20
Utami mengatakan collective memory sendiri menurut Rossi 1982 adalah segala sesuatu khususnya menyangkut elemen fisik kota yang mampu
memberikan kesan tertentu atau mengingatkan pada pengamat akan suatu peristiwa tertentu baik secara visual maupun non visual. Menurutnya the city is
the theater of human events. Diperjelas dalam buku yang diterbitkan oleh Badan Warisan Sumatera BWS bangunan-bangunan yang mempunyai nilai histories
adalah gudang penyimpanan memori social yang menjadi sumber yang paling baik untuk menginteprestasikan pengalaman masa lalu dan bangunan itu
mempunyai kekuatan untuk membangkitkan memori social visual. Collective memory akan suatu ruang publik tidak terlepas dari memori-
memori pribadi dari warga ruang publik tersebut. Berdasarkan itu, memori memori yang mengisi ruang publik ini juga memiliki kepentingan untuk di
dokumentasi, sebagai upaya pembentukan collective memory bagi warga kota Widjaja, 2010.
2.2.2 Pengertian Pelestarian Kawasan
Penelitian Adityapash 2007 mengatakan Pontoh 1992 menjelaskan bahwa dugaan kemungkinan terjadinya bencana kerusakan bangunan pusaka
yang bertambah besar pada abad ke-19 menyebabkan dilakukannya upaya yang sungguh-sungguh untuk melestarikan bangunan tua dan pusaka di Eropa dan
Amerika. Konsep konservasi bangunan pusaka dicetuskan sejak William Morris mendirikan Lembaga Pelestarian Bangunan Kuno Society For The Protection of -
Ancient Buildings pada tahun 1877 Dobby: 1978. Ancient Monument Act yang
Universitas Sumatera Utara
21
dibuat pada tahun 1882 merupakan peraturan dan undang-undang yang pertama kali melandasi kebijakan dan pengawasan dalam bidang konservasi untuk
melindungi lingkungan dan bangunan pusaka Dobby: 1978. Sebelumnya, pelestarian merupakan suatu kebiasaan preservation as an ethic yang dilakukan
secara rutin dan meliputi pekerjaan merawat dan memperbaiki bangunan. kongres The European Architectural Heritage yang diselenggarakan oleh negara-negara
Eropa pada tahun 1975 yang dijadikan sebagai Architectural Heritage Year telah menghasilkan “Deklarasi Amsterdam” dan membuat kesepakatan bahwa warisan-
warisan arsitektur di Eropa adalah milik bersama masyarakat Eropa yang menjadi bagian integral dari warisan budaya dunia. Untuk itu diperlukan adanya suatu
kerjasama antar negara guna menyelamatkan warisan arsitektur tersebut Lubis: 1990. Pada awalnya, konsep pelestarian ini berupa konservasi, yaitu pengawetan
benda-benda, monumen dan sejarah lazim dikenal dengan preservasi. Perkembangan lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan
menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi. Konservasi sebenarnya merupakan upaya preservasi, namun tetap memperhatikan dan memanfaatkan suatu tempat
untuk menampung serta mewadahi kegiatan baru. Dengan demikian, kelangsungan tempat bersangkutan dapat dibiayai sendiri dari pendapatan
kegiatan baru. Pelestarian secara umum dapat didefinisikan bahwa pelestarian dalam hal
ini konservasi merupakan suatu upaya atau kegiatan untuk merawat, melindungi, dan mengembangkan objek pelestarian yang memiliki nilai atau makna kultural
agar dapat dipelihara secara bijaksana sesuai dengan identitasnya guna untuk
Universitas Sumatera Utara
22
dilestarikan Susilowati, 2005 . Menurut Eko budihardjo 1994, upaya preservasi mengandung arti mempertahankan peninggalan arsitektur dan lingkungan
tradisionalkuno persis seperti keadaan asli semula. Karena sifat preservasi yang stastis, upaya pelestarian memerlukan pula pendekatan konservasi yang dinamis,
tidak hanya mencakup bangunannya saja tetapi juga lingkungannya conservation areasdan bahkan kota bersejarah histories towns. Dengan pendekatan
konservasi, berbagai kegiatan dapat dilakukan, menilai dari inventarisasi bangunan bersejarah kolonial maupun tradisional, upaya pemugaran restorasi,
rehabilitasi, rekonstruksi, sampai dengan revitalisasi yaitu memberikan nafas kehidupan baru.
2.2.3 Pengertian Pelestarian Saujana