8

Data

Cukup 41 16.1

Data

Cukup 39 37.4

Data

Cukup 40 17.1

Data

Cukup 29 17.1 Data Cukup Tinggi

Popliteal (TPo)

53 3.5 Cukup Data 43 5.2 Data

Cukup 41 2.6

Data

Cukup 35 4.4

Data

Cukup 39 4.4

Data

Cukup 30 4.6 Data Cukup Panjang

Rentang Tangan (PRT)

54 6.1 Cukup Data 44 6.4 Data

Cukup 43 3.1

Data

Cukup 37 2.9

Data

Cukup 40 6.7

Data

Cukup 29 5.2 Data Cukup Panjang

Telapak Tangan (PT)

51 8.9 Cukup Data 45 9.1 Cukup Data 42 3.2 Cukup Data 38 3.6 Cukup Data 40 6.5 Cukup Data 30 11.4 Data Cukup Panjang

Rentang Siku (PRS)

55 9.5 Cukup Data 44 6.0 Cukup Data 43 8.6 Cukup Data 35 3.0 Cukup Data 40 7.8 Cukup Data 30 15.4 Data Cukup Panjang

Lutut (PL) 55 4.5

Data

Cukup 45 7.5

Data

Cukup 42 2.9

Data

Cukup 36 2.7

Data

Cukup 40 4.0

Data

Cukup 30 6.6 Data Cukup Panjang

Popliteal (PPo)

55 4.6 Cukup Data 42 7.0 Cukup Data 43 3.2 Cukup Data 37 3.5 Cukup Data 40 6.4 Cukup Data 30 6.8 Data Cukup Lebar Bahu

(LB) 54 8.9

Data

Cukup 44 11.0

Data

Cukup 42 9.5

Data

Cukup 38 5.8

Data

Cukup 38 3.7

Data

Cukup 29 10.6 Data Cukup Lebar Pinggul

(LPi) 53 8.3

Data

Cukup 44 23.1

Data

Cukup 41 15.8

Data

Cukup 38 22.5

Data

Cukup 39 12.6

Data

Cukup 29 16.5 Data Cukup Sumber: Hasil Pengolahan Data


(50)

5.2.3.4 Uji Kenormalan Data

Uji kenormalan data digunakan untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan termasuk dalam sebaran normal. Pengujian dilakukan dengan bantuan

software SPSS yaitu pengujian sebaran data normal dengan uji Kolmogorov Smirnov for Normality Test (KSTest). Hasil dari pengujian sebaran data untuk setiap kelas dengan Kolmogorov-Smirnov Test ditampilkan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Uji Kenormalan Data Kelas I Sampai Kelas VI

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Kelas I)

TB TS TPo PRT PT PRS PL PPo LB LPi N 53 55 53 54 51 55 55 55 54 53 Normal

Parametersa 38.774 51.692 14.455 30.528 49.500 13.637 60.491 38.009 31.991 30.889 24.962

2.5619 2.7335 1.9228 1.4492 3.0959 1.0251 4.7017 2.0424 1.7280 2.3203 1.8183

Most Extreme Differences

.109 .117 .139 .189 .124 .148 .117 .198 .148 .149 .171

.076 .117 .139 .189 .124 .145 .098 .198 .148 .149 .171

-.109 -.079 -.098 -.166 -.075 -.148 -.117 -.141 -.139 -.129 -.131

Kolmogorov-Smirnov Z .797 1.031 1.379 .909 1.058 .866 1.472 1.098 1.096 1.245 Asymp. Sig. (2-tailed) .549 .239 .045 .381 .213 .441 .026 .179 .181 .090

a. Test distribution is Normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Kelas II)

TB TS TPo PRT PT PRS PL PPo LB LPi N 44 41 43 44 45 44 45 42 44 44 Normal

Parametersa

39.977 53.619 14.890 31.616 52.232 14.044 64.727 39.256 33.298 31.068 24.818 2.7744 3.9009 1.3987 1.8285 3.3334 1.0704 3.9948 2.7149 2.2308 2.6050 3.0176 Most Extreme

Differences

.140 .158 .152 .167 .109 .161 .112 .100 .137 .124 .120 .110 .158 .131 .167 .084 .161 .086 .100 .110 .124 .120 -.140 -.069 -.152 -.113 -.109 -.147 -.112 -.077 -.137 -.114 -.093 Kolmogorov-Smirnov Z .926 .974 1.094 .721 1.080 .742 .673 .891 .823 .798 Asymp. Sig. (2-tailed) .358 .299 .182 .677 .194 .641 .755 .406 .507 .548 a. Test distribution is Normal.

