hilang pada usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginan.
2. Dismenore sekunder Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri menstruasi yang
dikaitkan dengan penyakit pelvis organik, seperti endometriosis, penyakit radang panggul pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium atau uterus,
dan polip uterus. IUD juga dapat merupakan penyebab dismenore sekunder Bobak, 2004.
Dismenore sekunder terjadi karena adanya kelainan pada organ genitalia dalam rongga pelvis. Penderita dismenore sekunder sering
mengalami nyeri yang terjadi beberapa hari sebelum menstruasi disertai ovulasi dan kadangkala saat melakukan hubungan seksual Smetzer,
2002.
2.2.4. Derajat Nyeri Dismenore
Riyanto 2002 menyebutkan bahwa derajat dismenore ada empat yaitu derajat 0-3:
1 Derajat 0
Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tak terpengaruhi 2
Derajat 1 Nyeri ringan dan memerlukan otot rasa nyeri, namun aktivitas
jarang terpenuhi
3 Derajat 2
Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri namun aktifitas sehari-hari terganggu.
4 Derajat 3
Nyeri sangat hebat dan tidak berkurang walaupun telah menggunakan obat dan tidak dapat bekerja, kasus ini segera
ditangani dokter. Perry dan Potter 2005, mengkarakteristikkan nyeri yang paling
subyektif adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan,
sedang atau parah. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal Verbal
Deskriptor Scale, VDS merupakan sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini di
rangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak terkontrol”. Alat VDS ini memungkinkan klien untuk
mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerik Numerical Ratting Scale, NRS lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal
ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Gambar 2.3 skala intensitas nyeri menurut Perry dan Potter 2005
Gambar 2.4 skala intensitas nyeri menurut Wong 2001
2.2.5. Etiologi dan Faktor Resiko
Banyak teori dikemukan untuk menerangkan penyebab dismneore primer, tetapi tetap belum jelas penyebabnya hingga saai ini. Dahulu
disebutkan faktor keturunan, psikis, dan lingkungan dapat mempengaruhi penyebab hal itu, namun penelitian dalam tahun-tahun terakhir ini
menunjukkan adanya pengaruh zat kimia dalam tubuh yang disebut prostaglandin Widjajanto, 2005 .
Diantara sekian banyak hormon yang beredar dalam darah, terdapat senyawa
kimia yang
disebut prostaglandin.
Telah dibuktikan,
prostaglandin berperan dalam mengatur berbagai proses dalam tubuh, termasuk aktivitas usus, perubahan diameter pembuluh darah dan
kontraksi uterus. Para ahli berpendapat, bila pada keadaan tertentu, dimana kadar prostaglandin berlebihan, maka kontraksi uterus rahim akan
bertambah. Hal ini menyebabkan terjadi nyeri yang hebat yang disebut dismenore Vira, 2008.
Beredarnya prostaglandin yang berlebihan ke seluruh tubuh juga mengakibatkan peningkatan aktivitas usus besar. Jadi prostaglandin inilah
yang menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, nyeri panas dan dingin
pada muka, diare serta mual yang mengiringi nyeri pada waktu menstruasi Widjajanto, 2005 .
Faktor resiko yang mempengaruhi dismenore diantaranya usia antara 15-30 tahun dan sering terjadipada usia 15
–25 tahun yang kemudian hilang pada usia akhir 20-an atau awal 30-an. Kejadian dismenore primer
sangat dipengaruhi oleh usia wanita. Rasa sakit yang dirasakan beberapa hari sebelum menstruasi dan saat menstruasi biasanya karena
meningkatnya sekresi hormon prostaglandin Junizar, 2004. Aktivitas juga merupakan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
dismenore. Seseorang yang kurang beraktivitas akan menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun, akibatnya aliran darah dan oksigen
menuju uterus menjadi tidak lancar dan menyebabkan sakit dan produksi endorphin otak akan menurun yang mana akan dapat meningkatkan stres
sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan dismenore primer Novia dan Puspitasari, 2006
2.2.6. Patofisiologi
Prostaglandin dikeluarkan selama fase luteal dan menstruasi, karena luruhnya dinding endometrium beserta isinya Bobak, 2004.
