Perubahan Fasad Bangunan Terhadap Tata Ruang Kawasan (Studi Kasus: Jalan Ahmad Yani Kesawan Medan)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adhisakti. 2008. Kepekaan, Seleradan Kreasi dalam Kelola Kota Pusaka, Makalah disampaikan dalam Temu Pusaka 2008 “Pelestarian Pusaka

versus Pengembangan Ekonomi?” yang diselenggarakan Badan

Pelestarian 30 Pusaka Indonesia, 23 Agustus 2008 di Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

Adityapash. 2007. “Pelestarian Bangunan Pusaka” Tugas Akhir, Jurusan Teknik Arsitektur ITB.

Affandi, Francis B.2015 .“Bangunan Bersejarah”.

Ardiani, Yanita Mila. 2009. Insertion Menambah Tanpa Merobohkan. Surabaya: Wastu Lanas Grafika.

Ashworth, GJ. 1991. Heritage Planning: Conservation as management of change. Geo Press, the Netherlands, Holland.

Budihardjo, Eko , 1994, Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan Perkotaan, Penerbit Gajah Mada University, Press.

Budihardjo, Eko, 1997. Preservation and Conservation of Cultural Heritage in

Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Piagam

Pelestarian Pusaka Indonesia 2003


(2)

Haryadi, dan Setiawan.B. 1995. Arsitektur Lingkungan Dan Perilaku. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.156 hal.

Handinoto.1996.Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Surabaya 1870-1940. Kerjasama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Petra Surabaya dan Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Hadinoto. 1997. Bentuk dan struktur kota probolinggo tipologi sebuah kota administratif Belanda. Dimensi 23/ARSITEK JULI 1997.

Krier, Rob (1988) Architectural Composition, dalamversibahasa Indonesia diterjemahkanoleh Ir. Effendi Setiadharma, dkk.PenerbitErlangga. Jakarta

Krier, Rob (2001). Komposisi Arsitektur, Erlangga. Jakarta Rencana Umum Tata

Ruang Kota (RUTRK) Bandung 2002-2012.

Lubis, H. 1990. Arahan Kebijaksanaan Pelestarian Di Kawasan Jakarta Kota. Tugas Akhir Jurusan Teknik Planologi, ITB.

Mundardjito. 2002. Pertimbangan Ekologis Penempatan Situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta. Jakarta :Wedatama Widya Sastra dan Ecole Francaise D'extreme-Orient.

Munthe. dkk.2014. “Community Engagement Terhadap Konservasi Rumah Tjong


(3)

Jalan Ahmad Yani”. Departemen Teknik Arsitektur. Universitas

Sumatera Utara.

Papageorgiou, A. 1971 “Change and Continuity”

Pile, John F. 2000.A History of Interior Design. London: Laurence King.

Pile, John F. 2003.A History of Interior Design 3rd Edition. London: Pearson/prentice hall.

Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003.

Pawitro, dkk, “Kajian Ekspresi Ruang Luar dan Ruang Dalam pada Bangunan Masjid Al – Irsyad Kota Baru Parahyangan Ditinjau Dari Sustainable

Design”, Jurnal Reka Karsa, Jurusan Teknik Arsitektur Itenas, Vol. 2,

No.2 , (2014).

Radjiman, Gunung, 2000. Mata Kuliah Preservasi Dan Komervasi.Yogyakarta: Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Gadjah Mada.

Rossi, Aldo, (1982), Architecture of the City, The MIT Press, London-England.Ruslinda, “Kajian Fasad Bangunan Rumah Kedai Di Bandar

Kangar Sebagai Satu Pendekatan Pemuliharaan Bangunan “1Jabatan Kejuruteraan Awam, Politeknik Sultan Abdul Halim Mu’adzam Shah, 06000 Jitra, Kedah Darul Aman..

Sumalyo, Yulianto,. 1995. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia,1. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.


(4)

Susilowati. 2005 .” Upaya Pelestarian Perkanmpunagn Budaya Betawi Di Sutu Babakan Sebagai Kawasan Wisata Budaya” Jurusan Teknik ArsitekturUniversitas Gunadarma Depok

Surbakti, Asmyta .2010. Penghancuran Estetika Kota Bangunan Bersejarah Di

Kota Medan.

The Encylopedia of Malaysian Architecture, 1997

Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2010 “Tentang Cagar Budaya” [LN 2010/130,TLN 5168]

Utami, dkk, 2004, Kajian Stimulus Collective Memory Terhadap Bangunan–

Bangunan Kolonial Di Sekitar Lapangan Merdeka, Studi Kasus : Bangunan–Bangunan Kolonial Di Sekitar Lapangan Merdeka Medan,

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara, hal 2-3.

Utami; M, Wibowodan A. J. Faruk.2014. Kajian Bentuk dan Fasad Hotel Gino Feruci Bandung.Jurnal Online Institut Teknologi Nasional. 1 (4): 1-12.

Widjaja, H.A.W. 2010. Komunikasi, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi Aksara

Wardani, Laksmi Kusuma. 2009. Gaya Desain Kolonial Belanda pada Interior

Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya. Jurusan Desain Interior,


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya berupa lisan atau deskripsi dari objek yang diamati peneliti. Penelitian kualitatif ini akan menghasilkan data yang menjelaskan secara deskriptif bagaimana perubahan fasad terhadap jalan Ahmad Yani.

3.2Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:

a. Fasad bangunan, dijelaskan singkat tentang apa itu fasad bangunan b. Skyline kawasan, dijelaskan singkat tentang apa itu skyline kawasan

Fasad bangunan dan skyline kawasan menjadi variable penelitian karena kedua variable tersebut merupakan bagian dari upaya pelestarian kawasan bersejarah, yaitu melestarikan fasad bangunan dan menjaga skyline kawasan agar tidak mengalami perubahan yang bisa menghilangkan nilainya.

3.3Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :


(6)

Pengumpulan data, maka dalam penelitian ini akan dikumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung bangunan yang akan diteliti. Sehingga dalam hal ini penulis memperoleh data yang akurat.

2. Studi Dokumen

Penelitian ini dilakukan berupa pengumpulan buku, arsip-arsip atau dokumen, artikel-artikel didalam majalah atau surat kabar yang berkaitan dengan topik penelitian, buku-buku serta literature lain yang mendukung penelitian.


(7)

3.4. Batasan Kawasan Penelitian

Kesawan adalah nama sebuah daerah di Kecamatan Medan Barat, Medan, Indonesia. Kawasan ini adalah kawasan yang dipenuhi bangunan-bangunan bersejarah dan Jalan Ahmad Yani yang berada di kawasan ini merupakan jalan tertua di Medan.

Gambar 3.1 Kawasan Penelitian (Sumber: google earth)


(8)

Gambar 3.2 Denah Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

3.5.Metode Analisa Data

Tahapan analisa data dari penelitian ini adalah:

1. Menginventariskan bangunan di kawasan Jalan Ahmad Yani. 2. Menginventarsai fungsi bangunan

3. Mengidentifikasi fasad bangunan di kawasan Ahmad yani. 4. Menganalisa perubahan fasad bangunan di Jalan Ahmad Yani 5. Membuat kesimpulan akhir

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif meliputi :

a. Data fasad bangunan bersejarah dikelompokan dan disaring mana data yang tidak lengkap dan tidak perlu berdasarkan yang ada di dalam studi literatur.

b. Data hunian dikelompokan dan dianalisis dengan metode deskriptif Data fisik mengenai eksisting lapangan digambarkan kembali sesuai dengan hasil survey. Berdasarkan data eksisting tersebut didata apa saja yang terdapat di jaringan fasad bangunan dan dideskripsikan bagaimana keadaannya.


(9)

BAB IV

PERUBAHAN FASAD BANGUNAN KAWASAN DI JALAN AHMAD YANI

4.1. Sejarah Kawasan Kesawan

Menurut Sidabutar (2007) sejarah daerah Kesawan adalah sebagai berikut: Tahun 1590-1837

Pada periode ini keadaan kawasan Kesawan masih berupa areal sawah, Ruko dan di sekitar areal tersebut merupakanhutan. Bangunan umum pertama adalah Mesjid Bengkok yang terdapat di Jalan Mesjid sekarang.Tahun 1838 – 1887sudah dibangun perkerasan jalan dengan mengunakan material batu-batuan, dan pembangunan ruko semi permanen sedangkan dijalan Pemuda telah berdiri rumah-rumah tinggal.  Tahun 1888-1912

Pada periode ini perkembangan yang cukup drastis terjadi di kawasan Kesawan dengan tersedianya kelengkapan fasilitas Kota. Perubahan yang cukup drastis tersebut adalah jalan–jalan telah dibuka dan jalur kereta api telah ditambah oleh Belanda. Areal hutan telah berubah menjadi perkampungan seperti Perkampungan Dalam dan Kampung Sawahan. Tahun 1913-1937

Pada periode ini kawasan Kesawan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ditandai dengan munculnya berbagai bentuk bangunan,


(10)

yang berfungsi baru seperti bangunan tinggal sekaligus usaha (ruko), bangunan pemerintahan, perdagangan dan pusat-pusat hiburan.

Tahun 1938-1962

Pada periode ini peristiwa penting dalam sejarah bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan Indonesia yaitu tahun 1945.Kejadian ini juga mempengaruhi Kesawan, ditandai sebagai babak baru bagi arsitektur yang pada waktu itu didominasi arsitek Belanda. Terjadi perkembangan teknologi dan ekonomi pada era modern. Bangunan-bangunan didirikan dengan fungsi yang beranekaragam.

Tahun 1963-1995

Pada periode ini perkembangan Kesawan mulai ditandai dengan didirikannya bangunan yang relatif lebih tinggi, fasilitas yang dibutuhkan pada pusat kota semakinlengkap. Dengan didirikannya berbagai macam fungsi bangunan baik kantor–kantor pemerintahan swasta, dan hiburan. Ruang dan karakter arsitektur kawasan mulai terpelihara.

