Pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang beredar terhadap harga saham

(1)

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN

KEUANGAN, LABA AKUNTANSI, SUKU BUNGA SBI,

DAN UANG BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Juniadhi Fajar

NIM : 104082002653

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M


(2)

Abstract

This research concerned with analysis of Stock Price influenced by Disclosure of Financial Statment, Accounting Earning, SBI, and Money Supply by using multiple regression method. The data in this research was taken from Property and Real Estate Companies listed in Indonesia Stock Exchange. By using purposive sampling method, had choosen 19 companies which can be used as sample.

The goal of this research is to find out the influence of Disclosure of financial statment, Accounting Earning, SBI, and Money Supply simultanously and partialy to Stock Price.

Based of this research, showed that Disclosure of financial statement, Accounting Earning, SBI, and Money Supply have significant influence simultanously to stock price. But partialy only Accounting Earning and SBI have significant influence to Stock Price..

Key word : Disclosure of financial statment, Accounting Earning, SBI, Money Supply and Stock Price


(3)

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN,

LABA AKUNTANSI, SUKU BUNGA SBI, DAN UANG

BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM

Oleh:

Juniadhi Fajar

Abstrak

Penelitian ini menganalisis harga saham yang dipengaruhi oleh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang beredar di Bursa Efek Indonesia dengan metode analisis regresi berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan metode purposive sampling diperoleh 19 perusahaan yang dapat dijadikan sampel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan dan secara parsial terhadap harga saham.

Berdasarkan pengujian tersebut, diperoleh bahwa pengungkapan laporan keuangan laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang beredar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial hanya laba akuntansi dan suku bunga SBI yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Kata kunci : Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI, dan uang beredar


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa selalu mencurahkan segala rahmat dan nikmatnya kepada setiap umat-Nya sehingga sekarang penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Salawat serta salam penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dana pengikutnya dan semoga kita semua mendapat safa’atnya nanti di hari akhir.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI, dan Uang Beredar Terhadap Harga Saham. (Studi pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”, skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi inilah hasil kerja maksimal yang dapat penulis berikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Selama penyusunan skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah membantu sehingga penyusunan skripsi ini akhirnya bisa terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu skripsi dari penyusunan awal sampai akhir. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orang tua yang telah memberikan dorongan doa, nasehat, kasih sayang dan memberikan dorongan moril serta materi dengan tak henti-hentinya. 2. Kedua Saudara ku, Ka Nita dan Arman terima kasih untuk doa dan

dukungannya.

3. Puji Saraswati terima kasih atas bantuannya doa dan supportnya selama ini. Kamu adalah salah satu cahaya semangat aku sayang. Terima kasih buat Mahdi atas segala bantuannya dan supportnya selama ini, anda adalah teman yang sangat baik.


(5)

4. Bapak Yahya Hamja, MM, PhD, selaku dosen pembimbing I yang telah berkesampatan untuk berkenan memberikan waktunya untuk membaca dan mengoreksi selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan memberikan waktunya untuk mengoreksi segala kesalaha-kesalah skripsi ini serta memberikan arahan selama penyusunan skripsi ini berlangsung.

6. Bapak. Prof. DR.Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

7. Bapak. Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

8. Bapak. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi. 9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan

ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan. 10.Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, khususnya

bagian akademik yang telah membantu dalam kegiatan administrasi penulis. 11.Teman-teman seperjuangan dalam penulisan skripsi, Nursawal Indrayana, Elly

Juliansyah, Wendy, habib Sanusi, terima kasih atas semangatnya.

12.Sahabat-sahabat serta teman-teman di Akuntansi B dan yang lainnya: Widya, Rahma, DW, Aris. S dan Herlin, Adi. Dan anak-anak yang masih berjuang Anca, Kibleh, Andi Awaludin, Artha, Agin, Faat, Epenk, dan Iyokz ayo semangat untuk cepat sukses dan lulus.

13.Semua rekan dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas semua persahabatan yang telah terjalin selama ini.

Penulis telah berusaha melakukan jerih payah semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran maupun kritik yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, November 2009 Juniadhi Fajar


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF... ii

LEMBAR UJIAN SKRIPSI... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv

ABSTRACT... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengungkapan ... 9

1. Pengertian Pengungkapan ... 9

2. Kriteria Pengungkapan ... 9

3. Jenis Pengungkapan ... 12

4. Tujuan Pengungkapan ... 13

B. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan ... 14

1. Pengungkapan Atas Data Kuantitif ... 14

2. Pengungkapan Atas Data Non Kuantitatif ... 14


(7)

C. Peraturan Tentang Pengungkapan Laporan Keuangan

di Indonesia ……….. . 18

1. Undang-undang no.3 1983 tetang pendaftaran Perusahaan ………... 19

2. Peraturan Pemerintah no.64 tahun 1999 Tentang laporan tahunan ……… . 19

3. Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 Tahun 2007 ……….. 19

D. Laporan Keuangan ………...… . 19

1. Pengertian Laporan Keuangan ……….19

2. Tujuan Laporan Keuangan ……….. 20

3. Karatristik Laporan Keuangan ……….22

4. Pemakai Laporan keuangan ………. 24

E. Pasar Modal ……… ... 26

1. Pengertian Pasar Modal ………... 26

2. Tujuan Pasar Modal ………. 28

3. Manfaat Pasar Modal ……….. 28

4. Tugas Bursa Efek ……… .... 30

F. Saham ……….31

1. Jenis-jenis Saham ……….31

2. Keuntungan Membeli Saham ………...34

3. Kerugian Membeli Saham ………... 35

G. Laba ………35

1. Pengertian Laba ………35

2. Tujuan Pelaporan Laba ……… 37

3. Konsep Laba ……….... 38

H. Suku Bunga SBI ……….... 42

I. Uang Beredar ………... 43

J. Penelitian Sebelumnya ……… .. 45


(8)

L. Perumusan Hipotesis ………..50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 51

B. Metode Penentuan Sampel ... 51

C. Metode Pengumpulan Data ... 52

1. Data Sekunder ………. 52

2. Metode Kepustakaan ……….. . 52

3. Metode Observasi ……….... 52

D. Teknis Analisis ……….. 52

1. Metode Skoring ………... 53

2. Uji Normalitas ……….. ... 54

3. Uji Asumsi Klasik ………. .. 54

4. Uji Signifikan ……… .. 57

5. Persamaan Regresi Berganda ……… .. 58

E. Operasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya ……….. 59

1. Variabel Independen ……….... 60

2. Variabel Dependen ……….. 63

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 64

1. PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIP) …………... 64

2. PT Sentul City Tbk (BKSL) ……… 64

3. PT Duta Anggada Reality Tbk (DART) ……….. 65

4. PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) ………... 66

5. PT Bakrieland Development (ELTY) ... 67

6. PT Fortune Indonesia (FORU)... 68

7. PT Gowa Makasar Tourism Development (GMTD) ... 69

8. PT Jaya Real Properti (JRPT) ………..70

9. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) ………… 71


(9)

11. PT Lippo Cikarang (LPCK) ……… 72

12. PT Lipo Karawaci (LPKR) ……….. 73

13. PT Modernland Realty Tbk (MDLN) ………. 74

14. PT Indonesia Prima Property Tbk (OMRE) ………… 74

15. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) ………... 76

16. PT Panca Wiratma Sakti (PWSI) ……… 76

17. PT Surya Indah Permata Tbk (SIIP) ……… 78

18. PT Suryamas Duta Makmur Tbk (SMDM) …………..79

19. PT Summarecon Tbk (SMRA) ……… 79

B. Penemuan dan Pembahasan... 80

1. Statistik Deskriptif ... 80

2. Uji Normalitas... 81

3. Uji Asumsi Klasik ... 83

4. Uji Hipotesis ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 98

B. Implikasi……….….99

DAFTAR PUSTAKA... 100


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Edi Kartono (2008) dan Adi

Sujarwo (2007) ...48

4.1 Statistik Deskriptif...80

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas sebelum outlier...84

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas setelah outlier...85

4.4 Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) sebelum outlier...88

4.5 Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) setelah outlier...89

4.6 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)...90

4.7 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)... 91


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Model Hubungan Pengaruh Tingkat Pengungkapan Akuntansi, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan Uang Beredar

Terhadap Harga Saham……….49

4.1 Hasil Uji Normalitas sebelum outlier ………..82

4.2 Hasil Uji Normalitas setelah outlier………...83

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas sebelum outlier ……….86


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Sampel Emiten Penelitian (Perusahaan Properti dan Real Estat)…. 104

2 Tingkat Pengungkapan ………. 105

3 Item Scoring Pengungkapan Laporan Tahunan ……….... 107

4 Peraturan Nomor VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan ... 111

5 Suku Bunga Bank Indonesia (Suku Bunga SBI) ...118

6 Uang Beredar ……… 130

7 Hasil Data Output Semua Perusahaan Sampel ………... 131

8 Uji Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estat Sebelum Outlier ……… 133

9 Uji Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estat Setelah Outlier ……….. 136


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penggunaan informasi akuntansi seperti laporan keuangan telah sangat meluas di kalangan dunia usaha. Dan informasi merupakan kebutuhan utama para investor. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai kebutuhan oleh berbagai pihak. Penyusunan laporan keuangan dalam perkembangannya merupakan produk utama dari akuntansi keuangan yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). SAK dapat sebagai prosedur akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan.

Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan para pengambil keputusan. Investor di pasar modal berkepentingan dengan informasi kinerja perusahaan. Salah satu informasi yang dapat digunakan oleh investor adalah laporan keuangan.

Penggunaan informasi keuangan dapat melalui laporan keuangan oleh pihak luar (outsiders) yaitu membuat keputusan investasi dalam menempatkan

sumberdaya yang akan di investasikan. Laporan keuangan dirancang untuk mengetahui kemampuan atas solvency dan profitability perusahaan.

Laporan keuangan juga merupakan pijakan utama dalam menentukan pilihan investasi, meski dalam transaksi saham harian tidak sedikit investor yang melakukan transaksi by issue (sesuai dengan kondisi pasar saat itu).


(14)

terombang-ambing oleh isu karena memiliki pedoman yang kuat terhadap investasinya. Ketidakpastian informasi sering terjadi ketika perdagangan saham tengah berlangsung. Isu dan rumor selalu mewarnai pergerakan harga saham. Pada kondisi ini, maka laporan keuangan yang disajikan emiten merupakan pedoman yang tidak terbantahkan, karena selain pedoman dari hasil sebuah kinerja dalam periode tertentu, laporan keuangan juga mampu memberikan ekspektasi kepada investor saham. Bagi sebagian investor, keberadaan laporan keuangan ini diperlukan untuk mengukur sejauh mana kinerja perusahaan berjalan sesuai harapan, baik secara individu maupun disetarakan dengan industri sejenis lainnya.

Laporan keuangan yang tidak memberikan tingkat pengungkapan yang memadai oleh sebagian investor dipandang sebagai laporan keuangan yang penuh dengan resiko (Juniarti et. al. 2003 dalam Kartono 2008). Penyajian

informasi laba melalui laporan keuangan merupakan fokus kinerja perusahan yang penting dibandingkan dengan pengukuran kinerja yang mendasarkan pada meningkat atau menurunnya modal perusahaan. Fokus kinerja tersebut mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang profitable. Keyakinan manajemen dengan pertumbuhan kinerjanya pada

laba menjadikan dorongan untuk memberikan kepuasan kepada investor dalam penetapan kebijakan dividen dan harga saham, mengingat suatu kenaikan dividen dan harga saham memberikan sinyal bahwa laba perusahaan telah tumbuh secara permanen.


(15)

Diketahui bahwa di saat suku bunga naik, maka biaya yang harus dikeluarkan perusahaan akan meningkat, sehingga akan mengurangi laba perusahaan. Perubahan pada kurs juga akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan yang kemudian mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan atau struktur cost of fund, hal tersebut dapat membawa pengaruh

terhadap harga saham suatu perusahaan. Di samping mempengaruhi kondisi tersebut maka dari faktor-faktor yang umumnya dijadikan informasi untuk pengembalian keputusan adalah konsisi ekonomi makro, kinerja industri dan perusahaan.

Tandelilin (2001) mengemukakan bahwa beberapa variabel makro meliputi, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, dan jumlah uang yang beredar. Analisis ekonomi di bangun atas dasar asumsi variabel-variabel ekonomi makro yang berpengaruh secara sistematik terhadap keberhasilan pencapaian laba perusahaan. Naik serta turunnya laba seiring dengan variasi naik serta turunnya tingkat pengembalian investasi saham yang direfleksikan oleh rasio perdagangan saham.

Penelitian yang sebelumnya menguji pengaruh tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi dan, variabel-variabel makro dengan harga saham telah ada dilakukan dengan berbagai hasil kesimpulan penelitian. Irawan (2006) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Berdasarkan analisis regresi berganda dapat di ketahui bahwa variabel bebas yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CURRANT), Return


(16)

on Total Aset (ROA), porsi saham publik (PUB), ukuran perusahaan (Size),

umur perusahaan (MUR), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin

(NPM), Return on Equity (ROE) dan status perusahaan secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tahunan perusahaan yaitu sebesar 13,6% sedangkan 86% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. Sovi (2008) meneliti tentang pengaruh tingkat ketaatan pengungkapan wajib dan luas pengungkapan sukarela terhadap kualitas laba. Dalam penlitian tersebut tidak berhasil membuktikan hipotesis yang diajukan bahwa, tingkat ketaatan pengungkapan wajib dan luas pengungkapan sukarela secara parsial berpengaruh positif terhadap kualitas laba yang diukur dengan Ernings Response Coefficients

(ERC). Selain itu peneliti juga tidak berhasil membuktikan bahwa tingkat ketaatan pengungkapan wajib dan luas pengungkapan sukarela secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas ERC.

Hasil penelitian Triyono dan Hartono (2000) dalam Atikah, dkk (2004;436) membuktikan bahwa laba akuntansi berpengaruh terhadap harga saham tetapi laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap return saham, yang

berarti laba akuntansi mempunyai kandungan informasi hanya terhadap harga saham.

Penelitian Haqqi (2008) meneliti hubungan kausalitas antara suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, uang yang beredar, dan inflasi terhadap harga saham syariah. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa uang beredar (M2)


(17)

mempunyai hubungan terhadap indeks harga saham JII secara jangka panjang, sedangkan untuk SBI tidak memiliki hubungan terhadap Harga Saham.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh, (1) Kartono (2008) yang meneliti tentang pengaruh tingkat pengungkapan laporan keuangan, dividen, dan ekuitas terhadap harga saham. Pada penelitian tersebut memberikan kesimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada tingkat pengungkapan keuangan dan dividen terhadap harga saham. (2) Sujarwo (2007) menganalisa pengaruh kandungan informasi laba akuntansi dan komponen arus kas terhadap harga saham.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian replikasi yang telah dijelaskan sebelumnya adalah, (1) penelitian ini hanya memakai variabel tingkat pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen yang terdapat dalam judul penelitian Kartono (2008). (2) sedangkan dalam penelitian Sujarwo (2007) penelitian ini hanya memakai variabel laba akuntansi sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen. (3) penelitian ini menambahkan variabel makro yaitu variabel uang beredar dan suku bunga SBI sebagai variabel independen. Dwiridotjahjono (2006:36) varibel-variabel ekonomi makro perlu mendapatkan serius oleh investor karena merupakan determinan utama dalam menentukan rate of return yang disyaratkan dari investasi pada saham suatu


(18)

Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul Pengaruh Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI, Uang beredar, Tehadap Harga Saham.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham ?

2. Apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham ?

3. Variabel independen manakah yang paling berpengaruh signifikan terhadap harga saham?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI secara simultan terhadap harga saham.


(19)

b. Untuk menganalisis pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI secara parsial terhadap harga saham.

c. Untuk menganalisis variabel independen manakah yang paling dominan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2. Manfaat Penelitian

a. Investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk mengetahui keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat dimanfaatkan oleh para investor dalam pengambilan keputusan investor dari pasar modal. b. Emiten

Agar dapat dijadikan pertimbangan dalam membuat laporan keuangan. c. Penulis

Dapat menerapkan Ilmu Ekonomi jurusan Akuntansi, khususnya dalam Akuntansi Manajemen yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. d. Akademis

Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku bunga SBI dan uang beredar terhadap harga saham. Selain itu juga dapat memperkaya bahan kajian atau referensi di bidang keuangan dan pasar modal untuk penelitian yang akan datang.


