Hubungan Pengetahuan, Komunikasi Interpersonal, dan Keterampilan Teknik dengan Penerapan Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI

INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN

TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES

KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT

INAP RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN

TESIS

Oleh

MISRAH PANJAITAN

117046018/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI

INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN

TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES

KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT

INAP RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

MISRAH PANJAITAN

117046018/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN


(3)

Judul Tesis : Hubungan Pengetahuan, Komunikasi

Interpersonal, dan Keterampilan Teknik dengan Penerapan Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Misrah Panjaitan Nomor Induk Mahasiswa : 117046018

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 19 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpJP(K) Anggota : Wardiyah Daulay, SKep, Ns., M.Kep


(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI

INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN

TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES

KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT

INAP RSUP HAJI ADAM MALIK

MEDAN

Tesis

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademis di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.


(6)

Judul Tesis : Hubungan Pengetahuan, Komunikasi Interpersonal, dan Keterampilan Teknik dengan

Penerapan Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Misrah Panjaitan Nomor Induk Mahasiswa : 117046018

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

Proses keperawatan merupakan sebuah siklus yang mempunyai tujuan secara umum untuk menyusun kerangka konsep berdasarkan keadaan individu (klien), keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi mempertahankan keadaan kesehatan klien secara optimal.

Jenis penelitian ini adalah explanatory study dengan desain cross sectional yang bertujuan menganalisis hubungan pengetahuan, komunikasi

interpersonal, dan keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan. Penelitian dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Populasi sebanyak 362 orang, dan sampel diperoleh 190


(7)

stratified random sampling) yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak

dan berstrata secara proporsional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan variabel komunikasi interpersonal dan variabel keterampilan teknik, merupakan variabel yang berpengaruh terhadap penerapan proses keperawatan. Probabilitas perawat melakukan penerapan proses keperawatan yaitu jika komunikasi interpersonal baik, dan memiliki keterampilan teknik yang baik maka nilai probabilitas perawat menerapkan proses keperawatan sebesar 91,26%. Sebaliknya komunikasi interpersonal kurang baik, dan kurang terampil maka perawat menerapkan proses keperawatan sebesar 11,69%. Hasil kuesioner bertolak belakang dengan hasil observasi, dimana hasil kuesioner rata-rata menunjukkan baik (84,2%) sementara hasil observasi masih jauh dari yang diharapkan (39,5%) yang melakukan penerapan proses keperawatan.

Disarankan pada seluruh administrator keperawatan di RSUP H. Adam Malik agar dapat melakukan observasi secara kontiniu terhadap kinerja pelaksana di unitnya masing–masing.

Kata Kunci: hubungan pengetahuan, komunikasi interpersonal, keterampilan teknik, penerapan proses keperawatan


(8)

Thesis Title : Relationship Between Knowledge, Interpersonal Communication, and Technical Skills and The Application of Nursing Process of H. Adam Malik General Hospital

Name of Student : Misrah Panjaitan Std. ID Number : 117046018

Study Program : Master of Nursing Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

Nursing process is a cycle whose purpose, in general, is to prepare the conceptual framework based on the condition of individual (client), family and community in order to meet their needs. Nursing process is a stage of action design intended to meet the objective of nursing including the maintenance of the health condition of the client as optimal as possible.

The purpose of this explanatory study with cross-sectional design conducted in the in-patient wards of H. Adam Malik General Hospital was to analyze the relationship between knowledge, interpersonal communication, and technical skills and the application of nursing process. The population of this study was 362 nurses 190 of them were selected to be the samples for this study through proportionate stratified random sampling technique. The data for this study were obtained through observation and questionnaire distribution. The data


(9)

obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.

The result of multiple logistic regression tests showed that the variables of interpersonal communication and technical skills had influence on the application of nursing process. If the nurses have good interpersonal communication and good technical skills, the value of nurses’ probability to apply nursing process is 91.26%. On the contrary, if the interpersonal communication and technical skills of the nurses are poor, the probability of nurses to apply the nursing process is 11.69%. The result of questionnaire distribution was on the contrary to the result of observation. The average result of questionnaire about the nurses applying nursing process was good (84.2%) while the result of observation was still far from what expected (39.5%).

All of the nursing administrators at H. Adam Malik General Hospital are suggested to do continuous observations of the performance of nurses in their respective units.

Keywords: knowledge, interpersonal communication, technical skills, nursing process application


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul: “Hubungan Pengetahuan, Komunikasi Interpersonal, dan Keterampilan Teknik dengan Penerapan Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan”.

Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dr.Dedi Ardinata, M.Kes, yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam tesis ini.

Terima kasih saya ucapkan kepada Prof. dr. Sutomo Kasiman SpJP, dan Ibu Wardiyah Daulay S.Kep, Ns, M.Kep, selaku pembimbing yang telah memberikan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai penguji II yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(11)

bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulis mengikuti program Magister Keperawatan. Terima kasih saya kepada seluruh staf pengajar Program Magister Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti peningkatan jenjang pendidikan di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh keluarga tercinta terutama kepada kedua anakku Nurul Aini dan Muhammad Rizky yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, semangat, motivasi, pada penulis dalam menyelesaikan pendidikan sampai terselesaikannya tesis ini.

Terima kasih saya kepada seluruh teman-teman perawat di ruang rawat inap RSUP. H. Adam Malik Medan dan teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, 19 Agustus 2013 Penulis


(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Misrah Panjaitan, SKep, Ners

Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Sei Baru, 12 Desember 1969

Alamat : Jln. Pintu Air IV Gg. Qubah Lr. Pribadi No. 24 Kelurahan Kwala Bekala Padang Bulan Medan No.Telp / HP : 085358336111

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Pendidikan Tahun Lulus

SD : SD Pematang Sei Baru 1981

SLTP : SMP / Tsanawiyah Sei Tualang Rasao 1984 SMU : SMU Pattimura Tanjungbalai 1987 Diploma III : D-III Keperawatan UDA Medan 1991 Ners : S-1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan 2004 Magister : S-2 Magister Keperawatan

Universitas Sumatera Utara Medan 2013 Riwayat Pekerjaan :

Dari tahun 1997 – sekarang bekerja di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Kegiatan Akademik Penunjang Studi:

Workshop Analisis data dan Contents Analysis & WEFT-QDA di Medan tanggal 31 Januari 2012 sebagai peserta.


(13)

Seminar Penelitian Kualitatif Sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan di Medan pada tanggal 31 Januari 2012.

3rd

Optimalisasi Kolaborasi Perawat Dokter Dalam Upaya Peningkatan Mutu International Nursing Conference “Innovation on Nursing and Clinical

Practice”, 12-13 Mei 2012, Universitas Keperawatan Airlangga,

Surabaya, Jawa Timur sebagai peserta.

Pelayanan Kesehatan. 04 Juli 2012, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Overseas Study Visit Master of Nursing Program Faculty of Nursing University of Sumatera Utara (USU), Thailand and Malaysia. 18-22 Februari 2013 sebagai peserta.

Publikasi

Panjaitan, M., Kasiman, S, Daulay, W. (2013).Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Keterampilan Teknik dengan Penerapan Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP. H. Adam Malik Medan. Jurnal Riset Keperawatan Indonesia, 1(2).

Proceeding :

Panjaitan, M., Daulay. W. (2013). Knowledge of Nursing About Interpersonal Communication. Systematic review: Oral presentation at 2013 Medan International Nursing Conference on the Application of caring Sciences on Nursing Education Advanced Research and Clinical Practice in Medan.


