satu pertanda bahwa seorang wanita sudah memasuki masa suburnya. Karena secara fisiologis, menstruasi menandakan telah terbuangnya sel
telur yang sudah matang Andriyani, 2011. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksin normal, ovarium
memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi Bobak, 2004 Panjang siklus menstruasi ialah jarak tanggal mulainya menstruasi
yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hormon yang berperan pada suatu siklus menstruasi adalah FSH, GnRH, dan faktor penghambat
prolaktin prolactin inhibiting factor, PIF. Hormon ini memicu pengeluaran FSH, LH, dan PRL dari hipofisis anterior. Prolaktin dan LH
memicu sintesis dan pengeluaran hormon di ovarium, yaitu antara 21-35 hari Wikjosastro, 2005.
Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel
ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel- sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh
adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual
sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan
siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron
merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi
ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan
yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan
dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita Suzannec, 2001 dalam Prima 2010
Selama satu siklus menstruasi, pada ovarium, uterus, dan serviks terjadi perubahan-perubahan Gambar 2.1.
1.6.1 Bagian-bagian Siklus Menstruasi
Menurut Bobak 2004, ada beberapa rangkaian dari siklus
menstruasi, yaitu: 2.1.3.1 Siklus Endometrium
Siklus endometrium menurut Bobak 2004, terdiri dari empat fase, yaitu:
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale.
Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari rentang 3-6 hari. Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH Lutenizing
Hormon menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH Folikel Stimulating Hormon baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi fase folikuler
Selama fase proliferasi, stroma dan kelenjar di endometrium mengalami regenerasi pada satu proses yaitu penebalan dari lapisan basal
yang masih ada setelah menstruasi yang terakhir ketebalannya lebih dari 0,5 mm. Biasanya berlangsung 10-14 hari, lama proliferasi bervariasi
jika siklus menstruasi tidak teratur Andrews, 2009 dalam Prima, 2010. c.
Fase sekresi fase luteal Fase sekretorik dan ovulasi ini terjadi berbarengan dengan periode
korpus luteum aktif secara fungsional dan menyekresikan progesteron dan estrogen, dan beranglsung selama sekitar 14 hari. Di bawah pengaruh
hormon progestreon dan estrogen, terutama progesteron, sel-sel pada
stroma endometrium menjadi edema, kelenjar-kelenjar berdilatasi dan menyekresi lendir encer kaya glikogen dan arteri-arteri spiral ini
mengalami dilatasi dan kontraksi ritmik yang berada di bawah kendali hormon-hormon ovarium. Tebal endometrium sekitar 5 mm pada tahap
ini Everett, 2007 dalam Prima 2010. d.
Fase iskemipremenstrual Implantasi atau nidasi ovum yang diuahi terjadi sekitar 7 sampai 10
hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut.
Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional
terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
2.1.3.2 Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH luitenizing
hormon. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur sel
primordial. Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum
terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai
berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan
fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
2.1.3.3 Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah
dalam darah
ini menstimulasi
hipotalamus untuk
mensekresi gonadotropin releasing hormone Gn-RH. Sebaliknya, Gn-RH
menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone FSH. FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi
estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone LH.
LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari sikus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus
luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.
Gambar 2.2. Hubungan antara hipotalamus,hipofisis, ovarium dan endometrium
2.1.4 Faktor-faktor yang berperan dalam siklus menstruasi
Menurut Wikjosastro 2005, ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus menstruasi antara lain:
2.1.4.1 Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim
hidrolitik dalam
endometrium, serta
merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang
terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase
luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak
permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk
implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesteron, enzim-enzim hidrolitik
dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
2.1.4.2 Faktor vaskular
Pada saat mulai fase proliferasi terjadi pula pembnetukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan
endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang
menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari
vena.
2.1.4.3 Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2 dengan
desintegrasi endometrium,
prostaglandin terlepas
dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk
membatasi perdarahan pada haid.
2.1.5. Gangguan Menstruasi
Proses alamiah menstruasi terjadi pada setiap wanita yang beranjak dewasa. Gangguan menstruasi adalah masalah yang umum terjadi pada
saat menstruasi khususnya pada masa remaja. Gangguan dapat menyebabkan rasa cemas yang signifikan pada penderita maupun
keluarganya.Faktor fisik dan psikologis berperan pada gangguan saat
menstruasi.
Adapun gangguan menstruasi dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:
1. Amenore
2. Oligomenorea
3. Polimenorea
4. Menoragia atau Hiperenorea
5. Hipomenorea
6. Metroragia
7. Dismenore
2.1.5.1 Amenore
Amenore adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum puberitas,
kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Amenore sendiri terbagi dua, yaitu:
Amenore primer, yaitu keadaan terjadinya menstruasi pada wanita yang telah mencapai usia 14 tahun, pertumbuhan seksual sekunder
belum tampak, menstruasi belum muncul, atau telah mnecapai usia
16 tahun, namun menstruasi belum juga muncul. Pada jenis amenore ini disebabkan karena kelainan hormonal sangat jarang.