Keterangan:TB = Tinggi bahu duduk, TS = Tinggi siku duduk, TPo = Tinggi popliteal, PRT = Panjang rentang tangan kedepan, PT = Panjang telapak tangan, PRS = Panjang rentang siku, PL = Panjang Lutut, PPo = Panjang popliteal, LB = Lebar bahu, LPi = Lebar pinggul


(51)

5.2.3.5 Perhitungan Persentil

Setelah dilakukan perhitungan data antropometri tubuh siswa kelas I sampai kelas 6, selanjutnya akan ditentukan nilai persentil. Nilai persentil yang dicari adalah nilai persentil 5th, 50th, dan 95th. Perhitungan nilai persentil data antropometri siswa dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Perhitungan Persentil Siswa Kelas 1 Sampai Kelas VI Kelas 1

Dimensi Stdev 5 th 5o th 95 th

Tinggi Bahu Duduk 39 3 35 39 43 Tinggi Siku Duduk 15 2 11 15 18 Tinggi Popliteal 31 1 28 31 33 Panjang Rentang Tangan 50 3 44 50 55 Panjang Telapak Tangan 14 1 12 14 15 Panjang Rentang Siku 61 5 53 61 68

Panjang Lutut 38 2 35 38 41

Panjang Popliteal 32 2 29 32 35

Lebar Bahu 31 2 27 31 35

Libar Pinggul 25 2 22 25 28

Sumber: Hasil Pengolahan Data

5.3 Perancangan Meja dan Kursi Sekolah Berdasarkan Langkah-langkah Perancangan Menurut French

Cara merancang berdasarkan langkah-langkah French terdiri dari 4 langkah yaitu:

1. Analisis masalah.

Hasil dari analisis masalah adalah pernyataan masalah, kendala yang membatasi solusi masalah dan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi.


(52)

Konsep produk adalah solusi-solusi alternatif dari masalah dalam bentuk skema. Fase ini dikenal sebagai fase pencarian konsep produk yang memenuhi fungsi dan karakteristik produk. Fase perancangan ini menuntut semua kemampuan dan kreativitas perancang.

3. Pemberian bentuk.

Solusi-solusi dalam bentuk skema dikembangkan lebih lanjut menjadi produk atau benda teknik yang dibentuk.

4. Detail

Perincian merupakan fase akhir dimana memberikan ukuran detail dari poin-poin yang perlu ditentukan.

Adapun penjabaran langkah perancangan kursi dan meja berdasarkan tahapan merancang French adalah dijabarkan sebagai berikut:

5.3.1 Analisis Masalah

Masalah yang terdapat dalam fasilitas belajar (meja dan kursi) yang digunakan saat belajar adalah sebagai berikut:

1. Ketidaksesuaian dimensi kursi dan meja terhadap dimensi tubuh siswa. Ketidaksesuaian tersebut terdiri dari:

a. Tinggi tempat duduk siswa tidak sesuai dengan tinggi popliteal siswa. Hal tersebut membuat kaki siswa menggantung (tidak menyentuh lantai) dan berada pada posisi kaki yang tidak seimbang saat belajar.

b. Tinggi meja tidak sesuai dengan tinggi siku siswa dalam posisi duduk. Hal tersebut membuat lengan atas dan bahu siswa naik keatas saat belajar. Tinggi


(53)

meja yang tidak sesuai juga membuat badan siswa maju kedepan saat menulis.

c. Lebar kursi tidak sesuai dengan panjang popliteal siswa sehingga membuat siswa maju kedepan saat duduk sehingga banyak bagian kursi yang tidak digunakan dan membuat posisi tubuh yang tidak seimbang.

Ketidaksesuaian dimensi kursi dan meja memberikan dampak keluhan

musculoskeletal bagi siswa terutama pada bagian leher atas, bagian lengan kanan atas, bagian tangan kanan, bagian punggung dan bagian kaki.