Menurut French 2005, dismenore diduga akibat pengeluaran prostaglandin di cairan menstruasi, yang mengakibatkan kontraksi uterus
dan nyeri. Pelepasan prostaglandin yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme
arteriol uterus, sheingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen
bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap prostaglandin meliputi nyeri pinggang, kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran
cerna anoreksia, mual, muntah, dan diare dan gejala sistem syaraf pusat
meliputi: pusing, nyeri kepala dan konsentrasi buruk Bobak, 2004.
Vasopressin juga berperan pada peningkatan kontraktilitas uterus dan menyebabkan nyeri iskemik sebagai akibat dari vasokonstriksi.
Adanya peningkatan kadar vasopressin juga telah dilaporkan terjadi pada wanita dengan dismenore primer Chandran, 2008 dan Edmundson, 2006.
2.2.7. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dismenore sangat bervariasi. Tanda dan gejala dismenore yang paling umum dirasakan oleh sebagian wanita adalah nyeri
seperti kram di bagian bawah perut yang biasanya menyebar ke punggung dan kaki Ramainah, 2006. Tanda dan gejala dismenore lainnya meliputi
mual, muntah, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, sakit punggung, nyeri kaki, kelemahan, diare, sulit tidur, pusing, gelisah, dan depresi
Harel, 2002 dalam Agustina dkk, 2010. Pinkerton 2010 dalam Agustina dkk, 2010 menambahkan tanda dan gejala dismenore adalah nyeri tajam,
berdenyut, dapat menyebar sampai ke kaki, sakit kepala, mual, sembelit atau diare, sakit punggung bawah, dan kadang terjadi muntah.
Pengalaman beberapa remaja yang mengalami dismenore primer, gejala lain yang mereka alami selain nyeri ialah mual, muntah, berguling-
guling, bahkan pingsan. Ketidaknyamanan tersebut akan mempengaruhi aktivitas remaja. Di sekolah, konsentrasi belajar remaja menjadi menurun,
bahkan tidak sedikit yang absen atau tidak masuk sekolah karena dismenore yang dialami.
2.2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan masalah dismenore meliputi penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi untuk mengurangi nyeri. Jika penyebab
dismenore ditemukan, pengobatan difokuskan pada menghilangkan penyebab. Pada beberapa kasus mungkin diperlukan pembedahan untuk
menghilangkan atau mengurangi penyebab nyeri ACOG, 2006. Penatalaksanaan farmakologi yaitu obat seperti OAINS obat anti
inflamasi non steroid menghambat pembentukan prostaglandin. Hal ini mengurangi rasa kram. Obat ini juga mencegah gejala seperti mual dan
diare. OAINS bekerja maksimal jika diberikan pada permulaan timbulnya gejala dan biasanya dikonsumsi hanya 1 atau 2 hari. Menurut Hart dan
Norman 2000, pengobatan jangka panjang dengan progesteron juga mengurangi nyeri menstruasi. Dengan kontrasepsi oral dimana kontrasepsi
oral dosis rendah terbukti efektif mengurangi dismenore pada remaja wanita pada studi terhadap 76 pasien Zoler, 2004. Hormon-hormon pada
kontrasepsi membantu mengontrol pertumbuhan dinding uterus sehingga prostaglandin sedikit dibentuk.
Penatalaksanaan dismenore secara non farmakologi meliputi terapi nutrisi dengan merubah pola makan atau diet dapat membantu mengurangi
atau mengobati nyeri menstruasi seperti peningkatan masukan makanan seperti serat, kalsium, makanan dari bahan kedelai, buah-buahan dan
sayuran Tran, 2001. Adapun terapi alternatif lain dapat dilakukan dengan
kompres hangat, mandi air hangat, yoga, distraksi, massase, tiduristirahat dan olahraga atau senam. Olahraga atau senam ini dilakukan setiap pagi
dan atau sore hari. Baik dilakukan 3-5 kali seminggu selama 30 menit Martchelina, 2011.