Tahun 1996-2004

Pada periode ini perkembangan Kesawan ditandai dengan mulai didirikannya bangunan ruko sampai 5 lantai yang tidak mengikuti struktur tempat yang telah terbentuk dan merusak citra kawasan. Sekarang ini, bangunan tersebut ada difungsikan sebagai ruko dan sarang wallet dan beberapa bangunan lama tersebut ada yang dirubuhkan dengan alasan keadaan interior bangunan yang sudah lembab serta bangunan


(11)

tidak berbentuk konsep arsitektur modern sehingga dianggap ketinggalan zaman.Air dan pemasangan keramik pada arcade. Pada tahun 2002– sekarang ini, pada malam hari Kesawan dialih fungsikan sebagai pusat jajanan malam.Sehingga terdapat aktivitas yang menonjol pada malam hari.Aktivitas baru ini ditandai dengan didirikannya dua gerbang raksasa yang menandai secara tegas batas Kesawan. Terjadi penataan ulang dan penambahan lampu jalan, aksesoris, dan instalasi.

Tahun 2005-2015

Pada periode ini kondisi bangunan pada kawasan Kesawan telah mengikuti arsitektur yang berkembang pada masa sekarang. Bangunan gayamodern banyak terlihat pada kawasan kesawan dengan fungsi tetap yaitu sebagai pusat komersil. Fasad bangunan baru yang ada tidak mengunakan arsitektur bangunan lama yang menerapkan arsitektur Cina, Belanda, dan Melayu. Ciri khas fasad bangunan lama pada kawasan Kesawan ini tertutupi dengan Penerapan elemen Arsitektur modern misalnya papan reklame maupun papan penanda pada ruko atau kantor.


(12)

Jika ditabelkan, makaSejarah fungsi dari kawasan Kesawan adalah sebagai berikut :

Tahun Fungsi

Tahun 1590 – 1837 Areal sawah dan Ruko

Gambar 4.1 Peta Kesawan Tahun 1837 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

Tahun 1838 – 1887 Berdiri rumah-rumah tinggal

Gambar 4.2 Peta Kesawan Tahun 1887 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

Tahun 1888 – 1912 Perubahan yang cukup drastis tersebut adalah jalan-jalan telah dibuka dan jalur kereta api telah ditambah oleh Belanda. Areal hutan telah berubah menjadi perkampungan seperti Perkampungan Dalam dan Kampung Sawahan.


(13)

Gambar 4.3 Peta Kesawan Tahun 1912 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

Tahun 1913 – 1937 Ruko yang berbagai fungsi, bangunan pemerintahan, perdagangan dan pusat-pusat hiburan

Gambar 4.4 Peta Kesawan Tahun 1937 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

Tahun 1938 -1962 pembangunan ruko-ruko, bangunan pemerintah, dan pusat-pusat hiburan yang semakin berkembang.


(14)

Gambar 4.5 Peta Kesawan Tahun 1962 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

Tahun 1963-1995 Kawasan mulai didirikan bangunan yang relative tinggi yang berfungsi kantor pemerintah maupun swasta, dan Pusat hiburan.

Gambar 4.6 Peta Kesawan Tahun 1995 (Sumber: Sibarani dalam Khairunnisa 2014)

Tahun 1996 – 2004 Difungsikan sebagai ruko dan sarang walet dan pada malam hari Kesawan dialih fungsikan sebagai pusat jajanan malam.


(15)

Gambar 4.7 Peta Kesawan Tahun 2004 (Sumber: Peta Kota Medan 2004)

Tahun 2005-2015 Penerapan arsitektur modren pada fasad bangunan, dan meninggalkan gaya arsitektur Cina, Belanda, dan Melayu, dengan fungsi yang sama.

Gambar 4.8 Peta Kesawan Tahun 2015 (Sumber: google earth)

Tabel 4.1 Analisa Sejarah Fungsi Kawasan (Sumber :Analisa Penulis)


(16)

Sejarah arsitektur bangunan pada kawasan dapat diamati berupa gambar-gambar. Berikut gambar 4.1-4.6 menjelaskan bentuk arsitektur yang menerapan perpaduan antara arsitektur Cina, Belanda Melayu,

Gambar 4.9 Gapura Masuk Kesawan (Dari Luar Dan Dalam) Sumber: http://media-kitlv. medan

Gambar 4.10 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Gambar 4.11 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Tahun 1918 Tahun 1925

Tahun 1985 Tahun 1985

Tahun 1985 Tahun 1985


(17)

Gambar 4.12 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Gambar 4.13 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Gambar 4.14 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Dari gambar 4.1- 4.6, terlihat jelas bahwa fungsi bangunan yang ada pada kawasan Kesawan berupa pusat komersil dan gedung gedung perkantoran, pada sejarah kawasan tersebut juga dapat dilihat dari mulainya pembangunan rel kereta

Tahun 1925 Tahun 1919

Tahun 1985 Tahun 1985

Tahun 1994 Tahun 1931


(18)

api pada tahun 1888 dan kemudian diikuti dengan perkembangan pembangunan yang berbentuk ruko pada tahun 1913.

Sejarah fungsi bangunan yang berupa pusat komersil dan perkantoran merupakan identitas kawasan yang didukung dengan bangunan yang berbentuk ruko, fungsi ini mennyebabkan terbentuknyagaya arsitektur yang didominasi oleh gaya arsitektur Belanda baik dalam fungsi, ruang, bentuk, sky line, ornamen.

Bangunan didominasi oleh gaya arsitektur Belanda ini juga terlihat jelas dari fasad bangunan kawasan, fasad bangunan yang memiliki ciri khas pada kawasan seperti atap, ornamen,dan bukaan, pada fasad bangunan yang memilik bentuk bentuk seperti gambar 4.7.

 Atap

Gambar 4.15 Bentuk Atap Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Atap pada masa lalu, sangat memperhatikan kondisi iklim yang ada di Indonesia,ciri khas dari atap pada bangunan ialah memiliki ornamen yang mencampurkan bentuk atap pelana dan perisai pada bangunan.


(19)

 Ornamen

Gambar 4.16 Bentuk Ornamen Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Ornamen pada fasad bangunan tidak hanya terdapat pada atap, melaninkan juga terdapat didinding bangunan, ornamen yang digunakan juga bervariasi, dari bentuk maupun perletakannya,

 Bukaan

Gambar 4.17 Bentuk Bukaan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Gambar 4.17 merupakan bukaan yang digunakan berbentuk konsep persegi panjang yang berbeda motif, tapi terlihat sama pada ukuran ciri khas ini


(20)

juga menunjukan bahwa model bukaan yang berbeda tapi konteks dengan bangunan disekitar nya.

4.2. Kondisi Eksisting Fasad Bangunan di Kawasan Kesawan

Bangunan pada kawasan kesawan merupakan bangunan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda, dengan dominasi pada gaya arsitektur kolonial. Gambar 4.10 menunjukan bentuk arsitektur fasad pada masa lalu, yang menjelaskan konsep arsitektur fasad bangunan pada kawasan Kesawan merupakan bangunan kolonial Belanda.

Gambar 4.18 Bentuk fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Pada masa sekarang arsitektur fasad bangunan sangat berbeda dari bentuk arsitektur yang diterap kan pada masa lalu, perubahan yang terjadi sangat jelas pada bangunan sekarang, baik dari segi arsitektur fasad, detail fasad, maupun sky

line bangunan pada masa sekarang dan masa lalu sangat berbeda. Tahun 1918

Tahun 1918

Tahun 1985 Tahun 1931


(21)

Perbedaan fasad terlihat pada gambar 4.12-4.17 yang menjelaskan bentuk arsitektur pada masa sekarang.

Gambar 4.19 Denah Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.20 Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.21 Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Segmen A

Segmen B


(22)

Gambar 4.22 Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.23 Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.24 Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.25 Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.19-4.25 menjelaskan banyak perbedaan pada bangunan masa lalu dan bangunan masa sekarang, bentuk arsitektur pada masa sekarang, memiliki

Segmen D

Segmen E


(23)

jenis konsep desain yang berbeda beda, kondisi ini membuat perubahan bentuk yang terjadi pada fasad bangunan bersejarah di kawasan Kesawan dapat terlihat jelas perubahannya.

4.2.1. Bentuk Fasad Bangunan Lama di Kawasan Kesawan

Fasad bangunan lama pada kawasan Kesawan memiliki ciri khas arsitektur kolonial, cina dan melayu, konsep dan ciri ciri tersebut dapat dilihat pada fasad bangunan, konsep kolonial diterapkan pada fasad dan arkad bangunan, konsep arsitektur cina yang diterapkan pada bentuk dan fungsi bangunan, sedangkan arsitektur melayu terlihat dari segi ornamen, bukaan, dan atap bangunan, percampuran kosep yang sedemikain rupa menjadikan kosep bangunan yang memiliki cirri-ciri khusus pada kawasan Kesawan ini.

Bentuk fasad bangunan lama pada kawasan ini bisa dilihat dari gambar gambar berikut :

Gambar 4.26 Kondisi Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Tahun 1918 Tahun 1994


(24)

Gambar 4.27 Bentuk fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. medan

Kondisi fasad bangunan lama terlihat pada gambar 4.18-4.19 , ciri-ciri khas fasad bangunan pada kawasan pada tahun 1918-1994, gambar diatas juga menunjukan kondisi visual bangunan pada masa lalu, sehingga perbedaan fasad bangunan pada masa lalu, dan masa sekarang sangat terlihat perbedaannya dari beberapa elemen-elemen fasad.

Bentuk fasad pada masa lalu masih memiliki irama pada bangunan disekitarnya maupun pada kawasan, posisi ini membuat fasad pada masa lalu terlihat teratur, dan mempunyai nilai tinggi baik dari segi fasad maupun segi kawasan, nilai- nilai fasad yang dimiliki bukan hanya arsitektur Belanda saja, melainkan percampuran antara budaya indonesia, dan dari iklim tropis, semua kondisi yang ada pada masa lalu disesuaikan pada bangunan tersebut, sehingga ruang yang terbentuk pada bangunan menjadikan ruang yang sangat nyaman.