2. Fungsi laci yang terdapat pada meja tidak dapat digunakan sesuai fungsinya hal ini disebabkan ketidaksesuaian tinggi laci terhadap tebal tas siswa sehari-hari. 3. Kursi dan meja yang digunakan memiliki ukuran yang sama untuk setiap kelas

mulai dari kelas satu hingga kelas enam padahal dimensi tubuh siswa yang duduk dikelas 1 jauh berbeda dengan siswa yang duduk dikelas lainya.

Kendala yang dihadapi dalam perancangan adalah perancangan tidak dapat memenuhi kesesuaian 100% terhadap seluruh siswa SD Siti Hajar namun dapat memenuhi bagi mayoritas rata-rata siswa untuk setiap kelas. Untuk memenuhi kesesuaian perancangan meja dan kursi yang ergonomis terhadap dimensi antropometri siswa pada setiap kelas maka perancangan meja dan kursi dibagi kedalam dua konsep yaitu konsep tetap (one piece/fix) dan konsep adjustable. Dimana konsep tersebut dibagi kedalam tiga kelompok yaitu:

Tingkatan I : Perancangan kursi dan meja untuk kelas I dan II Tingkatan II : Perancangan kursi dan meja untuk kelas III dan IV Tingkatan III : Perancangan kursi dan meja untuk kelas V dan VI


(54)

Adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam perancangan meja dan kursi yang ergonomis adalah sebagai berikut:

1. Pertimbangan antropometrik. Pertimbangan antropometrik dalam perancangan meja dan kursi menurut Panero dan Zelnik (2003) adalah sebagai berikut:

a. Tinggi tempat duduk dimana posisi duduk memungkinkan telapak kaki untuk menapak pada permukaan lantai.

b. Kedalamam landasan sesuai terhadap jarak dari pantat kelipatan dalam lutut. c. Sandaran punggung yang dapat menopang bagian kecil punggung dan

tersedia tempat tambahan bagi penonjolan daerah pantat.

2. Meja dan kursi yang dirancang dapat memenuhi fungsi utama dan tambahannya. Fungsi utama kursi adalah sebagai alas penyangga punggung dan bokong saat belajar sedangkan fungsi utama meja adalah sebagai alas tempat tangan dan buku pelajaran saat melakukan aktivitas belajar. Fungsi tambahan yang ingin dirancang adalah laci meja sebagai tempat penyimpanan atau peletakan tas siswa. 3. Dimensi ukuran meja dan kursi ditentukan melalui persentil data antropometri.

Penentuan persentil disesuaikan terhadap pemenuhan mayoritas dimensi tubuh siswa.

4. Perancangan fungsi tambahan laci meja dapat memenuhi persyaratan bagi ruang kaki siswa saat belajar.

5.3.2 Perancangan Konsep

Berdasarkan pernyataan masalah, kendala dan kriteria yang harus dipenuhi dalam perancangan meja dan kursi ergonomis diatas makakonsep perancangan yang


(55)

ingin dilakukan terdiri dari dua konsep yaitu konsep perancangan meja dan kursi yang bersifat tetap (one piece) dan konsep adjustable. Konsep yang bersifat tetap terdiri dari satu kursi dan satu meja dengan fungsi tambahan laci dan dimensi yang sesuai terhadap mayoritas siswa pada setiap tingkatan kelas. Salah satu keuntungan dengan konsep ini adalah stabilitas produk, karena tidak ada bagian yang perlu dirakit. Konsep perancangan adjustable terdiri dari kursi dan meja yang dapat disesuaikan tinggi dan lebarnya pada kursi dan dapat disesuaikan tingginya pada meja. Adapun skema konsep perancangan meja dan kursi ditampilkan pada Gambar 5.9

5.3.3 Pemberian Bentuk Pada Skets

Solusi-solusi dalam skema dikembangkan lebih lanjut menjadi produk atau benda teknik yang dibentuk. Adapun gambar teknik perancangan meja dan kursi ergonomis berdasarkan antropometri dan tingkatan kelas yang sesuai dengan konsep perancangan fix dan adjustable ditampilkan pada Tabel 5.8.

