Latar Belakang Masalah Pengaruh Senam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Saat Dismenore Pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sampai ke kaki, sakit kepala, mual, sembelit atau diare, sakit punggung bawah, dan kadang terjadi muntah.
Berdasarkan dari pengalaman beberapa remaja yang mengalami dismenore primer gejala lain yang dialami remaja selain nyeri yang
dirasakan antara lain mual, muntah, berguling-guling, bahkan pingsan. Ketidaknyamanan tersebut akan mempengaruhi aktivitas remaja. Di
sekolah, konsentrasi belajar remaja menjadi menurun, bahkan tidak sedikit yang absen atau tidak masuk sekolah karena dismenore yang dialami
Agustina dkk, 2010. Menurut penelitian Harel 2002 dalam Agustina dkk 2010, 14-
52 remaja USA tidak datang sekolah karena mengalami dismenore, sedangkan pada remaja usia 11-12 tahun di Australia 53 dilaporkan
mengalami keterbatasan aktivitas sosial, olahraga dan aktivitas sekolah. Studi di Kuala Lumpur yang dilakukan oleh Wong 2010 dalam Agustina
dkk 2010 juga menyebutkan bahwa 74,5 remajanya mengalami dismenore, 51,7 diantaranya terganggu konsentrasinya di sekolah,
50,2 terbatasi aktivitas sosialnya, 21,5 tidak hadir ke sekolah, dan 12 menunjukkan performa yang tidak masimal di sekolah.
Berdasarkan berbagai dampak yang ditimbulkan akibat dismenore tersebut perlu penanganan yang tepat dan aman. Penanganannya dapat
dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis dengan menggunakan obat golongan Nonsteroid anti-inflammatory agents
NSAIDs diantaranya
ada Ibuprofen,
Naproxen, Diclofenac,
Hydrocodone dan Acetaminophen, akan tetapi obat-obatan tersebut
menyebabkan ketergantungan dan memiliki kontraindikasi seperti Hipersensitivitas, ulkus peptik tukak lambung, perdarahan atau perforasi
gastrointestinal dan insufisiensi ginjal. Secara nonfarmakologis dapat dilakukan dengan relaksasi, hipnoterapi, kompres air hangat, senam atau
olahraga teratur dan distraksi dengan cara mengalihkan perhatian melalui kegitan seperti membaca, menonton televisi dan mendengarkan
musikradio Arifin, 2008 . Beberapa penderita dismenore, untuk mengurangi rasa nyerinya
tersebutcenderung menggunakan obat sendiri, tanpa konsultasi ataupun resep dari dokter. Adapun persentase dari minum obat sebanyak 32,5,
melakukan kompres dengan air panas 34 dan yang paling sering dengan beristirahat sekitar 92 Infosehat, 2008. Akan tetapi terapi farmakologi
harus diminimalkan penggunaannya. Karena seperti yang telah dipaparkan sebelumnya,
bahwa obat-obatan
tersebut dapat
menyebabkan ketergantungan dan juga memiliki kontraindikasi Arifin, 2008 .Oleh
sebab itu perlu adanya alternatif untuk mencegah atau mungkin bisa mengurangi angka kejadian dismenore. Senam merupakan salah satu
alternatif yang bisa digunakan untuk mencegah atau mengurangi rasa nyeri tersebut.
Senam merupakan salah satu tehnik relaksasi yang dapat digunakan
untuk mengurangi
nyeri, karena
saat melakukan
olahragasenam otak dan susunan syaraf tulang belakang akan menghasilkan endorphin, hormon yang berfungsi sebagai obat penenang
alami dan menimbulkan rasa nyaman Harry, 2007. Ramaiah 2006 juga
menyebutkan bahwa, salah satu cara yang sangat efektif untuk mencegah nyeri menstruasi ini adalah olahraga, salah satu jenis olahraga yang bisa
dilakukan yaitu senam. Beberapa gerakan senam dapat meningkatkan pasokan darah ke
organ reproduksi sehingga dapat memperlancar peredaran darah. Senam ini setidaknya dilakukan dua hingga empat kali seminggu, khususnya
selama paruh kedua siklus menstruasi. Riset menunjukkan bahwa perempuan yang berolahraga teratur dapat meningkatkan sekresi hormon
dan pemanfaatannya Ramaiah, 2006. Menurut Abbaspour 2005 dalam Dyana 2009, wanita yang
teratur berolahraga didapatkan penurunan insidensi dismenore. Hal ini mungkin disebabkan efek hormonal yang berhubungan dengan olahraga
pada permukaan uterus, atau peningkatan kadar endorfin yang bersikulasi. Diduga olahraga bekerja sebagai analgesik nonspesifik yang bekerja
jangka pendek dalam mengurangi nyeri. Dismenore primer merupakan jenis yang tepat untuk dilakukan
senam. Jenis dismenore ini tidak terdapat masalah ginekologi yang menyebabkan nyeri. Nyeri tersebut terjadi sebagai hasil kontraksi uterus
yang berkepanjangan dan kurangnya aliran darah ke miometrium yang kemudian mengakibatkan iskemi. Sehingga dengan dilakukannya senam,
aliran darah yang kurang ke miometrium dapat terpenuhi Ramiah, 2006. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dyana 2009
mengenai hubungan dismenore dengan olahraga pada remaja usia 16-18 tahun di SMA ST.Thomas 1 Medan. Hasil penelitianya menunjukkan
bahwa kejadian dismenore menurun dengan adanya olahraga. Didapatkan angka kejadian dismenore pada remaja yaitu 76 orang remaja 84 dari
90 remaja yang dijadikan sampel. Sekitar 66 penderitanya yaitu remaja yang tidak melakukan olahraga, dan 34 remaja yang melakukan
olahraga. Penelitian ini juga didasari oleh peneltian yang dilakukan
Istiqomah 2009 pada remaja putri di SMU N 5 Semarang. Penelitiannya terkait efektifitas dari senam dismenore dalam mengurangi nyeri
dismenore. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa senam dismenore ini efektif untuk menurunkan dismenore. Responden yang digunakan
sebanyak 15 remaja yang melakukan senam selama 3 hari sebelum menstruasi, tingkatan nyeri sebelum mereka melakukan senam yaitu:
dismenore ringan sebanyak 7, dismenore sedang 53, dan dismenore hebat 40. Tingkatan nyeri yang dirasakan responden setelah senam
dismneore mengalami penurunan, dengan prosentase dismenore ringan sebanyak 73,33, dismenore sedang 26,67 dan tidak ada responden
yang mengalami dismenore hebat. Penelitian yang dilakukan oleh Anggreani 2008 mengenai
Perbedaan tingkat dismenore pada remaja putri antara yang rutin melakukan olahraga dengan yang jarang melakukan olahraga di SMA
Negeri 1 Ambarawa tahun 2008. Hasil penelitiannya di SMA Negeri 1 Ambarawa pada 178 responden adalah diambil kesimpulan bahwa ada
perbedaan tingkat dismenore pada remaja puteri antara yang rutin
melakukan olahraga dengan yang jarang melakukan olahraga di SMA Negeri 1 Ambarawa.