(25)

Tabel 4.2 dapat terlihat bangaimana bentuk perubahan fasad bangunan yang terjadi pada kawasan Kesawan, pada masa lalu dan masa sekarang, mengacu pada penelitian bangunan bersejarah oleh fitri sebagai berikut :

No Bangunan Lama

Fungsi dan Analisa Perubahan

Bangunan Baru

Fungsi

Sekarang dan Kesimpulan

1

Danamont Bank (SwastaBank), Jl. Jend.A.Yani No. 74 ,Tahun 1930

Kantor

Tahun 2015 Kantor

Perubahan bentuk fasad yang terjadi pada

bangunan ini bisa dilihat dari bentuk atap dan papan nama pada bangunan

 Hilangnya ornamen pada atap.  Bentuk

tempelan pada fasad yang berfungsi sebagai papan nama. 2

Tip Top Restaurant/ European Bakery

Shop, Jl.

Jend.A.Yani No. 92 , Tahun 1934

Restaurant

Tahun 2015

Restaurant Perubahan

yang terjadi pada bentuk fasad bangunan ini terlihat dari

penambahan kanopy pada

 Penambaha n kanopy pada fasad


(26)

fasad bangunan.

3

Rumah Tjong A Fie / Tjong Afie Mansion, Jl. Jend.A.Yani

No.105, Tahun 1900

Rumah

Tahun 2015 Museum

Pada bangunan ini tidak ada perubahan bentuk fasad, perubahan yang terjadi pada fungsi bangunan .

 Perubahan fungsi pada bangunan

4

Ruko, Jl. A.Yani No.37, tahun Sekitar 1920'an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

 Tidak berciri khas

bangunan ruko pada kawasan

5 Ruko, Jl. A Yani


(27)

6

Rama Bank

(SwastaBank), Jl.Ahmad Yani No.18, tahun 1900

Kantor

Tahun 2015

Kantor Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

 Tidak berciri khas bangunan ruko pada kawasan

8

Vacant/Ruko, Jl.Ahmad Yani No.23, tahun 1940's

Ruko Ruko

9

Vacant/Ruko, Jl.Ahmad Yani No.25, tahun 1940's

Ruko Ruko

10

Furniture shop, Jl. Jend.A.Yani No.34, tahun 1908

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

 Tidak berciri khas bangunan ruko pada kawasan


(28)

11

Ex Kantor of Modern Bank (SwastaBank)/The officie of Dutch Firm Stork, Jl.Jend.A. Yani No.36 tahun 1900'an Kantor Tahun 2015 Ruko Perubahan pada bangunan ini terjadi pada

perubahan fungsi dan fasad bangunan,fa sad bangunan diubah menjadi bangunan baru

 Perubahan fungsi  Perubahan

pada fasad bangunan

12

Kesawan Furniture Shop, Jl. Jend. A. Yani No.38 tahun Sekitar 1920'an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

 Perubahan pada fasad bangunan

13

Arrow Shoestore, Jl. Jend.A.Yani No. 54, tahun 1900'an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad

 Perubahan pada fasad


(29)

bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

bangunan

14

Ruko, Jl.

Jend.A.Yani No.56, tahun 1900'an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

 Perubahan pada fasad bangunan

15

Asli' Store/ Ruko (2 Bangunans), Jl. Jend.A.Yani No. 62, tahun Sekitar 1910'an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada

 Perubahan pada fasad bangunan


(30)

kawasan Kesawan

16

Ruko, Jl.

Jend.A.Yani No.64, tahun Sekitar 1910'an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

 Perubahan pada fasad bangunan

17

Ex Telkomsel Shop, Jl. Jend.A.Yani No. 66, tahun Sekitar 1910'an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Perubahan

yang terjadi adalah penambahan ketingian bangunan.

 Perubahan pada sky line

bangunan

18

Art and Souvenir

Shop, Jl.

Jend.A.Yani No. 68, tahun 1900'an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan


(31)

ruko pada kawasan Kesawan

19

Toko Puas (Puas Store)/ Sin Huat Lie Kwie Shop, Jl. Jend. A. Yani No.70, tahun Sekitar 1920'an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

20

Bata Shoes shop/ Bata Shoe Shop, Jl. Jend.A.Yani No. 78 , tahun Sekitar 1920'an

Ruko Tahun 2015 Ruko

21

Vacant Ruko/Ex Vespa Showroom, Jl. Jend.A.Yani No. 80, tahun Sekitar 1920'an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada


(32)

kawasan Kesawan

22

Toko Souvenir Benyamin, Jl. Jend.A.Yani No. 84, tahun 1905

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

23

UD Sukaria, Jl. Jend.A.Yani No.86, tahun 1905

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

24

Vacant Ruko, Jl. Jend.A.Yani No. 88, tahun 1900'an Ruko Tahun 2015 Ruko Tidak adanya perubahan -


(33)

pada bangunan ini

25

Toko Tek Djoe & Co, Jl. Jend.A.Yani No.90, tahun 1900'an Ruko Tahun 2015 Ruko Tidak adanya perubahan pada bangunan ini - 26

Kantor of Firma RK Djawa, Jl.Ahmad Yani No.94, tahun Sekitar 1910'an Ruko Tahun 2015 Ruko Tidak adanya perubahan pada bangunan ini - 27

Kantor, Jl.Ahmad Yani No.96, Jl.Ahmad Yani No.96, tahun Sekitar 1910'an Ruko Tahun 2015 Ruko Tidak adanya perubahan pada bangunan ini -


(34)

28

North Sumatra State Cultural & Tourism Kantor/Sumatra Post Printing Works (Varekamp & Co) Kantor, Jl. Jend.A.Yani

No.107, tahun Sekitar 1920'an (Direnovasi 2010) Kantor Tahun 2015 Kantor Tidak adanya perubahan pada bangunan ini - 29

PT. Dharma Niaga Kantor/ Carl Schieper, Jl. Jend.A.Yani

No.110, tahun sekitar 1920‟an

Ruko

Tahun 2015

Ruko Bentuk ruko

fasad bangunan ini sekarang tidak

memiliki ciri khas bangunan ruko pada kawasan Kesawan

 Perubahan yang terjadi pada fasad bangunan

30

Ruko, Jl. Jend. A. Yani No.112, tahun 1905

Ruko Tahun 2015 Ruko

31 Lawyer Kantor/Carl Schlieper, Jl.

Ruko

Tahun 2015 Ruko


(35)

Jend.A.Yani No.114, tahun 1905

yang terjadi pada

ketinggian bangunan

Sky line bangunan

32

"Soto Kesawan" Restaurant, Jl. Jend.A.Yani No. 116, tahun, 1905

Ruko

Tahun 2015

Ruko

Tidak ada yang berubah pada bangunan ini - 33

Ruko, Jl.

Jend.A.Yani No.118, tahun 1905

Ruko

Tahun 2015 Ruko

Perubahan yang terjadi pada

ketinggian bangunan

 Perubahan Sky line bangunan

Tabel 4.2 : Bentuk Perubahan Fasad Di Kawasan Kesawan

Kawasan Kesawan di Jalan Ahmad Yani yang merupakan kawasan bersejerah, bangunan pada kawasan bersejarah ini berjumlah 110 bangunan, berdasarkan tabel diatas ada 33 bangunan yang bersejarah, sehingga dari 62 bangunan bangunan yang bersejarah hanya 33 bangunan, dan dari ke- 33 bangunan yang masih dipertahankan dari bentuk bangunan aslinya ada 4 bangunan yaitu : Lonsum, Tjong Afie, Restaurant Tip Top, Kantor Pariwisata.


(36)

Bangunan yang tidak terawat dari ke 33 banguan bersejarah berjumlah 14 banguan yang tidak terawat sedangkan 15 bangunan lainnya telah berubah menjadi bangunan baru mengikuti gaya arsitektur modern dan meninggalkan gaya arsitektur yang diterapkan pada kawasan Kesawan ini.

Perubahan Fasad keseluruhan bangunan terhadap kawasan Kesawan di Jalan Ahmad Yani dapat dilihat dari tabel berikut ini :

No Segment

Jumlah Bangunan Bangunan Lama Persentase Bangunan Baru Persentase

1 A

12 bangunan

2 bangunan

16,6% 10 bangunan 83,4%

2 B

27 bangunan

- 0% 27 bangunan 100%

3 C 8 bangunan

3 bangunan

37,5% 5 bangunan 62,5 %

4 D 8 bagunan

1 bangunan

12,5% 7 bangunan 97,5%

5 E

30 bangunan

10 bangunan

33,3% 20 bangunan 66,7%

6 F

15 bangunan

2 bangunan

13,3% 13 bangunan 86,7%

Jumlah 110 bangunan 18 bangunan 92 bangunan


(37)

Tabel 4.2 : Bentuk Perubahan Fasad Di Kawasan Kesawan

Dari tabel diatas dapat dilihat pada segment B perubahan fasad bangunan yang terjadi sampai dengan 100% bangunan yang ada pada segment B ini disebabkan perubahan fungsi bangunan pada bangunan tersebut, sehingga fasad bangunan pun ikut berubah,

Perubahan yang terjadi dapat dilihat juga dari diagram yang menunjukan adanya perubahan dari bangunan bersejarah di kawasan kesawan, dan bentuk pelestarian yang kurang diterapakan kawasan ini. Berikut diagram banyaknya bangunan pada kawasan Kesawan yang dibagi dari beberapa segment :

Dari persentase banyaknya bangunan pada diagram diatas perubahan terbesar terjadi pada segment B yang 100% bangunan baru, sehingga pada segment ini tidak terlihat lagi bangunan lama.

4.2.2. Bentuk Fasad Bangunan Baru di Kawasan Kesawan

Bentuk fasad bangunan baru pada kawasan yang menerapkan beberapa konsep arsitektural pada bangunannya, konsep yang digunakan pada fasad bangunan berbeda dari satu bangunan ke bangunan lainnya, sebagian besar mengunakan konsep arsitektur modern dan ada beberapa bangunan yang

Bangunan di Kawasan Kesawan

A B

C D


(38)

mempertahankan bentuk bangunan lama, penggunan arsitektur modern yang diterapkan pada bangunan tidak lah konteks dengan konsep yang digunakan pada masa lalu, penerapan arsitektur modren yang membuat perubahan fasad bangunan pada kawasan Kesawan ini.

Bentuk fasad bangunan baru pada kawasan ini bisa dilihat pada gambar gambar berikut:

Gambar 4.28 fasad Bangunan di Kawasan Kesawan


(39)

Gambar 4.29 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Bentuk fasad pada masa sekarang bisa terlihat dari gambar.Gambar ini juga menunjukan bahwa bangunan lama juga di pertahankan dan ada juga bangunan baru yang mengikuti perkembangan jaman pada masa sekarang ini.

