manajemen dengan alat dan bahan baku yang dibutuhkan untuk pengendalian dan mengambil keputusan yang baik. Seperti halnya
para investor umumnya berkepentingan dengan arus dividen yang akan datang, manajemen berkepentingan dengan apa yang terjadi
di masa datang. Keputusan hanya dapat mempengaruhi kejadian yang akan datang.
H. Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. SBI diterbikan oleh BI lebih ditujukan sebagai alat kebijakan
moneter. SBI diterbitkan pertama kali pada tahun 1984 sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan jaminan keamanan dana yang diberikan
oleh bank sentral serta pemberian tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh dari treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan
oleh pemerintah. SBI diterbitkan dengan sistem diskonto dan tanpa warkat dengan
penyelesaian transaksi 1 hari. Satuan unit SBI adalah sebesar Rp. 1 juta dengan transaksi terkecil di pasar perdana sebesar 1.000 unit atau Rp. 1
Milyar, jangka waktu SBI terdiri dari 1,2,3,6 dan 1 tahun. Metode perdagangannya dilakukan melalui sistem lelang dan non lelang. SBI
memiliki prospek yang sangat bagus karena kausalitas surat utang ini dijamin langsung oleh Bank Indonesia, selain itu tingkat suku bunga SBI dijadikan
rujukan oleh kalangan perbankan untuk memberikan tingkat suku bunga
deposito kepada nasabahnya dan dapat juga dijadikan agunan Syahril Ramadhan, 2002.
Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan, serta merupakan variabel penting diantara variabel-variabel makro
ekonomi mankiw, 2005 : 157. Interest rate
atau tingkat bunga adalah harga pasar yang mentransfer sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil tabungan dan
biaya peminjaman mankiw, 2005 : 494. Menurut Wyss 2001:21 disaat suku bunga meningkat investasi dalam
deposito atau tabungan akan menarik bagi investor dibandingkan investasi dalam bentuk saham yang memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan
deposito tabungan. Namun pada saat suku bunga menurun investasi dalam bentuk deposito atau tabungan akan tidak menarik bagi investor karena hal
tersebut memiliki return yang rendah.
I. Uang Beredar
Menurut Sadono Sukirno 2004 uang beredar adalah semua jenis uang yang beredar didalam perekonomian, yaitu uang dalam peredarannya
ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar memiliki definisi yang berbeda sesuai dengan tingkat likuiditasnya biasanya uang
didefinisikan: 1. M1 adalah uang kertas dan logam ditambah simpanan dalam bentuk
rekening koran demand deposit
2. M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka time deposit pada bank- bank umum
3. M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga-lembaga tabungan non bank.
M1 adalah yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas sangat cepat dan tanpa adanya kerugian nilai artinya satu rupiah tetap satu
rupiah. M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah. Untuk
menjadi uang kas deposito berjangka perlu waktu 3, 6, atau 12 bulan dan jika dijadikan uang kas sebelum waktu yang ditentukan maka akan terkena
denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena denda. M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang
dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran sehari-hari.
M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah, serta
rekening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat disebabkan oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2
bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif
penyimpanan dana lain dalam bentuk reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring
dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang
memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh
naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun valas.
Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah jual beli surat berharga sehingga tingkat bunga akan turun. Pada saat tingkat
bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan menurun pula Monetary Portfolio Hypothesis hal ini berakibat pemilik dana
akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan, karena penurunan tingkat bunga akan menurunkan biaya produksi sehingga
pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan berinvestasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan
meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang yang beredar akan membawa peningkatan pada harga saham.
J. Penelitian Sebelumnya