Jaminan dalam KUH Perdata dan Kredit Perbankan

sangat lemah, sehingga menerima saja syarat-syarat yang diajukan dan ditetapkan oleh pihak kreditorbank, karena jika tidak demikian, maka calon nasabah debitor tidak akan mendapatkan kredit yang dimaksudkan 26

B. Jaminan dalam KUH Perdata dan Kredit Perbankan

. Istilah Hukum Jaminan berasal dari terjemahan Zakerheidesstelli atau security of law. Di dalam Seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional, disebutkan bahwa hukum jaminan meliputi pengertian, baik jaminan kebendaan dan jaminan perorangan. Pengertian hukum jaminan ini mengacu pada jenis jaminan bukan pengertian hukum jaminan 27 Selain itu, hukum jaminan adalah mengatur konstruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan. Peraturan demikian harus cukup meyakinkan dan memberikan kepastian hukum bagi lembaga-lembaga kredit, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adanya lembaga jaminan dan lembaga demikian kiranya harus dibarengi dengan adanya lembaga kredit dengan jumlah besar, dengan jangka waktu yang lama dan bunga yang relatif rendah . 28 Dari berbagai definisi tersebut di atas, masing-masing terdapat kelemahan- kelemahan. Oleh karena itu maka perlu dilengkapi dan disempurnakan sebagai berikut, bahwa hukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum . 26 S. Mantayborbir, Aneka Hukum PerjanjianSekitar Penguruasan Piutang Negara, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004,hal. 86. 27 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004,hal. 5 28 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.,Cit, hal. 5 yang mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit 29 1. Gadai . Pengaturan hukum jaminan dapat dibedakan menjadi dua tempat, yaitu di dalam Buku II KUH Perdata dan di luar Buku II KUH Perdata. Ketentuan-ketentuan hukum yang erat kaitannya dengan hukum jaminan, yang masih berlaku dalam KUH Perdata yaitu : Diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan 1160 KUH Perdata. 2. Hipotek kapal laut Diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan 1232 KUH Perdata. Sedangkan pengaturan di luar KUH Perdata dapat dirincikan sebagai berikut : 1. KUH Dagang. Pasal-Pasal yang mengatur hipotek kapal laut adalah Pasal 314-316 KUH Dagang. 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Ketentuan yang erat kaitannya dengan jaminan adalah Pasal 51 dan Pasal 57 UUPA. 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan tanah. Undang-undang ini mencabut berlakunya hipotek mengenai tanah sebagaimana yang diatur dalam Buku II KUH Perdata. 4. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata, dapat diketahui pembedaan lembaga hak jaminan berdasarkan sifatnya, yaitu : 29 Salim HS, Op.,Cit, hal. 6 1. Hak jaminan yang bersifat umum 2. Hak jaminan yang bersifat khusus Jaminan yang bersifat umum diajukan kepada seluruh kreditor dan mengenai segala kebendaan debitor. Setiap kreditor mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelunasan utang dari hasil pendapatan penjualan segala kebendaan yang dipunyai debitor. Dalam hak jaminan yang bersifat umum ini semua kreditornya mempunyai kedudukan yang sama terhadap kreditor lain kreditor konkuren, tidak ada kreditor yang diutamakan, diistimewakan dari kreditor lain. Hak jaminan yang bersifat umum ini dilahirkan atau timbul karena undang- undang, sehingga hak jaminan yang bersifat umum tidak perlu diperjanjikan sebelumnya 30 Dalam praktik perkreditan, jaminan umum ini tidak memuaskan bagi kreditor, karena kurang menimbulkan rasa aman dan terjamin bagi kredit yang diberikan. Untuk itu, kreditor memerlukan adanya benda-benda tertentu yang ditunjuk bagi kredit atau pinjaman tersebut. Dengan lain perkataan memerlukan adanya jaminan yang dikhususkan baginya, baik yang bersifat kebendaan maupun perseorangan . 31 1. Diberikan atau ditentukan oleh undang-undang sebagai piutang yang diistimewakan Pasal 1134 KUH Perdata . Dari ketentuan dalam Pasal 1133 KUH Perdata, diketahui bahwa hak jaminan yang bersifat khusus itu terjadi : 2. Diperjanjikan antara debitor dan kreditor, sehingga menimbulkan hak preferensi bagi kreditor atas benda tertentu yang diserahkan debitor Pasal 1150 dan Pasal 1162 KUH Perdata dan Pasal 1820 KUH Perdata. 