5.3.4 Detail

Detail atau perincian merupakan fase akhir dimana memberikan ukuran detail dari poin-poin yang perlu ditentukan. Adapun detail dari variabel dimensi perancangan meja dan kursi sekolah secara ergonomis berdasarkan persentil antropometri yang digunakan perancang adalah sebagai berikut:


(56)

Tabel 5.8 Pemberian Bentuk pada Perancangan Konsep Fix

Kursi Meja

Bagian Gambar Keterangan Bagian Gambar Keterangan

Sandaran kayu

Alas dudukan kayu Alas meja kayu

Rangka kaki

kursi kayu

Rangka

kaki meja kayu

Produk akhir Produk


(57)

Tabel 5.8 Pemberian Bentuk pada Perancangan Lanjutan Konsep Adjustable

Kursi Meja

Bagian Gambar Keterangan Bagian Gambar Keterangan

Sandaran

Busa

Metal

Alas dudukan

Busa Metal

Alas meja

Kayu Metal

Rangka kaki kursi

Metal

Karet

Rangka kaki meja

Metal

Karet

Produk akhir Produk akhir


(58)

Fasilitas sekolah yang ergonomis kursi meja desain fungsi konsep dimensi Landasan dudukan sandaran Tinggi panjang lebar Fix TPo LPi PPo Tinggi lebar TB LB

Kursi yang ergonomis

desain fungsi konsep dimensi Tinggi panjang lebar Fix

Meja yang ergonomis

Tpo+TS

PRS

PRT

Utama

Tambahan Tempat penyimpanan tas Adjustable Adjustable Rangka Kaki kursi Landasan dudukan Rangka Kaki meja Tingkatan I Tingkatan II Tingkatan III

Kls. 1 dan 2 Kls. 3 dan 4 Kls. 5 dan 6

Tingkatan I Tingkatan II Tingkatan III

Kls. 1 dan 2 Kls. 3 dan 4 Kls. 5 dan 6


(59)

1. Tinggi dudukan kursi

Tinggi dudukan kursi ditentukan dari tinggi popliteal siswa. Ukuran Tinggi kursi pada konsep perancangan fix diambil dari data antropometri siswa dengan persentil 5th. Persentil 5th digunakan karena tekanan yang terjadi dibagian bawah paha adalah salah satu penyebab ketidaknyaman. Kondisi ini muncul bila permukaan tempat duduk terlalu tinggi letaknya. Tinggi tempat duduk yang dapat mengakomodasi pemakai dengan tinggi popliteal terkecil juga dapat membuat nyaman pengguna dengan tinggi popliteal lebih besar (panero & zelnik 2003). Tinggi minimum dudukan kursi pada konsep adjustable diambil dari persentil 5th dan tinggi maksimum diambil dari persentil 95th.

2. Panjang kursi

Panjang kursi ditentukan dari panjang popliteal siswa. Dalam hal ini ukuran panjang kursi ditentukan dengan data antropometri siswa yang terkecil yaitu dengan persentil 5th. Persentil 5th digunakan karena dapat mengakomodasi jumlah terbesar pemakainya. Ukuran panjang minimum dudukan kursi siswa pada konsep adjustable diambil dari persentil 5th dan ukuran panjang maksimum diambil dari persentil 95th.

3. Lebar kursi

Lebar kursi ditentukan dari lebar pinggul siswa. Dalam hal ini ukuran lebar kursi ditentukan dengan data antropometri siswa yang terbesar yaitu dengan persentil 95th. Persentil 95th digunakan agar dapat mengakomodasi jumlah terbesar pemakainya.


(60)

4. Tinggi sandaran punggung kursi

Tinggi sandaran punggung ditentukan dari tinggi bahu dalam posisi duduk. Dalam hal ini ukuran tinggi sandaran punggung kursi ditentukan dengan data antropometri siswa yang terbesar yaitu dengan persentil 95th. Persentil 95th digunakan agar dapat mengakomodasi jumlah terbesar pemakainya.

5. Panjang sandaran punggung kursi

Panjang sandaran punggung kursi ditentukan dari lebar sisi bahu siswa. Dalam hal ini ukuran panjang sandaran punggung kursi ditentukan dari data antropometri siswa yang terbesar yaitu dengan persentil 95th. Persentil 95th digunakan agar dapat mengakomodasi jumlah terbesar pemakainya.

6. Panjang meja

Panjang meja ditentukan oleh panjang rentang siku. Dalam hal ini ukuran panjang meja ditentukan dengan data persentil 50th siswa. Persentil 50th digunakan agar dapat mengakomodasi keseluruhan pemakainya.

7. Lebar meja

Lebar meja ditentukan oleh panjang rentang tangan ke depan. Dalam hal ini ukuran lebar meja ditentukan dengan data antropometri siswa rata-rata yaitu dengan persentil 50th.