Perlu dilakukan analisa hormonal FSH, LH E2 dan Prolaktin. Amenore sekunder, yaitu tidak terjadinya menstruasi selama 3
siklus pada kasus oligomenoreajumlah darah menstruasi sedikit, atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi
biasa. Penyebab tersering dari amenorea primer adalah puberitas
terlambat, kegagalan dari fungsi indung telur, agenesis uterovaginla tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina, gangguan pada susunan saraf pusat
dan himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah haid. Sedangkan penyebab terbanyak dari amenore sekunder adalah
kehamilan, setelah kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi.
2.1.5.2 Oligomenorea
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus haid memanjang lebih dari 53 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami menstruasi yang lebih jarang dari pada biasanya. Namun, jika berhentinya siklus
menstruasi berlangsung lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenore sekunder.
Oligomenorea biasanya
terjadi akibat
adanya gangguan
keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormonal tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi
normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah menstruasi
pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi normal
yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi pertama dan
menjelang terjadinya
menopause, sehingga
timbul gangguan
keseimbangan hormon dalam tubuh.
2.1.5.3 Polimenorea
Ketika seorang wanita mengalami siklus menstruasi yang lebih sering siklus menstruasi yang lebih singkat dari 21 hari, hal ini dikenal
dengan polimenorea. Wanita dengan polimenorea akan mengalami menstruasi hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola yang
teratur dan jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.
Timbulnya menstruasi yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan
kekhawatiran pada
wanita yang
mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidak seimbangan sistem
hormonal pada
aksis hipotalamus-hippofisis-ovarium.
Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses
ovulasi pelepasan sel telur atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga
didapatkan menstruasi yang lebih sering.
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter
jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik
tubuh akibat darah yang keluar terus menerus. Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan
kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi proses pelepasan sel telur. Wanita dengan gangguan
ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.
2.1.5.4 Menoragia atau Hiperenorea
Menoragia atau Hiperenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal lebih dari 80 mlhari atau lebih lama dari
normal lebih dari 8 hari, kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Siklus menstruasi yang normal berlangsung antara 21-35 hari,
selama 2-8 hari dengan darah menstruasi sekitar 25-80 mlhari. Timbulnya perdarahan yang berlebihan saat terjadinya menstruasi
menoragia dapat terjadi akibat beberapa hal, diantaranya: 1.
Adanya kelainan organik, seperti: Infeksi saluran reproduksi
Kelainan koagulasi pembekuan darah, misal: kekurangan protombin, idiopatik trombositopenia purpura ITP.
Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik dapat menyebabkan
gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen.
2. Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan
kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus anovulasi dan kegemukan. 3.
Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding rahim dan
lain sebagainya. 4.
Latrogenik: misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid, obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan obat-obatan antikoagulan.
2.1.5.5 Hipomenorea
Hipomenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah sedikit, melakukan pergantian pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan
berlangsung selama 1-2 hari saja. Penyebab kelainan ini adalah
kekurangan hormon estrogen atau progesteron. 2.1.5.6
Metroragia
Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan menstruasi dan sering ditemukan pada usia
menopause. Metroragia merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu menstruasi. Pada metroragia, menstruasi terjadi
dalam waktu yang lebih sedikit. Metroragia tidak ada ada hubungannya dengan menstruasi, namun keadaanya ini sering dianggap oleh wanita
sebagai menstruasi walaupun hanya berupa bercak. Penyebab dari metroragia paling sering adalah kelianan organik
seperti karsinoma korpus uteri, mioma submukosum, polip, dan
karsinoma serviks. Adapun pengobatan yang dilakukan pada metroragia jenis ini ialah dengan operatif. Dan penyebab endokrinologik sangat
jarang terjadi pada kasus metroragia ini.
2.1.5.7 Dismenore
Dismenore adalah nyeri saat menstruasi yang timbul menjelang atau selama menstruasi. Dikatakan dismenore bila nyeri yang timbul
tersebut sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja ataupun absen dari sekolah. Nyeri yang terjadi sering bersamaan dengan rasa
mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Nyeri tersebut dirasakan di perut sangat sakit kolik.
Dismenore dibagi dalam dua bentuk, yaitu: - Dismenore primer
- Dismenore sekunder Dismenore primer muncul segera setelah menarke, sedangkan
dismenore sekunder sebelumnya tidak merasa nyeri, tetapi selang beberapa bulan atau bahkan tahun rasa nyeri tersebut baru timbul.
Penyebab pasti dari dismenore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenore primer
umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus menstruasi berovulasi. Pada fase sekresi dijumpai dalam endometrium kadar prostaglandin yang
tinggi. Penyebab tersering dari dismenore sekunder adalah endometriosis
dan infeksi kronik genitalia interna. Wanita dengan endometriosis sering
mengeluh nyeri senggama, nyeri buang air besar, dan sulit mendapatkan anak infertil.
2.1.6. Dasar Hukum Menstruasi Menurut Islam
Untuk dapat menetapkan dasar hukum menstruasi, perlu diketahui terlebih dahulu macam-macam darah yang keluar dari rahim
wanita.Barulah dapat ditentukan mana darah menstruasi dan mana yang bukan darah menstruasi.