Pola pikir yang berbeda-beda pada pemilik bangunan dikawasan ini menjadikan kondisi fasad bangunan yang tidak konteks lagi pada bangunan disekitarnya, perubahan yang terjadi pada kawasan terlihat sangat jelas pada fasad bangunan yang sudah berubah menjadi modern, maupun bangunan yang tidak terawat.


(40)

Gambar 4.30 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan yang Tidak Terawat. Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.31 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Yang Mengikuti Arsitektur Modren Sumber: Analisa Penulis

Gambar diatas menunjukan bentuk bahwa fasad bangunan bersejarah pada kawasan Kesawan tidak terjaga dengan baik, kondisi seperti ini juga menghilangkan ciri khas dari kawasan Kesawan yang merupakan salah satu kawasan bersejarah di Kota Medan.


(41)

4.3. Skyline Bangunan Pada Kawasan

Sky line bangunan pada kawasan ini pada masa lalu memiliki ketinggian

bangunan yang sama, kondisi bangunan yang berfungsi sebagai tempat usaha dan rumah tinggal, sehingga bentuk bangunan yang disesuaikan pada masa lalu, dijadikan lantai dasar tempat usaha dan lantai ke-2 menjadi rumah tinggal, pola ini membuat ketinggian bangunan menjadi 2 lantai saja, sky line bangunan pada kawasan berupa ruko 2 lantai.

4.3.1. Skyline Bangunan Lama Pada Kawasan

Sky line bangunan kawasan salah satu bangian terpenting untuk melihat bagaimana perubahan yang terjadi pada kawasan, bangunan pada kawasan ini yang berupa ruko 2 lantai, kondisi kawasan pada kawasan kesawan memiliki kesamaan tipe pada bangunannya, ketinggian bangunan juga memilik kesamaan dari bangunan satu ke bangunan lainnya, sky line bangunan rata antara bangunan satu ke bangunan lainnya terdapat pada kawasan.kini sky line bangunan tidak rata lagi seperti bangunan masa lalu di kawasan ini, ketinggian bangunan yang tidak hanya bangunan dua lantai.perubahan ketingian bangunan ini berubah dari tahun ke tahun.


(42)

Gambar 4.32 Sky Line Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Gambar 4.32 menunjukan sky line bangunan masa lalu yang terlihat sejajar pada bangunan satu ke bangunan lainnya, bangunan pada masa lalu yang sangat konteks dengan bangunan pada kawasan. Bentuk sky line pada bangunan sekarang dapat dilihat dari gambar berikut ini:

Gambar 4.33 Sky Line Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

4.3.2. Skyline Bangunan Baru Pada Kawasan

Sky line bangunan baru yang memiliki ketinggian yang berbeda-beda dari bangunan satu ke bangunan lainya, terjadinya bentuk perubahan sky line bangunan lama, perubahan yang terjadi mempengaruhi sky line bangunan pada


(43)

kawasan, perubahan tersebut buakan hanya satu atau dua bangunan baru, melainkan beberapa bangunan baru sudah tidak lagi mengikuti bentuk sky line pada masa lalu, perubahan ini juga mempengaruhi kawasan yang menghilangkan konsep ketinggian bangunan dua lantai pada kawasan Kesawan.

Bentuk skyline pada bangunan sekarang bisa terlihat dari gambar berikut ini :

Gambar 4.34 Sky line Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.35 Sky line Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis


(44)

Gambar 4.36 Sky line Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.37 Sky line Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar- gambar diatas menunjukan bagaimana bentuk Sky line bangunan sekarang yang tidak lagi sama, naik turun bangunan yang terlihat membuat sky line pada masa lalu tidak lagi terjaga sehingga penerapan konsep arsitektur yang sesuai fungsi pada masa lalu dilupakan begitu saja, pada bangunan sekarang, perubahan yang terjadipun terlihat sangat dratis, dari bentuk sky line yang dulunya hanya bangunan ruko yang memiliki level 2 lantai sekarang ditunjukan dengan bangunan-bangunan yang memiliki ketingian 2-5 lantai pada kawasan,

Sky line kawasan Kesawan pun berubah dangan yang dulunya sejajar dan sekarang kondisi bangunan naik turun, sehingga kawasan lama menghilang begitu saja, pada masa sekarang.

4.4. Analisa Perubahan Kawasan Kesawan

Analisa detail perubahan pada fasad bangunan di kawasan Kesawan bisa dilihat dari beberapa elemen seperti : Bukaan, Ornamen, maupun Sky line bangunan, dari beberpa elemen tersebut akan terlihat bagaimana detail perubahan fasad dikawasan Kesawan.


(45)

Elemen-elemen ini juga menjelaskan bagaimana satu persatu bentuk dari fasad itu sendiri dipilihara, dirawat, atau diubah, dan pemeliharaan yang dilakukan terhadap bangunan bersejarah pada kawasan bisa terlihat.

4.4.1. Analisa Perubahan Bentuk Fasad Bangunan Pada Kawasan

Bentuk fasad bangunan pada kawasan, bisa dilihat sangat lah berbeda dari bentuk bangunan sekarang dikarenakan banyak nya bangunan bersejarah yang sudah dirubah, dan dihancurkan, maupun tidak terjaga, pada kawasan ini, gambar dibawah ini adalah beberpa bangunan yang masih terjaga.

Gambar 4.38 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medandan Analisa Penulis

Gambar 4.39 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medandan Analisa Penulis Tahun 1994


(46)

Gambar 4.40 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medandan Analisa Penulis

Gambar 4.41 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan dan Analisa Penulis

Gambar 4.42 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan dan Analisa Penulis Tahun 1919

Tahun 1994


(47)

Gambar 4.43 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan dan Analisa Penulis

4.4.1.1. Analisa Bukaan

Bukaan adalah salah satu elemen dari fasad bangunan, kondisi bukaan terhadap fasad bangunan bersejarah juga perlu diperhatikan, bagaimna bentuk bukaan fasad lama dan bentuk bukaan fasad yang digunakan pada saat sekarang ini, detail bukaan fasad bangunan lama dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Gambar 4.44 Bentuk Bukaan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Tahun 1931

Tahun 1931 Tahun 1919


(48)

Gambar 4.45 Bentuk Bukaan Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Gambar 4.44-4.45 juga menjelaskan bagaimana kondisi bentuk bukaan pada masanya, namun bentuk bukaan seperti gambar hampir tidak ditemukaannya lagi bentuk dari bukaan seperti gambar, bentuk bukaan pada saat sekarang lebih banyak mengunakan bahan Alummunium Composit Panel (ACP) dari pada bahan kayu, hampir semua bukaan menggunakan kaca, dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah ini.

Gambar 4.46 Bentuk bukaan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis


(49)

Bentuk bukaan pada fasad bangunan bersejarah hampir semua menerapkan material baru yang berupa Alummunium Composit Panel (ACP) dan kaca, konsep ini tidak lagi mengikuti arsitektur bangunan kolonial pada masanya, melainkan pemilik lebih memilih mengikuti arsitektur modern yang tlah diterpakan pada masa sekarang, sehingga tidak memperhatikan hilangnya bangunan bersejarah saat mereka menerapkan gaya arsitektur tersebut, pemikiran ini sangat disayangkan dikarenakan hilangnya bangunan –bangunan bersejarah yang bersifat sangat penting dan perlu dilestarikan untuk kedepanya.

Gambar 4.47 Bentuk bukaan Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Bukaan fasad pada kawasan kesawan hampir semua bentuk bukaan diganti dengan material baru yang berupa kaca, bukaan pada fasad yang diterapkan adalah arsitektur modren, sehingga menghilangkan ciri khas bangunan lama, hilangnya ciri khas bukaan pada fasad bangunan bersejarah dikawasan Kesawan membuat bangunan tidak terjaga akan keaslian bentuk fasad dari bangunan bersejarah.


(50)

4.4.1.2. Analisa Atap

Atap juga elemen terpenting dari sebuah fasad, atap merupakan elemen pada fasad bangunan paling atas, bentuk atap pada bangunan lama, terlihat pada gambar menjelaskan bagaimana bentuk atap,

Gambar 4.48 Bentuk Atap Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Atap bangunan baru di kawasan kesawan ini sudah berbeda dari awalnya, bentuk atap bangunan baru hampir semua bangunan dikawasan ini menggunakan atap datar, yaitu atap beton, dapat dilihat dari gambar- gambar berikut :

Gambar 4.49 Bentuk Atap Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Pada bangunan baru tidak terlihat lagi atap.atap yang digunakan hampir semua menggunakan atap beton.


(51)

4.4.1.3. Analisa Ornamen

Ornamen yang digunakan pada fasad bangunan di kawasan kesawan, bangunan lama memiliki ornamen pada fasad bangunan, terlihat dari gambar ini.

Gambar 4.50 Bentuk Ornamen Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Gambar 4.51 Bentuk ornamen Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Ornamen yang digunakan pada fasad bangunan merupakan ornamen yang diukir pada atas bangunan maupun dinding bangunan, cirri khas dari ornamen fasad tersebut berada pada atas bangunan setiap bangunan memilik ornamen pada atas bangunan baik berupa diatap maupun terletak dibawah atap bangunan.

Tahun 1994 Tahun 1931

Tahun 1918 Tahun 1918


(52)

4.4.2. Analisa Perubahan Skyline Bangunan Pada Kawasan

Perubahan skyline bangunan sangat terlihat jelas, bahwa pada bangunan lama bangunan ini merupakan bangunan ruko 2 lantai, sedangkan sekarang memiliki tingakatan 3- 4 lantai,

4.5. Analisa Unsur Terjadinya Perubahan Pada Fasad Bangunan

Unsur yang mempengaruhi bentukan dan perubahan fasad dikawasan bersejrah khususnya di jalan Ahmad Yani.

4.5.1. Unsur Desain Arsitektur Modern

Arsitektur modern berkembang sangat cepat di setiap kota, maupun negara-negara manapun, arsitektur modern juga berkembang dikota Medan, perkembangan ini sangat cepat, maupun dikawasan Kesawan yang merupakan kawasan bersejarah yang perlu dijaga, akan tetapi arsitektur modern juga masuk di kawasan bersejarah ini, terlihat dari bentuk fasad bangunan yang berubah, dari waktu ke waktu.

