50
BAB IV PELAKSANAAN EKSEKUSI JAMINAN PERSEORANGAN
BERKENAAN DEBITOR WANPRESTASI PADA PERJANJIAN KREDIT PT. Bank XXXX di Medan
A. Syarat dan Ketentuan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Perseorangan
Salah satu jasa perbankan yang diberikan kepada masyarakat atau dunia usaha adalah jasa perkreditan. Bagi perbankan sampai saat ini jasa perkreditan
masih merupakan sumber pendapatan yang dominan dibandingkan dengan jasa- jasa lainnya yang diberikan oleh perbankan.
Kalangan perbankan selain menggunakan istilah kredit juga sering menggunakan istilah Pinjaman yang artinya tidak lain adalah kredit dalam bentuk
uang atau sesuatu yang dapat memberikan penundaan pembayaran uang. Oleh karena itu transaksi kredit atau pinjaman senantiasa akan melibatkan dua pihak
yang pada dasarnya masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda. Pihak-pihak dimaksud adalah Pemberi Kredit atau disebut Kreditor dam Penerima
Kredit atau disebut Debitor. Transaksi kredit dapat terjadi apabila :
1. Kreditor dan debitor masing-masing telah dapat menerima perbedaan
kepentingannya masing-masing.
2.
Keduanya tekah sepakat terhadap semua syarat kredit.
3.
Kreditor telah mempercayai debitor. Debitor secara umum pada PT. Bank XXXX dapat dibagi dua, yaitu :
1. Perorangan
2. Badan Usaha
Badan Usaha dibagi menjadi Bukan Badan Hukum dan Badan Hukum.
1 Bukan Badan Hukum terdiri dari :
a. Persekutuan Perdata,
b. Firma,
c. CV.
2 Badan Hukum terdiri dari :
a. PT,
b. Koperasi,
c. Yayasan,
d. BHMN,
e. Dana Pensiun.
Sebagaimana ditetapkan dalam Undang Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-
Pokok Perbankan, Bank sebagai penyalur dana masyarakat memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan Pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan tarap hidup rakyat banyak.
Bank dalam menyalurkan kreditnya dalam berbagai jenis, berbagai macam debitor dan berbagai macam sektor usaha. Produk dan fasilitas kredit yang
diberikan oleh PT. Bank XXXX kepada debitornya sangat banyak dan beraneka ragam, namun secara ringkas dapat digolong-golongkan menjadi beberapa jenis,
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, yaitu :
1. Menurut Jangka Waktunya ;
a. Kredit Jangka Pendek
Tenggang waktu yang diberikan bank kepada nasabahnya untuk melunasi kredit tidak lebih dari satu tahun, seperti Kredit Modal Kerja
perdagangan, industri, dan sektor lainnya. b.
Kredit Jangka Menengah Jangka waktu lebih dari satu tahun sampai dengan tiga tahun.
Contohnya Kredit Investasi untuk pembelian kendaraan, KMK untuk Kontruksi.
c. Kredit Jangka Panjang
Jangka waktu lebih dari tiga tahun contohnya Kredit Investasi untuk pembangunan pabrik, hotel, jalan tol.
2. Menurut Sifat Penggunaanya ;
a. Kredit Konsumtip Consumer Loan
Kredit tersebut oleh nasabahnya biasanya perorangan dipergunakan untuk membiayai barang-barang konsumtip, contohnya pembelian
mobil untuk keperluan pribadi. Sumber pembayarannya berasal dari gaji atau pendapatan lainnya bukan dari obyek yang dibiayainya itu.
b. Kredit Produktif Commersial Loan
Kredit tersebut oleh nasabahnya perorangan atau badan usaha dipergunakan untuk membiayai kegiatan usaha. Sumber
pembayarannya berasal dari obyek yang dibiayainya itu.
3. Menurut Keperluannya ;
a. Kredit Modal Kerja
Kredit ini diberikan bank kepada perusahaan untuk membantu modal kerja peruasahaan dalam rangka meningkatkan atau mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan bersangkutan. b.