8. Tinggi meja

Tinggi meja ditentukan oleh tinggi popliteal ditambah dengan tinggi siku dalam posisi duduk. Pada konsep fix tinggi meja diambil dari data antropometri dengan persentil 50th. Penentuan tinggi meja minimum pada konsep adjustable


(61)

diambil dari persentil 5th dan penentuan tinggi maksimum diambil dari persentil 95th.

9. Jarak laci dan Tinggi laci

Laci digunakan sebagai tempat penyimpanan tas bagi siswa. Meja dirancang dengan membuat laci di bagian tengah hingga kebelakang meja agar tidak mengganggu area ruang kaki saat belajar. Jarak laci terhadap area kaki ditentukan dengan pengurangan dimensi panjang lutut dengan panjang popliteal ditambah dengan panjang telapak tangan. Persentil yang digunakan pada panjang lutut, panjang popliteal dan panjang telapak tangan adalah persentil 95th, 5th dan 50th .

Rekapitulasi detail perancangan meja dan kursi beserta spesifikasinya berdasarkan konsep fix dan konsep adjustable ditampilkan pada Tabel 5.9. Detail gambar akhir perancangan meja dan kursi berdasarkan tingkatan pada kedua konsep ditampilkan pada Tabel 5.10 sampai Tabel 5.11 dan gambar produk akhir setiap tingkatan pada setiap konsep ditampilkan pada Gambar 5.10 dan Gambar 5.11.


(62)

Tabel 5.10 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Adjustable

Detail

Tingkatan Kursi Meja

Tingkatan I


(63)

Tabel 5.10 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Adjustable Lanjutan

Detail

Tingkatan Kursi Meja

Tingkatan III

Tabel 5.11 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Fix

Detail

Tingkatan Kursi Meja


(64)

Tabel 5.11 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Fix Lanjutan Detail

Tingkatan Kursi Meja

Tingkatan II


(65)

(66)

(67)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1 Analisis Standard Nordic Questionnaire

Berdasarkan persentasi keluhan musculoskeletal disorders siswa pada Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa keluhan sangat sakit dialami siswa pada bagian pergelangan tangan kanan sebesar 5.9 % hal ini dikarenakan sikap belajar menulis, menggambar dilakukan siswa dengan menggunakan tangan kanan. Keluhan ini tergolong kecil karena sikap belajar siswa tergolong kedalam jenis pekerjaan yang ringan dengan tugas menulis ataupun menggambar.

Berdasarkan persentasi keluhan musculoskeletal disorders siswa pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.1 keluhan sakit sering dialami siswa pada leher bagian atas sebesar 44 %, keluhan pada pergelangan tangan kanan sebesar 41 %, keluhan pada punggung sebesar 33 %, dan keluhan pada tangan kanan sebesar 26 %. Keluhan sakit pada leher bagian atas dan punggung dikarenakan posisi tubuh siswa yang membungkuk karena meja terlalu tinggi dengan siswa. Keluhan pada pergelangan tangan kanan dan tangan kanan dikarenakan meja terlalu tinggi sehingga lengan atas tangan siswa naik keatas hampir sejajar saat menulis.

Berdasarkan persentasi keluhan musculoskeletal disorders siswa pada Tabel 5.2 dan Gambar 5.1, keluhan agak sakit dialami siswa pada bagian leher bagian bawah sebesar 46 %, keluhan pada bagian punggung sebesar 43 %, keluhan pada kaki kiri sebesar 45 % dan keluhan pada leher atas sebesar 40 %. Keluhan pada kaki dikarenakan posisi kaki siswa saat belajar dalam keadaan menggantung dan


(68)

berada dalam keadaan yang tidak seimbang hal ini dikarenakan tinggi kursi terlalu tinggi bagi siswa. Keluhan yang dialami siswa tersebut diakibatkan oleh ketidaksesuaian meja dan kursi sekolah dengan siswa. Ketidaksesuaian dimensi tubuh siswa dengan tinggi meja, tinggi kursi dan panjang kursi.

6.2 Analisis Kondisi Aktual Meja dan Kursi Sekolah

Kondisi aktual meja dan kursi dianalisis untuk mendapatkan gambaran perbaikan rancangan meja dan kursi yang ergonomis untuk siswa. Gambaran meja dan kursi aktual ditampilkan pada Gambar 6.1 berikut.