Gambar 4.52 Bentuk Arsitektur Modern Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan


(53)

Gambar 4.53 Bentuk Arsitektur Modern Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Pada gambar 4.52 terlihat bentuk arsitektur pada jaman dahulu, bentuk arsitektur kolonial yang diterapkan pada bangunan-bangunan dikawasan, bangaimana bangunan ini hampir menghilang dengan masuknya arsitektur modern pada kawasan ini, terlihat dari gambar 4.53.

Gambar 4.54 Bentuk Arsitektur Modern Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis


(54)

Gambar diatas menjelaskan bentuk fasad yang berubah menjadi bangunan modern yang memakai kaca dan Alummunium Composit Panel (ACP), ketinggian bangunan juga terlihat jelas bahwa yang dulunya bangunan hanya 2 lantai, sekarang bangunan sudah mencapai 3-5 lantai, ini dikarenakan kebutuhan ruang yang bertambah, sehingga bangunan baru tidak lagi konteks dengan bangunan lama.

4.5.2. Unsur Fungsi Bangunan

Fungsi bangunan lama merupakan kawasan komersil, terlihat dari bentukan ruko-ruko pada kawasan bersejarah, namun sekarang fungsi kawasan bukan lagi pusat komersil saja, melainkan kantor, pedangangan , rumah, sehingga dengan adanya berbagai macam fungsi bangunan banyak pihak merubah bangunan sesuai fungsinya masing masing, perubahan ini juga terjadi akibat tuntutan persaingan, supaya pengunjung lebih tertarik datang.

4.5.3. Unsur Prilaku Pemilik Unsur prilaku kepemilikan yaitu :

 Tidak adanya sosialisasi tentang pentingnya bangunan bersejrah, serta bagaimana cara perawatan bangunan bersejarah

 Ketidakpeduliannya terhadap bangunan bersejarah

Pemilik bangunan bersejarah tidak mengetahui tentang pentingnya bangunan bersejarah, terlihat banyak perubahan fasad yang terjadi dikawasan Kesawan, gaya arsitektur fasad yang banyak berubah menjadi arstektur modern, dan tidak konteks dengan bangunan sekitarnya, pemilik hanya mementingkan


(55)

bagaimana kepentingan pribadi, mereka lebih banyak melihat bagaimana cara menarik pengunjung, dimana bangunan ini dijadikan ruko-ruko, kantor, dan jenis usaha yang lainnya.

Gambar 4.55 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.55 juga menunjukan pemilik merubah bangunannya dengan menggunankan kaca, Alummunium Composit Panel (ACP), dan bentuk material modern pada masa sekarang ini, proses perubahan tersebut sangat berbeda terhadap bangunan lamanya.

Gambar 4.56 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan

Namun tidak semua pemilik berpikir untuk mengubah bangunan tersebut, sebagian pemilik berpikir bahwa bangunan bersejarah pantas dilestarikan dan

Tahun 1994 Tahun 1918


(56)

dirawat sebagaimana mestinya, seperti beberapa fasad bangunan yang tetap dipertahankan dirawat dan dijaga .

Gambar 4.57 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: http://media-kitlv. Medan dan Analisa Penulis

Gambar 4.58 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan Sumber: Analisa Penulis

Gambar 4.58 diatas menunjukan kalau masih ada pemilik bangunan yang melestarikan bangunan- bangunan bersejarah pada kawasan Kesawan di jalan Ahmad Yani, pemilik masih berpikir bahwa bangunan bersejarah perlu dirawat dan dilestarikan. Tidak semua pemilik bangunan bersejarah memiliki arti penting pelestarian bangunan. Ini terlihat dari adanya perubahan-perubahan yang terjadi tidak menganut konsep pelestarian (Papageourgeou 1969 dan Rossi 1982 ) yang menjelaskan perubahan sebaiknya tetap mempertahankan nilai-nilai kebertahanan


(57)

dan permanensinya, perubahan yang ada tidak memperhatikan nilai kawasan yang sudah terbentuk sebelumnya


(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Bentuk fasad bangunan dan skyline di kawasan Kesawan Jalan Ahmad Yani telah mengalami perubahan dari periode ke periode. Fasad bangunan yang awalnya mempunyai gaya arsitektur kolonial, melayu dan cina saat ini beberapa diantarnya telah berubah ke fasad modern. Demikian juga dengan skyline kawasan yang juga berubah. Perubahan yang terjadi di kawasan Kesawan Jalan Ahmad Yani adalah sebagai berikut

1. Perubahan fasad bangunan yang terlihat dari segi : - Desain fasad lama dan baru

Dari segi desain dapat dilihat dengan jelas dari komponen-komponen seperti, bukaan atap dan ornamen yang sangat berbeda dari bangunan lama dan baru, dan hanya beberpa bangunan saja yang masih dipertahankan. Disimpulkan bukaan bangunan lama dan baru sangat berbeda, pada bangunan lama terlihat menggunakan bukaan kayu,sedangkan bukaan bangunan baru mengunakan alumunium dan kaca, yang bergaya arsitektur modren.

- Atap

Dari segi atap sangat terlihat perubahan fasad yang terjadi, Disimpulkan atap bangunan lama dan baru sangat berbeda, pada


(59)

bangunan lama terlihat menggunakan genteng,sedangkan bukaan bangunan baru mengunakan dak beton, yang bergaya arsitektur modren minimalis.

- Ornamen

Dari segi ornamen sangat terlihat perubahan fasad yang terjadi, ornamen bangunan lama dan baru sangat berbeda, pada bangunan lama terlihat menggunakan ornamen pada atas fasad bangunan,sedangkan ornamen bangunan baru tidak terlihat lagi. - Bukaan

Bukaan pada bangunan lama yang masih menyesuaikan pada iklim tropis, sedangkan bukaan bangunan baru banyak mengunakan

Alummunium Composit Panel (ACP).

2. Sky Line Bangunan Pada Kawasan

Sky line bangunan lama pada kawasan kesawan yang merupakan ruko 2

lantai, kondisi ini berubah dari tahun ke tahun, dan pada bangunan sekarang ketingian bangunan yang mencapai 2-4 lantai pada kawasan, tidak terlihat lagi ketinggian bangunan satu dengan bangunan lainya sudah berbeda pada kawasan.

5.2 SARAN

Guna menjaga keaslian dari jalan Ahmad Yani dan pelestarian bangunan yang ada maka perlu adanya penerpan peraturan peraturan terhadap perubahan fasad yang terjadi, dengan demikian perubahan fasad bangunan khususnya dijalan


(60)

Ahmad yani dapat terkendali, oleh karena itu langkah langkah penyelamatan bangunan bersejarah harus diterapakan pada pemilik bangunan maupun penyewa.Seperti :

a. Menetapkan peraturan –peraturan dari pelestarian

b. Penyuluhan terhadap pentingnya bangunan bersejarah dijalan Ahmad yani.

c. Perlunya kerjasama antara masyarakat, komunitas dan pemerintahan kota Medan.


(61)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 The Urban and the Spatial Cluster

Menurut Papageorgiou, A. dalam “Change and Continuity” (1971).“Pusat- pusat kota bersejarah keduanya bisa termaksud di dalam unit- unit yang tidak saling berkaitan, dan juga sebagai komponen penting dari pada kompleks perkotaan yang lebih besar.Pada kedua kasus tersebut pusat ini merupakan formasi perkotaan yang statis dan konstan dalam permukiman yang dihuni, yang

dibangun diatas permukaan bumi”.

Menurut Papageorgiou, A. dalam “Change and Continuity” (1971).Perbedaanfungsi dari Networks dan Centres, pada clusterperkotaan tradisional:

a. Pusat adalah formasi perkotaan dimana keduanya bervariasi kepentingan fungsional, hal tersebut memenuhi, baik dari fungsi tunggal, fungsi dari :

1. Pusat permukiman

2. Ruang lingkup utama pusat administrasi, komersil, dan pertukaran 3. Pusat sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan

4. Daerah industri.

b. Jaringan tradisional (yang berbanding lurus dengan cluster buatan) yang telah terpenuhi hingga awal abad sekarang yang fungsinya sama tuannya


(62)

dengan dunia ini sendiri, yaitu rute lalu lintas, jaringan-jaringan ini terdiri dari jalan, rel kerta api, sungai dan rute laut.

c. Struktur dari cluster buatan tradisioanal dapat digambarkan berdasarkan kerakteristik berikut :

 Elemen-elemen pentingnya statis.

Selama 3 abad ditandai dengan meningkatnya pusat perkotaan, rute jalan dan air yang berada diantaranya ,menunjukan hasil bahwa jumlah pusat perkotaan ternyata berkembang jauh lebih besar daripada rute tersebut. Lokasi geografis pusat pusat ini da jaringan jaringannya yang saling berhubngan ternyata tetap tidak berubah.  Disebabkan oleh isolasi wilayah perkotaan dan sebagai besar

pengembangan diarahkan kepada yang bangkit, maka fungsi pusatnya menjadi pada wilayah pusat perkotaan

 Tidak adanya pengembangan komunikasi sepenuhnya antara berbagai pusat perkotaan, komunikasi, satu-satunya hanya berupa rute lalu lintas

Seiring berjalannya waktu, cluster geofisika benar-benar ditenggelamkan oleh cluster buatan . lahan secara sistemastis dirusak dan dilumpuhkan.

Dari sini sangat jelas bahwa cluster tradisional telah berkurang secara berkelanjutan dan fleksibilitas.

a. Ledakan demografi setelah berperan selama beberpa decade lalu dan akan telah menggandakan populasi dunia diakhir abad, sehingga memastikan


(63)

penyebarannya kebudayaan industri yang juga berkontribusi terhadap meningkatnya urbanisasi secara umum.

b. Wilayah perkotaan (ibukota plus luar pinggiran kota plus kota satelit atau erkotaan) telah berbentuk didaerah pesisir timur dan barat di Amerika Serikat, Inggris, Belgia, Jerman,Prancis, danJepang. Wilayah wilayah perkotaan ini, secara tidak engaja, merupakan tahap awal, dalam masatransisi dari yang tadinya cluster tradisional, menjadi cluster tata ruang dimasa depan.