(20)

e. Mahasiswa dan Masyarakat

Dapat sebagai bahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengungkapan

1. Pengertian Pengungkapan

Menurut Siegel dan Shim (2005:147) pengungkapan adalah informasi yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk catatan kaki atau tambahan serta informasi ini menyediakan penjelasan posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi penjelasan mengenai kesehatan keuangan dapat diberikan dalam laporan pemeriksaan. Semua materi harus disingkapkan termasuk informasi kuantitatif (seperti komponen dolar dalam persediaan) dan kualitatif (seperti tuntutan hukum) yang akan sangat membantu pengguna laporan keuangan.

2. Kriteria Pengungkapan

Informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami oleh mereka yang mempunyai pengertian memadai mengenai aktifitas bisnis dan ekonomi serta cenderung untuk mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan yang sewajarnya. Menurut Sovi (2008:5) ada tiga kriteria dalam pengungkapan yaitu:


(22)

a. Pengungkapan memadai (adequate disclosure)

Memadai berarti menyiratkan jumlah pengungkapan minimum yang sejalan dengan tujuan negatif sehingga membuat laporan tersebut tidak menyesatkan.

b. Pengungkapan wajar ( fair disclosure)

Wajar menyiratkan suatu tujuan etika, yaitu memberikan perlakuan yang sama pada semua calon pembaca.

c. Pengungkapan penuh (full dsiclosure)

Lengkap menyiratkan penyajian seluruh informasi yang relevan. Lengkap bukan berarti terlalu banyak informasi sehingga penyajian rincian yang tidak penting dapat menyembunyikan informasi yang signifikan dan relevan, namun tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat membantu pengambilan keputusan terbaik.

Banyak perusahaan-perusahaan saat ini yang kurang cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi keuangannya dengan berbagai argumentasi yang kadang tidak realistis dan tidak mendapat dukungan banyak pihak yang berkepentingan antara lain:

a. Pengungkapan yang membantu pesaing dan akan merugikan pemegang saham.

b. Serikat pekerja akan memperoleh keuntungan dengan tawar menawar upah dengan pengungkapan informasi keuangan yang lengkap.

c. Investor sering dinyatakan tidak dapat memahami kebijakan dan prosedur akuntansi.


(23)

d. Sumber lain terkadang dianggap mampu menyediakan informasi tersebut dengan biaya yang lebih rendah daripada jika diberikan oleh oleh perusahaan dalam laporan keuangannya.

e. Tidak adanya pengetahuan tentang kebutuhan para investor.

Banyak perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi yang cukup dalam laporan keuangannya menuntut adanya regulasi (peraturan) yang menentukan isi dan format laporan keuangan serta memuat ketentuan-ketentuan spesifik yang berhubungan dengan pengungkapan.

Menurut Theodorus (1985:222) keberatan-keberatan yang diajukan perusahaan untuk menambah disclosure adalah:

a. Disclosure hanyalah akan membantu kompetitor dan merugikan

pemegang saham dari perusahaan yang men-disclose.

b. Serikat-serikat buruh mendapat keuantungan dalam perundingan-perundingan kerja bersama. Sebenarnya disclosure akan membuat

suasana perundingan menjadi lebih sehat.

c. Sering adanya kesangsian mengenai kemampuan para investor untuk mengerti kebijaksanaan dan prosedur akuntansi, sehingga full

disclosure hanyalah akan menyesatkan mereka. Tuduhan inipun

sebenarnya tidak mempunyai dasar karena para analis keuangan dan investment bankers mempunyai penguasaan yang baik terhadap

kebijaksanaan akuntansi.

d. Salah satu argumen yang memang mempunyai dasar adalah bahwa laporan keuangan bukanlah satu-satunya sumber informasi keuangan.


(24)

3. Jenis Pengungkapan.

Menurut Sovi (2008:4) ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar dan regulasi, yaitu:

a. Pengungkapan Wajib (mandatory disclousure)

Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995, yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem No. Kep-38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis industri.

b. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)

Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan Sukarela


(25)

merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.

Sedangkan dari sumber PSAK dapat disimpulkan bahwa informasi lain atau informasi tambahan (telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, posisi keuangan perusahaan, kondisi ketidakpastian, laporan mengenai lingkungan hidup, laporan nilai tambah) adalah merupakan pengungkapan yang dianjurkan (tidak diharuskan) dan diperlukan dalam rangka memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan kebutuhan pemakai.

Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial budaya suatu negara, teknologi informasi, kepemilikan perusahaan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

4. Tujuan Pengungkapan

Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah pengadaan informasi bagi pengambilan keputusan. Hal ini memerlukan pengungkapan data keuangan yang memadai. Menurut Theodorus (1986:223) tujuan yang positif dari pengungkapan pada laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang penting dan relevan kepada pemakai-pemakai laporan keuangan sehingga dapat membantu mereka dalam membuat keputusan dengan cara yang baik.


(26)

Menurut PSAK No. 50 (2007:50.13) tujuan dari pengungkapan adalah untuk menyediakan informasi guna meningkatkan pemahaman mengenai signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas, serta membantu penilaian jumlah, waktu, dan tingkat kepastian arus kas masa depan yang terkait dengan instrumen tersebut.

B. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan

Menurut Theodorus (1985:223) terdapat beberapa pengungkapan dalam laporan keuangan yaitu:

1. Pengungkapan Atas Data Kuantitatif

a. Memusatkan perhatian kepada metode pengukuran dan pelaporan probabilistic data dan bukannya kepada jumlah-jumlah yang

deterministic.

b. Melakukan pengungkapan pada tingkat accuracy yang

berbeda-beda.

c. Melakukan perincian-perincian mengenai segmen-segmen usaha yang disajikan.

d. Menyampaikan data ramalan (forecast data) karena investor justru

tertarik kepada masa depan perusahaan. 2. Pengungkapan Atas Data Non Kuantitatif

Ada dua data non kuantitatif yang akan dibahas, yakni : kebijaksanaan akuntansi dan perubahan akuntansi.


(27)

a. Kebijaksanaan Akuntansi

Beragamnya prosedur akuntansi yang digunakan banyak perusahaan bahkan dalam perusahaan yang sama menyebabkan komparabilitas antara laporan keuangan menjadi sulit. Salah satu alternatif untuk keseragamannya adalah mengurangi jumlah alternatif. Cara lain selain mengurangi jumlah alternatif adalah dengan mengungkapkan metode-metode spesifik yang digunakan dalam setiap kasus dengan asumsi bahwa pembaca dapat menyajikan kembali laporan akuntansi itu guna mencapai komparabilitas. Informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan perlu untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan yang wajar. Bagimanapun juga pengungkapan mengenai kebijaksanaan akuntansi akan dapat memberikan kemungkinan untuk melakukan interpretasi yang lebih baik dari ikhtisar keuangan perusahaan dan karenanya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Atas dasar asumsi inilah Accounting Principle

Board dalam opini No. 22 menyimpulkan bahwa informasi mengenai

kebijaksanaan akuntansi yang diterapkan, merupakan suatu keharusan bagi penyajian ikhtisar keuangan secara layak.

b. Perubahan Akuntansi

Penggunaan prinsip akuntansi secara konsisten telah lama dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting dalam menilai kegiatan perusahaan di masa yang lalu dan dalam melakukan proyeksi atas


(28)

kegiatan-kegiatan kemudian hari. APB dalam opini No. 20 mendukung pandangan ini, tetapi juga menyatakan bahwa apabila perubahan ini memang dapat dibenarkan, maka harus ada keterangan mengenai alasan untuk membenarkan perubahan tersebut serta perubahan tersebut harus diungkapkan dalam laporan keuangan ketika perubahan dilakukan disertai justifikasi untuk perubahan itu. Menurut Theodorus (1985:225) perubahan akuntansi mencakup perubahan prinsip akuntansi, taksiran akuntansi, dan unit pelaporan (reporting

entity).