Gambar 6.1. Meja dan Kursi Sekolah Aktual

Berdasarkan gambaran meja dan kursi aktual yang digunakan disekolah terlihat bahwa laci meja tidak digunakan sesuai fungsinya. Siswa menyimpan atau meletakkan tasnya pada sandaran kursi, hal ini dikarenakan tinggi laci meja tidak sesuai dengan besar atau tebal dari tas siswa. Adapun gambaran kondisi aktual siswa dalam menggunakan meja dan kursi ditampilkan pada Gambar 6.2.


(69)

Gambar 6.2 Kondisi Aktual Siswa saat Menggunakan Meja dan Kursi

Berdasarkan Gambar 6.2 tampak bahwa tinggi kursi tidak sesuai dengan tinggi popliteal siswa (lebih tinggi) sehingga membuat posisi kaki siswa mulai dari kelas satu hingga kelas enam berada dalam keadaan menggantung (tidak menyentuh lantai) saat menggunakan kursi. Menurut Panero Zelnik (2003) landasan tempat duduk yang terlalu tinggi menyebabkan paha tertekan dan peredaran darah terhambat. Posisi kaki yang tidak menapak dengan baik diatas permukaan lantai mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh. Tinggi meja membuat lengan siswa terangkat hampir sejajar dengan bahu saat menulis hal ini akan menyebabkan tekanan pada jaringan lengan dan mengakibatkan terhambatnya peredaran darah, kelelahan, ketidaknyamanan, dan sakit pada bagian lengan.

Lebar kursi tidak sesuai dengan panjang popliteal siswa (lebih besar) sehingga membuat posisi duduk siswa maju kedepan dan tidak bersandar. Menurut Panero Zelnik (2003) bila kedalaman landasan terlalu besar, maka bagian depan


(70)

dari permukaan atau ujung dari tempat duduk tersebut akan menekan daerah tepat dibelakang lutut dan memotong peredaran darah dibagian kaki. Tekanan pada jaringan tersebut akan menyebabkan iritasi dan ketidaknyaman. Posisi duduk siswa dengan memajukan pantatnya dalam hal ini menyebabkan bagian punggung tidak bersandar sehingga stabilitas tubuh melemah dan tenaga otot yang diperlukan menjadi semakin besar sebagai upaya dalam menjaga keseimbangan yang mengakibatkan timbulnya kelelahan, ketidaknyaman dan sakit di bagian punggung.

6.3 Perancangan Meja dan Kursi Usulan

Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan terhadap dimensi meja dan kursi sekolah pada Sekolah Dasar Siti Hajar terdapat beberapa ketidaksesuaian dimensi dari meja dan kursi dengan data antropometri tubuh siswa. Sehingga perlu dilakukan perbaikan untuk mendapatkan meja dan kursi yang ergonomis. Oleh karena itu dilakukan pengukuran antropometri terhadap 255 siswa.

Hasil perancangan meja dan kursi yang dilakukan adalah meja dan kursi dengan konsep fix dan adjustable. Konsep perancangan dibagi kedalam 3 tingkatan kelas. Tingkatan pertama digunakan untuk anak kelas satu dan dua yang rata-rata berusia 5 - 7 tahun. Tingkatan kedua digunakan untuk anak kelas tiga dan empat yang rata-rata berusia 8 - 9 tahun. Tingkatan ketiga digunakan untuk anak yang duduk dikelas lima dan enam yang berusia rata-rata 10-11 tahun.

Dimensi hasil perancangan diperoleh dari pengumpulan data antropometri siswa. Dimensi antropometri yang dikumpulkan adalah tinggi bahu duduk, tinggi popliteal, tinggi siku duduk, panjang popliteal, panjang rentang siku, panjang


(71)

rentang tangan kedepan, lebar bahu, lebar pinggul panjang lutut dan panjang telapak tangan.

Tinggi bahu duduk digunakan dalam penentuan ukuran sandaran kursi, tinggi popliteal digunakan dalam penentuan tinggi dudukan kursi dan tinggi meja, tinggi siku duduk digunakan dalam penentuan tinggi meja, panjang popliteal digunakan dalam penentuan panjang landasan kursi, lebar bahu digunakan dalam penentuan panjang sandaran kursi. Adapun dimensi meja dan kursi dibandingkan dengan dimensi hasil perancangan dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Berdasarkan Tabel 6.1 dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan dimensi meja dan kursi aktual dengan hasil perancangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meja dan kursi aktual untuk anak kelas satu hingga kelas enam memiliki ketidaksesuaian 100% terhadap tinggi meja dan 99,6% terhadap tinggi dudukan kursi.