Constantin Donadis, seorang perencanaan kota dan arsitek Yunani, menyatakan bahwa berbagai studi pengembangan bentuk perkotaan dimasa depan, karakteristik ekskulsif pada cluster tata ruang dimasa depan akan sampai pada kependapatan ekstrimnya.

2.2 Pelestarian Kawasan Bersejarah

UNESCO memberikan definisi “heritage’’ sebagai warisan (budaya) masa

lalu, yang seharusnya dilestarikan dari generasi ke generasi karena memiliki nilai-nilai luhur. Heritage ManagementInterpretation Identity, karya Peter Howard (2003) memberikan makna heritage sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material maupun alam.


(64)

2.2.1 Pengertian Pelestarian

Pengertian pelestarian secara lebih spesifik dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian, perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan, dan/atau pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas (Piagam Pelestarian PusakaIndonesia 2003).

b. Kesinambungan yang menerima perubahan merupakan konsep utama pelestarian, sebuah pengertian yang berbeda dalam preservasi. Konsekuensinya, perubahan yang dimaksud bukanlah terjadi secara drastis, namun perubahan secara alami dan terseleksi (Adishakti,1997 dalam Adishakti,2008).

c. Pelestarian dalam konteks perkotaan berarti pula mengawetkan bagian tertentu pusaka dengan memberikan tidak hanya keberlanjutan keberadaannya tetapi juga memiliki manfaat untuk masa depan (Burke,1976 dalam Asworth,1991).

d. Pelestarian merupakan manajemen perubahan (Asworth, 1991).

Pemahaman pusaka dalam dua dekade terakhir ini tidak hanya bertumpu pada artefak tunggal namun telah meluas pada pemahaman pusaka sebagai suatu saujana (cultural landscape) yang luas bahkan bisa lintas batas dan wilayah dan menyangkut persoalan pusaka alam dan budaya (Adhisakti,2008). Pada Tahun


(65)

Pusaka Indonesia 2003 (tema: Merayakan Keanekaragaman), Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) bekerjasama dengan International Council on

Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia dan Kementrian Kebudayaan dan

Pariwisata Republik Indonesia mendeklarasikan Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003. Menurut Adhisakti (2008), piagam ini merupakan yang pertama kali dimiliki Indonesia dalam menyepakati etika dan moral pelestarian pusaka. Kesepakatan dalam piagam tersebut di antaranya adalah:

a. Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana. Pusaka alam (natural heritage) adalah alam yang istimewa. Pusaka budaya (cultural heritage) adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka saujana (cultural landscape) adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu;

b. Pusaka budaya mencakup pusaka tangible (bendawi) dan pusaka intangible (non bendawi).

2.2.1.1 Pemeliharaan

Menurut [Dobby (1979), "Conservation and Planning '] di dalam bukunya" Conservation and Planning' telah menjelaskan langkah-langkah di dalam mengaplikasikan konsep retensi dan konservasi. Di Malaysia, pendekatan konservasi dalam piagam internasional (Piagam Burra) digunakan sebagai referensi dalam praktek pemuliharaah bangunan bersejarah.


(66)

Pendekatan-pendekatan yang terkandung dalam piagam Burra diadopsi dengan luas diseluruh dunia khususnya di Eropa [Siti Norlizaiha Harun et.al (2010), Konservasi Bangunan Bersejarah, Universiti Teknologi Mara.].dalamRuslinda.

Pelaksanaan kerja konservasi adalah mengacu kepada kebijakan untuk menyelamatkan dan membangun warisan dengan pendekatan kepada dua konsep yaitu keaslian dan penyesuaigunaan berikutnya mengacu pada tiga prinsip yang dapat digunakan seperti Raja.

Gambar 2.1. Pendekatan Konservasi (Sumber: Siti Norlizaiha Harun, 2010)


(67)

Gambar 2.2 Dasar dan Prinsip Pemiliharaan Bangunan bersejarah dan monumen di Malaysia

(Sumber: Paiman Keromo, 2000)

2.2.1.2 Nilai Bangunan Bersejarah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010, bahwa cagar budaya sebagai sumber daya budaya memiliki sifat rapuh,unik, langka, terbatas, dan tidak terbarui, sehingga dalam rangka menjaga cagar budaya dari ancaman pembangunan fisik, baik di wilayah perkotaan, pedesaan, maupun yang berada di lingkungan air, diperlukan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatannya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya menimbang :

a. Bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu


(68)

dilestarikan dan dikelola secara tepat melaluiupaya pelindungan, pengembangan, danpemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

b. Bahwa untuk melestarikan cagar budaya, negara bertanggung jawab dalam pengaturan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya; c. Bahwa cagar budaya berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan

perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya;

d. Bahwa dengan adanya perubahan paradigma pelestarian cagar budaya, diperlukan keseimbangan aspek ideologis, akademis, ekologis, dan ekonomis guna meningkatkan kesejahteraan rakyat;

e. Bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya sudah tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti;

f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e perlu membentuk Undang-Undang tentang Cagar Budaya; Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 32 ayat

Penelitian Utami (2004) mengatakan Rossi (1982) yang mengacu pada teori permanensi-nya Poete dan Lavedan melihat kota sebagai sejarah, yang terdiri atas dimensi waktu masa lalu, masa kini dari masa mendatang. Teori Poete dijelaskan dalam Rossi (1982) menggunakan dasar historical theory yang memfokuskan pada fenomena persistance (berlangsung secara terus menerus atau


(69)

dapat bertahan), Kebertahanan ini dihubungkan dengan monumen, tanda-tanda fisik masa lampau yang terlihat pada layout dari rencana dasar kola.Kadangkala artefak ini bertahan dengan tidak berubah, berlangsung terus dan di suatu waktu mereka menghilang dan hanya tinggal permanensinya pada bentuk-bentuknya, tanda-tanda fisiknya atau berupa sisa yang ada pada lokusnya.Oleh karena itu Rossi kemudian membuat rumusan tentang Man Made Object. Antara lain dikatakan bahwa pembangunan kota mempunyai dimensi 'temporal' yaitu dimensi masa lalu, kini dan yang akan datang dan pembangunan kota mempunyai 'Spatial

Continuity' kesinambungan spatial (Utami, 2004).

Rossi (1982) menjelaskan bahwa ditengah-tengah perubahan suatu kota kita masih dapat menyaksikan kehadiran nilai-nilai lama di masa kini. Nilai-nilai lama ini dapat kita saksikan dengan melihat elemen-elemen kota yang ada yang mampu menghadirkan masa lalu kola tersebut, misalnya dari segi fasade, Radjiman (2000) mengatakan bangunan tua mengekspresikan kesinambungan dan simbolis dari keadaan permanensi "place without old building is like a person

without a memory", Setiap kota mempunyai sejarah yang menghubungkannya

kepada asal-usul. Tanda-tanda yang terlihat Juri sejarah tersebut dapat menentukan segi-segi utama rupa kota, sedangkan untuk daerah baru mengikuti simbol-simbol yang terlihat juri kepribadian kota lama yang memberikan kontinuitas dan karakter pada daerah baru (Utami, 2004).

Dikemukakan oleh Eko Budihardjo (Konservasi Pusaka Budaya, 11 Mei 2010),yaitu sangat banyak bangunan-bangunan kuno bersejarah di segenap pelosok tanah air dibongkar untuk memberi tempat bagi pembangunan yang


(70)

modern, latemodern, new modern, post modern yang sering tidak kontekstual dan tidak berkarakter. Dalam era kekinian, terlihat kecenderungan bahwa para pemegangkebijakan sepertinya tidak memperhatikan keberadaan pusaka budaya di daerah masing-masing.Perhatian para pemegang kebijakan terlalu tercurah pada pembangunan ekonomi dan sarana prasarana fisik yang berkaitan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Undang-undang Benda Cagar Budaya yang disahkan tahun 1992, belum banyak dipahami atau dijadikan acuan dalam proses penataan ruang dan pembangunan daerah. Informasi yang perlu disebarkan ke berbagai pihak, bahwa konservasi pusaka budaya tidak hanya penting sebagai salah satu upaya menjaga lambang peradaban, cerminan jati diri (identitas) bangsa, menciptakan rasa kebanggaan (civic pride) namun juga berpotensi untuk menumbuhkan geliat perekonomian yang bertumpu pada budaya.

Utami (2004) mengatakan Rossi (1982), menjelaskan bahwa sekilas awal akan terlihat bahwa permanensi memuat semua kontinuitas Juri urban artefak namun kenyataannya ini tidak dominan, karena kenyataanya tidak ada sesuatupun yang bertahan dalam suatu kota, Oleh karena itu dalam teori permanensi ini bisa dikatakan dipergunakan untuk menerangkan urban artifak yang mempunyai kekuatan dalam menerangkan suatu kola dengan melihat kola saat ini. Teori ini menggunakan metode historis sebagai pembatasnya.Metode ini digunakan tidak hanya untuk membedakan permanensinya saja, tapi untuk lebih memfokuskan pengujian apakah kola itu selalu dapat diindikasikan dengan melihat perbedaan waktu lalu dengan sekarang.


(71)

Utami mengatakan Papageogeon (1969)] mengatakan dalam suatu kota vang mempunyai sejarah, pasti memiliki historic urban centre yang merupakan kawasan atau bagian kota yang memiliki nilai sejarah yang sampai saat ini masih tetap ada dengan bentuk yang asli dan merupakan pembentuk struktur kota. Suatu elemen yang walaupun dari sisi fungsi telah berubah namun bentuk aslinya tetap ada karena ini akan mengkaitkan sejarah yang terdahulu yang membentuk kota. Setiap pemerintahan pada setiap periode membawa bentukan wajah kota sendiri-sendiri yang memacu perjalanan pertumbuhan kota dan elemen kola itu ikut menentukan nilai kota tadi. Dengan demikian melihat dan menghuni kota tidak saja hanya dari wujud elemen kota pada hari ini saja, tapi juga wujud nilai sejarah yang ikut hadir pada masa kini. Melihat sejarahyang ada, berbagai macam bentuk-bentuk bangunan dan alam dapat memberikan nilai sejarah yang muncul. Kita dapat melihat atau menemukan sejarah kota dengan melihat unit-unit independendan komponen-komponen penting perkotaan. Lebih lanjut dikatakan perubahan tersebut tidak berhenti tapi selalu berdampak lanjut, sedangkan dalam jurnal penelitian Utami mengatakan menurut Sudaryono (1996) perubahan elemen kota yang ideal dijumpai pada kontinuitas/kemenerusan dari seluruh nilai-nilai lama dari artefak perkotaan (walaupun ini sangat sulit dijumpai). Atau dengan kata lain perubahan yang bersifat minor tetapi tidak secara keseluruhan. Dalam hasil penelitian Utami, tahun 2001 dikatakan bahwa elemen dominan datum kota bisa dilihat dari kontinuitas dan persistensinya datum perkembangan kota. Elemen dominan ini dijadikan araban datum perkembangan kawasan yang sering menuntut perubahan dan kemajemukan.