3. Pengungkapan Atas Peristiwa Kemudian

Banyak peristiwa sesudah tanggal neraca akan mempengaruhi keabsahan, ikhtisar keuangan dan interpretasi terhadap ikhtisar-ikhtisar keuangan. Karena hal tersebut akan mempengaruhi pembuat keputusan berdasarkan informasi yang ada dalam ikhtisar keuangan. Peristiwa-peristiwa penting mungkin terjadi atau diketahui setelah tanggal laporan akan tetapi sebelum laporan dirampungkan, maka untuk mencapai tujuan pengungkapan, informasi tersebut harus diungkapkan dalam laporan. Ada tiga peristiwa sesudah tanggal neraca yang perlu diungkapkan:

a. Peristiwa yang langsung mempengaruhi jumlah yang dilaporkan. Peristiwa ini timbul karena kurangnya informasi dalam masa akuntansi yang bersangkutan. Dengan adanya informasi yang diterima sesudah


(29)

tanggal neraca, perlu adan perubahan-perubahan terhadap penilaian yang didasarkan atas taksiran-taksiran.

b. Peristiwa yang dapat mengubah secara material keabsahan penilaian neraca atau hubungan antara equity holders, atau secara material

mempengaruhi kegunaan laporan kegiatan dimasa yang lalu sebagai bahan prediksi. Peristiwa ini tidak mempunyai akibat langsung terhadap ikhtisar-ikhtisar tersebut. Peristiwa ini meliputi:

1) Peristiwa yang mempengaruhi secara material struktur keuangan perusahaan atau hubungan di antara para equity holders;

2) Peristiwa yang mempengaruhi pembagian dividen dikemudian hari. Contohnya adalah penerbitan atau emisi saham yang sangat besar atau pembelian/penjualan sejumlah aktiva yang merupakan persentase tinggi dari total aktiva.

3) Peristiwa yang dapat mempengaruhi secara material kegiatan-kegiatan atau peristiwa-peristiwa dikemudian hari. Peristiwa yang mempunyai akibat telah dapat diketahuinya income atau penilaian

dimasa datang. Contohnya adalah, perubahan kondisi pasar dalam harga-harga yang mempengaruhi perusahaan, kebijaksanaan manajemen baru, penandatanganan kontrak-kontrak besar, peristiwa-peristiwa eksternal seperti perang, perubahan undang-undang dan perubahan keadaan ekonomi.


(30)

Menurut Simamora (2000) informasi yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan meliputi:

1. Ringkasan metode-metode akuntansi yang dipakai dalam penyusunan laporan keuangan

2. Pengaruh rupiah dari setiap perubahan metode akuntansi selama periode berjalan

3. Setiap kontinjensi rugi (loss contingencies) yang kemungkinan memiliki

pengaruh material atas posisi keuangan perusahaan

4. Ketentuan-ketentuan kontraktual yang akan mempengaruhi arus kas dimasa yang akan datang, termasuk syarat perjanjian pinjaman, program pensiun karyawan, dan komitmen untuk membeli/menjual sejumlah aktiva yang material

5. Kejadian-kejadian signifikan yang terjadi setelah tanggal neraca, namun sebelum laporan keuangan sesungguhnya diterbitkan

6. Pelanggan-pelanggan tertentu yang berpengaruh besar terhadap kegiatan usaha perusahaan

7. Transaksi-transaksi tidak biasa atau konflik kepentingan antara perusahaan dengan karyawan-karyawan kuncinya

C. Peraturan Tentang Pengungkapan Laporan Keuangan di Indonesia

Beberapa peraturan dan undang-undang yang berkaitan dengan pengungkapan informasi keuangan di indonesia mencakup:


(31)

1. Undang-undang no.3 tahun 1983 tentang pendaftaran perusahaan.

Dalam undang-undang ini perusahaan harus menyediakan informasi yang dapat di akses publik yang diantaranya terdiri dari: nama perusahaan, informasi mengenai anggota dewan komisaris, dan dewan direktur serta modal yang diperoleh.

2. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 Tentang Laporan Tahunan. Peraturan pemerintah ini memperluas jangkauan perusahaan perusahaan-perusahaan yang diharuskan menyediakan laporan keuangan kepada publik. Sebelumnya hanya perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa saja yang diharuskan untuk melaporkan keuangan kepada publik.

3. Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 Tahun 2007 mengenai instrumen keuangan dalam penyajian dan pengungkapan.

D. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan adalah (1)

neraca, (2) laporan laba rugi, (3) laporan arus kas, dan (4) laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan (Kieso, 2002:3)


(32)

Menurut Warren, dkk (2005:24) laporan keuangan adalah laporan akuntansi yang menghasilkan informasi setelah transaksi dan diikhtisarkan yang disiapkan berupa laporan laba-rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca, dan laporan arus kas bagi pemakai.

Sedangkan menurut Siegel dan Shim (2005:185) menyatakan laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diperlukan adalah neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahan posisi keuangan. Ketiganya dapat digabungkan dengan laporan pelengkap adalah laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat inflasi. Beberapa bahan pelengkap hanya diperlukan untuk perusahaan umum.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen suatu perusahaan diperlukan karena informasi yang disajikan relatif seragam, sedangkan kebutuhan dari pemakai laporan beragam. Pihak luar perusahaan tidak terlibat dalam operasional sehari-hari sehingga mereka hanya bergantung pada laporan keuangan yang disajikan.

Menurut Kieso (2002:6) tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, menyediakan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan menyediakan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.


(33)

Pahala (2006:109) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan menyangkut usaha untuk mengetahui:

a. Kondisi Likuiditas Jangka Pendek

Pengguna informasi ingin mengetahui kesinambungan perusahaan dalam suatu waktu. Hal ini merupakan pertanyaan yang paling mendasar, yaitu memastikan bahwa dalam jangka pendek perusahaan masih memiliki cukup uang kas atau aktiva lancar lainnya untuk membiayai kegiatannya sehari-hari.

b. Arus Dana (Funds Flow)

Analisis digunakan untuk mengetahui bagaimana arus kas masuk dan keluar dari perusahaan saat ini dan di masa depan. Dengan memanfaatkan analisis laporan keuangan, dicoba untuk memprediksi pemasukan dan pengeluaran kas di masa depan berdasarkan laporan cash flow yang disajikan untuk suatu periode yang sudah lalu

(historis).

c. Struktur Permodalan dan Solvabilitas

Pengguna informasi ingin mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan. Pendapatan akan digunakan untuk membiayai pengeluaran dan sisanya merupakan keuntungan yang berarti menambah kekayaan pemilik saham.

d. Return dari Investasi

Sebagai pemilik saham di perusahaan tersebut tentu nilai saham yang ada merupakan investasi yang harus menghasilkan keuantungan atau


(34)

memperbesar nilai dari periode ke periode. Return dari investasi ini

memiliki minimum rate of return, yaitu opportunity cost dari modal

tersebut. Artinya, pengembalian dari investasi berupa saham pada perusahaan haruslah menghasilkan keuntungan yang lebih besar ketimbang tingkat bunga SBI.

e. Kinerja Operasi Perusahaan

Bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dan menutupi pengeluaran sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan laba operasi yang maksimal. Kinerja yang baik akan ditunjukkan salah satunya dengan hasil usaha atau keuntungan yang di atas rata-rata industri sejenisnya.

3. Karakteristik Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:5) laporan keuangan memiliki 4 (empat) karakteristik kualitatif pokok yang harus dipenuhi dalam menyusun laporan keuangan. Karakteristik kualitatif pokok tersebut antara lain:

a. Dapat dipahami

Merupakan karakteristik bahwa laporan keuangan dengan mudah dipahami oleh pemakai yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta mempunyai keinginan untuk mempelajari informasi.


(35)

b. Relevan

Informasi yang memenuhi syarat relevan, jika informasi itu dapat membantu pemakai dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu dan memprediksi masa depan. Hasil evaluasi peristiwa masa lalu sangat berguna untuk peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory)

atas prediksi yang dibuat untuk masa lalu. c. Materialitas

Relevansi informasi dapat mempengaruhi kemampuan pemakai untuk melakukan pengambilan keputusan, hal ini berarti terdapat fakta atau kejadian yang cukup material tidak tersajikan dalam laporan keuangan. Substansi merupakan realita ekonomi yang harus disajikan walaupun transaksi itu sendiri tidak konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.

d. Dapat diperbandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi

dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan


(36)

akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.

4. Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:2), pemakai laporan keuangan meliputi:

a. Investor

Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.


