Gambar 2.1Anatomi hidung Snell, 2006: 804.
2.1.3 Aliran Limfe Kavum Nasi
Pembuluh limfe mengalirkan limfe dari vestibulum ke nodi submandibularis. Bagian lain dari kavum nasi mengalirkan limfenya ke nodi
servikales profundi superior Snell, 2006: 805.
2.1.4 Perdarahan Hidung
Pendarahan untuk hidung bagian dalam berasal dari 3 sumber utama: Rambe, 2003.
1. A. etmoidalis anterior, yang mendarahi septum bagian superior anterior
dandinding lateral hidung. 2.
A. etmoidalis posterior cabang dari A. oftalmika, mendarahi septum bagiansuperior posterior.
Universitas Sumatera Utara
3. A. sfenopalatina, terbagi menjadi A. nasales posterolateral yang menuju ke
dinding lateral hidung dan A. septi posterior yang menyebar pada septumnasi.
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang A.maksilaris interna, diantaranya ialah ujung A. palatina mayor dan A.
sfenopalatinayang keluar dari foramen sfenopalatina bersama N. sfenopalatina dan memasukirongga hidung di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan
hidungmendapat pendarahan dari cabang-cabang A. fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang A.
sfenopalatina, A. etmoid anterior, A. labialis superior dan A. palatina mayor, yangdisebut pleksus Kiesselbach Little’s area yang letaknya superfisial dan
mudahcedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis Soetjipto et al, 1997 dalam Soepardi 1997.
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingandengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung
bermuara ke venaoftalmika superior yang berhubungan dengan sinus kavernosus Rambe, 2003.
2.1.5 Persarafan Hidung
Saraf motorik oleh cabang N. fasialis yang mensarafi otot-otot hidung bagian luar.
Saraf sensoris bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari N. etmoidalis anterior, merupakan cabang dari N. nasosiliaris, yang
berasal dari N. oftalmika N.V-1. Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari N. maksila melalui ganglion sfenopalatina
Kopke, 1993. Saraf otonom terdapat 2 macam saraf otonom yaitu : Rambe, 2003.
a. Saraf post ganglion saraf simpatis Adrenergik.
Saraf simpatis meninggalkan korda spinalis setinggi T1 – 3, berjalan ke atas dan mengadakan sinapsis pada ganglion servikalis superior. Serabut
post sinapsis berjalan sepanjang pleksus karotikus dan kemudian sebagaiN.
Universitas Sumatera Utara
petrosus profundus bergabung dengan serabut saraf parasimpatis yaitu N. petrosus superfisialis mayor membentuk N. vidianus yang berjalan
didalam kanalis pterigoideus. Saraf ini tidak mengadakan sinapsis didalamganglion sfenopalatina, dan kemudian diteruskan oleh cabang
palatine mayor ke pembuluh darah pada mukosa hidung. Saraf simpatis secara dominan mempunyai peranan penting terhadap sistem vaskuler
hidung dan sangat sedikit mempengaruhi kelenjar. b.
Serabut saraf preganglion parasimpatis kolinergik. Berasal dari ganglion genikulatum dan pusatnya adalah di nukleus
salivatorius superior di medula oblongata. Sebagai n. pterosus superfisialismayor berjalan menuju ganglion sfenopalatina dan
mengadakan sinapsisdidalam ganglion tersebut. Serabut-serabut post ganglion menyebarmenuju mukosa hidung. Peranan saraf parasimpatis ini
terutama terhadapjaringan kelenjar yang menyebabkan sekresi hidung yang encer danvasodilatasi jaringan erektil. Pemotongan N. vidianus akan
menghilangkan impuls sekretomotorik parasimpatis pada mukosa hidung, sehingga rinoreakan berkurang sedangkan sensasi hidung tidak akan
terganggu. Nervus olfaktorius penciuman turun melalui lamina kribosa dari
permukaan bawah bulbusolfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu padamukosa olfaktorius didaerah sepertiga atas hidung Dhingra, 2007
dan Soetjipto 2007.
2.1.6 Sinus Paranasal