Adapun cara non-farmakologi dapat dilakukan dengan kompres hangat, makan makanan yang disukai, senam, vitamin, konsumsi obat
herbal, olahraga, akupuntur, yoga dan transcitaneous electrical nerve stimulation TENS. Adapun cara lain yang sering digunakan ialah dengan
aromaterapi seperti menggunakan minyak angin dan minyak esensial Agustnia dkk, 2010 .
2.3 Senam
2.3.1. Sejarah Senam
Senam pertama kali diperkenalkan pada zaman Yunani kuno.Senam berasal dari bahasa Gymnastics, Gymnas bearti telanjang,
sebab pada
waktu itu
orang-orang berlatih
tanpa memakai
pakaian.Sedangkan Gymnasium adalah suatu tempat yang dipergunakan untuk mengadakan latihan senam.Pada zaman itu Gymnastik dilakukan
dalam rangka upacara-upacara kepercayaan yaitu guna menyembah dewa Zeus Adithya, 2009.
Senam mulai dikenaldi Indonesia pada tahun 1912, ketika senam pertama
kali masuk
ke Indonesia
pada zaman
penjajahan Belanda.Masuknya olahraga senam ini bersamaan dengan ditetapkannya
pendidikan jasmani. Meskipun belum diketahui secara pasti kapan dimulainya senam, namun unsur-unsur senam dalam bentuk akrobatik,
latihan pemanasan, dan penyembuhan sudah ada sejak zaman kuno 2000 tahun S.M seperti yang tersurat dalam lukisan, tulisan dan peninggalan
sejarah lainnya yang ditemukan di Cina, India, Mesir, dan Yunani Marwoto, 2008.
2.3.2. Definisi Senam
Marwoto 2008 mendefinisikan senam sebagai latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana. Disusun secara sistematis dengan
tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis. Ciri-ciri kaidah senam yaitu:
a. Gerakan-gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan
sengaja. b.
Gerakan-gerakannya berguna untuk mencapai tujuan tertentu c.
Gerakan harus selalu tersusun dan sistematis.
2.3.3. Macam-macam senam
Senam sudah berkembang pesat sampai saat ini, sehingga banyak bermunculan
bentuk dan
macamnya yang
menyulitkan untuk
mengelompokannya karena satu sama lain ada persamaan dan perbedaannya. Suharjana, 2008. Pengelompokan senam menurut F.I.G
Federation Internationale de Gymnastique senam dibagi menjadi enam kelompok, yaitu:
Senam Artistik Artistc Gymnastics Senam artistik adalah gerakan yang cepat dan eksplosif, pada
umumnya menonjolkan kelentukan dan keseimbangan, dan dilakukan dengan gerakan yang agak lambat, dilaksanakan secara
terkontrol yang mampu memberikan pengaruh mengejutkan dan mengundang rasa keindahan.
Senam ritmik sportif Sportif Rhytmic Gymnastics Senam yang komposisi geraknya diantarkan oleh tuntutan irama
musik,yang menghasilkan gerak-gerak tubuh dan alat yang indah. Senam Akrobatik Acrobatic Gymnastics
Senam yang mengandalkan kelentukan dan keseimbangan dengan gerakan yang cepat dan ekslposif, sehingga latihannya banyak
mengandung salto dan putaran, sementara pesenannya harus mendarat di tempat-tempat yang sulit.
Senam Aerobik Sport Sport Aerobics Senam yang menggabungkan dari suatu gerakan tari, kekuatan,
kelentukan dan keseimbangan sehingga biasanya jenis senam ini yang biasa diadakan perlombaan.
Senam Trampolin Senam trampolin merupakan pengembangan bentuk-bentuk latihan
pada alat trampolin alat pantul, yang pada mulanya merupakan alat bantu untuk mempelajari gerakan-gerakan tumbling untuk
senam artistik dan loncat indah.
Senam umum Senam umum adalah segala jenis senam selain kelima jenis senam