(37)

c. Pemberi Pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan Kreditur Lainnya

Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

e. Pelanggan

Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung perusahaan.

f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaan berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan perusahaan, menetapkan kebijakan pajak sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistitik lainnya.

g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dalam menyediakan informasi kecendrungan (trend) dan perkembangan kemakmuran serta


(38)

E. Pasar Modal.

1. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dan guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai

instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) ataupun modal sendiri (saham).

Menurut Kamaruddin (2004:18), ada tiga definisi pasar modal: a. Definisi yang luas

Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga/klaim, jangka panjang dan jangka pendek, primer dan tidak langsung.

b. Definisi dalam arti menengah

Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi, pinjaman berjangka hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka.


(39)

c. Definisi dalam arti sempit

Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi dan memakai jasa dari makelar, komisioner dan para underwriter.

Pengertian pasar modal lebih spesifik lagi tercantum di dalam Undang-undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 pasal 1 angka 13:

“Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, pasar modal adalah suatu pasar yang merupakan sumber utama bagi perusahaan yang membutuhkan dana dalam jumlah yang sangat besar atau juga tempat yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan dengan kepentingan saling mengisi, yaitu emiten menerbitkan saham atau obligasi dan pemodal (investor) membeli saham atau obligasi tersebut untuk kepentingan jangka menengah atau panjang kedua belah pihak. Serta dijadikan tempat terjadinya transaksi permintaan dan penawaran dari dana jangka menengah atau panjang tersebut.

Husnan (1994:246) mengemukakan bahwa pasar modal yang efisien adalah pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan informasi yang relevan. Implikasi dari pasar efisien bahwa harga saham akan bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan


(40)

2. Tujuan Pasar Modal

Menurut Kamaruddin (2004:19), tiga aspek dasar atau tujuan dari pasar modal yaitu:

a. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan.

b. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan saham perusahaan.

c. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.

3. Manfaat Pasar Modal

Menurut Anoraga dan Pakarti (2003:12), manfaat pasar modal terbagi menjadi tiga yaitu: bagi emiten, bagi investor, dan bagi pemerintah.

a. Manfaat pasar modal bagi emiten adalah.

1) Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.

2) Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdagangan selesai.

3) Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas

dalam pengelolaan dana atau perusahaan.

4) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.

5) Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.

6) Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga


(41)

7) Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.

8) Tidak ada bebas finansial yang tetap.

10) Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu. 11) Profesionalisme dalam manajemen meningkat. b. Manfaat pasar modal bagi Investor.

1) Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital gain.

2) Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.

3) Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham.

4) Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misalnya dari saham A ke saham B, sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko.

5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi risiko.

c. Manfaat pasar modal bagi pemerintah 1) Mendorong laju pembangunan. 2) Mendorong investasi.

3) Penciptaan lapangan kerja.


(42)

5) Mengurangi beban anggaran bagi BUMN. 4. Tugas Bursa Efek

Di Indonesia, pasar modal lebih dikenal dengan istilah bursa efek (stock exchange). Bursa Efek adalah lembaga/perusahaan yang

menyelenggarakan atau menyediakan fasilitas sistem (pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagai perusahaan atau perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan efek perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa efek.

Tugas bursa efek menurut Hendy dan Tjiptono (2001:17) a. Menyediakan sarana perdagangan efek.

b. Mengupayakan likuiditas instrumen yaitu mengalirnya dana secara cepat pada pada efek-efek yang terjual.

c. Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat. d. Memasyarakatkan pasar modal, untuk menarik calon investor dan

perusahaan yang go public.

e. Menciptakan instrumen dan jasa baru.

f. Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa.

g. Mencegah praktik transaksi yang dilarang melalui pelaksanaan fungsi pengawasan.

h. Ketentuan bursa efek mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi pelaku pasar modal.


(43)

F. Saham

Menurut Siegel dan Shim (2005:441) saham adalah bukti pemilikan dalam sebuah perusahaan dan tuntutan terhadap aktiva serta keuntungan perusahaan dimana merupakan modal resmi dari sebuah kesatuan yang dibagi menjadi lembaran saham.

1. Jenis-jenis saham

a. Cara peralihan hak 1) Saham atas unjuk

Pada sertifikat jenis ini tidak dituliskan namanya. Dengan pemilikan saham atas unjuk, seseorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Untuk itu siapa saja yang memegang sertifikat saham atas unjuk, dialah yang dianggap sebagai pemilik dan berhak untuk memperalihkannya, berhak atas pembagian dividen dan berhak untuk ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2) Saham atas nama

Sertifikat saham yang diatasnya tertulis nama pemiliknya. Cara peralihannya harus memenuhi suatu prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham.


(44)

b. Ditinjau dari segi manfaat 1) Saham biasa

Saham biasa menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan. Pemegang saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan.

Ciri-ciri atau karakteristik saham biasa. a) Tagihan terhadap pendapatan

Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa memiliki hak untuk sisa pendapatan setelah pemegang obligasi dan saham preferen memperoleh pembayarannya.

b) Tagihan terhadap aset

Saham biasa memiliki tagihan terhadap sisa pendapatan, ia juga memiliki tagihan terhadap sisa aktiva jika terjadi likuidasi. Hanya jika tagihan dari pemegang obligasi dan pemegang saham preferen telah diselesaikan, barulah tagihan pemegang saham biasa dapat dilakukan.

c) Hak suara

Pemegang saham biasa memilih dewan komisaris dan merupakan satu-satunya pemegang sekuritas yang memiliki hak suara.


(45)

2) Saham preferen

Saham preferen memiliki banyak karakteristik baik dari saham biasa ataupun obligasi.

Ciri-ciri saham preferen: a) Berbagai tingkat kelas

Jika memang dikehendaki, perusahaan dapat menerbitkan lebih dari satu seri atau kelas saham preferen yang memiliki karakteristik berbeda-beda juga mempunyai prioritas yang berbeda-beda dalam melakukan tagihan terhadap aktiva dan pendapatan jika terjadi kebangkrutan.

b) Tagihan terhadap aktiva pendapatan

Saham preferen lebih diprioritaskan dibanding dengan saham biasa dalam melakukan tagihan terhadap aktiva jika terjadi kebangkrutan. Tagihan saham preferen dilakukan setelah obligasi dan lebih dahulu sebelum saham biasa.

c) Sifat kumulatif

Saham preferen kumulatif menyaratkan agar semua dividen saham preferen yang belum dibayarkan sebelumnya harus diselesaikan sebelum saham biasa diumumkan.

d) Persyaratan perlindungan

Persyaratan perlindungan ini biasanya memberikan hak suara jika dividen tidak dibayarkan, atau ia membatasi pembayaran


(46)

dividen saham biasa jika pembayaran dana ditanam tidak terpenuhi atau jika perusahaan mengalami masalah keuangan. e) Dapat ditukar

Kebanyakan saham preferen yang diterbitkan sekarang ini dapat ditukar berdasarkan kesepakatan pemegangnya menjadi sejumlah saham biasa.

2. Keuntungan Membeli Saham

a. Adanya dividen atau pembagian laba usaha setiap akhir tahun, Jika perusahaan berkembang dengan baik

b. Nilai saham akan terus meningkat terutama selama perusahaan mampu berkembang dengan pesat, saham dapat dijual untuk memperoleh capital gain yang diperoleh dari selisih nilai pada waktu dijual

dibandingkan pada saat pembelian. Saham dapat dijadikan arena spekulasi atau adu untung.

c. Nilai saham tidak akan dipengaruhi oleh inflasi, depresiasi ataupun devaluasi rupiah, sebagai assets akan tetap memiliki nilai saham,

selama perusahaan masih berjalan.

d. Saham merupakan assets kekayaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi

artinya dengan mudah diperjualbelikan untuk mendapatkan uang tunai dengan segera.

e. Pemegang atau pemilik saham tetap memiliki hak atas sisa milik perusahaan setelah dikurangi hak para kreditor, pada saat perusahaan dibubarkan


(47)

3. Kerugian Membeli Saham

a. Tidak mendapatkan dividen

Perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.

b. Capital loss

Dimana pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari pada harga beli.

c. Perusahaan Bangkrut atau dilikuidasi

Jika suatu perusahaan bangkrut maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari Bursa atau di Delist

d. Saham di Delist dari Bursa (delisting)

Saham yang telah di delist hanya bisa diperdagangkan di luar Bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga sebelumnya.

e. Saham disuspend

Saham yang diberhentikan perdagangannya oleh Otoritas Bursa Efek.