30 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan,Sinar Grafika, Jakarta,2008,hal 74 31 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.,Cit, hal 45-46 Adapun jaminan khusus timbul karena adanya perjanjian yang khusus diadakan antara kreditor dan debitor yang dapat berupa jaminan yang bersifat kebendaan ataupun jaminan yang bersifat perseorangan. Jaminan yang bersifat kebendaan ialah adanya benda tertentu yang dipakai sebagai jaminan sedangkan jaminan yang bersifat perseorangan ialah adanya orang tertentu yang sanggup membayar atau memenuhi prestasi manakala debitor wanprestasi 32 Jaminan kebendaan itu dapat berupa jaminan kebendaan bergerak dan jaminan kebendaan tidak bergerak. Untuk kebendaan bergerak, dapat dibebankan dengan lembaga hak jaminan gadai dan fidusia sebagai jaminan utang, sementara untuk kebendaan tidak bergerak, dapat dibebankan dengan hipotek, hak tanggungan, dan fidusia sebagai jaminan utang. Adapun jaminan perseorangan ini dapat berupa penjaminan utang atau borgtocht personal guarantee, jaminan perusahaan corporate guarantee, perikatan tanggung menanggung, dan garansi bank bank guarantee . 33 Pada umumnya dalam rangka mengamankan pemberian kreditnya bank menuntut nasabah debitor untuk memberikan jaminan kebendaan agunan. Jaminan kebendaan agunan pemberian kredit pada hakikatnya berfungsi untuk menjamin kepastian akan pelunasan utang debitor bila debitor cidera janji wanprestasi atau dinyatakan pailit. Dengan adanya jaminan pemberian kredit tersebut, akan memberikan jaminan perlindungan, baik bagi keamanan dan kepastian hukum kreditor bahwa kreditnya akan tetap kembali walaupun mungkin nasabah debitornya cidera janji, yakni dengan cara mengeksekusi benda yang menjadi objek jaminan kredit bank yang bersangkutan. Dengan demikian, jaminan . 32 Ibid, hal. 46 33 Rachmadi Usman, Op.,Cit, hal. 77 kebendaan agunan dalam pemberian kredit ini menjadi sarana yang ampuh untuk mengamankan pemberian kredit. Untuk itulah diadakan lembaga dan ketentuan hukum jaminan 34 Barang jaminan tidak selalu milik nasabah debitor, akan tetapi peraturan perundang-undangan juga memperbolehkan barang milik pihak ketiga, asalkan pihak yang bersangkutan merelakan barangnya untuk dipergunakan sebagai jaminan hutang nasabah debitor . 35 Dengan demikian berarti, istilah “agunan” sebagai terjemahan dari istilah collateral merupakan bagian dari istilah “jaminan” pemberian kredit. Artinya pengertian “jaminan” lebih luas daripada pengertian “agunan”, dimana agunan berkaitan dengan “barang”, sementara “jaminan” tidak hanya berkaitan dengan“barang”, tetapi berkaitan pula dengan character, capacity, capital, dan condition of economy dari nasabah debitor yang bersangkutan . Jaminan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yaitu “keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan”. Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengartikan “agunan” sebagai “jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitor kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit”. 36 34 Ibid., hal. xi 35 S. Mantayborbir, Op.,Cit, hal. 113 36 Rachmadi Usman, Op.,Cit, hal. 67. . Berdasarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jaminan, ditemukan 5 asas penting dalam hukum jaminan, sebagaimana dipaparkan berikut ini 37 1. Asas publicitet, yaitu asas bahwa semua hak, baik hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek harus didaftarkan. Pendaftaran ini dimaksudkan supaya pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan. Pendaftaran hak tanggungan di Kantor Badan Pertanahan Nasional KabupatenKota, pendaftaran fidusia dilakukan di Kantor Pendaftaran Fidusia pada Kantor Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, sedangkan pendaftaran hipotek kapal laut dilakukan di depan pejabat pendaftar dan pencatat balik nama, yaitu syahbandar; : 2. Asas specialitet, yaitu bahwa hak tanggungan, hak fidusia, dan hipotek hanya dapat dibebankan atas barang-barang yang sudah terdaftar atas nama orang tertentu; 3. Asas tak dapat dibagi-bagi, yaitu asas dapat dibaginya hutang tidak dapat mengakibatkan dapat dibaginya hak tanggungan, hak fidusia, hipotek, dan hak gadai walaupun telah dilakukan pembayaran sebagian; 4. Asas inbezittstelling, yaitu barang jaminan gadai harus berada pada penerima gadai; 5. Asas horizontal, yaitu bangunan dan tanah bukan merupakan satu kesatuan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan hak pakai, baik tanah negara maupun tanah hak milik, bangunannya milik dari yang bersangkutan atau pemberi tanggungan tetapi tanahnya milik orang lain, berdasarkan hak pakai. Pemberian jaminan selalu diikuti dengan adanya perjanjian yang mendahuluinya, yaitu perjanjian hutang piutang yang disebut dengan perjanjian pokok. Tidak mungkin ada perjanjian jaminan tanpa ada perjanjian pokoknya. Sebab perjanjian jaminan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan selalu mengikut perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian pokoknya berakhir, maka perjanjian jaminannya pun turut berakhir. Tidak mungkin ada orang yang bersedia menjamin suatu hutang, kalaupun hutang itu sendiri tidak ada. Sifat perjanjian yang demikian ini disebut accesoir 38 . 37 Salim HS, Op,.Cit, hal. 9 38 S. Mantayborbir, Op.,Cit, hal. 114

C. Jaminan Perseorangan sebagai Jaminan Kredit Perbankan