Unsur-unsur yang terdapat dalam keadaan memaksa itu ialah
71
1. Tidak dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang membinasakan benda
yang menjadi objek perikatan, ini selalu bersifat tetap :
2. Tidak dapat dipenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghalangi
perbuatan debitor untuk berprestasi, ini dapat bersifat tetap atau sementara. 3.
Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan baik oleh debitor maupun oleh kreditor. Jadi bukan karena
kesalahan pihak-pihak, khususnya debitor.
B. Akibat Hukum Wanprestasi
Wanprestasi menimbulkan akibat hukum bagi perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak karena perjanjian tersebut sejak tanggal disetujui dan
ditandatangani berlaku sebagai undang-undang yang harus dipatuhi. Ada empat akibat hukum sebagai akibat adanya wanprestasi dari salah satu pihak yaitu
72
1. Perikatan tetap ada.
:
Kreditor masih tetap dapat menuntut kepada debitor pelaksanaan prestasi, apabila ia terlambat memenuhi prestasi. Di samping itu, kreditor berhak
menuntut ganti rugi akibat keterlambatan melaksanakan prestasinya. Hal ini disebabkan kreditor akan mendapat keuntungan apabila debitor
melaksanakan prestasi tepat pada waktunya.
2. Debitor harus membayar ganti rugi kepada kreditor Pasal 1243
KUHPerdata. 3.
Beban resiko beralih. Untuk kerugian debitor, jika halangan itu timbul setelah debitor
wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar dari pihak kreditor.Oleh karena itu debitor tidak dibenarkan untuk berpegang pada
keadaan memaksa overmacht.
4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik kreditor dapat
membebaskan diri dari kewajibannya memberikan prestasi dengan menggunakan Pasal 1266 KUHPerdata.
Pasal 1266 KUH Perdata menyatakan bahwa : “syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik, manakala salah
satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada
hakim.Permintaan ini juga harus dilakukan meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam perjanjian.Jika syarat batal tidak
dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa untuk menurut keadaan, atas permintaan si tergugat, memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga
71
Ibid
72
HardyanRusli, HukumPerjanjian Indonesia dan Common Law, SinarHarapan, Jakarta, 1998, hal. 26
memenuhi kewajibannya jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu bulan”.
1. Akibat Hukum dari Wanprestasi karena Kesalahan Debitor
Sejak kapan debitor dapat dikatakan dalam keadaan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi, hal ini sangat perlu dipersoalkan, karena wanprestasi
tersebut memiliki konsekuensi atau akibat hukum bagi debitor. Untuk mengetahui sejak kapan debitor itu dalam keadaan wanprestasi maka perlu
diperhatikan apakah di dalam perikatan yang disepakati tersebut ditentukan atau tidak tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi.Dalam
perjanjian untuk memberikan sesuatu atau untuk melakukan sesuatu pihak- pihak menentukan dan dapat juga tidak menentukan tenggang waktu
pelaksanaan pemenuhan prestasi oleh debitor
73
.Dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan maka dipandang perlu
untuk memperingatkan debitor guna memenuhi prestasinya tersebut dan dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi ditentukan maka
menurut ketentuan Pasal 1238 KUHPerdata debitor dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan
74
Pasal ini menerangkan bahwa wanprestasi itu dapat diketahui dengan dua cara, yaitu sebagai berikut
. Pasal 1238 KUHPerdata : “Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat
perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap
lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.”
75
73
Abdulkadir Muhammad, Op.,Cit. hal. 21
74
Ibid, hal 22.
75
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Op.,Cit, hal. 8.
:
a. Pemberitahuan atau somasi, yaitu apabila perjanjian tidak menentukan
waktu tertentu kapan seseorang dinyatakan wanprestasi atau perjanjian tidak menentukan batas waktu tertentu yang dijadikan patokan tentang
wanprestasi debitor, harus ada pemberitahuan dulu kepada debitor tersebut tentang kelalaiannya atau wanprestasinya. Jadi pada intinya ada
pemberitahuan, walaupun dalam Pasal ini dikatakan surat perintah atau akta sejenis. Namun, yang paling penting ada peringatan atau
pemberitahuan kepada debitor agar dirinya mengetahui bahwa dirinya dalam keadaan wanprestasi.
b. Sesuai dengan perjanjian, yaitu jika dalam perjanjian itu ditentukan
jangka waktu pemenuhan perjanjian dan debitor tidak memenuhi pada waktu tersebut, dia telah wanprestasi.
2. Akibat Hukum dari Wanprestasi karena keadaan memaksa
Keadaan memaksa yang bersifat objektif dan bersifat tetap secara otomatis mengakhiri perikatan, dalam arti kata perikatan itu batal
76
76
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 32
.Sehingga perikatan ini dianggap tidak pernah ada seolah-olah tak pernah dibuat. Jika
suatu pihak telah melakukan pembayaran terhadap harga barang yang menjadi objek perikatan, pembayaran tersebut harus dikembalikan
kepadanya, bila pembayaran belum dilakukan, pelunasannya tidak perlu dilaksanakan.Dalam keadaan memaksa yang bersifat subjektif dan
sementara keadaan ini mempunyai daya menangguhkan dan bila keadaan memaksa sudah berakhir maka kewajiban berprestasi kembali seperti
sebelumnya, bila prestasi tersebut sudah tidak mempunyai arti lagi untuk
kreditor maka perikatan menjadi gugur, dan pihak yang satu tidak dapat menuntut pada pihak lain. Istilah batal dan gugur di atas mempunyai arti
yang berbeda. Istilah batal menunjuk kepada tidak dipenuhinya salah satu sifat prestasi
yaitu harus mungkin dilaksanakan. Jika prestasi tidak mungkin dilaksanakan, maka perikatan itu tidak akan mencapai tujuan, jadi batal
demi hukum. Sedangkan istilah gugur, prestasi memungkinkan untuk mencapai tujuan perikatan, tetapi berhubung keadaan memaksa, tujuan
perikatan menjadi tidak tercapai karena terhalang oleh keadaan memaksa, yang mengakibatkan prestasi menjadi tidak berarti, pada perikatan yang
gugur pihak yang satu tidak dapat menuntut kepada pihak yang lainnya
77
1. Debitor diharuskan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh
kreditor. .