G. Laba

1. Pengertian Laba

Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode


(48)

tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya, Belkaoui (1997:233). Definisi ini mengemukakan lima ciri khas laba akuntansi:

a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh

sebuah perusahaan (terutama pendapatan yang timbul dari penjualan barang atau jasa dikurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai penjualan itu.

b. Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan berhubungan

dengan prestasi keuangan perusahaan itu selama periode waktu tertentu.

c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan dan membutuhkan definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan.

d. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran biaya dalam bentuk biaya historis bagi perusahaan, yang melahirkan kepatuhan yang ketat pada prinsip biaya. Sebuah aktiva diperhitungkan sebesar biaya perolehannya sampai penjualan direalisasi, dimana pada saat itu diakui setiap perubahan dalam nilainya. Jadi biaya adalah aktiva yang jatuh tempo atau harga pokok perolehan yang jatuh tempo.

e. Laba akuntansi mensyaratkan agar pendapatan yang direalisasi dari periode itu dikaitkan pada biaya relevan yang tepat atau sepadan. Dengan demikian, laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching.

Biaya tertentu atau biaya periode yang dialokasikan serta dibandingkan (matched) dengan pendapatan dan biaya-biaya lain, dilaporkan dan


(49)

dibandingkan dengan pendapatan periode dianggap mempunyai suatu potensi jasa yang jatuh tempo.

Menurut Sujarwo (2007:15) laba (earnings) adalah ukuran kinerja

untuk suatu periode. Sedangkan laba seperti yang dijelaskan dalam statement of financial accounting concepts (FASB 1984) adalah

pengertian yang sama dengan laba bersih (net income) yang berlaku dalam

praktek saat ini, yaitu semua laba bersih untuk satu periode.

Dalam penelitian Sujarwo (2007) menguji apakah laba akuntansi dan komponen arus kas berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa laba akuntansi dan total arus kas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 2. Tujuan Pelaporan Laba

Menurut Hendriksen (2004:130) menyatakan bahwa tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Salah satu tujuan dasar yang dapat dikatakan paling penting bagi semua pemakai laporan keuangan adalah untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan dan laba antara stock dan arus keuangan sebagai bagian dari

proses akuntansi deskriptif. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan


(50)

distribusi dividen di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.

3. Konsep Laba

Menurut Hendriksen (2004:130) konsep laba terbagi menjadi: a. Konsep laba sintaksis (structural)

Pada tingkatan sintaksis konsep income dihubungkan dengan konversi (kebiasaan) dan aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah berkembang dari praktek akuntansi yang ada. Konsekuensinya pada Akuntan yang sudah sejak lama dan berulang kali menggunakan istilah income menurut pandangan

akuntansi merasa konsep yang mereka gunakan adalah paling tepat. Akibatnya masyarakat umum cenderung menerimanya seakan-akan memiliki interprestasi dalam dunia nyata, walaupun pengertian income

menurut akuntan berbeda dengan pengertian income menurut para

ekonom. Para akuntan biasanya menghitung laba bersih berdasarkan prinsip dan kaidah yang sering tidak ada hubungannya dengan fenomena dunia nyata atau akibat-akibat perilaku.

Terdapat dua pengukuran laba (income measurement) pada tingkat

sintaksis yaitu:

1) Pendekatan transaksi

Pendekatan transaksi adalah pendekatan konvensional yang banyak digunakan oleh para akuntan. Pada prinsipnya pendekatan ini


(51)

mencatat perubahan nilai eksternal maupun transaksi internal. Prosedur yang lazim dari pendekatan ini adalah mencatat revenue

dan expense pada saat terjadinya berdasarkan transaksi eksternal

dan maupun transaksi internal. Prosedur yang lazim dari pendekatan ini adalah mencatat revenue dan expense pada saat

terjadinya berdasarkan transaksi eksternal. 2) Pendekatan aktivitas

Apabila pendekatan transaksi menggunakan konsep pengakuan pada saat penjualan atau pertukaran dengan metode pembebanan akuntansi konvensional maka pendekatan aktivitas menitikberatkan pada penjelasan suatu kejadian atau aktivitas perusahaan dari pada pelaporan suatu transaksi. Income diasumsikan timbul pada

terjadinya aktivitas atau kegiatan tertentu dan bukannya terjadi pada suatu transaksi. Oleh karena itu income dapat dicatat pada

berbagai aktivitas perusahaan seperti: (1) pada saat perencanaan, (2) pembelian, (3) proses produksi, (4) penjualan, atau (5) mungkin pada saat penagihan.

b. Konsep laba sematik (interpretatif)

Pada konsep income di telaah melalui hubungannya dengan realita

ekonomi. Dalam usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi (accounting income), para akuntan seringkali

merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut adalah perubahan dari keadaan kesejahteraan dan maksimalisasi laba.


(52)

1) Konsep perubahan dari keadaan kesejahteraan sering disebut dengan istilah konsep pemeliharaan modal (capital maintenance

concept). Menurut konsep ini laba (income) didefinisikan sebagai

jumlah yang dapat diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sehingga tingkat kesejahteraan atau kekayaan (capital)

mereka pada akhir periode sama dengan pada awal periode. 2) Laba sebagai alat ukur efisiensi

Konsep ekonom kedua yang digunakan para akuntan untuk memberi makna interpretatif dari laba akuntansi adalah maksimalisasi laba. Ukuran yang paling umum digunakan untuk pencapaian laba maksimal adalah tingkat efisiensi manajemen dalam mengelola perusahaan. Para pemakai laporan keuangan, khususnya pemakai eksternal (investor dan kreditor) sangat berkepentingan dengan kinerja perusahaan. Operasi perusahaan yang efisien berpengaruh kepada pembagian dividen dimasa yang akan datang. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mendapakan maksimum output dari sejumlah sumber daya tertentu, atau output konstan dengan pengunaan sumber daya

sekecil mungkin, atau kombinasi sumber daya optimum dengan permintaan produk yang telah ditetapkan untuk menghasilkan tingkat pengembalian maksimal bagi pemilik modal.


(53)

f. Konsep laba pragmatis

Pada tingkat pragmatis, konsep income dikaitkan perilaku pengguna

laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa reaksi dapat ditunjukan dengan proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat berharga terhadap pelaporan income atau, reaksi umpan balik dari

manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporakan.

Berdasarkan uraian diatas konsep income sebagai alat peramalan serta

income sebagai bahan pengambilan keputusan manjerial.

1) Income sebagai alat peramalan

SFAC No. 1 menyatakan bahwa user khususnya investor dan

kreditor ingin menilai prospek cash flow serta menggunakan laba

untuk menilai earning power dan menilai resiko apabila

berinvestasi atau memberikan pinjaman. Nilai perusahaan dan harga saham tergantung dari arus distribusi kas kepada pemegang saham di masa yang akan datang. Kemampuan meramalkan kinerja perusahaan di masa-masa yang akan datang ini memberikan implikasi dalam praktik-praktik akuntansi berupa rekayasa laba atau penghalusan laba (income smoothing) yang dilakukan oleh

sebagian manajemen perusahaan.

2) Income sebagai bahan pengambilan keputusan manajemen laporan

keuangan yang formal umumnya ditujukkan untuk para pemakai eksternal data akuntansi, tetapi para akuntan juga harus melengkapi


(54)

manajemen dengan alat dan bahan baku yang dibutuhkan untuk pengendalian dan mengambil keputusan yang baik. Seperti halnya para investor umumnya berkepentingan dengan arus dividen yang akan datang, manajemen berkepentingan dengan apa yang terjadi di masa datang. Keputusan hanya dapat mempengaruhi kejadian yang akan datang.

H. Suku Bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. SBI diterbikan oleh BI lebih ditujukan sebagai alat kebijakan moneter. SBI diterbitkan pertama kali pada tahun 1984 sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan jaminan keamanan dana yang diberikan oleh bank sentral serta pemberian tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh dari treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan

oleh pemerintah.