(72)

Utami mengatakan collective memory sendiri menurut Rossi (1982) adalah segala sesuatu khususnya menyangkut elemen fisik kota yang mampu memberikan kesan tertentu atau mengingatkan pada pengamat akan suatu peristiwa tertentu baik secara visual maupun non visual. Menurutnya the city is

the theater of human events. Diperjelas dalam buku yang diterbitkan oleh Badan

Warisan Sumatera (BWS) bangunan-bangunan yang mempunyai nilai histories adalah gudang penyimpanan memori social yang menjadi sumber yang paling baik untuk menginteprestasikan pengalaman masa lalu dan bangunan itu mempunyai kekuatan untuk membangkitkan memori social visual.

Collective memory akan suatu ruang publik tidak terlepas dari

memori-memori pribadi dari warga ruang publik tersebut. Berdasarkan itu, memori-memori memori yang mengisi ruang publik ini juga memiliki kepentingan untuk di dokumentasi, sebagai upaya pembentukan collective memory bagi warga kota (Widjaja, 2010).

2.2.2 Pengertian Pelestarian Kawasan

Penelitian Adityapash (2007) mengatakan Pontoh (1992) menjelaskan bahwa dugaan kemungkinan terjadinya bencana kerusakan bangunan pusaka yang bertambah besar pada abad ke-19 menyebabkan dilakukannya upaya yang sungguh-sungguh untuk melestarikan bangunan tua dan pusaka di Eropa dan Amerika. Konsep konservasi bangunan pusaka dicetuskan sejak William Morris mendirikan Lembaga Pelestarian Bangunan Kuno (Society For The Protection of


(73)

dibuat pada tahun 1882 merupakan peraturan dan undang-undang yang pertama kali melandasi kebijakan dan pengawasan dalam bidang konservasi untuk melindungi lingkungan dan bangunan pusaka (Dobby: 1978). Sebelumnya, pelestarian merupakan suatu kebiasaan (preservation as an ethic) yang dilakukan secara rutin dan meliputi pekerjaan merawat dan memperbaiki bangunan. kongres

The European Architectural Heritage yang diselenggarakan oleh negara-negara

Eropa pada tahun 1975 yang dijadikan sebagai Architectural Heritage Year telah

menghasilkan “Deklarasi Amsterdam” dan membuat kesepakatan bahwa

warisan-warisan arsitektur di Eropa adalah milik bersama masyarakat Eropa yang menjadi bagian integral dari warisan budaya dunia. Untuk itu diperlukan adanya suatu kerjasama antar negara guna menyelamatkan warisan arsitektur tersebut (Lubis: 1990). Pada awalnya, konsep pelestarian ini berupa konservasi, yaitu pengawetan benda-benda, monumen dan sejarah (lazim dikenal dengan preservasi). Perkembangan lingkungan perkotaan yang memiliki nilai sejarah serta kelangkaan menjadi dasar bagi suatu tindakan konservasi. Konservasi sebenarnya merupakan upaya preservasi, namun tetap memperhatikan dan memanfaatkan suatu tempat untuk menampung serta mewadahi kegiatan baru. Dengan demikian, kelangsungan tempat bersangkutan dapat dibiayai sendiri dari pendapatan kegiatan baru.

Pelestarian secara umum dapat didefinisikan bahwa pelestarian dalam hal ini konservasi merupakan suatu upaya atau kegiatan untuk merawat, melindungi, dan mengembangkan objek pelestarian yang memiliki nilai atau makna kultural agar dapat dipelihara secara bijaksana sesuai dengan identitasnya guna untuk


(74)

dilestarikan (Susilowati, 2005 ). Menurut Eko budihardjo (1994), upaya preservasi mengandung arti mempertahankan peninggalan arsitektur dan lingkungan tradisional/kuno persis seperti keadaan asli semula. Karena sifat preservasi yang stastis, upaya pelestarian memerlukan pula pendekatan konservasi yang dinamis, tidak hanya mencakup bangunannya saja tetapi juga lingkungannya (conservation

areasdan bahkan kota bersejarah (histories towns). Dengan pendekatan

konservasi, berbagai kegiatan dapat dilakukan, menilai dari inventarisasi bangunan bersejarah kolonial maupun tradisional, upaya pemugaran (restorasi), rehabilitasi, rekonstruksi, sampai dengan revitalisasi yaitu memberikan nafas kehidupan baru.

2.2.3 Pengertian Pelestarian Saujana

Saujana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti sejauh mata memandang, dimaknai sebagai lansekap budaya.Saujana merupakan keragaman manifestasi interaksi antara hasil budi daya manusia dan lingkungan alamnya (UNESCO, 1994). Menurut Platcer dan Rossler (1995) dalam Adishakti (2008), saujana adalah:

a. Mencerminkan interaksi antar manusia dan lingkungan alam mereka tanpa batas ruang dan waktu. Alam dalam konteks ini adalah mitra masyarakat, keduannya dalam kondisi yang dinamik membentuk saujana (landscape). b. Di beberapa negara, saujana digunakan sebagai model interaksi antara

manusia, sistem sosial mereka dan bagaimana mereka menata ruang.

c. Saujana adalah fenomena kompleks dengan identitas tangible dan intangible. Komponen intangible tumbuh dari ide dan interaksi yang memiliki impak


(75)

pada persepsi dan membentuk saujana, seperti misalnya kepercayaan sacral dekat dengan hubungannya dengan saujana dan kedaan ini sudah berlangsung lama. Sementara itu, Komite Pelestarian Pengembangan dan Pemanfaatan Saujana, Monuments and Sites Division, Cultural Properties,Agency for

Cultutal Affairs, Jepang (2003) dalam Adishakti (2008) menyatakan bahwa

saujana adalah bentang alam bernilai tinggi yang keberadaannya dipengaruhi alam, sejarah dan budaya pertanian, kehutanan, komunitas perikanan, memiliki hubungan erat dengan industri dan kehidupan tradisional, dan menggambarkan penggunaan lahan atau tampilan alam yang unik pada suatu area.

2.2.4 Elemen- Elemen Fasad Bangunan

Ruslinda, Menurut [Lippsmeier, Georg. (1980) Tropenbau Building in the

Tropics (terjemahan BangunanTropis oleh Syahmir Nasution). Erlangga Jakarta.],

Elemen-elemen yang mempengaruhi fasad bangunan adalah atap, dinding dan lantai. Bagi [Leon Krier, "Urban Components", Architectural Design, vol. 54, no 7/8, 1984, p.43], elemen-elemen yang juga berfungsi sebagai komponen didalam pemaparan fasad bangunan adalah seperti


(76)

Gambar 2.3 Elemen-elemen Fasad Bangunan (Sumber: google.com)

Ruko adalah arsitektur vernacular yang berkembang di sekitar daerah asia. Bangunan-bangunan di negara ini dapat dikategorikan berdasarkan pengaruh arsitektur. Pembentukan keragaman arsitektur yang dibawa dan ada di setiap pelosok kota atau kota sebagai pusat perdagangan memainkan peran yang penting dalam pembentukan identitas pada suatu daerah. Kebanyakan pengaruh Arsitektur


(77)

Fasad terbentuk dari tabrakan budaya lokal dan pengaruh kolonial yang disesuaikan dengan iklim lingkungan dan kegiatan yang ada antara abad ke -16 sampai pertengahan abad ke-20 yaitu Portugis (1509-1641), Belanda (1641-1824) dan Inggris (1786 -1957). Bangunan-bangunan di Negara ini dapat di kategori berdasarkan pengaruh arsitektur.

Keragaman gaya arsitektur dihasilkan dari kota atau kota sebagai pusat perdagangan yang dilengkapi oleh pendatang, penjajah dan pedagang, memainkan peran dalam penbentukan gaya arsitektur Rumah Toko dan dikombinasikan dengan pengaruh budaya lokal. Hari ini dapat dilihat dari fasad Rumah Toko yang memiliki keterampilan bangunan terdahulu seperti bukaan pintu dan jendela kayu berukir, bentuk pemasangan ubin yang unik, jeruji besi yang penuh dengan hiasan dan dekoratif plester yang elegan.Pengaruh arsitektur fasad rumah toko dapat ditunjukkan seperti Gambar 2.4 yang terdiri dari Era Transisi, Neo-Classic, Dutch-Patricia,ArtDecodanModer.Gambar 2.4: Pengaruh Arsitektur Fasad Ruko jurnal Ruslinda (Sumber: The Encylopedia of Malaysian Architecture, 1997). Antara warisan budaya yang harus dipelihara adalah bangunan yang memiliki nilai sejarah, arsitektur dan budaya yang tinggi.Secara prinsipnya, bangunan dilestarikan melalui perbaikan dan modifikasi tanpa merusak struktur asli atau merubah keaslian bangunan. Piagam internasional terkait konservasi telah merumuskan beberapa prinsip dasar bagi kerja-kerja konservasi seperti berikut:

a. Gangguan (intervention) minimal - konservasi melibatkan kerja yang mengganggu.