Kredit Investasi Kredit ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan tambahan modal
investasi antara lain dalam rangka : Peremajaan mesin; Modernisasi mesin-mesin, armada angkutan lama; Perluasan kapasitas produksi
dengan pembelian mesin baru; Pembangunan proyekpabrik baru; Relokasi pabriktempat usaha.
4. Menurut Sifat Penarikannya ;
a. Kredit Langsung
Kredit yang langsung menggunakan dana bank dan secara efektif merupakan hutang nasabah kepada bank. Kredit langsung ini meliputi
Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja. b.
Kredit Tidak Langsung Kredit yang tidak langsung menggunakan dana bank dan belum secara
efektif merupakan hutang nasabah kepada bank. Kredit tidak langsung ini meliputi Garansi Bank, Letter Of Credit.
5. Menurut Sifat Pelunasannya ;
a. Kredit dengan angsuran
Kredit yang pembayaran kembali pokok pinjamannya diatur secara bertahap menurut jadwal yang telah ditetapkan di dalam Perjanjian
Kredit. b.
Kredit dengan RC terbatas Kredit yang pembayaran kembali pokok pinjamannya tidak diatur
secara bertahap melainkan harus dikembalikan secara sekaligus pada tanggal jatuh tempo yang telah ditetapkan di dalam Perjanjian Kredit.
c. Menurut Valuta
Kredit bisa diberikan dalam valuta Rupiah atau mata uang lainnya seperti US Dollar, Yen, sesuai dengan keperluan usaha nasabah.
Contohnya nasabah eksportir akan membutuhkan kredit dalam valuta US Dollar mengingat hasil ekspornya berupa US Dollar.
6. Menurut Bank Pemberinya ;
a. Kredit Offshore
Kredit yang diberikan kepada nasabah di dalam bentuk valuta asing dan dilaksanakan melalui Cabang bank di luar negeri.
b. Kredit Onshore
Kredit yang diberikan kepada nasabah di dalam bentuk valuta asing dan dilaksanakan melalui Cabang bank di dalam negeri.
Bagi bank, sebagai suatu lembaga yang bergerak di bidang perbankan, uang merupakan salah satu komoditi, Bank menerima uang yang disimpan dari
masyarakat yang mempunyai kelebihan dana dan mempercayakannya kepada bank untuk mengelolanya, dan kemudian menyalurkan uang tersebut kepada
pihak lain yang membutuhkannya.
Sebagai penyimpan dana tidak hanya sekedar menempatkan kelebihan dananya di bank untuk keamanan security tetapi juga menghendaki adanya
pendapatan yang menguntungkan dari dananya yang disimpan tersebut. Kemudian agar mampu memberikan imbalan kepada para penyimpannnya, pihak bank
dituntut untuk menyalurkan uang tersebut ke dalam bentuk asset yang menguntungkan. Salah bentuk asset yang merupakan sumber pendapatan yang
cukup dominan bagi bank adalan pinjamankredit. Dana yang dipinjamkan kepada debitor adalah dana milik masyarakat yang
suatu saat bank harus mengembalikan kepada si pemilik dana. Dalam hal bank memberikan atau meminjamkan kredit kepada nasabah sudah barang tentu
nasabah harus mengembalikan kredit sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Bukan hanya kreditnya saja yang diharapkan dapat dikembalikan, akan tetapi juga
nasabah harus mampu membayar bunganya. Oleh karena itu pemberi kredit atau bank sudah seharusnya melakukan penilaian dari berbagai aspek untuk
memastikan apakah si calon nasabah akan mampu membayar bunga berikut hutang pokoknya atau tidak.
Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara baik dan berdasarkan asas- asasperkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan perkreditan yangtertulis.
Untuk itu, Bank Umum harus memiliki dan melaksanakan kebiasaanperkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan kebijakan perkreditan banksebagaimana tertuang
dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor27162KEPDIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 277UPPB masing-masingtanggal 31 Maret 1995.
