perjanjian kredit dan perjanjian ikutannya yaituperjanjian jaminan berlaku dan mengikat bagi penjamin sebagai kreditor barudan debitor. Penjamin
sebagai kreditor baru harus meminta kepada kreditor lamasemua dokumen
seperti perjanjian kredit, pengikatan jaminan, dan lainsebagainya.
C. Eksekusi Jaminan Perseorangan Berkenaan Debitor Wanprestasi Pada
Perjanjian Kredit
Resiko gagal bayar dari debitor merupakan suatu permasalahanresiko kredit yang sangat serius dan tidak dapat begitu saja dengan mudahdiselesaikan oleh
bank selaku kreditor.
Resiko ini dapat menyebabkan seorang debitor dikatakan wanprestasi, adapun pengkatagoriannya adalah :
1. Dalam posisi menunggak 3 bulan pertama secara berturut-turut
diklasifikasikan special mention atau perhatian khusus. 2.
Dalam posisi menunggak 3 bulan berikutnya berturut-turut diklasifikasikan golongan kurang lancer.
3. Dalam posisi menunggak 3 bulan berikutnya berturut-turut
diklasifikasikan golongan diragukan. 4.
Dalam posisi menunggak 3 bulan berikutnya berturut-turut diklasifikasikan golongan kredit macet.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis pada PT. Bank XXXX penyelesaian kredit macet terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1. Somasi sebagai tahap awal penyelesaian kredit
2. Eksekusi agunan kredit
a. Eksekusi hak tanggungan
b. Eksekusi gadai
c. Eksekusi fidusia
d. Eksekusi cessie
e. Eksekusi borgtocht personal guarantee
3. Penyelesaian kredit macet melalui pengadilan
a. Pengajuan gugatan perdata
b. Permohonan kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang
PKPU Sebelum melakukan legal action dalam rangka penyelesaian kredit dilakukan
tekananancaman psikologis, yaitu melakukan penagihan dengan peringatan tertulis disertai ancaman penyelasaiannya akan diserahkan melalui jalur hukum.
Peringatan somasi tersebut dapat diberikan langsung pleh bank atau melalui bantuan pengadilan.
Apabila tahapan somasi di atas telah ditempuh namun debitor tetap tidak bersedia melunasi hutangnya maka penyelasiannya dilakukan dengan cara :
1. Mengajukan klaim ganti rugi kepada askrindo terhadap kredit yang
ditutup askrindo 2.
Melakukan eksekusi agunan kredit Penyelesaian kredit macet melalui prosedur gugatan di pengadilan
dimungkinkan dalam hal bank melakukan legal action terhadap jaminan tanah yang tidak diikat hak tanggungan, jaminan yang diikat cessie, jaminan yang diikat
gadai dalam hal tidak terdapat klausula parate eksekusim dan eksekusi terhadap personal guarantee. Dalam hal ini bank atau kreditor bertindak sebagai penggugat
dan debitor atau pemilik jaminan atau personal guarantee sebagai tergugat.
Eksekusi merupakan suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah pada suatu perkara yang diajukan di muka Pengadilan.
Dapat dikatakan eksekusi tiada lain yakni suatu tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara perdata
97
Eksekusi ini terdapat di dalam Bab kesepuluh Bagian Kelima HIR atau Titel ke Empat RBG, pada bagian tersebut telah diatur Pasal-Pasal tata cara
“menjalankan putusan pengadilan, mulai dari: tata cara peringatan aanmaning, sita eksekusi executorial beslag, penyanderaan gijzeling
. Istilah lain yang sering dipergunakan selain kata eksekusi yankni “pelaksanaan putusan” .
Ketentuan mengenai eksekusi ini dapat ditemukan pada peraturan perundang- undangan HIR dan RBG yang merupakan peraturan tata tertib beracara dibidang
hukum perdata.
98
97
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Gramedia,Jakarta, 1989, hal. 1
98
Ibid
.Tata cara menjalankan putusan pengadilan yang disebut eksekusi tadi diatur mulai Pasal
195 sampai Pasal 224 HIR atau Pasal 206 sampai Pasal 258 RBG. Namun pada saat sekarang, tidak semua ketentuan Pasal-Pasal tadi berlaku efektif. Yang masih
betul-betul efektif berlaku terutama Pasal 195 sampai Pasal 208 dan Pasal 224 HIR atau Pasal 206 sampai Pasal 240 dan Pasal 258 RBG. Sedang Pasal 209
sampai Pasal 223 HIR atau Pasal 242 sampai Pasal 257 RBG yang mengatur tentang penyanderaangijzeling, tidak lagi diperlukan secara efektif.Alasan
larangan tersebut, karena tindakan penyandraan terhadap seseorang debitor dianggap bertentangan dengan prikemanusiaan, sesuai dengan Surat Edaran
Mahkamah Agung SEMA No.21964 tanggal 22 januari 1964.
Objek dari eksekusi ialah sesuatu yang dijadikan jaminan pada suatu perjanjian, yang mana jaminan ini dipergunakan sebagai pergantian hutang atau
pembayaran apabila salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada pihak lain sebagaimana telah disepakati dalam perjanjian. Eksekusi ini bermula
dari adanya putusan hakim yang berkekutan hukum tetap syarat ini merupakan prinsip umum dalam menjalankan eksekusi, dimana ekseskusi ini termasuk di
dalamnya eksekusi rill dan eksekusi pembayaran sejumlah uang atau dinilai dengan sejumlah uang.
