Manfaat Penelitian Menstruasi Pengaruh Senam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Saat Dismenore Pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

satu pertanda bahwa seorang wanita sudah memasuki masa suburnya. Karena secara fisiologis, menstruasi menandakan telah terbuangnya sel telur yang sudah matang Andriyani, 2011. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksin normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi Bobak, 2004 Panjang siklus menstruasi ialah jarak tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Hormon yang berperan pada suatu siklus menstruasi adalah FSH, GnRH, dan faktor penghambat prolaktin prolactin inhibiting factor, PIF. Hormon ini memicu pengeluaran FSH, LH, dan PRL dari hipofisis anterior. Prolaktin dan LH memicu sintesis dan pengeluaran hormon di ovarium, yaitu antara 21-35 hari Wikjosastro, 2005. Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel- sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita Suzannec, 2001 dalam Prima 2010 Selama satu siklus menstruasi, pada ovarium, uterus, dan serviks terjadi perubahan-perubahan Gambar 2.1.

1.6.1 Bagian-bagian Siklus Menstruasi

Menurut Bobak 2004, ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu: 2.1.3.1 Siklus Endometrium Siklus endometrium menurut Bobak 2004, terdiri dari empat fase, yaitu: a. Fase menstruasi Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari rentang 3-6 hari. Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH Lutenizing Hormon menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH Folikel Stimulating Hormon baru mulai meningkat. b. Fase proliferasi fase folikuler Selama fase proliferasi, stroma dan kelenjar di endometrium mengalami regenerasi pada satu proses yaitu penebalan dari lapisan basal yang masih ada setelah menstruasi yang terakhir ketebalannya lebih dari 0,5 mm. Biasanya berlangsung 10-14 hari, lama proliferasi bervariasi jika siklus menstruasi tidak teratur Andrews, 2009 dalam Prima, 2010. c. Fase sekresi fase luteal Fase sekretorik dan ovulasi ini terjadi berbarengan dengan periode korpus luteum aktif secara fungsional dan menyekresikan progesteron dan estrogen, dan beranglsung selama sekitar 14 hari. Di bawah pengaruh hormon progestreon dan estrogen, terutama progesteron, sel-sel pada stroma endometrium menjadi edema, kelenjar-kelenjar berdilatasi dan menyekresi lendir encer kaya glikogen dan arteri-arteri spiral ini mengalami dilatasi dan kontraksi ritmik yang berada di bawah kendali hormon-hormon ovarium. Tebal endometrium sekitar 5 mm pada tahap ini Everett, 2007 dalam Prima 2010. d. Fase iskemipremenstrual Implantasi atau nidasi ovum yang diuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

2.1.3.2 Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH luitenizing hormon. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur sel primordial. Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

2.1.3.3 Siklus Hipofisis-hipotalamus

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin releasing hormone Gn-RH. Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone FSH. FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone LH. LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari sikus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi. Gambar 2.2. Hubungan antara hipotalamus,hipofisis, ovarium dan endometrium

2.1.4 Faktor-faktor yang berperan dalam siklus menstruasi

Menurut Wikjosastro 2005, ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus menstruasi antara lain:

2.1.4.1 Faktor enzim

Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesteron, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

2.1.4.2 Faktor vaskular

Pada saat mulai fase proliferasi terjadi pula pembnetukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.

2.1.4.3 Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2 dengan desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

2.1.5. Gangguan Menstruasi

Proses alamiah menstruasi terjadi pada setiap wanita yang beranjak dewasa. Gangguan menstruasi adalah masalah yang umum terjadi pada saat menstruasi khususnya pada masa remaja. Gangguan dapat menyebabkan rasa cemas yang signifikan pada penderita maupun keluarganya.Faktor fisik dan psikologis berperan pada gangguan saat menstruasi. Adapun gangguan menstruasi dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam: 1. Amenore 2. Oligomenorea 3. Polimenorea 4. Menoragia atau Hiperenorea 5. Hipomenorea 6. Metroragia 7. Dismenore

2.1.5.1 Amenore

Amenore adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum puberitas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Amenore sendiri terbagi dua, yaitu:  Amenore primer, yaitu keadaan terjadinya menstruasi pada wanita yang telah mencapai usia 14 tahun, pertumbuhan seksual sekunder belum tampak, menstruasi belum muncul, atau telah mnecapai usia 16 tahun, namun menstruasi belum juga muncul. Pada jenis amenore ini disebabkan karena kelainan hormonal sangat jarang. Perlu dilakukan analisa hormonal FSH, LH E2 dan Prolaktin.  Amenore sekunder, yaitu tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus pada kasus oligomenoreajumlah darah menstruasi sedikit, atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. Penyebab tersering dari amenorea primer adalah puberitas terlambat, kegagalan dari fungsi indung telur, agenesis uterovaginla tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina, gangguan pada susunan saraf pusat dan himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah haid. Sedangkan penyebab terbanyak dari amenore sekunder adalah kehamilan, setelah kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi.

2.1.5.2 Oligomenorea

Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus haid memanjang lebih dari 53 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami menstruasi yang lebih jarang dari pada biasanya. Namun, jika berhentinya siklus menstruasi berlangsung lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenore sekunder. Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormonal tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah menstruasi pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh.

2.1.5.3 Polimenorea

Ketika seorang wanita mengalami siklus menstruasi yang lebih sering siklus menstruasi yang lebih singkat dari 21 hari, hal ini dikenal dengan polimenorea. Wanita dengan polimenorea akan mengalami menstruasi hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya. Timbulnya menstruasi yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan kekhawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidak seimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamus-hippofisis-ovarium. Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi pelepasan sel telur atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga didapatkan menstruasi yang lebih sering. Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus menerus. Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi proses pelepasan sel telur. Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.

2.1.5.4 Menoragia atau Hiperenorea

Menoragia atau Hiperenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal lebih dari 80 mlhari atau lebih lama dari normal lebih dari 8 hari, kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Siklus menstruasi yang normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari dengan darah menstruasi sekitar 25-80 mlhari. Timbulnya perdarahan yang berlebihan saat terjadinya menstruasi menoragia dapat terjadi akibat beberapa hal, diantaranya: 1. Adanya kelainan organik, seperti:  Infeksi saluran reproduksi  Kelainan koagulasi pembekuan darah, misal: kekurangan protombin, idiopatik trombositopenia purpura ITP.  Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik dapat menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen. 2. Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus anovulasi dan kegemukan. 3. Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding rahim dan lain sebagainya. 4. Latrogenik: misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid, obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan obat-obatan antikoagulan.

2.1.5.5 Hipomenorea

Hipomenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah sedikit, melakukan pergantian pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari saja. Penyebab kelainan ini adalah kekurangan hormon estrogen atau progesteron. 2.1.5.6 Metroragia Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan menstruasi dan sering ditemukan pada usia menopause. Metroragia merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu menstruasi. Pada metroragia, menstruasi terjadi dalam waktu yang lebih sedikit. Metroragia tidak ada ada hubungannya dengan menstruasi, namun keadaanya ini sering dianggap oleh wanita sebagai menstruasi walaupun hanya berupa bercak. Penyebab dari metroragia paling sering adalah kelianan organik seperti karsinoma korpus uteri, mioma submukosum, polip, dan karsinoma serviks. Adapun pengobatan yang dilakukan pada metroragia jenis ini ialah dengan operatif. Dan penyebab endokrinologik sangat jarang terjadi pada kasus metroragia ini.

2.1.5.7 Dismenore

Dismenore adalah nyeri saat menstruasi yang timbul menjelang atau selama menstruasi. Dikatakan dismenore bila nyeri yang timbul tersebut sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja ataupun absen dari sekolah. Nyeri yang terjadi sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Nyeri tersebut dirasakan di perut sangat sakit kolik. Dismenore dibagi dalam dua bentuk, yaitu: - Dismenore primer - Dismenore sekunder Dismenore primer muncul segera setelah menarke, sedangkan dismenore sekunder sebelumnya tidak merasa nyeri, tetapi selang beberapa bulan atau bahkan tahun rasa nyeri tersebut baru timbul. Penyebab pasti dari dismenore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenore primer umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus menstruasi berovulasi. Pada fase sekresi dijumpai dalam endometrium kadar prostaglandin yang tinggi. Penyebab tersering dari dismenore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna. Wanita dengan endometriosis sering mengeluh nyeri senggama, nyeri buang air besar, dan sulit mendapatkan anak infertil.