SBI diterbitkan dengan sistem diskonto dan tanpa warkat dengan penyelesaian transaksi 1 hari. Satuan unit SBI adalah sebesar Rp. 1 juta dengan transaksi terkecil di pasar perdana sebesar 1.000 unit atau Rp. 1 Milyar, jangka waktu SBI terdiri dari 1,2,3,6 dan 1 tahun. Metode perdagangannya dilakukan melalui sistem lelang dan non lelang. SBI memiliki prospek yang sangat bagus karena kausalitas surat utang ini dijamin langsung oleh Bank Indonesia, selain itu tingkat suku bunga SBI dijadikan rujukan oleh kalangan perbankan untuk memberikan tingkat suku bunga


(55)

deposito kepada nasabahnya dan dapat juga dijadikan agunan (Syahril Ramadhan, 2002).

Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan, serta merupakan variabel penting diantara variabel-variabel makro ekonomi (mankiw, 2005 : 157).

Interest rate atau tingkat bunga adalah harga pasar yang mentransfer

sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil tabungan dan biaya peminjaman (mankiw, 2005 : 494).

Menurut Wyss (2001:21) disaat suku bunga meningkat investasi dalam deposito atau tabungan akan menarik bagi investor dibandingkan investasi dalam bentuk saham yang memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan deposito tabungan. Namun pada saat suku bunga menurun investasi dalam bentuk deposito atau tabungan akan tidak menarik bagi investor karena hal tersebut memiliki return yang rendah.

I. Uang Beredar

Menurut Sadono Sukirno (2004) uang beredar adalah semua jenis uang yang beredar didalam perekonomian, yaitu uang dalam peredarannya ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar memiliki definisi yang berbeda sesuai dengan tingkat likuiditasnya biasanya uang didefinisikan:

1. M1 adalah uang kertas dan logam ditambah simpanan dalam bentuk rekening koran (demand deposit)


(56)

2. M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka (time deposit) pada

bank-bank umum

3. M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga-lembaga tabungan non bank.

M1 adalah yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas sangat cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu rupiah).

M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah. Untuk menjadi uang kas deposito berjangka perlu waktu (3, 6, atau 12 bulan) dan jika dijadikan uang kas sebelum waktu yang ditentukan maka akan terkena denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena denda.

M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran sehari-hari.

M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah, serta rekening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat disebabkan oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif penyimpanan dana lain dalam bentuk reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang


(57)

memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun valas.

Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah jual beli surat berharga sehingga tingkat bunga akan turun. Pada saat tingkat bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan

menurun pula (Monetary Portfolio Hypothesis) hal ini berakibat pemilik dana

akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan, karena penurunan tingkat bunga akan menurunkan biaya produksi sehingga pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan berinvestasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang yang beredar akan membawa peningkatan pada harga saham.

J. Penelitian Sebelumnya

Rohman dan Arfan (2002) meneliti tentang pengaruh arus kas operasi dan laba akuntansi terhadap tingkat keuntungan tidak normal (abnormal return)

saham pada perusahaan go public di BEJ. Dalam penelitian tersebut

disimpulkan bahwa pengumuman arus kas operasi dan laba akuntansi kurang berpengaruh terhadap tingkat keuntungan saham.

Prasetio dan Sutoyo (2003) meneliti tentang analisis pengaruh interaksi laba akuntansi dengan arus kas terhadap harga saham dan volume


(58)

perdagangan saham. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa variabel laba akuntansi yang berinteraksi dengan arus kas total tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan volume perdagangan saham. Variabel laba akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba saham tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan volume perdagangan saham.

Chairuddin dan Herry (2004) Meneliti tentang analisis pengaruh antara perubahan nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga dan inflasi terhadap perubahan indeks harga saham gabungan. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa korelasi antara variabel kurs, suku bunga SBI dan indeks harga konsumen dengan variabel IHSG sebesar 73% di atas membuktikan bahwa hubungan antara kurs, suku bunga SBI, dan indeks harga konsumen dengan variabel hubungan antara kurs, suku bunga SBI dan indeks harga konsumen dengan IHSG adalah sangat erat (>0,6). Variabel kurs, SBI, IHK secara bersama-sama mempengaruhi besarnya variabel IHSG.

Dwiridotjahjono (2006) meneliti tentang analisis pengaruh variabel-variabel ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaan food and

baverages yang Listing di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini

menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel-variabel ekonomi makro yang terdiri dari (X1), Tingkat Bunga Deposito (X2), nilai tukar Rp/US $ (X3), Produk Domestik Bruto (PDB) (X4), dan Harga Emas (X5) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan food and beverage yang listing di Bursa Efek Jakarta.


(59)

Secara parsial variabel Inflasi (X1), Tingkat bunga deposito (X2), nilai tukar Rp/US $ (X3), dan Harga saham (X5) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel Produk Domestik Bruto (PDB) (X4) pengaruhnya tidak signifikan. Variabel Tingkat Bunga Deposito (X2) merupakan variabel independen yang dominan pengaruhnya terhadap harga saham.

Utari (2006) meneliti tentang kandungan informasi laba dan arus kas guna pengambilan keputusan investasi di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh laba akuntansi terhadap laba saham arus kas bersih dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan serta laba akuntansi berpengaruh terhadap harga dan return saham, namun

secara parsial memiliki pengaruh yang berbeda. Pada tingkat signifikansi di level 10% hanya laba akuntansi yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Poernomo (2007) meneliti tentang pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap nilai badan usaha yang tercermin dalam nilai kapitalisasi pasar pada Industri rokok di PT Bursa Efek Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan laba bersih dan arus kas operasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar. Secara partial laba bersih mempunyai pengaruh terhadap nilai kapitalisasi pasar.


(60)

Tabel.2.1

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Edi Kartono (2008) dan Adi Sujarwo (2007)

Variabel Independen

Varibel Dependen Periode Pengujian Edi Kartono 1.Pengungkapan

Laporan Keuangan 2.Dividen

3.Ekuitas

Harga Saham 2003-2006

Adi Sujarwo 1.Laba Akuntansi 2.Komponen Arus

Harga Saham 2003-2006

Penulis 1.Pengungkapan Laporan Keuangan 2.Laba Akuntansi

3.Suku Bunga SBI 4.Uang Beredar


(61)

K. Kerangka Penelitian

Model hubungan antar variabel untuk penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Model Hubungan Pengaruh Tingkat Pengungkapan Akuntansi, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan Uang Beredar Terhadap Harga Saham

Laporan Keuangan

Tingkat Pengungkapan

Laba Akuntansi

Harga Saham

Kesimpulan

Variabel Makro

Suku


(62)

L. Perumusan Hipotesis

f. Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI secara simultan terhadap harga saham.

g. Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI secara parsial terhadap harga saham.


(63)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan go public dan

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dimana perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam daftar perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan sejak tahun 2005 sampai 2008. Penelitian ini melakukan analisis pengaruh pengungkapan akuntansi, laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang beredar sebagai variabel independen terhadap harga saham sebagai variabel dependen.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah sektor industri properti dan real estat yang terdaftar di BEI, dengan menggunakan metode purposive sampling,

karena penelitian ini berdasarkan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan sebagai purposive sampling adalah:

1. Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2008.

2. Perusahaan yang memperoleh laba terus menerus pada periode 2005-2008 3. Data laporan keuangan yang diambil pada periode 2005-2008.


(64)

4. Perusahaan yang bergerak dalam Industri Property dan Real Estate selama

periode penelitian dan menerbitkan annual report.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk laporan tahunan antara lain IDX monthly yang diperoleh dari publikasi

BEI dan beberapa publikasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia melalui website Bank Indonesia.

2. Metode Kepustakaan

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari serta menganalisis literatur yang sumber-sumbernya dari buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, koran, majalah, dan lain-lain sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi. Hal ini berguna untuk mendapatkan fakta serta pendapat para ahli yang berkaitan dengan penelitian.

3. Metode Observasi

Yaitu penelitian yang mengambil datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Penulis datang langsung ke lokasi penelitian yaitu BEI (Bursa Efek Indonesia).

D. Teknik Analisis

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan metode skoring data regresi berganda. Metode skoring digunakan untuk


(65)

mengukur tingkat pengungkapan, sedangkan regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan pengujian hipotesis yang ada, penulis melakukan pengujian asumsi klasik regresi berganda terlebih dahulu.

