Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

merupakan ‘tragedi borjuis’ kerakyatan Jerman yang pertama, kemudian diikuti drama Emilia Galotti 1772. Meutiawati, 2007: 56-57. Sastrawan lain yang sezaman dengan Gotthold Ephraim Lessing antara lain Johann Christoph Gottsched 1700-1766, George Lillo 1693-1739, Johann Jakob Bodmer 1698-1783 dan Johann Jakob Breitinger 1701-1776. Kelebihan Lessing dibandingkan sastrawan lainnya yaitu pemikiran cemerlang Lessing yang mampu menuangkan kritikannya untuk kaum borjuis di abad pertengahan melalui drama yang berjudul Miss Sara Sampson melalui tokoh-tokoh yang ia ciptakan. Selain itu juga, Lessing adalah sastrawan yang mampu menciptakan suatu drama tragedi pertama yang memperjelas kehidupan di Eropa pada abad ke-18 yang mengalami perubahan melalui konflik yang timbul dari kalangan rakyat biasa. Lessing merupakan akhir dan awal, artinya ia adalah putra sulung Aufklärung yang menyimpulkan segala peristiwa dalam karya hidupnya. Di samping itu ia merupakan pelopor periode yang jangkauan jiwanya jauh melewati Aufklärung. Beberapa karya drama Gotthold Ephraim Lessing antara lain : Der junge Gelehrte 1748, Laokoon 1766, Minna von Barnhelm 1767, Nathan der Weise 1779, Die Juden 1749. Pada tahun 1770, ia menjadi ahli perpustakaan di Wolfenbüttel hingga akhir hayatnya. Lessing meninggal di Braunschweig pada tanggal 15 Februari 1781. Drama yang dikaji dalam penelitian ini adalah drama Miss Sara Sampson karya Gotthold Ephraim Lessing yang ditulis pada tahun 1775. Drama ini dimulai dengan menceritakan pasangan kekasih yaitu Sara dan Mellefont yang melarikan diri ke Inggris karena hubungan mereka tidak disetujui oleh Sir William Sampson, ayah Sara. Pasangan kekasih ini tinggal di sebuah kota di Inggris. Mereka akan melangsungkan pernikahan di Perancis, akan tetapi upacara pernikahan mereka tertunda sejak sembilan minggu karena Mellefont ingin memenangkan warisan ayahnya terlebih dahulu. Sara selalu mendesak upacara pernikahan tersebut, tetapi Mellefont bersikeras untuk memenangkan warisan itu. Konflik-konflik mulai terjadi saat Mellefont mendapatkan sebuah surat dari mantan istrinya yaitu Marwood. Marwood berniat menggagalkan pernikahan Mellefont dan Sara. Setelah Marwood dan Mellefont bertemu, mereka memperebutkan Arabella, anak perempuan mereka. Cerita ini berlanjut dengan perjanjian Mellefont dan Marwood. Marwood ingin bertemu Sara sebagai kerabat Mellefont dengan nama samaran Lady Solmes. Akan tetapi pada akhir cerita, Marwood mengingkari janji tersebut. Drama Miss Sara Sampson merupakan drama yang menceritakan konflik dan tragedi yang terjadi pada masyarakat menengah khususnya kaum borjuis pada abad pertengahan. Kelebihan drama ini dibandingkan karya drama Lessing yang lain, yakni sebuah drama tragedi yang diciptakan Lessing dengan tokoh-tokoh yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Selain itu juga, drama ini adalah drama menggambarkan situasi politik dan masyarakat abad pertengahan melalui tokoh- tokoh yang Lessing ciptakan. Inilah alasan-alasan mengapa penulis memilih karya drama Miss Sara Sampson daripada memilih karya drama Lessing lainnya. Dalam penelitian ini drama Miss Sara Sampson karya Gotthold Ephraim Lessing akan dikaji menggunakan teknik deskriptif kualitatif melalui pendekatan struktural semiotik, yaitu suatu cabang ilmu bahasa yang membahas mengenai tanda-tanda bahasa. Pendekatan struktural semiotik digunakan untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam drama Miss Sara Sampson ini, sebab ketika menuliskan gagasannya Lessing menggunakan perantara tanda yang dapat terlihat pada unsur-unsur intrinsik yang membangun drama ini. Penelitian ini didahului dengan meneliti unsur intrinsik drama secara struktural yang berupa alur, latar, tema dan penokohan. Analisis struktural ini dominan dalam mendukung analisis selanjutnya yaitu analisis semiotik. Dengan memperhatikan sistem tanda, tanda dan maknanya, serta konvensi tanda, struktur karya sastra dapat dipahami maknanya secara optimal. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti mencoba mengungkapkan makna yang terkandung dalam tanda-tanda bahasa yang terdapat di dalamnya.