Persentasi kesesuaian kursi perancangan pada konsep fix dan adjustable

dapat memenuhi 100 % pada tingkatan I, 96,5 % pada tingkatan II dan 97,2 % pada tingkatan III. Persentasi kesesuaian meja hasil perancangan pada konsep fix

dapat memenuhi 87 % pada tingkatan I, 73 % pada tingkatan II dan 70 % pada tingkatan III sedangkan persentasi kesesuaian meja hasil perancangan pada konsep

adjustable dapat memenuhi untuk keseluruhan siswa pada setiap tingkatan (100%).

6.4 Analisis Postur Tubuh Siswa

Ketidaksesuaian dimensi meja dan kursi sekolah dengan penggunanya mengakibatkan postur tubuh yang salah. Analisis postur tubuh dilakukan untuk


(72)

mengetahui kategori level resiko dan tindakan yang harus dilakukan. Penilaian postur tubuh RULA dilakukan terhadap enam orang siswa dan diperoleh hasil dengan level resiko tinggi untuk anak kelas satu hingga kelas empat dengan kategori tindakan diperlukan sekarang juga. Sedangkan untuk anak kelas lima dan enam diperoleh level resiko sedang dengan kategori tindakan dalam waktu dekat dan harus segera diganti.

Level resiko belajar siswa tinggi dan sedang dikarenakan dimensi tubuh siswa tidak sesuai dengan dimensi meja dan kursi aktual. Level resiko belajar tinggi juga disebabkan karena postur tubuh siswa membungkuk pada saat menulis, bahu yang terangkat dan posisi kaki siswa yang tidak seimbang (menggantung). Adapun tindakan yang diambil yaitu dengan melakukan perancangan meja dan kursi sesuai antropometri dan tingkatan kelas siswa agar dapat meminimalisasi ketidaksesuaian dimensi tubuh siswa dengan dimensi meja dan kursi sekolah.

Gambaran dan penilaian model siswa saat menggunakan meja dan kursi hasil perancangan dapat dilihat pada Tabel 6.2. Berdasarkan gambaran siswa saat menggunakan meja dan kursi hasil perancangan, terlihat bahwa posisi tubuh siswa tidak membungkuk, bahu siswa tidak terangkat dan posisi kaki berada pada posisi yang seimbang. Berdasarkan penilaian postur tubuh siswa dengan metode RULA diketahui bahwa skor akhir yaitu 2 untuk tubuh bagian kiri dan 3 untuk tubuh bagian kanan. Skor 2 untuk bagian tubuh sebelah kiri berada pada level resiko minimum dan berada pada tindakan yang aman sedangkan skor 3 untuk bagian tubuh sebelah kanan berada pada level resiko kecil dengan kategori tindakan yaitu diperlukan tindakan dalam beberapa waktu ke depan.


(1)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 5.3.4 Detail...………. V-32

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1 Analisis Standard Nordic Questionnaire ………... VI-1 6.2 Analisis Kondisi Aktual Meja dan Kursi Sekolah... VI-2 6.3 Perancangan Meja dan Kursi Usulan... VI-4 6.4 Analisis Postur Tubuh Siswa ... VI-5

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(2)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1 Gambaran Sikap Duduk Siswa Kelas I Hingga Kelas VI Saat

Menggunakan meja dan kursi sekolah ... I-5 2.1 Program Unggulan Siti Hajar Islamic Full Day School ... II-5 2.2 Jumlah Siswa Perkelas Sekolah Dasar Siti Hajar ... II-6 2.3 Rincian Karyawan pada Sekolah Dasar Siti Hajar ... II-7 2.4 Fasilitas Sekolah Dasar Siti Hajar ... II-8 2.5 Rincian Aktivitas pada Sekolah Dasar Siti Hajar ... II-9 3.1 Pengukuran Data Antropometri ... III-4 3.2 Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal ... III-11 4.1 Intrumen Penelitian ... IV-4 4.2 Jumlah Populasi Siswa Sekolah Dasar Siti Hajar ... IV-5 4.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Proporsional Stratified Sampling ... IV-6 5.1 Sikap Duduk Siswa Kelas I Hingga Kelas 6 Menggunakan Meja dan