2.1.6. Dasar Hukum Menstruasi Menurut Islam

Untuk dapat menetapkan dasar hukum menstruasi, perlu diketahui terlebih dahulu macam-macam darah yang keluar dari rahim wanita.Barulah dapat ditentukan mana darah menstruasi dan mana yang bukan darah menstruasi. Darah yang keluar dari rahim seorang wanita, dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: 1. Darah menstruasi Seperti yang telah diterangkan bahwa menstruasi adalah darah kotor yang keluar dari rahim seorang wanita yang dalam keadaan sehat, dengan tidak ada sebab. 2. Darah istihadah Darah istihadah adalah yang keluar dari rahim seorang wanita karena penyakit, bukan pula darah menstruasi. Wanita yang sedang berdarah penyakit, wajib mengerjakan semua ibadah sebagai mana ketetapan hukum wajib atas orang berpenyakit yang lain. Firman Allah di mana disebutkan dasar hukum dari menstruasi: Al-baqarah: 222, yang mana artinya sebagai berikut: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid menstruasi, katakanlah: hadi itu adalah suatu kotoran. Oleh karena itu hedaklah kamu menjauhi diri dari wanita di waktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri ”. Demikian juga sabda Rasulallah saw: Artinya sebagai berikut: “Sesungguhnya Fatimah binti Abi Hubaisy telah berdarah penyakit, kata Rasulallah kepadanya: sesungguhnya darah haid itu hitam warnanya dikenal oleh kaum wanita, maka apabila darah semacam itu ada, hendaklah engkau tinggakan, apabila keadaan darah tidak seperti itu hendaklah engkau berwudhu dan sembahyang ”. 2.2. Dismenore 2.2.1. Definisi Dismenore berasal dari bahsa Yunani yaitu Dys bearti sulit atau menyakitkan atau tidak normal. Meno bearti bulan dan rrhea yang berarti aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau nyeri Karim, 2009 dalam Dyah 2010. Dismenore atau nyeri saat menstruasi merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan para remaja pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai.Walaupun frekuensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dengan memuaskan.Wikjosastro, 2005. Dismenore didefinisikan oleh Stenchever 2002 dalam Chudnoff 2005 sebagai sensasi nyeri yang seperti kram pada abdomen bawah sering bersamaan dengan gejala lain seperti keringat, takikardia, sakit kepala, mual, muntah, diare dan tremor. Oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah dan gejala-gejala yang menyertainya sebelum dan selama haid maka istilah dismenorea hanya dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari.

2.2.2 Epidemiologi

Prevalensi dismenore paling tinggi terdapat pada remaja wanita, dengan perkiraan antara 20-90, tergantung pada metode pengukuran yang digunakan.Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar.Rata-rata lebih dari 50 perempuan di setiap negara mengalami dismenore.Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60 dan di Swedia sekitar 72. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55 perempuan usia produktif yang tersiksa oleh dismenore Infosehat, 2007. Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 64,25 yang terdiri dari 54,89 dismenore primer dan 9,36 dismenore sekunder infosehat, 2009. Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90. Masalah ini setidaknya mengganggu 50 wanita masa produktif dan 60- 85 pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah Annathayakheisha, 2009. Hasil suatu penelitian ditemukan bahwa 51 wanita tidak hadir di sekolah ataupun pekerjaan paling tidak sekali dan 8 wanita tidak hadir di sekolah atau kerja setiap kali mengalami menstruasi. Wanita dengan dismenore juga mendapatkan nilai lebih rendah di sekolah dan lebih susah beradaptasi dengan lingkungan sekolah daripada wanita tanpa dismenore Abbaspour, 2005 dalam Dyana 2009 .

2.2.3. Klasifikasi

Jacoeb dkk dalam kelompok studi endokrinologi reproduksi Indonesia 1995, menyebutkan bahwa dismenore ada dua jenis berdasarkan etiologinya yaitu primer dan sekunder. 1. Dismenore primer Dismenore primer merupakan bentuk yang lebih sering dijumpai. Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya Wikjosastro, 2005. Bobak 2004 mengungkapkan bahwa dismneore primer terjadi, jika tidak ada penyakit organik, biasanya dari bulan keenam sampai tahun kedua setelah menarke. Pada jenis dismenore ini biasanya nyeri akan hilang pada usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginan. 2. Dismenore sekunder Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri menstruasi yang dikaitkan dengan penyakit pelvis organik, seperti endometriosis, penyakit radang panggul pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus, dan polip uterus. IUD juga dapat merupakan penyebab dismenore sekunder Bobak, 2004. Dismenore sekunder terjadi karena adanya kelainan pada organ genitalia dalam rongga pelvis. Penderita dismenore sekunder sering mengalami nyeri yang terjadi beberapa hari sebelum menstruasi disertai ovulasi dan kadangkala saat melakukan hubungan seksual Smetzer, 2002.

2.2.4. Derajat Nyeri Dismenore

Riyanto 2002 menyebutkan bahwa derajat dismenore ada empat yaitu derajat 0-3: 1 Derajat 0 Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tak terpengaruhi 2 Derajat 1 Nyeri ringan dan memerlukan otot rasa nyeri, namun aktivitas jarang terpenuhi

Dokumen yang terkait

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Pustakawan akademik dan feasilibitas pengembangan insitutional repository (studi kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 16 14

Pustakawan Akademik dan Feasilibitas Pengembangan Insitutional Repository (Studi Kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 11 17

Pemetaan Kajian Tafsir Al-Qur’an pada Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Analisis Sitiran Pengarang yang Disitir Disertasi Mahasiswa Tahun 2005-2010

0 5 55

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0

Respon mahasiswi fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi terhadap komunitas hijaber di uin Syarif Hidayatullah Jakarta

0 3 112

Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan saat Menghadapi Ujian Praktikum pada Mahasiswi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10 69 113

PENGARUH LATIHAN SENAM DISMENORE TERHADAP NYERI DISMENORE PADA MAHASISWI FISIOTERAPI DI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH LATIHAN SENAM DISMENORE TERHADAP NYERI DISMENORE PADA MAHASISWI FISIOTERAPI DI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYA

0 0 11