Darah yang keluar dari rahim seorang wanita, dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Darah menstruasi
Seperti yang telah diterangkan bahwa menstruasi adalah darah kotor yang keluar dari rahim seorang wanita yang dalam keadaan sehat, dengan tidak
ada sebab. 2.
Darah istihadah Darah istihadah adalah yang keluar dari rahim seorang wanita karena
penyakit, bukan pula darah menstruasi. Wanita yang sedang berdarah penyakit, wajib mengerjakan semua ibadah sebagai mana ketetapan
hukum wajib atas orang berpenyakit yang lain. Firman Allah di mana disebutkan dasar hukum dari menstruasi:
Al-baqarah: 222, yang mana artinya sebagai berikut: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid menstruasi, katakanlah: hadi
itu adalah suatu kotoran. Oleh karena itu hedaklah kamu menjauhi diri dari wanita di waktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang telah diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri ”.
Demikian juga sabda Rasulallah saw: Artinya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Fatimah binti Abi Hubaisy telah berdarah penyakit, kata Rasulallah kepadanya: sesungguhnya darah haid itu hitam warnanya
dikenal oleh kaum wanita, maka apabila darah semacam itu ada, hendaklah engkau tinggakan, apabila keadaan darah tidak seperti itu
hendaklah engkau berwudhu dan sembahyang ”.
2.2. Dismenore 2.2.1. Definisi
Dismenore berasal dari bahsa Yunani yaitu Dys bearti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. Meno bearti bulan dan rrhea yang berarti
aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau nyeri Karim, 2009 dalam Dyah 2010. Dismenore atau nyeri
saat menstruasi merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan para remaja pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena
gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai.Walaupun frekuensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini
sudah lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan.Wikjosastro, 2005.
Dismenore didefinisikan oleh Stenchever 2002 dalam Chudnoff 2005 sebagai sensasi nyeri yang seperti kram pada abdomen bawah
sering bersamaan dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit kepala, mual, muntah, diare dan tremor. Oleh karena hampir semua wanita
mengalami rasa tidak enak di perut bawah dan gejala-gejala yang menyertainya sebelum dan selama haid maka istilah dismenorea hanya
dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari,
untuk beberapa jam atau beberapa hari.
2.2.2 Epidemiologi
Prevalensi dismenore paling tinggi terdapat pada remaja wanita, dengan perkiraan antara 20-90, tergantung pada metode pengukuran
yang digunakan.Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar.Rata-rata lebih dari 50 perempuan di setiap negara mengalami dismenore.Di
Amerika angka prosentasenya sekitar 60 dan di Swedia sekitar 72. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55 perempuan usia
produktif yang tersiksa oleh dismenore Infosehat, 2007. Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25 yang
terdiri dari 54,89 dismenore primer dan 9,36 dismenore sekunder infosehat, 2009. Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90.
Masalah ini setidaknya mengganggu 50 wanita masa produktif dan 60- 85 pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada
sekolah Annathayakheisha, 2009.
Hasil suatu penelitian ditemukan bahwa 51 wanita tidak hadir di sekolah ataupun pekerjaan paling tidak sekali dan 8 wanita tidak hadir di
sekolah atau kerja setiap kali mengalami menstruasi. Wanita dengan dismenore juga mendapatkan nilai lebih rendah di sekolah dan lebih susah
beradaptasi dengan lingkungan sekolah daripada wanita tanpa dismenore Abbaspour, 2005 dalam Dyana 2009 .
2.2.3. Klasifikasi
Jacoeb dkk dalam kelompok studi endokrinologi reproduksi Indonesia 1995, menyebutkan bahwa dismenore ada dua jenis
berdasarkan etiologinya yaitu primer dan sekunder. 1. Dismenore primer
Dismenore primer merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada
alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai
dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa hari. Sifat
rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan
dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya Wikjosastro, 2005.
Bobak 2004 mengungkapkan bahwa dismneore primer terjadi, jika tidak ada penyakit organik, biasanya dari bulan keenam sampai tahun
kedua setelah menarke. Pada jenis dismenore ini biasanya nyeri akan
hilang pada usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginan.
2. Dismenore sekunder Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri menstruasi yang
dikaitkan dengan penyakit pelvis organik, seperti endometriosis, penyakit radang panggul pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus,
dan polip uterus. IUD juga dapat merupakan penyebab dismenore sekunder Bobak, 2004.
Dismenore sekunder terjadi karena adanya kelainan pada organ genitalia dalam rongga pelvis. Penderita dismenore sekunder sering
mengalami nyeri yang terjadi beberapa hari sebelum menstruasi disertai ovulasi dan kadangkala saat melakukan hubungan seksual Smetzer,
2002.
2.2.4. Derajat Nyeri Dismenore
Riyanto 2002 menyebutkan bahwa derajat dismenore ada empat yaitu derajat 0-3:
1 Derajat 0
Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tak terpengaruhi 2
Derajat 1 Nyeri ringan dan memerlukan otot rasa nyeri, namun aktivitas
jarang terpenuhi