Kursi Sekolah... V-2 5.2 Persentase Keluhan Musculoskeletal Disorders Siswa ... V-5 5.3 Data Spesifikasi Meja dan Kursi Sekolah SD Siti Hajar ... V-6 5.4 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja Siswa ... V-16 5.5 Rekapitulasi Uji Kecukupan Data ... V-23


(3)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.8 Pemberian Bentuk pada Perancangan ... V-37 5.9 Rekapitulasi Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep

Fix dan Konsep Adjustable ... V-39 5.10 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Adjustable V-41 5.11 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Fix ... V-42 6.1 Data Dimensi Meja dan Kursi Aktual dan Hasil Perancangan (cm)... VI-7 6.2 Penilaian Postur Tubuh Siswa ... VI-8 6.3 Rekapitulasi Penilaian Postur Tubuh Siswa……… VI-8 6.4 Gambaran Meja Kursi Aktual dan Meja Kursi Hasil Perancangan… VI-9


(4)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Struktur Organisasi Siti Hajar Islamic Full Day School ... II-4 3.1 Kelompok Dimensi Tubuh yang Diukur dalam Posisi Berdiri ... III-7 3.2 Perancangan Tongkat yang Memperhatikan Dimensi Antropometri

Tubuh dalam Posisi Berdiri ... III-8 3.3 Kelompok Dimensi Tubuh yang Diukur dalam Posisi Duduk... III-8 3.4 Perancangan Kursi Kantor Ergonomis yang Memperhatikan Dimensi

Antropometri Tubuh dalam Posisi Duduk ... III-9 3.5 Distribusi Normal dengan Data Antropometri ... III-10 3.6 Perbedaan Ukuran dengan Persentil Manusia ... III-11 3.7 Pedoman Dimensi Antropometrik untuk Desain Kursi Sekolah ... III-13 3.8 Susunan Tulang Belakang (Columna Vertebra) ... III-16 3.9 Chart Desain Produk Ergonomis Berdasar Antropometri ... III-17 3.10 Model Perancangan Deskriptif ... III-18 3.11 Proses Perancangan Zeid ... III-20 3.12 Diagram Alir Cara Merancang French ... III-21 3.13 Model Cara Merancang VDI ... III-22 3.14 Diagram Alir Cara Merancang Pahl & Beitz ... III-23 4.1 Kerangka Berfikir... IV-2


(5)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

4.4 Pelaksanaan Pengumpulan Data ... IV-10 5.1 Pie Chart Persentasi Keluhan Musculoskletal Disorders Siswa ... V-8 5.2 Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA Pada Anak Kelas I .. V-10 5.3 Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA Pada Anak Kelas II V-11 5.4 Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA Pada Anak Kelas III V-12 5.5 Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA Pada Anak Kelas IV V-13 5.6 Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA Pada Anak Kelas V V-14 5.7 Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA Pada Anak Kelas VI V-15 5.8 Peta Kontrol Tinggi Siku Duduk Kelas I... V-21 5.9 Skema Konsep Perancangan Meja dan Kursi Ergonomis Sekolah Dasar V-36 5.10 Perancangan Meja dan Kursi pada Setiap Tingkatan Konsep Fix .... V-44 5.11 Perancangan Meja dan Kursi pada Setiap Tingkatan Konsep Adjustable V-45 6.1 Meja dan Kursi Sekolah Aktual ... VI-2 6.2 Kondisi Aktual Siswa Saat Menggunakan Meja dan Kursi ... VI-3


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1 Data Responden ... L.1 2 Standard Nordic Questionaire ... L.2 3 Data Standard Nordic Questionaire ... L.3 4 Data Antropometri Siswa ... L.4 5 Peta Kontrol Data Antopometri Siswa ... L.5 6 Pengukuran Data Antropometri Siswa ... L.6 7 Pie Chart Persentasi Keluhan Musculoskeletal Disorders Siswa Perkelas L.7 8 Form Tugas Akhir ... L.8 9 Surat Penjajakan ... L.9 10 Surat Balasan Perusahaan ... L.10 11 Surat Keputusan Tugas Akhir ... L.11 12 Lembar Asistensi ... L.12