(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SKEMA ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Hipotesis ... 6

1.5.Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Perawat ... 8

2.2. Pengetahuan Perawat ... 9

2.3. Komunikasi Interpersonal ... 12

2.4. Keterampilan Teknik ... 22

2.5. Penerapan Proses Keperawatan ... 27

2.6. Landasan Teori ... 34

2.7. Kerangka Konsep Penelitian ... 37

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3. Populasi dan Sampel ... 39

3.4. Pengumpulan Data ... 40

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 41

3.6. Metode Pengukuran ... 43

3.7. Metode Analisis Data ... 47

3.8. Pertimbangan Etik ... 48

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 50

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 50

4.2. Analisis Univariat ... 53

4.3. Analisis Bivariat ... 57


(15)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 66

5.1. Hubungan Pengetahuan Dengan Penerapan Proses Keperawatan di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 66

5.2. Hubungan Komunikasi Interpersonal Dengan Penerapan Proses Keperawatan di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 67

5.3. Hubungan Keterampilan Teknik Dengan Penerapan Proses Keperawatan di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 70

5.4. Penerapan Proses Keperawatan di RSUP Haji Adam Malik Medan ... 71

5.5. Keterbatasan Penelitian ... 74

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

6.1. Kesimpulan ... 75

6.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Sampel di Ruang Rawat Inap RSUP Adam Malik

Medan ... 40

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 42

Tabel 3.3 Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 46

Tabel 3.4 Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 47

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Identitas Responden di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 53

Tabel 4.2 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden tentang Proses Keperawatan Melalui Kuesioner di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 54

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Komunikasi Interpersonal Melalui Kuesioner di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 54

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Komunikasi Interpersonal Melalui Observasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 55

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keterampilan Teknik Melalui Kuesioner di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 55

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keterampilan Teknik Melalui Observasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 56

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan Proses Keperawatan Melalui Kuesioner di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 56

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan Proses Keperawatan Melalui Observasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 56

Tabel 4.9 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Melalui Kuesioner dengan Penerapan Proses Keperawatan Melalui Kuesioner di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 57

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Melalui Kuesioner dengan Penerapan Proses Keperawatan Melalui Observasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 58

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Hubungan Komunikasi Interpersonal Melalui Kuesioner dengan Penerapan Proses Keperawatan Melalui Kuesioner di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 59 Tabel 4.12 Tabulasi Silang Hubungan Komunikasi Interpersonal Melalui


(17)

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Hubungan Keterampilan Teknik Melalui Kuesioner dengan Penerapan Proses Keperawatan Melalui Kuesioner di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 61 Tabel 4.14 Tabulasi Silang Hubungan Keterampilan Teknik Melalui

Observasi dengan Penerapan Proses Keperawatan Melalui Observasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 62 Tabel 4.15 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Ganda ... 64 Tabel 4.16 Nilai Probabilitas Perawat dalam Penerapan Proses

Keperawatan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013 ... 65


(18)

DAFTAR SKEMA


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 81 Lampiran 2. Biodata Expert ... 91 Lampiran 3. Izin Penelitian ... 93


(20)

Judul Tesis : Hubungan Pengetahuan, Komunikasi Interpersonal, dan Keterampilan Teknik dengan

Penerapan Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama Mahasiswa : Misrah Panjaitan Nomor Induk Mahasiswa : 117046018

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

Proses keperawatan merupakan sebuah siklus yang mempunyai tujuan secara umum untuk menyusun kerangka konsep berdasarkan keadaan individu (klien), keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi mempertahankan keadaan kesehatan klien secara optimal.

Jenis penelitian ini adalah explanatory study dengan desain cross sectional yang bertujuan menganalisis hubungan pengetahuan, komunikasi

interpersonal, dan keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan. Penelitian dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Populasi sebanyak 362 orang, dan sampel diperoleh 190


(21)

stratified random sampling) yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak

dan berstrata secara proporsional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan variabel komunikasi interpersonal dan variabel keterampilan teknik, merupakan variabel yang berpengaruh terhadap penerapan proses keperawatan. Probabilitas perawat melakukan penerapan proses keperawatan yaitu jika komunikasi interpersonal baik, dan memiliki keterampilan teknik yang baik maka nilai probabilitas perawat menerapkan proses keperawatan sebesar 91,26%. Sebaliknya komunikasi interpersonal kurang baik, dan kurang terampil maka perawat menerapkan proses keperawatan sebesar 11,69%. Hasil kuesioner bertolak belakang dengan hasil observasi, dimana hasil kuesioner rata-rata menunjukkan baik (84,2%) sementara hasil observasi masih jauh dari yang diharapkan (39,5%) yang melakukan penerapan proses keperawatan.

Disarankan pada seluruh administrator keperawatan di RSUP H. Adam Malik agar dapat melakukan observasi secara kontiniu terhadap kinerja pelaksana di unitnya masing–masing.

Kata Kunci: hubungan pengetahuan, komunikasi interpersonal, keterampilan teknik, penerapan proses keperawatan


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keperawatan menurut Virginia Henderson (1966) dapat didefenisikan membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan aktifitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya. Dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila pasien memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini dilaksanakan dengan cara membantu mendapatkan kemandiriannya secepat mungkin. Salah satu tujuan perawat adalah menjaga aktifitas sehari–hari pasien senormal mungkin. Peningkatan status kesehatan adalah tujuan penting dari perawatan. Menurut Henderson, lebih penting membantu seseorang bagaimana menjadi sehat dari pada mengobati ketika sakit (Potter & Perry, 2005).

Pelayanan keperawatan pada saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Keadaan ini bukan saja disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga perawatan yang dimiliki, namun dapat juga diakibatkan terbatasnya informasi yang diperoleh berbagai upaya yang dilakukan oleh organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasi bagi tenaga perawatan dalam berbagai bidang, namun hasil yang dicapai belum dapat dikatakan memuaskan.

Pada prinsipnya kinerja perawat diukur dari terlaksananya asuhan keperawatan. Sedangkan pendekatan asuhan keperawatan dilakukan dengan


(23)

melalui lima tahapan, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan atau implementasi, evaluasi keperawatan. Praktek dan penerapan proses keperawatan harus dilakukan secara tepat dan benar yang didukung dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mengacu pada pedoman standar asuhan keperawatan (Handoko, 2005). Standar Asuhan Keperawatan merupakan pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien. Standar ini memberikan petunjuk kinerja mana yang tidak sesuai atau tidak dapat diterima (Depkes RI, 2007).

Tujuan asuhan keperawatan salah satunya adalah untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi pasien. Oleh karena itulah perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang konsep dan teori sebagai dasar interaksi dalam memahami informasi serta menjalin komunikasi yang efektif. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mencari data, menyeleksi, memproses, dan memutuskan sebuah tindakan berdasarkan informasi tersebut. Proses keperawatan merupakan sebuah siklus karena memerlukan modifikasi pengkajian ulang, perencanaan ulang, memperbaharui tindakan, dan mengevaluasi ulang. Dengan demikian asuhan keperawatan memerlukan informasi yang akurat, dan untuk melakukannya, seorang perawat membutuhkan kemampuan dalam melakukan komunikasi interpersonal (Nursalam, 2007).

Penelitian sebelumnya tentang pengetahuan, komunikasi interpersonal dan keterampilan teknik hubungannya dengan penerapan proses keperawatan telah dilakukan oleh Suryawati (2010) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta yang menunjukkan bahwa hasil penghitungan hubungan antara


(24)

pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,186 dan p = 0,197; penghitungan hubungan komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan didapatkan rho = 0,384 dan p = 0,006; penghitungan hubungan keterampilan teknik dengan penerapan proses rho = 0,343 dan p = 0,015. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara komunikasi interpersonal dengan penerapan proses keperawatan; ada hubungan positif dan bermakna antara keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan.

Proses keperawatan membutuhkan keterampilan analisa dan komunikasi yang baik. Pada proses keperawatan terutama pada tahap implementasi dari proses keperawatan seseorang perawat harus mempunyai pengetahuan yang memadai, mempunyai kemampuan komunikasi interpersonal, dan menguasai keterampilan teknis. Langkah-langkah kegiatan pada proses keperawatan yang digambarkan oleh Gillies dan Smith (1996) mirip dengan langkah-langkah yang dilakukan pada proses manajemen dimana setiap pasien adalah unik dan memerlukan penanganan yang berbeda-beda dengan demikian bila proses keperawatan dilakukan dengan baik, maka akan mengatasi sebagian masalah manajemen pada ruang rawat inap.

