Dengan demikian, penggambaran latar dalam suatu karya sastra adalah tempat terjadinya peristiwa bersejarah pada waktu tertentu yang mengandung
makna tertentu bagi tokoh tertentu.
3. Penokohan
der Figuren
Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang berbeda-beda. Seorang tokoh yang mempunyai peranan penting dalam sebuah
cerita disebut tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena kemunculannya hanya melengkapi, melayani dan
mendukung pelaku utama, tokoh ini disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Berdasarkan perwatakannya, Nurgiyantoro 1998: 181 menjelaskan
seorang tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh sederhana simpleflat character dan tokoh kompleks atau tokoh bulat complexround character.
Menurut Marquaβ 1998: 44-45 ada
tiga penggambaran perwatakan secara langsung direkte Charakterisierung, antara lain:
a. Der Autor selbst charakterisiert die Figur; diese Hinweise können aber nur dem Leser im Nebentext gegeben werden. Wenn die Figuren
selbst in ihrem Redetext ihr Verhalten erläutern und kommentieren häufig im klassischen Drama, sind solche Rollenanweisungen
weniger nötig, als wenn sie sich ungewohnt aufführen. Pengarang mengambarkan sendiri karakter tokoh; petunjuk ini hanya
untuk pembaca dalam teks samping. Jika tokoh menjelaskan perilakunya sendiri melalui teks dialog dan mengomentarinya
terutama pada drama klasik, maka beberapa petunjuk pemeranan sedikit diperlukan, jika mereka tidak bisa mementaskannya.
b. Die Figur wird von anderen Figuren charakterisiert, die sich beschreibend und beurteilend äuβern. Solche Fremddarstellungen sind
natürlich subjektiv, sie können verzerrt oder falsch sein. Die Glaubwürdigkeit des Sprechers muss beachtet werden.
Perwatakan tokoh digambarkan oleh tokoh lain, yang diungkapkan melalui penilaian dan apa yang tersirat. Penilaian orang tentu saja
subyektif, mereka bisa salah menilai. Maka kadar kepercayaan yang dikatakan oleh pembicara harus diperhatikan.
c. Die Figur charakterisiert sich selbst. Auch solche Selbstdarstellungen können einseitig oder verzerrt sein, besonders wenn sie im Dialog
gegeben werden. Die Aufrichtigkeit des Sprechers und die Zuverlässigkeit seiner Aussagen hängen von der jeweiligen Situation
und seinen Absichten ab. Tokoh menggambarkan karakternya sendiri. Tentu saja penggambaran
diri sendiri ini sepihak, terutama ketika dalam dialog. Kejujuran tokoh dan keandalan pernyataannya tergantung pada situasi, kondisi dan
tujuannya.
Penggambaran karakter secara tidak langsung dapat memberikan informasi untuk pembaca atau penonton dengan menyimpulkannya sendiri. Selama
penggambaran karakter langsung oleh diri sendiri atau orang lain, selalu muncul pertanyaan setelah apa yang diungkapkan tokoh. Marquaβ 1998: 45 lebih lanjut
mengemukakan penggambaran tokoh secara tidak langsung indirekte
Charakterisierung dapat ditunjukkan melalui hal-hal berikut: a. Aus dem sprachlichen Verhalten lassen sich Schlüsse ziehen. Denn die
Art, wie sich eine Figur äuβert Stil, Satzbau, Wortwahl, gibt Hinweise
auf ihren
Bildungsstand ihre
Einstellung zum
Gesprächspartner, ihre seelische Verfassung usw. Dari bahasa perilaku akan dapat ditarik kesimpulan. Karena dalam cara
tokoh berekspresi gaya, susunan kalimat, pemilihan kata terdapat petunjuk dari pembentukannya, sikapnya terhadap lawan bicara,
keadaan jiwanya suasana hati dll.
b. In der Handlungsweise werden Wesenzüge der Figur sichtbar. Dari cara bertindak atau tingkah laku menjadi ciri yang jelas dari
tokoh.