Dalam ketentuan tersebut ditetapkan pedomanpenyusunan kebijakan perkreditannya, yang sekurang-kurangnya memuat danmengatur hal-hal pokok mengenai prinsip
kehati-hatian dalam perkreditan, organisasidan manajemen perkreditan, pengawasan kredit dan penyelesaian kredit bermasalah.
Kebijakan perkreditan bank yang telah ditetapkan oleh masing-masing bank tersebut berlaku sebagai ketentuan yang mengikat dan penerapannya oleh bank
yangbersangkutan akan dipantau secara berkala oleh Bank Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian penulis di PT. Bank XXXX, maka penulis dapat mengemukakan bahwa proses pemberian kredit dilakukan secara bertahap yaitu
sebagai berikut : 1.
Calon debitor mengajukan permohonsecara tertulis yang ditandatangani oleh penjabat yang berwewenang sesuai anggaran dasar bank. Surat permohonan
melalui bagian pemasaran kredit disampaikan kepada bagian analisa kredit. 2.
Bagian analisa kredit meneliti surat permohonan nasabah apakah layak untuk disetujui atau tidak. Apabila ditolak maka pemberitahuan akan segera
dilakukan kepada pemohon atau calon debitor secara tertulis. 3.
Apabila berdasarkan datainformasi yang disampaikan nasabahcalon debitorbagian analisa kredit menilai pemohon mempunyai reputasi dan
prospek bisnis yang baik, proses permohonan dilanjutkan dengan taksasi agunan yang dilakukan bagian appraisal.
4. Setlah dilakukan taksasi agunan oleh bagian appraisal analisa kredit
menyampaikan rekomendasi kepada Komite Pemutus Kredit. 5.
Setelah diputus oleh Komite Pemutus Kredit diserahkan ke bagian quality assurance untuk dilakukan evaluasi atas fasilitas kredit yang diajukan dan
menyajikannya dalam catatan untuk disampaikan kembali ke bagian analisa kredit.
6. Setelah dinilai layak bagian analisa kredit diteruskan ke wakil pimpinan
untuk dikoreksi dan diparaf sebelum diserahkan ke pemimpin. 7.
Setelah disetujui dan ditandatangani pemimpin diteruskan kembali ke calon debitor.
8. Jika calon debitor menyetujui ketentuan bunga, profisi dan jangka waktu
kredit, calon debitor menandatangani persetujuannya diatas materai dan mengembalikannya ke bagian analisa kredit.
9. Oleh bagian analisa kredit diserahkan ke unit administrasi kredit untuk
dibuatkan perjanjian kredit. 10.
Dilakukan penandatanganan perjanjian kredit antara bank sebagai kreditor yang diwakili oleh pemimpin dan debitor.
11. Bagian analisa kredit menghubungi notaris untuk melakukan pengikatan
agunan kredit. 12.
Setelah penandatanganan perjanjian kredit dan pengikatan agunan oleh notaris baru dapat dilakukan pencairan kredit.
Penilaian apa saja yang harus dipedomani oleh bank di dalam pemberian kreditnya. Jawabnya adalah satu kata yang memiliki pengertian luas yaitu
kepercayaan. Kepercayaan yang diinginkan oleh bank adalah kepercayaan bank terhadap calon nasabah yang didasarkan atas keyakinan bank terhadap hal-hal
berikut: 1.
Watak atau karakter Character Dalam hal ini, penilaian bank menyangkut kemauan atau dengan kata lain
itikad baik pemohonpemilik perusahaan yang akan mempergunakan kredit sesuai dengan tujuan pemberiannya dan pada waktunya akan
melunasi kredit termasuk bunganya, disamping mematuhi syarat-syarat yang ditentukan bank.