Adapun akibat hukum bagi debitor yang telah melakukan wanprestasi, adalah hukuman atau sanksi sebagai berikut :
Ketentuan ini berlaku untuk semua perikatan
78
Berdasarkan Pasal ini, ada dua cara penentuan titik awal penghitungan ganti kerugian, yaitu sebagai berikut
. Pasal 1243 KUHPerdata :“penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu
perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya atau jika
sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan dan dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya.”
79
a. Jika dalam perjanjian itu tidak ditentukan jangka waktu, pembayaran
ganti kerugian mulai dihitung sejak pihak tersebut telah dinyatakan lalai, tetapi tetap melalaikannya.
:
77
Ibid, hal.33
78
Abdulkadir Muhammad, Op.,Cit, hal. 24
79
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Op. Cit, hal. 13.
b. Jika dalam perjanjian tersebut telah ditentukan jangka waktu tertentu,
pembayaran ganti kerugian mulai dihitung sejak terlampauinya jangka waktu yang telah ditentukan tersebut.
2. Dalam perjanjian timbal balik bilateral, wanprestasi dari satu pihak
memberikan hak kepada pihak lainnya untuk membatalkan atau memutuskan perjanjian lewat hakim
80
Pasal 1266 KUHPerdata : “Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik, manakala salah satu
pihak tidak memenuhi kewajibannya”. Dalam hal yang demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi
pembatalan harus dimintakan kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban
dinyatakan di dalam perjanjian. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, hakim adalah leluasa untuk, memberikan suatu jangka waktu
untuk memenuhi kewajibannya menurut keadaan atau atas permintaan si tergugat, namun jangka waktu itu tidak boleh lebih dari satu bulan.
Pasal ini menerangkan bahwa secara hukum wanprestasi selalu dianggap sebagai syarat batal dalam suatu perjanjian sehingga pihak yang merasa
dirugikan karena pihak lain wanprestasi, dapat menuntut pembatalan perjanjian melalui pengadilan, baik karena wanprestasi itu dicantumkan
sebagai syarat batal dalam perjanjian maupun tidak dicantumkan dalam perjanjian, jika syarat batal itu tidak dicantumkan dalam perjanjian, hakim
dapat memberi kesempatan kepada pihak yang wanprestasi untuk tetap memenuhi perjanjian dengan memberikan tenggang waktu yang tidak
lebih dari satu bulan. .
3. Resiko beralih kepada debitor sejak saat terjadinya wanprestasi Pasal
1237 ayat 2 KUHPerdata. Ketentuan ini hanya berlaku bagi perikatan untuk memberikan sesuatu.
Pasal 1237 KUHPerdata : “Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu kebendaan tertentu, kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan,
adalah atas tanggungan si berpiutang”.
80
Abdulkadir Muhammad, Op.,Cit, hal. 24
Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaiannya, kebendaan adalah atas tanggungannya. Berdasarkan Pasal ini
dapat kita lihat bahwa kelalaian debitor dalam menyerahkan kebendaan mengalihkan resiko menjadi atas tanggungannya.
4. Membayar biaya perkara apabila diperkarakan di muka hakim Pasal 181
ayat 1 HIR. Debitor yang terbukti melakukan wanprestasi tentu dikalahkan dalam
perkara. Ketentuan ini berlaku untuk semua perikatan. 5.
Memenuhi perjanjian jika masih dapat dilakukan, atau pembatalan perjanjian disertai dengan pembayaran ganti kerugian Pasal 1267
KUHPerdata
81
Pasal 1267 KUHPerdata : “Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih dapat dilakukan, akan
memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, ataukah ia akan menuntut pembatalan perjanjian, disertai penggantian biaya kerugian dan
bunga”. .
Pasal ini memberikan pilihan kepada pihak yang tidak menerima prestasi dari pihak lain untuk memilih dua kemungkinan agar tidak dirugikan,
yaitu
82
a. Menuntut agar perjanjian tersebut dilaksanakan agar prestasi tersebut
dipenuhi, jika hal itu masih memungkinkan; atau :
b. Menuntut pembatalan perjanjian. Pilihan tersebut dapat disertai ganti
kerugian biaya, rugi dan bunga kalau ada alasan untuk itu, artinya pihak yang menuntut ini tidak harus menuntut ganti kerugian, walaupun
hal itu dimungkinkan berdasarkan Pasal 1267 ini. Berdasarkan Pasal inilah sehingga banyak sarjana menguraikan pilihan tuntutan kreditor
tersebut menjadi lima kemungkinan tuntutan, yaitu :
1 Pemenuhan perjanjian;
2 Pemenuhan perjanjian disertai ganti kerugian;
3 Pembatalan perjanjian;
4 Pembatalan perjanjian disertai ganti kerugian.
81
Abdulkadir Muhammad, Op.,Cit, hal.24
82
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Op.,Cithal. 30
Bagi seorang debitor yang dituduh wanprestasi dapat mengajukan beberapa alasan sebagai alat untuk membela diri, yaitu
83
a. Mengajukan alasan bahwa kreditor telah lalai;
:
b. Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa;
c. Mengajukan alasan bahwa kreditor telah melepaskan haknya untuk
menuntut ganti rugi.
C. Wanprestasi Dalam Perjanjian Jaminan