Selain itu dalam sebuah naskah drama, menurut Marquaβ 1998: 45-47 terdapat hubungan antara tokoh yang disebut dengan Die Konstellation der
Figuren atau disebut juga konstelasi tokoh. Hubungan antar tokoh inilah yang akan menciptakan konflik yang kemudian membangun cerita sebuah drama.
Die Figuren eines Dramas sind durch vielfältig Beziehungen miteinander verbunden. Sie verfolgen gemeinsame Interessen oder tragen Konflikte
aus; sie stehen sich gleichberechtigt gegenüber oder sind voneinander abhängig. Diese Figurenkonstellation kann sich im Verlauf der Handlung
ändern. Bestimmte Konstellationen treten in zahlreichen Dramen auf: Typische Gegnerschaften sind Held Protagonis und Gegenspieler
Antagonis, Intrigant und Opfer, Liebhaberin und Nebenbuhlerin. Partnerschaftlich verbunden sind Herrin und Dienerin, Liebhaber und
Geliebte. Zu unterscheiden ist auch zwischen Hauptfiguren, die oft auftreten und im
Mittelpunkt des Beziehungsgeflechts stehen und Nebenfiguren mit wenigen Auftritten.
Tokoh-tokoh dalam suatu drama terhubung satu sama lain melalui bermacam-macam
hubungan. Tokoh-tokoh
tersebut mempunyai
ketertarikan yang sama atau membawa berbagai permasalahan, mereka saling bertentangan atau bergantung. Konstelasi tokoh dapat mengubah
jalannya cerita. Yang termasuk konstelasi dalam drama adalah hubungan pertentangan yaitu pahlawan protagonis dan musuh antagonis, pembuat
masalah dan korban, pecinta dan pesaing. Hubungan pasangan yaitu majikanpembantu dan bujanggadis, pecinta dan yang dicintai.
Perbedaan antara tokoh utama dan tokoh tambahan adalah tokoh utama sering mucul dan sering menjadi titik pusat. Sementara itu tokoh tambahan
adalah tokoh bawahan yang kemunculannya sedikit.
Selain itu tokoh-tokoh ini oleh pengarang juga telah ditentukan konsep atau rancangannya atau sering disebut dengan Konzeption der Figuren. Marquaβ
1998: 48 menyatakan bahwa konsepsi tokoh dapat dilihat tiga aspek, yaitu: 1. Statisch oder dynamisch? Bleibt sie sich gleich, oder verändert sie ihre
Einstellungen bzw.ihr Verhalten im Verlauf des Dramas? Statis atau dinamis? Apakah tokoh-tokoh itu memiliki watak yang
tetap, atau berubah sepanjang jalan cerita?
2. Typisiert oder complex? Hat das Bild der Figur nur wenige Merkmale Typ, oder zeigen sich viele Seiten ihres Wesens?
Sederhana atau rumit? Apakah gambaran tokoh hanya memiliki beberapa karakteristik tipe, atau mereka memperlihatkan banyak sifat
yang dimilikinya?
3. Geschlossen oder offen? Ist das Wesen der Figur klar verständlich und eindeutig?
Tertutup atau terbuka? Apakah watak tokoh dapat dimengerti dengan jelas dan tegas?
4. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang dikandung dalam drama dan berhubungan dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang yang
dikemukakan pengarang. Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui struktur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan
perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog Waluyo, 2002: 24.
Tema sering disebut sebagai dasar cerita, yakni pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya sastra. Ia terasa mewarnai karya sastra dari halaman
pertama hingga halaman terakhir. Pada hakekatnya tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun cerita atau karya sastra
tersebut sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya itu Suhariyanto, 1982: 28. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Nurgiyantoro 1998: 68 bahwa tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu.
Menurut Sumardjo 1982: 28 tema dalam karya sastra letaknya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya. Pengarang atau sastrawan
tidak semata-mata menyatakan apa yang menjadi inti permasalahan karyanya, meskipun kadang-kadang memang terdapat kata-kata atau kalimat kunci dalam
satu bagian karya itu. Dari kalimat kunci tersebut sastrawan seolah-olah merumuskan apa yang sebenarnya menjadi inti persoalan yang dibahas dalam
karyanya.