2. Kemampuan atau kapasitas Capacity
Penilaian bank menyangkut seberapa jauh kemampuan pemohondan usaha pemohon untuk dapat melunaskan pinjaman beserta pembayaran
melunasi bunganya. Artinya, bank menilai apakah pengurus atau tenaga- tenaga perusahaan mampu menjalankan usahanya, mampu
mengembangkan usahanya untuk menjadi perusahaan yang berjalan lancar, berkembang dan sekaligus menguntungkan. Karena hanya
perusahaan yang berkembang dan menguntungkanlah yang mampu untuk membayar kewajiban bunga dan pengembalian kredit bank. Kalau
perusahaan merugi, mungkin ia bisa membayar bunga, namun bukan berasal dari keuntungan tetapi berasal dari modal atau dana kredit itu
sendiri. Kemampuan dalam kondisi demikian tidak akan bertahan lama karena jika dananya sudah menipis atau habis, maka perusahaan tersebut
tidak akan mampu lagi membayar bunga apalagi membayar hutang pokoknya.
3. Modal Capital
Bank harus meneliti berapa besarnya modal perusahaan. Makin besar modal perusahaan akan semakin baik karena :
a. Keterlibatan atau tanggung kawab pemilik modal terhadap maju
mundurnya peruasahaan akan menjadi besar b.
Beban perusahaan terhadap kewajiban bunga kredit dan pengembaliannya akan lebih kecil
c. Resiko kredit bank akan menjadi lebih kecil
4. Kondisi ekonomi Condition of Economic
Yang dimaksud dengan kondisi ekonomi yaitu suasana makro atau situasi umum diluar kemampuan perusahaan yang akan dibiaayi, misalnya situasi
perekonomian dan politik. Dengan kondisi yang sekarang dan perkiraan yang akan datang, bank harus menilai apakah usaha pemohon kredit akan
bisa hidup dan berkembang. Kondisi yang dinilai bukan hanya kondisi di dalam negeri tetapi juga kondisi internasional atau luar negeri.
5. Jaminan Collateral
Jaminan ini penting sebagai jalan terakhir untuk penyelesaian kredit, apabila nasabah tidak mampu memenuhi kewajiban pembayaran hutang
pokok berikut bunganya. Kelima kriteria penilaian diatas, sering disebut dengan istilah prinsip
“5C”. Apabila calon debitor memenuhi kriteria minimum yang diinginkan bank, dapat dikatakan bahwa calon nasabah tersebut layak untuk dibiayai.
Begitu besarnya resiko yang mungkin diterima bank sebagai akibat daripenyaluran kredit, bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang
sehat, yaitudiantaranya
92
1. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian
tertulis; :
2. Bank tidak diperkenankan memberikan kepada usaha yang sejak semula
telah diperhitungkan kurang sehat dan akan membawa kerugian; 3.
Bank tidak diperkenankan memberi kredit untuk pembelian saham, dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli usaha, atau
4. Memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit legal
lending limit.
92
Muhammad Djumhana, Op.,Cit,hal. 392.
Dalam melaksanakan kegiatannya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada PT. Bank XXXX dalam memberikan kredit disyaratkan adanya pemberian
jaminan oleh debitor. Jenis atau macam jaminan yang diberikan oleh debitor antara lain adalah :
1. Jaminan Kebendaan
a. Benda-benda bergerak, terdiri dari :
1 Benda-benda bergerak yang bertubuh, antara lain kendaraan
bermotor, mesin, persediaan barang, perhiasan, kapal laut, kapal terbang.
2 Benda-benda bergerak tak bertubuh, antara lain wesel, sertifikat
deposito, piutang dagang, tagihan termijn, saham, konsumen BL, delivery order DO, obligasi, SBLC.
b. Benda-benda tak bergerak, terdiri dari :
1 Tanah
2 Bangunantanaman di atas tanah
3 Mesin-mesin yang ditanam dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari tanahbangunan. 2.
Jaminan Perorangan borgtocht Untuk mengikat moral obligation, pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan langsung dengan usaha debitor wajib menyerahkan : a.