Hasil penelitian Haley (2007), mendapatkan perawat manager kasus dengan pengalaman kerja lebih dari 5 tahun mempersepsikan bahwa mereka lebih memiliki keterampilan dalam berkomunikasi yang bersifat fasilitatif dibandingkan perawat manager dengan pengalaman kerja yang kurang dari mereka. Sementara menurut Sheldon (2005), studi terhadap penelitian-penelitian yang berkaitan


(25)

pelatihan keterampilan komunikasi bagi tenaga kesehatan sangat efektif bagi perawatan pasien. Hasil penelitian Plack & Margaret, M (2006) menemukan beberapa tema yang menggambarkan bagaimana mahasiswa perguruan tinggi dan lulusan perguruan tinggi mempelajari program keterampilan komunikasi interpersonal: suatu proses belajar yang dapat menghubungkan dengan lingkungan klinik berikut tantangan di dalamnya.

Di RSUP Haji Adam Malik Medan sendiri belum pernah dilakukan penelitian terkait dengan pengetahuan komunikasi interpersonal, keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan. Namun bila dilihat dari banyaknya keluhan masyarakat yang masuk ke Instalasi pengaduan masyarakat di RSUP.H.Adam Malik tentang ketidakpuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit milik pemerintah ini, maka dapat dinyatakan bahwa penerapan proses Keperawatan di rumah sakit ini belum terlaksana dengan maksimal

Bila ditinjau dari latar belakang pendidikan tenaga keperawatan yang dimiliki rumah sakit ini memang memungkinkan keluhan itu akan muncul karena di rumah sakit ini masih rata-rata memiliki pendidikan D-III Keperawatan dengan kemampuan yang berbeda-beda, maka tentu saja akan memiliki pengetahuan, keterampilan komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang tentunya berbeda-beda pula, dan hal tersebut akan mempengaruhi terhadap pelaksanaan penerapan proses keperawatan pada pasien, sehingga banyak keluhan ketidak-puasan dari masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan rumah sakit ini. Untuk itu penulis tertarik untuk meneliti penerapan proses keperawatan di rumah sakit dan faktor-faktor yang berhubungan dengan memilih judul “Hubungan Pengetahuan, Komunikasi Interpersonal, dan Keterampilan Teknik Dengan


(26)

Penerapan Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan”.

1.2. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi permasalahan penelitian yaitu perawat belum menerapkan proses keperawatan dengan optimal, pengetahuan perawat yang kurang memadai tentang proses perawatan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik tidak sesuai dengan pedoman standar asuhan keperawatan. Adanya permasalahan di atas maka pertanyaan dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan,komunikasi interpersonal, dan Keterampilan teknik perawat tentang proses keperawatan.

2. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat dengan penerapan proses keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan.


(27)

3. Mengidentifikasi hubungan komunikasi interpersonal perawat dengan penerapan proses keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan.

4. Mengidentifikasi hubungan keterampilan teknis perawat dengan penerapan proses keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada hubungan pengetahuan perawat dengan penerapan proses keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan. 2. Ha : Ada hubungan komunikasi interpersonal perawat dengan penerapan

proses keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan.

3. Ha : Ada hubungan keterampilan teknik perawat dengan penerapan proses keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi lahan praktek keperawatan, khususnya bagi manajemen RSUP Haji Adam Malik Medan, Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan SOP untuk meningkatkan penerapan proses Keperawatan .

2. Manfaat bagi pendidikan keperawatan khususnya magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya bahan dalam bidang ilmu keperawatan khususnya yang


(28)

berhubungan dengan pengetahuan, komunikasi interpersonal, keterampilan teknik, dan penerapan proses keperawatan.

3. Manfaat bagi Riset keperawatan, sebagai informasi atau sebagai bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perawat

Definisi Perawat menurut ICN (International council of Nursing) tahun 1965, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bertanggungjawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.

Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu, dan ilmu tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan praktek keperawatan. Keperawatan sebagai ilmu yang mampu berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul semakin positif (Raymond, 2011).

Karakteristik Keperawatan sebagai profesi menurut Gillies (1996) yaitu (a)memiliki ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia yang sistemis dan khusus, (b)mengembangkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia secara konstan melalui penelitian, (c) melaksanakan pendidikan melalui pendidikan tinggi, (d)menerapkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia dalam pelayanan, (e)berfungsi secara otonomi dalam merumuskan kebijakan dan pengendalian praktek profesional, (f)memberikan pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat di atas kepentingan pribadi, berpegang teguh pada tradisi leluhur dan etika profesi


(30)

serta (g) memberikan kesempatan untuk pertumbuhan profesional dan mendoku-mentasikan proses perawatan.

Tugas pokok perawat memberikan pelayanan keperawatan berupa asuhan keperawatan/kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam upaya kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan serta pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang keperawatan/kesehatan (Depkes RI, 2001).

Perawat pelaksana merupakan orang yang memberikan paling banyak tindakan, jika pasien memerlukan terapi intravena, biasanya perawat memasang jalur intravena dan memberikan pasien cairan dan obat yang ditentukan, jika pasien memerlukan injeksi perawat yang memberikannya. Perawat mengganti balutan pasien dan memantau penyembuhan lukanya. perawat memberikan medikasi untuk nyeri, memantau kemajuan pasien untuk pemulihan tanpa komplikasi, perawat lebih sering kontak dengan pasien daripada staf lain, mereka sering menemukan masalah sebelum orang lain menemukannya (Monica, 2006).

2.2. Pengetahuan Perawat

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai dengan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan


(31)

seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan penglihatan (mata) (Taufik, 2007).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan pikir dalam menumbuhkan kepercayaan diri maupun dorongan sikap dan perilaku, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimuli terhadap tindakan seseorang. Seseorang dapat mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Pengetahuan yang telah dimiliki tersebut menjadikan seseorang memiliki kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan merupakan aspek penting yang sangat vital dalam keperawatan. Setiap hal yang dilakukan oleh perawat harus dilandasi oleh pengetahuan yang diwujudkan dalam praktik keperawatan. Pengetahuan empiris adalah ilmu pengetahuan yang berfokus pada kompetensi ilmiah dalam pendidikan dan praktik keperawatan yang berasal dari persepsi, observasi langsung, dan pembuktian (Basford, 2006; Averill, 2007). Pengetahuan estetika adalah kapasitas untuk mengetahui apa yang harus dilakukan pada waktu tertentu tanpa sadar mengetahui apa yang harus dilakukan. Perawat yang sudah mencapai pengetahuan tingkat estetika atau artistry dapat mengetahui apa yang harus dilakukan saat itu juga atau terampil dalam memberikan pelayanan kepada klien (Basford, 2006).


(32)

Tingkat pengetahuan yang tinggi diperlukan untuk profesi keperawatan untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dengan baik dan dapat atau mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain. Pengetahuan didapat dari proses pembelajaran baik secara formal maupun informal. Pembelajaran formal seperti Program Diploma 3 Keperawatan, Program S1 ilmu Keperawatan (PSIK), S2 Magister keperawatan, maupun S3 Keperawatan. Pembelajaran informal didapat dari pendidikan informal, seperti pembelajaran klinik, pelatihan khusus, seminar dan di dalam dunia kerja itu sendiri. Melalui pembelajaran tersebut baik formal maupun informal, perawat seharusnya mempunyai dasar yang kuat dari segi pengetahuan sehingga mampu bekerja berdampingan dan sepadan dengan tenaga kesehatan lainnya. Dengan pengetahuan yang didapat tersebut perawat dituntut untuk dapat melakukan segala bentuk tindakan keperawatan berdasarkan pada pengetahuan yang didapatkan, termasuk dalam penerapan proses keperawatan.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension), Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat


(33)

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis), menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginter-pretasikan makna dalam lingkungan mereka (West and Turner, 2011).


(34)

Interpersonal adalah antara dua orang, dalam hal ini sedang bercakap antara dua pribadi seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya antara penyaji makalah dengan salah satu peserta suatu seminar (Effendy, 2003).

Deddy Mulyana (2005) menyatakan: komunikasi Interpersonal (inter-personal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap

muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.

Komunikasi interpersonal oleh Devito (2000) dalam Liliweri (2001) didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Selanjutnya bahwa komunikasi interpersonal, individu selain menunjukkan perhatian juga menunjukkan seberapa jauh perhatian itu diberikan. Semakin besar interaksi interpersonal yang ada menunjukkan semakin besar perhatian seseorang pada orang lain yang diajak komunikasi, sebaliknya semakin sedikit komunikasi interpersonal yang terjadi semakin kecil orang memperhatikannya.

West and Turner (2011) mendefenisikan komunikasi interpersonal (inter-personal communication) merujuk pada komunikasi yang terjadi secara

langsung antara dua orang. Definisi komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito (2007) dalam bukunya The Interpersonal Communication Book adalah komunikasi yang terjadi antar dua orang untuk membentuk sebuah hubungan, komunikasi tersebut dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kesamaan tertentu.


(35)

Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi dimana seseorang berbicara dan yang lain menjadi pendengar, jadi tidak terjadi interaksi. Dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian (Effendy, 2003).

Dibanding dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi interpersonal umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Pada saat tatap muka antara pembicara dengan pendengar terjadi kontak pribadi (personal contact). Pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan. Ketika pesan disampaikan, umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback), pada saat itu komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan (Effendy, 2003).

Secara teoritis komunikasi interpersonal diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya (Effendy, 2003)

1. Komunikasi Diadik (dyadic communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi interpersonal yang berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi


(36)

berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatian hanya kepada diri komunikan seorang itu.

2. Komunikasi Triadik (triadic communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi interpersonal yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Jika misalnya A yang menjadi komunikator, maka ia pertama-tama menyampaikan kepada komunikan B kemudian kalau dijawab atau ditanggapi beralih pada komunikan C, juga secara berdialogis.

Model komunikasi interpersonal dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (Wood, 2007; Rothwell, 2004).

1. Linier model

“They portrayed communication as flowing in only direction, from a sender to a passive receiver” (Wood, 2007)

Linier model adalah proses komunikasi yang terjadi antara satu orang ke orang yang lain. Dengan komponen sebagai berikut source yaitu sumber pesan,

kemudian transmitter yaitu pemancar mengubah pesan menjadi sebuah signal

yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Transmitter mengubah sinyal yang diterima menjadi pesan agar dapat dimengerti oleh penerima. Dalam proses penyampaian pesan terdapat gangguan atau noise yang dapat mengganggu proses penyampaian pesan ke penerima (Wood, 2007).

2. Interaktif model

“Interactive models portrayed communication asa a process in which listeners give feedback, which is response to a message (Weiner, 1967). In addition,


(37)

interactive models recognize that communicators create and interpret messages within personal fields of experience” (Wood, 2007).

Interaktif model membawa komunikasi menjadi sebuah proses dimana

komunikan atau pendengar memberikan umpan balik dan merespon sebuah pesan (Weiner, 1967). Dengan kata lain, interaktif model menemukan bahwa seorang komunikator membuat dan menginterpretasikan pesan dalam pengalaman pribadi seseorang. Komponen dalam interaktif model adalah sumber atau komunikator mengirimkan pesan dan diterima oleh komunikan, selanjutnya dengan segera komunikan dapat memberikan respon berupa umpan balik ke komunikator. Dalam hal ini komunikator dapat menjadi komunikan begitu pula dengan komunikan dapat menjadi komunikator (Wood, 2007).

3. Transaksional model

“The transactional model of interpersonal communication emphasizes the dynamism of interpersonal communication ad the multiple roles people assume during the process” (Wood, 2007)

Transaksional model menekankan pada dinamisme dalam komunikasi interpersonal dan perkumpulan beberapa orang yang melakukan proses dalam komunikasi. Dalam model komunikasi ini yang menjadi perhatian adalah komponen pesan, gangguan, dan pengalaman berubah melebihi waktu. Di dalam model transaksional gangguan akan selalu ada dalam proses komunikasi interpersonal. Model transaksional juga membuat komunikasi antara system yang menghasilkan pertanyaan apa dan bagaimana manusia berkomunikasi dan apa artinya menjadi lebih jelas. Pada akhirnya ditekankan bahwa model transaksional bukanlah seperti orang


(38)

yang satu sebagai pengirim pesan dan yang lainnya adalah penerima pesan, karena di waktu yang bersamaan pada saat komunikator dan komunikan

melaksanakan komunikasi, komunikator sedang menyampaikan sebuah

pesan sekaligus menerima pesan, atau melakukan hal-hal yang lain seperti memberikan anggukan. Sebab komunikator mempengaruhi satu sama lain (Rothwell, 2004), dan komunikasi interpersonal termasuk dalam pertanggung jawaban etika. Perilaku verbal maupun non verbal dapat mempertinggi atau mengurangi martabat orang (Wood, 2007).

Menurut Kohler dalam Muhammad (2009), komunikasi yang efektif adalah penting dalam meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Robbins (2002) menyatakan bahwa komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para karyawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di bawah standar. Gibson et.al (1997) juga menyatakan komunikasi interpersonal yang efektif sangat penting untuk dapat mencapai kinerja yang efektif.

Komunikasi Interpersonal ini sepertinya tidak jauh berbeda dengan bentuk perilaku orang-orang, adakalanya efektif dan adakalanya tidak efektif. Devito (Thoha, 2007) dan Kumar (Wiryanto, 2005) menyatakan efektivitas komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri sebagai berikut : (1)Keterbukaan (Openness) adalah kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di


(39)

merasakan apa yang dirasakan orang lain; (3)Dukungan (Supportiveness) adalah situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif; (4)Rasa positif (Positiveness), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif; (5) Kesetaraan (Equality) adalah pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Berikut ini efektivitas komunikasi interpersonal : (Thoha, 2007; Hasibuan, 2005; Rakhmat, 2005).

1. Keterbukaan (Openness), adalah kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut. Secara psikologis, apabila individu mau membuka diri kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam melakukan komunikasi interpersonal yang akhirnya orang lain tersebut akan turut membuka diri (Thoha, 2007). Keterbukaan dalam komunikasi dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses penyampaian pesan secara terbuka dalam hubungan kerja sehingga terjadi saling pengertian, penghayatan mengenai kebijakan yang diambil, sehingga akan tercipta kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan bersama dengan tujuan menghasilkan integrasi yang cukup


(40)

kokoh, mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran atau tujuan bersama (Hasibuan, 2005).

Rakhmat (2005) mengutip Brooks dan Emmert mengemukakan bahwa karakteristik orang yang terbuka adalah sebagai berikut: (1)menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika, (2)membedakan dengan mudah perbedaan nuansa yang setipis apapun. Ibaratnya diantara hitam dan putihnya dunia ini, ia mampu melihat adanya beda yang kelabu atau setengah benar dan setengah salah, (3)mencari informasi dari berbagai sumber, (4)mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.

2. Empati (Empathy) yaitu ikut merasakan apa yang orang lain rasakan tanpa kehilangan identitas diri sendiri. Melalui empathy kita bisa memahami baik secara emosi maupun secara intelektual apa yang pernah dialami oleh orang lain. Empathy harus diekspresikan sehingga lawan bicara kita mengetahui bahwa kita berempathy padanya, sehingga bisa meningkatkan efektivitas komunikasi (Komariah, 2009).

Menurut Bullmer (Wiryanto, 2005), empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekadar hubungan


(41)

bahwa empati merupakan faktor esensial untuk membangun hubungan yang saling memercayai. Ia memandang empati sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling memercayai karena empati mengomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat.

3. Dukungan (Supportiveness) adalah situasi yang terbuka untuk mendukung agar komunikasi berlangsung efektif. Menurut Kriyantono (2007) yang mengutip Devito, menyatakan sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan sebagainya) atau faktor-faktor situasional seperti perilaku komunikasi orang lain.

4. Kepositifan/Rasa Positif (Positiveness) adalah perasaan positif terhadap diri sendiri, kemampuan mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan kemampuan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan,


(42)

peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah. Sugiyo (2005) mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak pada diri komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Komunikasi interpersonal akan efektif jika seseorang mempunyai rasa positif terhadap dirinya dan dikomunikasikan kepada orang lain, akan membuat orang lain juga memiliki rasa positif, merasa lebih baik dan mempunyai keberanian untuk lebih berpartisipasi dalam setiap kesempatan sehingga bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama (Thoha, 2007). Orang yang memiliki konsep diri positif, bersikap optimis terhadap kompetisi, akan terungkap dari kemauannya bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Dari konsep positif ini lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan kita dengan cermat pula (Rahmat, 2005)

5. Kesetaraan (Equality) adalah pengakuan kedua belah pihak saling menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya (Wiryanto, 2005).


(43)

2.4. Keterampilan Teknik

Keterampilan perawat terdiri dari keterampilan teknis dan keterampilan perilaku. Agar seseorang memiliki keterampilan yang sesuai dengan pekerjaannya, dia harus memanfaatkan secara optimal kedua komponen utama kompetensi tersebut. Sehingga ia memiliki kompetensi yang sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh pekerjaannya. Apabila dilihat keterampilan teknis atau keterampilan perilaku secara terpisah, dengan hanya memiliki salah satu keterampilan tersebut belumlah cukup bagi seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan dengan prestasi yang luar biasa secara konsisten.

Menurut Hidayat (2012), kriteria keterampilan teknis perawat yaitu: 1. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.

2. Menyangkut keadaan bio-psikososial spiritual pasien.

3. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga.

4. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 5. Menggunakan sumber daya yang ada. 6. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik.

7. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan keselamatan pasien.

8. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.

9. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.

10.Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.


(44)

12.Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.

Keterampilan teknik perawat berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar meliputi : (Henderson, 1966 dalam Tomey, 2002).

1. Memenuhi Kebutuhan Oksigen Kriteria:

a. Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur pasien. b. Mengatur posisi pasien.

c. Memberikan obat atau O2

2. Memenuhi Kebutuhan Nutrisi, Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

dengan prinsip 5 benar dan 1W (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan waspada terhadap reaksi).

Kriteria :

a. Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur pasien. b. Mengatur posisi pasien sesuai jenis tindakan.

c. Memberikan cairan dan makanan sesuai program.

d. Mencocokkan jenis cairan dan mengobservasi tetesan infus.

e. Memeriksa kondisi darah dan golongan darah sebelum pemberian transfusi darah.

f. Mengobservasi reaksi pasien, tanda-tanda vital selama pasien mendapat transfusi darah.

3. Memenuhi Kebutuhan Eliminasi Kriteria :


(45)

b. Memperhatikan suhu cairan (pada pemberian huknah). c. Menjaga privacy pasien.

d. Mengobservasi dan mencatat konsistensi faeses dan keadaan urine. e. Mengobservasi reaksi pasien dan keberhasilan huknah.

4. Memenuhi Kebutuhan Keamanan Kriteria :

a. Menerapkan pelaksanaan aseptik dan antiseptik dalam setiap tindakan. b. Memasang alat pengaman pada pasien yang tidak sadar, gelisah, dan

memberi label ibu dan bayi, sidik jari bayi kaki kanan dan kiri.

c. Menyimpan alat-alat dan obat berbahaya di tempat yang telah disediakan. d. Menyiapkan lingkungan yang aman, lantai tidak licin, cukup penerangan e. Menyediakan alat dalam keadaan siap pakai.

5. Memenuhi Kebutuhan Kebersihan Dan Kenyamanan Fisik Kriteria :

a. Memperhatikan privacy pasien.

b. Memperhatikan kebersihan perseorangan.

c. Mengganti alat-alat tenun sesuai dengan kebutuhan. 6. Memenuhi Kebutuhan Istirahat Dan Tidur

Kriteria :

a. Mengatur posisi yang tepat.

b. Mengatur ventilasi dan penerangan atau cahaya. c. Mencegah kebisingan suara.

d. Memperhatikan kebersihan lingkungan.


(46)

g.

Mengatur kunjungan visite dokter. h. Mencegah tamu di luar jam kunjungan.

d. Mengobservasi respons pasien usia lanjut atas cahaya. 7. Memenuhi Kebutuhan Gerak dan Kegiatan Jasmani

Kriteria :

a. Mengatur posisi sesuai dengan kebutuhan. b. Memperhatikan reaksi pasien.

8. Memenuhi Kebutuhan Spiritual Kriteria :

a. Menyediakan sarana ibadah sesuai kebutuhan pasien. b. Membantu pasien beribadah.

c. Mendampingi pasien saat mendapat bimbingan spiritual. 9. Memenuhi Kebutuhan Emosional

Kriteria :

a. Memperhatikan kebutuhan pasien. b. Mendengarkan keluhan pasien.

c. Memberikan penjelasan tentang tindakan, pengobatan yang akan diberikan d. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya.

10. Memenuhi Kebutuhan Komunikasi Kriteria :

a. Menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti. b. Memberi penjelasan dengan singkat dan jelas.


(47)

e. Membantu dan memberi kemudahan kepada pasien dan keluarga untuk dilakukan komunikasi.

11. Mencegah Dan Mengatasi Reaksi Fisiologis Kriteria :

a. Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan dan kondisi pasien. b. Melakukan test alergi pada setiap pemberian obat tertentu dan dicatat

hasilnya.

c. Mengobservasi reaksi pasien.

12. Memenuhi Kebutuhan Pengobatan Dan Membantu Proses Penyembuhan Kriteria :

Melaksanakan tindakan perawatan dan program pengobatan dengan memperhatikan prinsip 5 benar dan 1 W (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan waspada terhadap reaksi) ekonomis dan aman bagi pasien.

13. Memenuhi Kebutuhan Penyuluhan Kriteria :

a. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan.

b. Melaksanakan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan. c. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti.

14. Memenuhi Kebutuhan Rehabilitasi Kriteria :

a. Menyiapkan alat sesuai kebutuhan.


(48)

c. Membantu dan melatih pasien untuk menggunakan alat bantu sesuai kondisi.

d. Mengobservasi reaksi pasien, baik secara aktif maupun pasif.

2.5. Penerapan Proses Keperawatan

Keperawatan sebagai proses, diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Hall dan pada tahun 2004 proses keperawatan (nursing process) ditetapkan sebagai series of steps oleh ANA (American Nursing Association) yang terdiri dari

pengkajian (assessment), penetapan diagnosa (diagnosis), perencanaan hasil (planning outcomes), implementasi (implementasi), dan evaluasi (evaluation)

(Henderson, 1966).

Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk menyusun kerangka konsep berdasarkan keadaan individu (klien), keluarga, dan masyarakat agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi. Yura dan Walsh (1983) menyatakan proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi mempertahankan keadaan kesehatan klien yang optimal, apabila keadaannya berubah menjadi suatu kuantitas dan kualitas asuhan keperawatan terhadap kondisinya guna kembali ke keadaan yang normal. Jika kesehatan yang optimal tidak dapat tercapai, proses keperawatan harus dapat memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan keadaannya untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih tinggi selama hidupnya (Iyer et al., 1996 dalam Nursalam 2007).


(49)

tahun 1973. Perawat Mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar praktik keperawatan tanpa melihat dimana dia bekerja dan apa spesialisasinya. Di Indonesia pelaksanaan standar praktik keperawatan juga telah diatur dalam peraturan pemerintah melalui Undang-Undang Kesehatan di Indonesia (Depkes, 1992) dan akan diberlakukan PERMENKES No. 647/2000 tentang Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia.

Menurut Henderson (1996), indikator standar asuhan keperawatan adalah pemberdayaan proses keperawatan meliputi standard: 1) Pengkajian perawatan: data di anamnesa, untuk menegakkan diagnosa keperawatan, 2) Diagnosa keperawatan: respon pasien yang dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, 3) Perencanaan keperawatan: disusun sebelum melaksanakan tindakan, 4)Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan: ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien dipenuhi secara maksimal, 5) Evaluasi Perawat: dilakukan secara periodik dari semua tindakan dan rencana tindakan yang tidak terlaksana(Nurjannah, 2010).

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan. Data yang dikumpulkan berguna untuk menentukan aktivitas keperawatan dan juga sebagai sumber data bagi profesi yang lain. Pertukaran data antar profesi sangat penting dalam peningkatan kualitas dan keabsahan pelayanan kesehatan. Perawat sering mengutamakan pengkajian fisiologis dan mengabaikan psikologis, sosiobudaya,


(50)

perkem-bangan, spiritual dan interaksi. Dari kelima area pengkajian tersebut sangat diperlukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan klien serta dalam membantu klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat, 2004). 2. Diagnosa Keperawatan

Setelah melakukan pengkajian langkah selanjutnya adalah penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang telah didapatkan. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan menjelaskan status kesehatan atau masalah yang ada pada pasien baik aktual, resiko tinggi dan potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintetis data klinis dan menentukan tindakan keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya (Carpenito, 2003).

3. Perencanaan tindakan Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka tindakan dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang terdiri dari: 1. Menentukan prioritas diagnosis keperawatan. 2. Menetapkan sasaran (goal) dan tujuan objektif. 3. Menetapkan kriteria evaluasi. 4. Merumuskan tindakan dan aktivitas keperawatan (Keliat, 2004). Tindakan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien. Pendekatan dalam penyusunan dan tindakan keperawatan berorientasi pada tujuan, rencana tindakan dan rasional.


(51)

4. Pelaksanaan (implementasi)

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah aplikasi dari rencana tindakan keperawatan yang disusun oleh perawat dan dilakukan pada klien, yang menjadi petunjuk pada pelaksanaan adalah sebagai berikut: 1). Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi. 2).Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat. 3). Keamanan fisik dan psikologis dilindungi. 4). Dokumentasi tindakan dan respon klien (Keliat, 2004).

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah seluruh tindakan keperawatan yang telah disusun pada perencanaan telah dilakukan pada pasien. Untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan apakah berhasil atau tidak terhadap status kesehatan pasien maka dapat dinilai melalui proses perawatan dengan metode evaluasi. Evaluasi adalah penilaian atau pengukuran tentang status kesehatan pasien setelah tindakan perawatan dilaksanakan (Keliat, 2004).

Proses keperawatan sangat relevan dengan upaya dan arah perkembangan profesionalisme keperawatan dewasa ini, disamping itu penerapan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan memberikan beberapa keuntungan (dampak positif) sebagai berikut: (Raymond, 2011).

1. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Penerapan proses keperawatan akan mendorong para perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang semestinya, sesuai dengan masalah dan kebutuhan pasien dan tidak pada


(52)

tugas-tugas rutin yang mungkin ada, atau yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan dan masalah tersebut.

Melalui penerapan proses keperawatan akan mengakibatkan hubungan yang lebih erat antara perawat dan pasien, keterlibatan yang lebih besar dari pasien dalam upaya keperawatannya, serta akan mengalihkan pola pikir perawat dari orientasi pasien. Dengan menggunakan proses keperawatan, kesinambungan asuhan keperawatan juga ditingkatkan hal ini dibuktikan melalui rencana asuhan keperawatan tertulis serta pengkajian kebutuhan / masalah pasien yang dilakukan secara terus-menerus. Dengan demikian diharapkan akan meng-hasilkan pelayanan keperawatan yang bersifat menyeluruh, komprehensif, memenuhi kebutuhan pasien, efektif dan manusiawi.

2. Mengembangkan keterampilan teknis dan intelektual bagi pelaksana perawatan.

Berbagai langkah / tahapan dalam proses keperawatan memberikan kesempatan kepada perawat untuk menerapkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan pengalaman, serta bekerja sama dengan teman sejawat. Disamping itu juga mengembangkan keterampilan teknis dan prosedur keperawatan yang ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan kesehatan serta masalah keperawatan pasien.

3. Meningkatkan citra keperawatan. Tidak ada cara yang lebih efektif untuk mempromosikan citra perawat yang baik profesi keperawatan, selain peningkatan mutu asuhan keperawatan itu sendiri. Masyarakat yang merasa


(53)

puas dengan pelayanan keperawatan akan memberikan pengakuan yang konkrit untuk profesi keperawatan.

Perawat tidak dapat menuntut status profesional pengakuan dan penghargaan dari masyarakat, maupun teman sejawat atau anggota tim kesehatan lain, tetapi hal tersebut diperoleh melalui pemberian pelayanan yang bermutu. Proses keperawatan yang menjamin pemberian pelayanan yang menyeluruh, ilmiah dan manusiawi, akan memberikan sumbangan yang sangat berarti untuk peningkatan citra perawat terutama di mata masyarakat. Dokumentasi proses dan hasil asuhan perawat melalui catatan yang lengkap dan jelas, akan membuktikan kepada anggota tim kesehatan lain tentang sifat dan hakikat yang sebenarnya dari lingkungan pelayanan keperawatan.

4. Meningkatkan rasa solidaritas dan rasa kesatuan perawat. Proses keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian asuhan keperawatan. Kesamaan metode praktik keperawatan digunakan oleh semua tenaga keperawatan, akan memperkuat sebagai suatu profesi yang mandiri dalam bidang kesehatan.

5. Menggambarkan kewenangan / otonomi dan tanggung jawab perawat.

Proses keperawatan memberikan kesempatan dan tantangan kepada perawat untuk bekerja secara mandiri, tidak hanya melaksanakan perintah dari profesi lain, tetapi harus merencanakan dan mengarahkan kegiatannya berdasarkan keputusan yang dibuat sendiri untuk memenuhi kebutuhan kesehatan serta memecahkan masalah keperawatan pasien. Tahap evaluasi keperawatan adalah suatu mekanisme yang mencerminkan para perawat untuk bertanggung jawab


(54)

atas tindakan, serta mutu asuhan keperawatan yang diberikannya kepada pasien.

6. Menghasilkan praktik keperawatan yang profesional. Penerapan proses keperawatan yang berdasarkan pada metode ilmiah, membedakan praktik keperawatan yang dilakukan oleh seorang perawat dengan yang dilaksanakan oleh masyarakat/bukan perawat.

Masyarakat/tenaga non perawat memberikan pelayanan keperawatan hanya menggunakan intuisi dan akal budi, tetapi penggunaan proses keperawatan memperagakan ciri-ciri profesional, antara lain pengutamaan kepentingan pasien / klien, pengetahuan ilmiah, kemampuan dan tanggung jawaban dalam melaksanakan praktik keperawatan.

Apabila perawat bertindak secara profesional, maka masyarakat dan anggota tim kesehatan lain akan memandang dan mengakui perawat sebagai tenaga profesional, sehingga mempunyai hak yang sama untuk keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan

7. Mendukung pengembangan penelitian keperawatan. Penerapan proses keperawatan di rumah sakit, dapat mendukung pengembangan penelitian keperawatan melalui penentuan jenis dan sifat masalah keperawatan dan tindakan keperawatan yang dapat dijadikan topik penelitian. Disamping itu kegiatan penelitian itu sendiri mendukung pengembangan keterampilan perawat peneliti.


(55)

8. Mendukung pengembangan ilmu keperawatan. Profesi keperawatan dewasa ini masih dalam masa peralihan untuk menuju pengembangan profesionalisme. Penerapan proses keperawatan akan mengantar perawat ke jenjang perkembangan ini, apabila setiap perawat dapat menentukan secara jelas dan mendokumentasikan keperawatan secara baik dan benar maka akan menunjang proses keperawatan sehingga catatan tersebut berfungsi informatif dan komunikatif bagi tenaga kesehatan.

9. Meningkatkan peran dan upaya perawat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Dengan pengetahuan yang mendalam dan luas terhadap masalah pasien melalui penggunaan proses keperawatan, membuktikan bahwa perawat dapat berperan serta dalam pembahasan, perencanaan dan pengambilan keputusan atas hal-hal yang menyangkut perawatan pasien.

10. Meningkatkan kepuasan kerja. Kegiatan dan kelambatan dalam pekerjaan menimbulkan rasa bosan dan frustrasi bagi perawat. Penerapan proses keperawatan menuntut kemampuan intelektual, inisiatif dan kreatifitas yang tinggi dari seorang perawat, hal ini merupakan tantangan. Bila seorang perawat mampu menerapkan proses keperawatan dengan baik, berarti perawat dapat mengatasi tantangan, sehingga pada akhirnya menimbulkan kepuasan kerja.

2.6. Landasan Teori

2.6.1. Konsep Penerapan Proses Keperawatan

Henderson (1966) menyatakan proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan.


(56)

Keperawatan sebagai proses terdiri dari pengkajian (assessment), penetapan diagnosa (diagnosis), perencanaan hasil (planning outcomes), implementasi (implementasi), dan evaluasi (evaluation) (Nurjannah, 2010).

2.6.2. Teori Keperawatan

Keperawatan sebagai suatu profesi mengharuskan pelayanan keperawatan diberikan secara profesional berdasarkan pelaksanaan proses keperawatan dengan menggunakan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik yang baik.

Perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan tentang konsep dan teori sebagai dasar interaksi dalam mengartikan suatu informasi yang diterima serta dapat menjalin komunikasi yang efektif (Nursalam, 2007). Mencari data dan bekerjasama dengan pasien sangat diperlukan dalam pelaksanaan proses keperawatan, untuk itu sangat penting menyediakan lingkungan yang aman secara emosional yang mengijinkan pasien untuk merasa di dukung dan diterima. Komunikasi memainkan peran kunci dalam mempertahankan lingkungan ini (Sieh dan Brentin, 1997). Komunikasi disini diartikan sebagai komunikasi interpersonal, dimana keterampilan komunikasi interpersonal memungkinkan perawat untuk menciptakan dan menjaga hubungan terapeutik yang baik yang akan memfasilitasi tercapainya tujuan. Keterampilan berkomunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam semua bidang. Setiap perawat yang ingin menjadi seorang pemberi pelayanan yang efektif pertama-tama harus belajar berkomunikasi. Keterampilan komunikasi juga memungkinkan perawat untuk mengenal pasien, membuat diagnosa dan memenuhi kebutuhan mereka. Hasil


(57)

bertukar informasi dan ide, pemecahan masalah dilakukan bersama-sama, moral pegawai tinggi, pasien mendemonstrasikan peningkatan kesehatan dan peningkatan kerjasama dalam prosedur keperawatan (Taylor et al, 1993). Menurut Soenarto (2000), dari hasil penelitian yang sudah dikerjakan selama 30 tahun menunjukkan bahwa komunikasi yang jelek merupakan penyebab terbesar ketidakpuasan pasien. Melakukan tindakan keperawatan atau implementasi harus menggunakan keterampilan teknik yang bagus. Kepercayaan pasien juga terletak pada bagaimana kemampuan perawat melakukan tindakan-tindakan keperawatan. Menurut Henderson, 1966 dalam Tomey, (2002) keterampilan teknik perawat mengacu kepada 14 komponen keperawatan dasar meliputi: pemenuhan kebutuhan oksigen; pemenuhan kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit; pemenuhan kebutuhan eliminasi; pemenuhan kebutuhan keamanan, pemenuhan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur; pemenuhan kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani; pemenuhan kebutuhan spiritual; pemenuhan kebutuhan emosional; pemenuhan kebutuhan komunikasi, mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis, pemenuhan kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan, pemenuhan kebutuhan penyuluhan, pemenuhan kebutuhan rehabilitasi. Keterampilan teknik yang baik memungkinkan perawat untuk memanipulasi peralatan yang ada dengan terampil sesuai dengan prosedur untuk mencapai tujuan yang diinginkan, meliputi penggunaan alat-alat yang tersedia sesuai dengan kompetensi sehingga menimbulkan stress minimum terhadap klien dan melaksanakan prosedur tindakan dengan benar (Taylor et al, 1993).


(58)

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarahkan alur penelitian ini digambarkan dalam rangka konsep seperti berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep 2. Komunikasi Interpersonal a. Keterbukaan b. Empati c. Dukungan d. Kepositifan e. Kesetaraan (Taylor et.al, 1993)

Penerapan Proses Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 2. Diagnosis 3. Perencanaan 4. Implementasi 5. Evaluasi (Henderson, 1966) 1. Pengetahuan

(Nursalam, 2007)

3. Keterampilan Teknik a. Pemenuhan oksigen b. Pemenuhan nutrisi c. Pemenuhan eliminasi d. Pemenuhan keamanan e. Pemenuhan kebersihan diri f. Pemenuhan istirahat g. Pemenuhan gerak h. Pemenuhan spiritual i. Pemenuhan emosional j. Pemenuhan komunikasi k. Pencegahan reaksi fisiologis l. Pemenuhan pengobatan m. Pemenuhan penyuluhan n. Pemenuhan rehabilitasi


(59)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah explanatory study dengan desain cross sectional (Dahlan, 2012). Penelitian explanatory (penjelasan) adalah satu penelitian untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi penerapan proses keperawatan di rumah sakit berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan dengannya seperti pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik. Berdasarkan jenis penelitian yang digunakan ini maka penelitian ini akan menjelaskan hubungan pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik dengan penerapan proses keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17 Medan, Kelurahan Kemenangan Kecamatan Medan Tuntungan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah : (1) rumah sakit pendidikan dan rumah sakit rujukan, (2) jumlah sampel memadai, (3)belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya dengan judul yang sama dengan penelitian ini.


(60)

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei tahun 2013.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang ada di Ruang Rindu Inap Terpadu A dan B Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan sebanyak 362 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane (Riduwan, 2008), sebagai berikut :

n =

1 .d2 + N

N

Dimana :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2

Dengan jumlah populasi sebesar 362 orang, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

= Presisi atau tingkat kemaknaan yang ditetapkan (α=0,05)

n =

1 05 , 0 362 362 2 + x n = 1 905 , 0 362 + n = 905 , 1 362

= 190 responden.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional (proportionate stratified random sampling) yaitu pengambilan sampel dari


(61)

anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional. Adapun jumlah sampel di setiap ruang adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jumlah Sampel di Ruang Rawat Inap RSU Adam Malik Medan No Nama Ruang Jumlah

populasi Perhitungan

Jumlah Sampel

1 Rindu A 199 199 : 362 x 190 104

2 Rindu B 163 163 : 362 x 190 86

Total 362 190

Penarikan sampel di setiap ruang dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu dengan cara undian, semua nama sesuai

populasi ditulis berdasarkan ruangan dan digulung lalu di masukkan dalam 1 kotak kemudian penulis meminta pada salah satu sampel / unit untuk mengambil secara acak nama yang telah dipersiapkan sesuai proporsi ruangan yang telah ditentukan. Setelah semua jumlah sampel yang dibutuhkan diperoleh lalu penulis membagi nama berdasarkan gelombang.

3.4. Pengumpulan Data

3.4.1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada responden yang terpilih dalam suatu ruangan di unit instalasi rawat inap terpadu di Ruang pertemuan Rindu A dan B. Responden yang terpilih dibagi menjadi enam gelombang, 3 gelombang di unit instalasi Rindu A dan 3 gelombang di unit Instalasi Rindu B Sebelum responden mengisi atau menjawab kuesioner, terlebih dahulu penulis memberikan penjelasan kepada semua responden tentang tujuan dan prosedur penelitian. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti mengawasi dibantu oleh 3 orang enumerator (asisten) agar pengisian kuesioner dapat berjalan dengan baik.


(62)

Dan untuk pengumpulan data observasi responden dibagi menjadi 14 kelompok berdasarkan ruangan masing–masing. Untuk mendapatkan hasil yang akurat responden tidak diberitahu akan dilakukan observasi. Pada saat observasi peneliti dibantu oleh 14 enumerator (asisten) agar hasil observasi dapat berjalan dengan baik sebelumnya enumerator tersebut diberi penjelasan untuk menyamakan persepsi.

3.4.2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. dan observasi. Kuesioner yang diisi langsung oleh responden yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Kuesioner mengacu pada variabel yang akan diteliti yaitu berisi pertanyaan tentang variabel bebas meliputi pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik.dan variabel terikat penerapan proses keperawatan. Observasi yang dilakukan terhadap partisipan yang berpedoman pada format observasi yang telah dipersiapkan mengacu pada variabel bebas meliputi komunikasi interpersonal dan keterampilan teknik dan variabel terikat penerapan proses keperawatan. 3.4.3. Uji Validitas

Pengujian validitas instrumen dengan menguji validitas konstruksi (construct validity), maka dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts)

(Riduwan, 2008). Berdasarkan pendapat tersebut, maka peneliti menguji validitas instrumen pada 3 dosen ahli yaitu Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, ibu Mahnum Lailan, SKep, Ns, M.Kep, dan Ibu Liberta Lumbantoruan, SKep, Ns, M.Kep.


(63)

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas terdiri dari

pengetahuan, komunikasi interpersonal, dan keterampilan teknik Sedangkan variabel terikat (dependent) adalah penerapan proses keperawatan.

3.5.2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi

operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Independen

a. Pengetahu- an perawat Segala sesuatu yang diketahui perawat tentang proses dan penerapan asuhan keperawatan pada pasien. Menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan.

1. Baik 2. Kurang

Ordinal

b. Komunikasi interperso-nal Percakapan atau kegiatan komunikasi pada saat proses keperawatan yang dilakukan perawat saat melakukan

proses asuhan keperawatan kepada pasien atau keluarga.

Menggunakan kuesioner yang terdiri dari 13 pernyataan

dan lembar observasi

terdiri dari 13 kegiatan. Observasi: 1. Dilakukan 0. Tidak di Lakukan 1. Baik 2. Kurang Ordinal c. Keteram-pilan teknik Kemampuan atau keahlian perawat melakukan teknik Menggunakan kuesioner yang terdiri dari 15 pernyataan dan lembar

1. Terampil 2. Kurang te- Rampil


(64)

No Variabel Definisi

operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

perawatan dalam pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan 14 komponen dasar keperawatan. Observasi terdiri dari 15 kegiatan.

Observasi: 1. Dilakukan 0. Tidak di Lakukan

3. Dependen Penerapan proses keperawatan Pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Menggunakan kuesioner yang terdiri dari 15 pernyataan

dan lembar Observasi

terdiri dari 15 kegiatan.

Observasi: 1. Dilakukan 0. Tidak di Lakukan

1. Baik 2. Kurang

Ordinal

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran Variabel Bebas (Independen) 3.6.1.1. Pengetahuan

Pengukuran variabel pengetahuan dengan menanyakan sebanyak 10 item pertanyaan pilihan berganda dengan jawaban a, b, dan c. Untuk jawaban yang benar diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0. Skor tertinggi adalah


(65)

10 (10x1), dan skor terendah adalah 0 (10x0). Pengukuran variabel pengetahuan menggunakan skala ordinal dengan kategori dua tingkatan:

a. Baik, jika mendapat skor 6-10. b. Kurang, jika mendapat skor 0-5. 3.6.1.2. Komunikasi Interpersonal

Pengukuran variabel komunikasi interpersonal berdasarkan kuesioner dengan menanyakan sebanyak 13 butir dengan “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, “jarang”, dan “tidak pernah”. Untuk jawaban “selalu” diberi skor 5, “sering” diberi skor 4, “kadang-kadang” diberi skor 3, dan jawaban “jarang” diberi skor 2, dan “tidak pernah” diberi skor 1. Skor tertinggi adalah 65 (13x5), dan skor terendah adalah 13 (13x1). Pengukuran variabel komunikasi inter-personal menggunakan skala ordinal dengan kategori dua tingkatan:

a. Baik, jika mendapat skor 40-65. b. Kurang, jika mendapat skor 13-39.

Pengukuran variabel komunikasi interpersonal melalui observasi berdasarkan format observasi yang sesuai dengan format kuesioner berisi 13 butir kegiatan dengan pilihan kategori kegiatan “dilakukan” dan “tidak dilakukan”. Untuk kegiatan yang “dilakukan” diberi skor 1 dan untuk kegiatan yang “tidak dilakukan” diberi skor 0. Skor terendah adalah 0 (13x0) dan skor tertinggi adalah 13 (13x1). Hasil observasi komunikasi interpersonal dikategori-kan sebagai berikut:

a. Baik, jika mendapat skor 7-13. b. Kurang, jika mendapat skor 0-6.


(66)

3.6.1.3. Keterampilan Teknik

Pengukuran variabel keterampilan teknik dengan melakukan observasi berdasarkan 14 komponen keperawatan dasar meliputi: pemenuhan kebutuhan oksigen; pemenuhan kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit; pemenuhan kebutuhan eliminasi; pemenuhan kebutuhan keamanan, pemenuhan kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur; pemenuhan kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani; pemenuhan kebutuhan spiritual; pemenuhan kebutuhan emosional; pemenuhan kebutuhan komunikasi, mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis, pemenuhan kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan, pemenuhan kebutuhan penyuluhan, pemenuhan kebutuhan rehabilitasi; sebanyak 15 butir dengan pilihan jawaban “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, “jarang”, dan “tidak pernah”. Untuk jawaban “selalu” diberi skor 5, “sering” diberi skor 4, “kadang-kadang” diberi skor 3, dan jawaban “jarang” diberi skor 2, dan “tidak pernah” diberi skor 1. Skor tertinggi adalah 75 (15x5), dan skor terendah adalah 15 (15x1). Pengukuran variabel keterampilan teknik menggunakan skala ordinal dengan kategori dua tingkatan:

a. Terampil, jika mendapat skor 46-75

b. Kurang terampil, jika mendapat skor 15-45

Pengukuran variabel keterampilan teknik melalui observasi berdasarkan format observasi yang sesuai dengan format kuesioner berisi 15 butir kegiatan dengan pilihan kategori kegiatan “dilakukan” dan “tidak dilakukan”. Untuk kegiatan yang “dilakukan” diberi skor 1 dan untuk kegiatan yang “tidak


(67)

adalah 15 (15x1). Hasil observasi keterampilan teknik dikategorikan sebagai berikut:

a. Baik, jika mendapat skor 8-15. b. Kurang, jika mendapat skor 0-7.

Tabel 3.3. Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

No Nama

Variabel

Jlh

Soal Pilihan Jawaban Kategori Skor

Skala Ukur 1. Pengetahuan 10 Pilihan berganda,

jawaban a,b,c. Jawaban benar skor 1, jawaban salah skor 0.

- Baik - Kurang

8-10 0-8

Ordinal

2 Komunikasi interpersonal

13 5. Selalu 4. Sering

3. Kadang-kadang 2. Jarang

1. Tidak Pernah

Observasi: 1. Dilakukan 0. Tidak dilakukan

Kuesioner: - Baik - Kurang

Observasi: - Baik - Kurang

40-65 13-39

7-13 0-6

Ordinal

3 Keterampilan Teknik

15 5. Selalu 4. Sering

3. Kadang-kadang 2. Jarang

1. Tidak Pernah

Observasi: 1. Dilakukan 0. Tidak dilakukan

Kuesioner: - Terampil - Tidak terampil

Observasi: - Terampil - Tidak terampil

46-75 15-45

8-15 0-7

Ordinal

3.6.2. Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

Aspek pengukuran variabel terikat penerapan proses keperawatan dilakukan dengan mengobservasi tindakan perawat dalam proses asuhan keperawatan sebanyak 15 butir dengan “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, “jarang”, dan “tidak pernah”. Untuk jawaban “selalu” diberi skor 5, “sering”


(1)

PAKAR UJI VALIDITAS KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN

PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

1. Mahnum Lallan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep

Staf Dosen Departemen Jiwa Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan juga pakar Keperawatan Jiwa.

2. Evi Karota Bukit, SKp, MNs

Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan juga Pakar Manajemen Keperawatan.

3. Liberia Lumban Toruan, SKp, M.Kep

Ketua Komite Keperawatan RSUP H. Adam Malik Medan dan juga pakar Manajemen Keperawatan.


(2)

LAMPIRAN 3.

Izin Penelitian


(3)

(4)

(5)

HEALTH RESEARCH ETHICAL COMMITTEE

Of North Sumatera

c/o MEDICAL SCHOOL, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan, 20155 - INDONESIA Tel: +62-61-8211045; 8210555 Fax: +62-61-8216264, E-mail: [email protected]

PERSETUJUAN KOMISI ETIK TENTANG PELAKSANAAN PENELITIAN BIDANG KESEHATAN

Noraor: 140/KOMET/FK USU/2013

Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, setelah dilaksanakan pembahasan dan penilaian usulan penelitian yang berjudul:

"Hubungan Pengetahuan Komunikasi Interpersonal dan Ketrampilan Teknik Dengan Penerapan Proses Keperawatan di Ruang Rawat Inap

RSUP Haji Adam Malik Medan" Yang menggunakan manusia dan hcwan

Dapat disetujui pelaksanaannya selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kode etik penelitian biomedik.

sebagai subjek penelitian dengan ketua Pelaksana/Peneliti Utama: Misrah Panjaitan Dari Institusi: Magister Ilmu Keperawatan USU

Medan, 22 April 2013

Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Ketua,

Prof.dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP(K)


(6)