1. Metode Skoring

Skoring adalah pemberian nilai untuk setiap unsur catatan atas laporan keuangan yang harus diungkapkan oleh setiap perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran tingkat pengungkapan laporan keuangan menggunakan metode skoring yang sangat sederhana. Skoring dalam penelitian ini hanya memberikan nilai nol atau satu pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, yang terdapat pada catatan atas laporan keuangan setiap perusahaan. Skoring ini perlu dilakukan untuk mempermudah tingkat-tingkat pengungkapan laporan keuangan setiap perusahaan.

Untuk melakukan skoring pada tingkat pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini maka item-item yang harus diungkapkan pada laporan tahunan tersebut mengambil sumber dari standar peraturan yang dikeluarkan oleh ketua Bapepam No 38/PM/1996 tentang laporan tahunan.

Pengukuran tingkat pengungkapan dilakukan dengan cara mencari angka indeksnya yaitu dengan membagi total skor pengungkapan yang diperoleh perusahaan dengan total skor yang harus diungkapkan sesuai standar yang ditetapkan (peratuaran No 38/PM/1996).


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan kepada hasil serta pembahasan yang telah dilakukan peneliti, terdapat beberapa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan Properti dan Real Estat yang terdaftar di BEI dalam periode 2005 sampai dengan 2008. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda, dari hasil pengujian didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil Uji F (Simultan) menunjukkan bahwa semua variabel independen yaitu Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan, Uang Beredar secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Harga Saham.

2. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. Setelah dilakukan uji t diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,472 atau hasil lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa variabel Pengungkapan Laporan Keuangan tidak berpengaruh parsial secara signifikan terhadap Harga Saham.

3. Laba Akuntansi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, artinya semakin meningkat Laba Akuntansi di suatu Perusahaan maka akan meningkatkan Harga saham.


(2)

4. Suku Bunga SBI secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Harga Saham. Setiap kenaikan 1% Suku Bunga SBI maka akan menurunkan Harga Saham.

5. Uang Beredar memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,233 atau lebih besar dari alpha 5% sehingga dapat disimpulkan Uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi terhadap berbagai pihak. Bagi investor, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan Uang Beredar terhadap Harga Saham untuk digunakan sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan investasi di pasar modal.

Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya juga menganalisis faktor fundamental yang lainnya seperti faktor domestik, faktor asing, dan faktor aliran modal. Faktor domestik diproksi oleh inflasi, produk domestik bruto, uang beredar, kurs, SBI, dan devisa. Faktor asing diproksi oleh indeks Dow Jones, Indeks Hang Seng, Fed Rate, dan harga minyak mentah. Sedangkan Aliran modal diproksi oleh cadangan devisa, transaksi berjalan dan net buying asing. Kemudian agar didapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara memperpanjang periode penelitian.


(3)

Daftar Pustaka

Anastasia, Widiastuti, Gunawan, Yanny dan Wijayanti Imelda. “Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 5, Hal. 123-132. 2004.

Andi, Sularso R. “Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, Hal. 1-15. 2003. Anoraga, Pandji & Piji Pakarti. “Pengantar Pasar Modal”. PT. Rineka Cipta,

Jakarta, 2003.

Ardiansyah, Minsen. “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan Terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return 15 Hari Setelah IPO dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, Hal.125-153. 2004

Badrinanth, S. and Omest Kini. “The Relationship Between Securities Yields, Firm, Size, Earnings Price Ratio and Tobin’s Q”, Journal of Finance Econom”. Hal. 18-24. 1994

Baruno, Agung, dan Endriani, Yeni. “Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Devidend Payout Ratio Pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004”. Jurnal Ekonomi, Vol. XV, Hal. 55-65. 2005.

Basu, S. ”Investment Performance of Common Stock in Relation to Their Price Earning Ratio: Test of the Efficiency Market Hypotesis”. Journal of Finance, Hal. 663-82. 1977

Cook, T., and M.S. Rozeff. “Size and Earning Price Ratio Anomalies:One ofEffect or Two?”. Journal of Finance Quantitative Analysis, Hal. 449-66. 1984.


(4)

Darmadji, Tjiptono dan Hendy, M. Fakhruddin. “Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab”. Edisi 1, Salemba Empat, Jakarta, Indonesia.

Galih, Satwiko, Agung, D. Nachrowi, dan Haymans Manurung Adler. “Kebijakan Dividen Perusahaan Uang Listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ): Besaran, Strategi, dan Stabilitas Dividen”. JRAI, Vol. 8, Hal. 13-33. 2005.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Universitas Diponegoro, Yogyakarta. 2000.

Gusliana, Mals, dan Rimi. “Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Utama Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2004”. Jurnal Ekonomi STEI no.3, Hal. 27-46. 2005.

Husnan, Suad. ”Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Edisi Ketiga, Yogyakarta, UDP AMP YKPN. 2005.

J., Keown, Arthur. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Kamaruddin, Ahmad. “Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio”. Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta. 2004.

Ketut, Jati I. “Relevansi nilai Dividend Yield dan Price Earnings Ratio dengan Moderasi Investment Opportnity Set (IOS) dalam Penilaian Harga Saham”. JRAI, vol. 8, Hal. 191-209. 2005,

Mankiw, N.G. “Macroeconomics, 4th Edition Worth Publisher, Inc., Iman Nurmawan (Penerjemah), Teori Makroekonomi”. Edisi keempat, Jakarta: Penerbit Erlangga. 2000.

Meythi. “Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan Persistensi Laba Sebagai Varabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, Hal. 1-21. 2006.


(5)

Nainggolan, Pahala. “Cara Mudah Memahami Akuntansi”. Poppy Herawati (Penyunting), Cetakan Ketiga, Penerbit PPM, Jakarta, 2006.

Norohim, Hasa. “Pengaruh Price Earning Ratio dan Dividend Yield Terhadap Harga Saham”. Ekobis, Vol. 8, Hal. 81-89. 2007.

Payamta. “Pengaruh Variabel-Variabel Keuangan dan Signaling Terhadap Penentuan Harga Pasar Saham di Bursa Efek Jakarta”. JAAI, vol. 4, Hal. 153-179. 2000

Rahmawati, dan Suryani, Tri. “Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII, Solo, Hal. 64-74. 2005.

Sjarief, Julianti. “Pemilihan Metode Akuntansi Atas Biaya Research dan Development (R&D) dan Dampaknya Terhadap Price Earning Ratio”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4, Hal. 151-161. 2004.

Sparta, dan Februwaty. “Pengaruh ROE, EPS, dan OCF Terhadap Harga Saham Industri Manufacturing di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi, Th. IX, Hal. 71-80. 2005

Tendelillin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. 2001

V., Suryaputri, Rossje dan Dwi, Astuti, Christina. “Pengaruh Faktor Leverage, Devidend Payout, Size, Earning Growth and Country Risk terhadap Price Earning Ratio”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 3, Hal. 1-23. 2003.

Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Pawestri, Hartini. “Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan:Dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, Hal. 1-20. 2006,


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dollar Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia

0 26 87

Pengaruh uang yang beredar (m2), kurs, inflasi, dan tingkat suku bunga sbi terhadap beta saham syariah (JJI) dan indeks harga saham gabungan (IHSG)

0 5 129

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga (SBI) dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai Harga Saham Sektor Properti di BEI Periode 2006-2011

0 7 124

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009:05

0 12 15

PENGARUH INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), TINGKAT SUKU BUNGA SBI (BI RATE), DAN NILAI TUKAR (KURS) TERHADAP INDEKS Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB), Tingkat Suku Bunga SBI (BIRATE), dan Nilai Tukar (KURS) terhadap Indeks Harga Saham di Jaka

0 2 19

PENGARUH INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (JUB), TINGKAT SUKU BUNGA SBI (BI RATE), DAN NILAI TUKAR (KURS) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB), Tingkat Suku Bunga SBI (BIRATE), dan Nilai Tukar (KURS) terhadap Indeks Harga S

0 3 16

PENGARUH KURS VALUTA ASING, INFLASI, UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR KEUANGAN.

0 0 10

PENGARUH SUKU BUNGA SBI, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 85

Penelitian tingkat bunga jumlah uang

0 0 27

PENGARUH KONSUMSI, INVESTASI, JUMLAH UANG BEREDAR DAN INFLASI TERHADAP PENENTUAN KEBIJAKAN SUKU BUNGA SBI

0 0 17