Company Guarantee Adapun pihak yang dapat menjadi penjamin yaitu :
1 Perusahaan pemegang saham debitor
2 Perusahaan yang mengendalikan usaha debitor
Company Guarantee harus melampirkan rincian harta kekayaan Perusahaan sebagaimana tertuang dalam Laporan Keuangan Perusahaan.
b. Personal guarantee
Adapun pihak yang dapat menjadi penjamin yaitu : 1
Pemegang saham 2
Pengurus sekaligus pemegang saham danatau pengendali perusahaan
3 Key personpengendali perusahaan
Personal guarantee harus melampirkan daftar kekayaan dan diperbarui bersamaan dengan periode review kredit.
3. Jaminan dalam bentuk Negative Pledge
Jaminan dalam bentuk Negative Pledge mengacu pada Pasal 1131 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa segala kebendaan si berhutang, baik
yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya. Ketentuan kewajiban penyerahan Personal danatau Company Guarantee
tidak diwajibkan bagi : 1
Perusahaan Modal Asing PMA, 2
Perusahaan Go Publik baik swasta maupun BUMNBUMD, 3
Perusahaan BUMN Non Go Publik, 4
Perusahaan yang dikelola oleh orang-orang profesional antara lain terindikasi dari “tidak memiliki kepentingan, hubungan keluarga ataupun
ikatan lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
5 Debitor calon debitor yang agunannya telah memenuhi CEV Cash
Equivalency Factor Controlled di atas 75. Jaminan secara umum itu sering dirasakan kurang cukup dan kurang aman,
karena selainnya bahwa kekayaan si berhutang pada suatu waktu bisa habis, juga jaminan secara umum itu berlaku untuk semua kreditor, sehingga kalau ada
banyak kreditor, ada kemungkinan beberapa orang dari mereka tidak lagi mendapat bagian
93
93
R. Subekti, ,Op. Cit, 1995, hal.163
. Oleh karena itu maka sering sekali dalam praktek seorang kreditor minta
diberikan jaminan khusus yang bisa berupa jaminan kebendaan dan jaminan perorangan atau jaminan penanggungan yang biasa disebut dengan istilah
“Borgtocht”. Demi kepentingan debitor agar bisa mendapatkan pinjaman dari kreditor,
maka debitor membutuhkan seorang penjamin sehingga kreditor bersedia memberikan pinjaman asalkan ada yang memberikan penanggungan.
Dengan adanya seorang penanggung tersebut maka kedudukan kreditor menjadi lebih baik atau kuat, dengan demikian pada dasarnya penanggungan
diadakan bukan untuk kepentingan debitor tetapi untuk kreditor. Dalam setiap perjanjian kredit maka posisi bank selaku kreditor selalu lebih
tinggi atau kuat apabila dibandingkan dengan posisi debitor, hal ini dalam kenyataan debitorlah yang membutuhkan dana atau modal sedangkan kreditor
yang menyediakannya. Secara psikologis apabila debitor membutuhkan dana atau modal maka akan tunduk pada syarat yang telah ditentukan kreditor agar bisa
mendapatkan uang atau modal.
Hak jaminan perorangan adalah hak yang memberikan kepada kreditor suatu kedudukan yang lebih baik, karena adanya lebih dari seorang debitor yang dapat
ditagih. Adanya lebih dari seorang debitor, bisa karena ada debitor serta tanggung menanggung atau karena adanya orang pihak ketiga yang mengikatkan dirinya
sebagai borg
94
1. Kecakapan kemampuan untuk mengikatkan diri dalam suatu perjanjian
. PT. Bank XXXX dalam prakteknya memberikan syarat tertentu kepada calon
penjamin atau pemberi personal guarantee. Adapun syarat pemberi personal guarantee yaitu :
2. Mempunyai kekayaan yang cukup
3. Berdiam di wilayah Indonesia
4. Mempunyai kepentingan langsung atas usaha yang dibiayai Bank
kebijakan bank. 5.
Bersedia melepaskan segala hak baik hak utama maupun hak dalam eksepsi dan hak istimewa.