Peringatan atau Annmaning merupakan salah satu syarat pokok eksekusi, tanpa peringatan labih dulu, eksekusi tidak boleh dijalankan.Dan sudah seperti
yang di jelaskan, berfungsinya eksekusi secara efektif terhitung sejak tenggang waktu peringatan dilampaui. Peringatan dihubungkan dengan menjalankan
putusan ten uitvoer legging van vonnissen merupakan tindakan dan upaya yang dilakukan Ketua Pengadilan Negri berupa “teguran” kepada tergugat agar tergugat
menjalankan isi putusan pengadilan dalam tempo yang ditentukan pengadilan negri setelah ternyata tergugat tidak mau menjalankan putusan secara sukarela.
Peringatan atau annmaning ini mempunyai tenggang waktu peringatan, Pasal 196 HIR atau Pasal 207 RBG menentukan batas maksimum yakni 8 hari, yang
diberikan kepada ketua pengadilan negeri. Pemberian batas masa peringatan dimaksudkan agar si tergugat pihak yang kalah menjalankan putusan secara
sukarela, dan apabila batas wktu peringatan yang ditentukan dilampaui dan tergugat teteap tidak mau manjalankan putusan, maka sejak saat itu putusan sudah
dapat dieksekusi dengan paksa
99
99
Ibid hal. 27
.
Peringatan ini juga harus memenuhi tata cara formal yang bernilai otentik dan dilakukan dalam pemeriksaan sidang insidental yang dihari oleh Ketua Pengadilan
Negeri, panitera, dan pihak tergugat pihak yang kalah. Dengan demikian si tergugat disini harus menghadiri sidang insidentil dan jika tidak hadir dalam
persidangan tanpa halangan yang patut dan beralasan oleh hukum dianggap merupakan tindakan keingkaran memenuhi panggilan, terhadap orang yang seprti
ini berlaku prinsip: hukum tidak perlu melindungi orang yang membelakangi ketentuan dengan demikian haknya untuk diperingatkan terlebih dahulu dengan
sendirinya gugur. Haknya untuk memperoleh peringatan dengan sendirinya hapus dan eksekusi dapat langsung diperintahkan Ketua Pengadilan Negeri terhitung
sejak tanggal keingkarannya memenuhi panggilan peringatan ketentuan ini diatur di dalam Pasal 197 ayat 1 HIR atau Pasal 208 ayat 1 RBG.
100
Sebagai lanjutan proses peringatan adalah pengeluaran surat penetapan yang dikeluarakan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang dimana isi dari surat penetapan
ini ialah perintah menjalankan eksekusi dan perintah ditujukan kepada panitera atau jurusita ketentuan ini diatur didalam Pasal 197 ayat 1 HIR atau Pasal 208
ayat 1 RBG. Disamping surat penetapan ini berisi perintah menjalankan eksekusi, surat penetapan itu berisi “penunjukan” nama pejabat yang diperintahkan, dimana
penujukan tersbut harus memperhatikan Pasal 197 ayat 3 HIR dan Pasal 208 ayat 3 RBG yang merupakan syarat bagi pejabat yang ditunjuk menjalankan perintah
ekseskusi
101
Kesemua tatacara ekseskusi ini harus dimuat dalam berita acara seperti yang tercantum dalam Pasal 197 ayat 5 HIR dan Pasal 209 ayat 4 RBG, dalam Pasal
.
100
Ibid hal. 30
101
Ibid hal. 32
tersebut secara tegas memerintahkan pejabat yang menjalankan eksekusi membuat berita acara eksekusi, oleh karena itu tanpa berita acara, eksekusi dianggap tidak
sah. Keabsahan formal eksekusi hanya dapat dibuktikan dengan berita acara
102
1. Tidak terpenuhinya syarat teknis yuridis perbankan yang berlaku dalam
perjanjian jaminan yang ada seperti misalnya daftar nilai harta kekayaan penjamin, sehingga mengikat tanggung jawab penjamin secara nyata dan
tidak hanya di atas kertas. .
Dalam pelaksanaan eksekusi jaminan perorangan ada beberapa hambatan- hambatan yang muncul, yaitu antara lain :
2. Bahwa dengan tidak dipenuhinya syarat teknis yuridis perbankan, pada
gilirannya membuat penjamin memberikan jaminan yang tidak sebanding atau kurang dengan fasilitas kredit yang diterima, karena tidak didukung
dengan data-data yang nyata dan akurat dari pihak penjamin. 3.
Dalam proses eksekusi, hakim sulit untuk memutuskan karena adanya esepsi atau keberatan dari pihak penjamin bahwa perjanjian penjaminan
hanya merupakan perjanjian accessoir dari perjanjian kredit sebagai perjanjian pokoknya, sehingga harus dieksekusi dulu perjanjian pokoknya
baru kemudian perjanjian accesoirnya yaitu perjanjian penjaminan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan pegawai PT. Bank XXXX, pada dasarnya jaminan perseorangan sulit untuk dieksekusi. Karena
si pemberi jaminan tidak ikut menikmati kredit yang diberikan, dan penjamin tidak mengikatkan harta bendanya dalam perjanjian penanggungan melainkan
102
Ibid hal. 33
hanya mempertaruhkan nama baiknya. Oleh karena itu biasanya penjamin tidak mau ikut melunasi kewajiban debitur dengan dalih tidak menikmati kredit yang
diberikan bank.
79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN