terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi application, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi real sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4.
Analisis analysis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5.
Sintesis synthesis, menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi evaluation, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.3. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi communication adalah proses sosial dimana individu- individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginter-
pretasikan makna dalam lingkungan mereka West and Turner, 2011.
Universita Sumatera Utara
Interpersonal adalah antara dua orang, dalam hal ini sedang bercakap antara dua pribadi seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara dua orang
dalam suatu pertemuan, misalnya antara penyaji makalah dengan salah satu peserta suatu seminar Effendy, 2003.
Deddy Mulyana 2005 menyatakan: komunikasi Interpersonal inter- personal communication adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.
Komunikasi interpersonal oleh Devito 2000 dalam Liliweri 2001 didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh
orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Selanjutnya bahwa komunikasi interpersonal, individu selain menunjukkan
perhatian juga menunjukkan seberapa jauh perhatian itu diberikan. Semakin besar interaksi interpersonal yang ada menunjukkan semakin besar perhatian seseorang
pada orang lain yang diajak komunikasi, sebaliknya semakin sedikit komunikasi interpersonal yang terjadi semakin kecil orang memperhatikannya.
West and Turner 2011 mendefenisikan komunikasi interpersonal inter- personal communication merujuk pada komunikasi yang terjadi secara
langsung antara dua orang. Definisi komunikasi interpersonal menurut Joseph A. Devito 2007 dalam bukunya The Interpersonal Communication Book
adalah komunikasi yang terjadi antar dua orang untuk membentuk sebuah hubungan, komunikasi tersebut dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
kesamaan tertentu.
Universita Sumatera Utara
Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung
secara dialogis selalu lebih baik daripada monologis. Monolog menunjukkan suatu bentuk komunikasi dimana seseorang berbicara dan yang lain menjadi
pendengar, jadi tidak terjadi interaksi. Dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat
dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian Effendy, 2003.
Dibanding dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini dan perilaku komunikan. Hal ini disebabkan komunikasi interpersonal umumnya berlangsung secara tatap muka face to face. Pada saat tatap muka
antara pembicara dengan pendengar terjadi kontak pribadi personal contact. Pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan. Ketika pesan disampaikan,
umpan balik berlangsung seketika immediate feedback, pada saat itu komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang
disampaikan Effendy, 2003. Secara teoritis komunikasi interpersonal diklasifikasikan menjadi dua
jenis menurut sifatnya Effendy, 2003 1. Komunikasi Diadik dyadic communication
Komunikasi diadik adalah komunikasi interpersonal yang berlangsung antar dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang
menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi
Universita Sumatera Utara
berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatian hanya kepada diri komunikan seorang itu.
2. Komunikasi Triadik triadic communication Komunikasi triadik adalah komunikasi interpersonal yang pelakunya terdiri
dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Jika misalnya A yang menjadi komunikator, maka ia pertama-tama
menyampaikan kepada komunikan B kemudian kalau dijawab atau ditanggapi beralih pada komunikan C, juga secara berdialogis.
Model
komunikasi interpersonal
dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Wood, 2007;
Rothwell, 2004
. 1. Linier model
“
They portrayed communication as flowing in only direction, from a sender to a passive receiver”
Wood, 2007 Linier model adalah proses
komunikasi
yang terjadi antara satu orang ke orang yang lain. Dengan komponen sebagai berikut source yaitu sumber pesan,
kemudian
transmitter
yaitu pemancar mengubah pesan menjadi sebuah signal yang sesuai dengan saluran yang digunakan.
Transmitter
mengubah sinyal yang diterima menjadi pesan agar dapat dimengerti oleh penerima. Dalam proses
penyampaian pesan terdapat gangguan atau
noise
yang dapat mengganggu proses penyampaian pesan ke penerima Wood, 2007.
2. Interaktif model “
Interactive models portrayed communication asa a process in which listeners give feedback, which is response to a message Weiner, 1967. In addition,
Universita Sumatera Utara
interactive models recognize that communicators create and interpret messages within personal fields of experience”
Wood, 2007. Interaktif model membawa
komunikasi
menjadi sebuah proses dimana komunikan atau pendengar memberikan umpan balik dan merespon sebuah pesan
Weiner, 1967. Dengan kata lain, interaktif model menemukan bahwa seorang komunikator membuat dan menginterpretasikan pesan dalam pengalaman pribadi
seseorang. Komponen dalam interaktif model adalah sumber atau komunikator mengirimkan pesan dan diterima oleh komunikan, selanjutnya dengan segera
komunikan dapat memberikan respon berupa umpan balik ke komunikator. Dalam hal ini komunikator dapat menjadi komunikan begitu pula dengan
komunikan dapat menjadi komunikator Wood, 2007. 3. Transaksional model
“
The transactional model of interpersonal communication emphasizes the dynamism of interpersonal communication ad the multiple roles people assume
during the process”
Wood, 2007
Transaksional model menekankan pada dinamisme dalam komunikasi interpersonal dan perkumpulan beberapa orang yang melakukan proses
dalam komunikasi. Dalam model komunikasi ini yang menjadi perhatian adalah komponen pesan, gangguan, dan pengalaman berubah melebihi
waktu. Di dalam model transaksional gangguan akan selalu ada dalam proses komunikasi interpersonal. Model transaksional juga membuat
komunikasi antara system yang menghasilkan pertanyaan apa dan bagaimana manusia berkomunikasi dan apa artinya menjadi lebih jelas.
Pada akhirnya ditekankan bahwa model transaksional
bukanlah seperti orang
Universita Sumatera Utara
yang satu sebagai pengirim pesan dan yang lainnya adalah penerima pesan, karena di waktu yang bersamaan pada saat komunikator dan komunikan
melaksanakan
komunikasi, komunikator sedang menyampaikan sebuah pesan sekaligus menerima pesan, atau melakukan hal-hal yang lain seperti
memberikan anggukan. Sebab komunikator mempengaruhi satu sama lain Rothwell, 2004, dan komunikasi interpersonal
termasuk dalam pertanggung jawaban etika. Perilaku verbal maupun non verbal dapat mempertinggi atau
mengurangi martabat orang Wood, 2007.
Menurut Kohler dalam Muhammad 2009, komunikasi yang efektif adalah penting dalam meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan bagi semua
organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan
komunikasi mereka. Robbins 2002 menyatakan bahwa komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para karyawan
tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada di
bawah standar. Gibson et.al 1997 juga menyatakan komunikasi interpersonal yang efektif sangat penting untuk dapat mencapai kinerja yang efektif.
Komunikasi Interpersonal ini sepertinya tidak jauh berbeda dengan bentuk perilaku orang-orang, adakalanya efektif dan adakalanya tidak efektif. Devito
Thoha, 2007 dan Kumar Wiryanto, 2005 menyatakan efektivitas komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri sebagai berikut : 1Keterbukaan Openness
adalah kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal; 2Empati Empathy adalah
Universita Sumatera Utara
merasakan apa yang dirasakan orang lain; 3Dukungan Supportiveness adalah situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif; 4Rasa
positif Positiveness, seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi
komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif; 5 Kesetaraan Equality adalah pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai,
berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Berikut ini efektivitas komunikasi interpersonal : Thoha, 2007; Hasibuan,
2005; Rakhmat, 2005. 1. Keterbukaan Openness, adalah kemauan menanggapi dengan senang hati
informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal. Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan
komunikasi interpersonal yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta
memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita di masa kini tersebut. Secara psikologis, apabila individu mau
membuka diri kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa aman dalam melakukan komunikasi interpersonal yang akhirnya orang
lain tersebut akan turut membuka diri Thoha, 2007. Keterbukaan dalam komunikasi dapat juga didefinisikan sebagai suatu proses penyampaian pesan
secara terbuka dalam hubungan kerja sehingga terjadi saling pengertian, penghayatan mengenai kebijakan yang diambil, sehingga akan tercipta
kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan bersama dengan tujuan menghasilkan integrasi yang cukup
Universita Sumatera Utara
kokoh, mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran atau tujuan bersama Hasibuan, 2005.
Rakhmat 2005 mengutip Brooks dan Emmert mengemukakan bahwa karakteristik orang yang terbuka adalah sebagai berikut: 1menilai pesan
secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika, 2membedakan dengan mudah perbedaan nuansa yang setipis apapun.
Ibaratnya diantara hitam dan putihnya dunia ini, ia mampu melihat adanya beda yang kelabu atau setengah benar dan setengah salah, 3mencari
informasi dari berbagai sumber, 4mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.
2. Empati Empathy yaitu ikut merasakan apa yang orang lain rasakan tanpa kehilangan identitas diri sendiri. Melalui empathy kita bisa memahami baik
secara emosi maupun secara intelektual apa yang pernah dialami oleh orang lain. Empathy harus diekspresikan sehingga lawan bicara kita mengetahui
bahwa kita berempathy padanya, sehingga bisa meningkatkan efektivitas komunikasi Komariah, 2009.
Menurut Bullmer Wiryanto, 2005, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu,
kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang lain itu.
Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati
menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekadar hubungan yang menempatkan orang lain sebagai obyek manipulatif. Taylor menyatakan
Universita Sumatera Utara
bahwa empati merupakan faktor esensial untuk membangun hubungan yang saling memercayai. Ia memandang empati sebagai usaha menyelam ke dalam
perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling
memercayai karena empati mengomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan orang lain secara tepat.
3. Dukungan Supportiveness adalah situasi yang terbuka untuk mendukung agar komunikasi berlangsung efektif. Menurut Kriyantono 2007 yang
mengutip Devito, menyatakan sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak
menerima, tidak jujur dan tidak empatis. Orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi
ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah,
pengalaman defensif dan sebagainya atau faktor-faktor situasional seperti perilaku komunikasi orang lain.
4. KepositifanRasa Positif Positiveness adalah perasaan positif terhadap diri sendiri, kemampuan mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan
kemampuan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu
bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang
lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi persoalan,
Universita Sumatera Utara
peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-pura memberi dan
menerima penghargaan tanpa merasa bersalah. Sugiyo 2005 mengartikan bahwa rasa positif adalah adanya kecenderungan bertindak pada diri
komunikator untuk memberikan penilaian yang positif pada diri komunikan. Komunikasi interpersonal akan efektif jika seseorang mempunyai rasa positif
terhadap dirinya dan dikomunikasikan kepada orang lain, akan membuat orang lain juga memiliki rasa positif, merasa lebih baik dan mempunyai
keberanian untuk lebih berpartisipasi dalam setiap kesempatan sehingga bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama Thoha, 2007. Orang yang
memiliki konsep diri positif, bersikap optimis terhadap kompetisi, akan terungkap dari kemauannya bersaing dengan orang lain dalam membuat
prestasi. Dari konsep positif ini lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif pula, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat dan
mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan kita dengan cermat pula Rahmat, 2005
5. Kesetaraan Equality adalah pengakuan kedua belah pihak saling menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan
tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya Wiryanto, 2005.
Universita Sumatera Utara
2.4. Keterampilan Teknik