Apabila syarat 1 sampai 3 tidak dipenuhi, maka perjanjian personal guaranteedapat dibatalkan.
Suatu pemberian kredit tidak dapat dilakukan hanya dengan pemberian jaminan perorangan, hal ini disebabkan mengingat debitor belum merasa terikat
karena tidak memberikan suatu benda miliknya sehingga dikhawatirkan kurangnya tanggung jawab debitor untuk itu kreditor mensyaratkan adanya
jaminan berupa kebendaan yang dinilai marketable.
94
J. Satrio, , Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebdnedaan Fidusia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 13
Namun tidak pula kewajiban penjamin menyerahkan harta bendanya sebagai jaminan dalam proses pemberian kredit terhadap orang yang dijaminnya. Karena
pada dasarnya penjamin tidak ikut menikmati atau menggunakan kredit yang diberikan kreditor. Penjamin hanyalah memberi keyakinan lebih kepada bank
bahwa debitor akan mematuhi kewajibannya. Bentuk akta perjanjian personal guarantee ada 2, yaitu :
1. Akta Notariil Akta Otentik
2. Akta Dibawah Tangan
Berdasarkan sifat suatu akta maka akta terdiri atas akta otentik dan akta dibawah tangan. Kedua akta ini merupakan suatu alat bukti yang dikenal dalam
Pasal 1866 dan Pasal 1868 KUH Perdata pengertiandari akta otentik bahwa “suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yangditentukan oleh undang-
undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umumyang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya.”Pengertian bentuk dari akta otentik yang
dimaksud ialah syarat-syarat yuridis yang harus dipenuhi, seperti hari dan tanggal akta yang diperbuat, nama dan tempattinggal para penghadap, nama notaris yang
membuat akta dan saksi-saksi yangmenyaksikan pembuatan akta tersebut. Sedangkan pengertian dari akta di bawahtangan diuraikan dalam Pasal 1874
ayat 1 KUH Perdatayaitu “sebagai tulisan-tulisan di bawah tangan, dianggap sebagai akta-akta yang ditanda-tangani di bawah tangan, surat-surat, register-
register, surat-surat atau tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pejabat umum.”
Dari bunyi Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka sangat jelas dikatakan bahwa dalam pembuatan akta otentik hanya dapat dibuat atau
dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta itu dibuatnya, pegawai-pegawai umum disini maksudnya adalah notaris.
Pegawai-pegawai umum selain notaris yang berhak membuat akta otentik adalah pejabat lain yang ditunjuk oleh undang-undang untuk membuat akta otentik.
Untuk memperkuat kepentingan dan kedudukan kreditor maka akta perjanjian penanggungan yang dibuat dengan akta otentikakta notaris, isinya perlu memuat
ketentuan sebagai berikut: 1.
Identitas yang lengkap dari Penjamin meliputi nama lengkap, tempat tinggal atau tempat kedudukan, agama, tanggal lahir, status perkawinan
dan pekerjaan. 2.
Di dalam akta borgtocht harus disebutkan mengenai nomor dan tanggal dari perjanjian kredit dan dari data-data perjanjian kredit ini digunakan:
a. untuk membuktikan bahwa akta borgtocht itu ada karena adanya
Perjanjian kredit sebagai Perjanjian pokok yang melahirkan perjanjian borgtocht
b. untuk menegaskan bahwa Penjamin yang telah menandatangani akta
borgtocht benar-benar menjamin hutang sesuai perjanjian kredit yang diuraikan dalam akta borgtocht.
3. Nilai Penjaminan artinya besarnya hutang yang dijamin, apakah sebesar
hutang pokok atau ditambah sebagian atau seluruh bunga. Besarnya hutang yang dijamin ini tergantung kesepakatan antara Penjamin dengan Kreditor
yang ditegaskan dalam perjanjian borgtocht. 4.
Uraian atau penjeiasan mengenai persetujuan dari istri, jika yang menjadi Penjamin adalah suaminya. Persetujuan dari suami bila istri yang menjadi
Penjamin. Kalau yang rnenjadi Penjamin adalah perusahaan perseroan perseroan terbatas atau badan hukum lain maka perlu mendapat
persetujuan dari komisaris atau pemegang sahamnya sesuai ketentuan Anggaran Dasar. Secara teknis persetujuan dari suamiisteri atau dari
Komisaris atau pemegang saham dapat dilakukan melalui dua cara : a.
pihak yang memberikan persetujuan bersama penjamin menandatangani akta borgtocht.
b. pihak yang memberikan persetujuand apat membuat surat persetujuan
secara tertulis yang merupakan lampiran dari akta borgtocht. 5.
Adanya janji-janji dari penjamin yang dituangkan dalam akta borgtocht antara lain :
a. Penegasan dari penjamin yang melepaskan hak-hak istimewa yang
dimiliki seorang penjamin untuk menuntut kepada kreditor agar melakukan penjualan harta benda atau jaminan milik debitor terlebih
dahulu. Jika hasil penjualan harta benda milik debitor belum mencukupi untuk melunasi hutangnya baru kemudian penjamin bertanggung jawab
untuk melunasi kekurangannya. b.
Penegasan dari penjamin yang melepaskan hak istimewa yang dimiliki seorang penjamin untuk menuntut kepada kreditor agar dilakukan
pemecahan hutang atau membagi hutang. c.
Janji dari penjamin tidak meminta kepada kreditor agar diberhentikan dari kedudukan sebagai penjamin, karena perbuatan kreditor yang dapat
mengakibatkan penjamin tidak akan dapat menggunakan hak-haknya
yang diperoleh dari subrogasi seperti melaksanakan hak hipotikhak tanggungan dan hak-hak lainnya yang semula dimiliki kreditor.
d. Janji tidak dibagi. Janji ini terjadi bila penjamin meninggal dunia.
Penjamin yang meninggal dunia akibat hukumnya kewajiban penjamin beralih kepada ahli warisnya karena yang diwariskan orang yang
meninggal dunia mencakup pasiva kewajiban, hutang dan aktiva hak piutang dan asset. Kalau ahli waris lebih dari satu maka ahli waris
yang meneruskan kewajiban penjamin berhak minta kepada krditur agar ditetapkan besarnyabagian tanggungan masing-masing ahli waris.
Secara hukum dengan meninggalnya penjamin maka kreditor dapat menuntut kepada setiap waris pemenuhan seluruh piutangnya tanpa
melakukan pembagian kepada setiap ahli waris. Agar kreditor dapat menuntut kepada setiap waris seluruh piutangnya maka janji tidak
dibagi perlu ditegaskan dalam akta borgtocht. Hal ini berbeda dengan jaminan kebendaan. Meskipun pemilik benda meninggal dunia kreditor
tetap mempunyai hak pemenuhan piutang dari penjualan benda jaminan tanpa terpengaruh akibat hukum waris.
e. Janji dari penjamin adanya kuasa yang tidak dapat ditarik kembali
untuk melaksanakan hak regres. Penjamin yang telah membayar hutang debitor kepada Kreditor mempunyai hak untuk menuntut kembali
pembayaran dari debitor, baik Penjaminan dengan sepengetahuan debitor atau diluar pengetahuan debitor Pasal 1839 KUHPerdata Hak
untuk menuntut kembali ini dinamakan hak regres. Bagaimana kalau Penjamin baru membayar sebagian hutang, belum melunasi seluruh
hutang. Jika kondisi seperti ini terjadi maka antara Kreditor dan Penjamin mempunyai hak yang sama untuk menuntut debitor melunasi
hutangnya yaitu: 1
Kreditor berhak menuntut kepada debitor agar membayar kekuranganya.
2 Penjamin berdasar hak regres dapat menuntut kepada debitor agar
membayar kembali sebesar jumlah yang telah dibayarkan kepada Kreditor tentu berikut biaya-biayanya.
B. Akibat Hukum Atas Jaminan Perseorangan