B. Fokus Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan, maka dirumuskan masalah yang akan menjadi fokus penelitian, yaitu: 1. Bagaimanakah unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar dan tema dalam drama Miss Sara Sampson karya Gotthold Ephraim Lessing? 2. Bagaimanakah keterkaitan antar unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema dalam drama Miss Sara Sampson karya Gotthold Ephraim Lessing? 3. Bagaimanakah wujud tanda yang berupa ikon, indeks dan simbol serta maknanya dalam drama Miss Sara Sampson karya Gotthold Ephraim Lessing?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah yang ada di atas, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar dan tema dalam drama Miss Sara Sampson karya Gotthold Ephraim Lessing. 2. Mendeskripsikan keterkaitan antar unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar dan tema dalam drama Miss Sara Sampson karya Gotthold Ephraim Lessing. 3. Mendeskripsikan wujud tanda yang berupa ikon, indeks, dan simbol serta maknanya dalam drama Miss Sara Sampson karya Gotthold Ephraim Lessing.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoretis a. Untuk memperkaya penelitian dalam bidang sastra, khususnya dalam penelitian struktural semiotik. b. Sebagai bahan referensi untuk analisis karya sejenis pada masa yang akan datang 2. Manfaat praktis yaitu untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam terhadap drama Miss Sara Sampson karya Gotthold Ephraim Lessing sehingga dapat membantu pengapresiasian pembaca secara tuntas.

E. Batasan Istilah

1. Drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan yang mengemukakan pertikaian dan emosi lewat tindakan dan dialog, yang biasanya dirancang untuk pementasan di panggung. 2. Struktural adalah bentuk atau bangunan yang unsur-unsur pembentuknya saling berhubungan sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. 3. Semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda. 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Drama sebagai Karya Sastra

Drama pertama kali berkembang pada zaman Yunani dan Romawi. Istilah drama berasal dari bahasa Yunani Dran yang berarti: berbuat, berlaku, bertindak atau beraksi Tarigan, 1985: 69. Drama sendiri adalah terjemahan dari bahasa Yunani draomai yang berarti sesuatu yang telah diperbuat. Demikianlah dari segi etimologinya. Drama mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakekat setiap karangan yang berupa drama. Pada zaman Yunani kuno, drama merupakan suatu upacara penyembahan kepada Dewa Dionisyus. Menurut Kraus 1999: 249 bahwa “Drama: aus Gesang und Tanz des altgriechischen Kultus stammende künstlerische Darstellungsform, in der auf der Bühne im klar gegliderten dramatischen Dialog ein Konflikt und seine Lösung dargestellt wird.” Drama adalah seni pertunjukan yang berasal dari kebudayaan Yunani kuno yang ditampilkan melalui nyanyian dan tarian. Di atas pentas, konflik dan penyelesaiannya digambarkan melalui dialog. Drama menurut Haerkötter 1971: 166, yaitu : “Dramatische Dichtung Dramatik ist “handelde” Dichtung, Bühnendichtung, bei dem zum Wort die Gebärde Mimik gehört. Sie ist Bühnendichtung mit spannungsgeladenem Dialog. Ein weiterer Element ist der Kampf, der ein äußerer sein kann und dann zwischen einander wiederstrebenden Neigungen im Seelenleben eines Menschen” Karya sastra drama dramatik adalah karya sastra dengan “tindakan” karya pentas, termasuk ujaran dan gerak mimik. Karya pentas ini berupa dialog yang penuh dengan ketegangan. Unsur lainnya adalah pertentangan dengan pihak luar kemudian diselesaikan antara manusia satu dengan manusia lainnya atau dalam diri manusia itu sendiri antara kecenderungan yang saling bertentangan dengan keadaan batinnya.