(78)

b. Posisi (setting) dan kain bangunan ada; maka gangguan harus dibatasi pada tingkat yang minimum.

c. Kembali ke kondisi asal (reversible) - gangguan pada bahan bangunan harus dikembalikan ke kondisi yang asli.

d. Jelas (legible) - setiap penggantian baru ke atas bagian yang hilang pada bangunan lama harus dibedakan dari yang asli untuk menghindari pemalsuan bahan bukti sejarah.

e. Berkelanjutan (sustainable) -manajemen warisan dijalankan dengan baik agar warisan dapat dipertahankan untuk generasi yang akan datang

2.2.5 Ruang dan Bentuk dalam Arsitektur

Ruang dalam arsitektur dapat diartikan sebagai pelingkup suatu kegiatan, sedangkan bentuk adalah kenampakan atau raut dari suatu ruang. Sehingga raut atau kenampakan suatu ruang juga akan dipengaruhi oleh besaran ruang, skala dan kegiatan apa yang akan diwadahi oleh suatu ruangan. Edward T. White dalam buku Tata Atur mengatakan bahwa ; „ruang adalah suatu rongga yang dibatasi

oleh permukaan bangunan‟. Hal ini berarti permukaan bangunan bertindak

sebagai pembatas dari ruangan atau suatu ruang, sekaligus sebagai „kulit‟ yang mencirikan bentuk dari suatu bangunan. Bentuk ruang, baik ruang luar dan atau ruang dalam yang spesifik juga menentukan identitas bangunan.

Dikatakan oleh G.H Broadbent dalam bukunya ; Design In Architecture, dengan mengutip pernyataan dari ahli palaeoantropologi Henri Breuil, yang

berbunyi „Para pelukis gua di jaman es, menggambar bentuk-bentuk rekaan dari


(79)

adanya bentuk-bentuk itu, mereka ingin menunjukkan kemampuan meniru (analogi) mereka dan menjadikan mereka lebih maju dari yang lain‟. Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan, ruang dan bentuk telah lama digunakan manusia sebagai identitas dan penanda arsitektur, dari yang paling primitif hingga yang paling modern, baik secara umum, maupun dalam ruang lingkup tertentu.

2.2.5.1 Kualitas Kenampakan Fisik Dalam Arsitektur Berdasarkan Teori Analogi Bentuk

Menurut F.D.K.Ching, dalam buku Architecture : Form Space and Order ; kualitas ruang arsitektural terkait dengan proporsi, skala, bentuk, definisi, warna, tekstur, pola, suara, tingkat penutupan, cahaya, dan pandangan ( view ). Kualitas ruang sendiri ditentukan oleh properties of enclosure (sifat-sifat ketertutupan), yang berupa wujud, permukaan, sisi-sisi (edges), dimensi, konfigurasi, dan bukaan. Kualitas ruang merupakan suatu tanggapan atas efek penggabungan sifat-sifat dasar dan dikondisikan atas dasar budaya, pengalaman serta keinginan atau kecenderungan pribadi. Kualitas kenampakan fisik dalam arsitektur dapat digolongkan dalam beberapa kategori berdasarkan simektik (symectic) desain seperti yang dikemukakan oleh WJ. Gordon (1961):

a. Analogi Personal

Perancang mengidentifikasikan dirinya sendiri lewat aspek-aspek mikro dalam permasalahan desain.


(80)

Permasalahan dalam desain dikomparasikan / dibandingkan dengan fakta-fakta yang ada di ruang lingkup ilmu lain, seperti seni, ilmu pengetahuan atau teknologi.

c. Analogi Simbolik

Perancang mencoba untuk masuk ke esensi dari arti khusus dari sebuah rancangan yang digabungkan pada permasalahan desain. Dapat disimpulkan dari kategori – kategori di atas bahwa dalam teori analogi bentuk sangat bertumpu pada simbol dan penanda tertentu yang ada pada bangunan yang menjadi ciri khas. Simbol dan penanda yang dimaksud adalah kekhasan fisik, baik itu bentuk maupun elemen-elemen yang ada pada bangunan yang tidak ada pada bangunan lain.

Simbol dan penanda pada bangunan menurut Susane Langer (1970) dapat didefinisikan sebagai berikut ;

a. Simbol Adalah penanda buatan manusia yang digunakan untuk mengindikasikan suatu objek sekaligus untuk merepresentasikannya secara nyata.

b. Penanda (Sign) Bentuk-bentuk alamiah maupun buatan yang digunakan untuk menyatakan sesuatu ciri khas bentuk, atau dalam konteks perancangan dapat diartikan sebagai ciri-ciri fisik yang dapat diingat oleh siapa saja yang melihatnya. Kualitas kenampakan fisik juga di pengaruhi oleh faktor – faktor pembentuk wajah bangunan yaitu :

c. Tata Letak ( Lay Out) Letak wajah bangunan pada sebuah bangunan akan berpengaruh pada pengalaman visual orang yang melihatnya. Pembedaan


(81)

visual yang kentara akan mendorong orang yang melihat bangunan untuk berpikir dan mengutarakan pendapatnya berdasarkan apa yang dirasakan. d. Pembatas Partisi atau sekat pada bangunan dapat mempengaruhi kualitas

visual tampilan bangunan. Pembatas ruang tidak hanya berupa benda mati seperti pagar yang tinggi dan tertutup, tetapi taman dan atau kolam bisa di sebut sebagai pembatas tampilan bangunan.

e. Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilan luar yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau tubuh seseorang yang mendudukinya. Ini juga menjelaskan kondisi tertentu saat sesuatu dapat mewujudkan keberadaannya. Dalam seni dan perancangan, seringkali dipergunakan istilah tadi untuk menggambarkan struktur formal suatu komposisi untuk menghasilkan suatu gambaran tampilan bangunan.

Elemen dasar yang berpengaruh adalah sebagai berikut :

GH. Broadbent, Design In Architecture (1975) hal.223 Francis DK. Ching, Architecture;Form Space and Order (1996) hal. 34-35

a. Wujud

Sisi luar karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk tertentu. Wujud juga merupakan aspek utama di mana bentuk – bentuk dapat diidentifikasi dan dikategorikan.


(82)

Gambar 2.4 Bentuk Arsitektur (Sumber: google.com)

b. Dimensi

Dimensi fisik suatu bentuk berupa panjang, lebar dan tebal. Dimensi - dimensi ini menentukan proporsi dari bentuk, sedangkan skalanya ditentukan oleh ukuran relatifnya terhadap bentuk – bentuk lain dalam konteksnya.

Gambar 2.5 Bentuk Arsitektur (Sumber: google.com)

c. Warna

Warna adalah atribut yang paling menyolok membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.

Gambar 2.6 Bentuk Arsitektur (Sumber: google.com)


(83)

d. Tekstur

Adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda. Tekstur juga menentukan sampai di mana permukaan suatu bentuk memantulkan atau menyerap cahaya.

e. Bentuk tampilan

Bentuk wajah bangunan memiliki sifat – sifat tertentu yang menentukan pola dan komposisi unsur – unsurnya adalah sebagai berikut :

- Posisi Letak dari sebuah bentuk adalah relatif terhadap lingkungannya atau lingkungan visual di mana bentuk tersebut terlihat.

Gambar 2.7 Bentuk Arsitektur (Sumber: google.com)

- Orientasi :Arah dari sebuah bentuk relatif terhadap bidang dasar, arah mata angin, bentuk – bentuk benda lain, atau terhadap seseorang yang melihatnya.

Gambar 2.8 Bentuk Arsitektur (Sumber: google.com)


(1)

2.3.4 Upaya yang sudah dilakukan pemerintah dan masyarakat

terhadap bangunan bersejarah ... 47

2.4 Studi Kasus Sejenis ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 60

3.1 Jenis Penelitian ... 60

3.2 Variabel Penelitian... 60

3.3 Metode Pengumpulan Data... 60

3.4 Batasan Kawasan Penelitian ... 62

3.5 Metode Analisa Data ... 63

BAB IV PERUBAHAN FASAD BANGUNAN KAWASAN DI JALAN AHMAD YANI ... 64

4.1 Sejarah Kawasan Kesawan ... 64

4.2 Kondisi Eksisting Fasad Bangunan ... 75

4.2.1 Bentuk Fasad Bangunan Lama di Kawasan Kesawan ... 78

4.2.2 Bentuk Fasad Bangunan Baru di Kawasan Kesawan ... 92

4.3 Sky Line angunan Pada Kawasan ... 96

4.3.1 Sky Line Bangunan Lama Pada Kawasan ... 96

4.3.2 Sky Line Bangunan Baru Pada Kawasan ... 97

4.4 Analisa Perubahan Kawasan Kesawan ... 99

4.4.1 Analisa Perubahan Bentuk Fasad Bangunan Pada Kawasan ... 100

4.4.1.1 Analisa Bukaan ... 102

4.4.1.2 Analisa Atap ... 105

4.4.1.3 Analisa Ornamen ... 106

4.4.2 Analisa Perubahan Bangunan Sky Line Pada Kawasan ... 107

4.5 Analisa Unsur Terjadinya Perubahan Pada Fasad Bangunan ... 107

4.5.1 Unsur Desain Arsitektur Modern ... 107

4.5.2 Unsur Fungsi Bangunan ... 109

4.5.3 Unsur Prilaku Pemilik ... 109


(2)

vi 5.1 Kesimpulan ... 113 5.2 Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA ... 116


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pendekatan Konservasi ... 14

Gambar 2.2 Dasar dan Prinsip Pemiliharaan Bangunan bersejarah dan monumen di Malaysia ... 14

Gambar 2.3 Elemen-elemen Fasad Bangunan ... 23

Gambar 2.4 Bentuk Arsitektur ... 29

Gambar 2.5 Bentuk Arsitektur ... 29

Gambar 2.6 Bentuk Arsitektur ... 30

Gambar 2.7 Bentuk Arsitektur ... 30

Gambar 2.8 Bentuk Arsitektur ... 31

Gambar 2.9 Bentuk Arsitektur ... 31

Gambar 2.10 Gaya Arsitektur Nieuwe Bouwen ... 36

Gambar 2.11 Gaya Arsitektur De Stijl ... 37

Gambar 2.12 Arsitektur Kolonial Belanda Tahun 1920 ... 39

Gambar 3.1 Kawasan Penelitian ... 64

Gambar 3.2 Denah Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 65

Gambar 4.1 Peta Kesawan Tahun 1837 ... 69

Gambar 4.2 Peta Kesawan Tahun 1887 ... 70

Gambar 4.3 Peta Kesawan Tahun 1912 ... 70

Gambar 4.4 Peta Kesawan Tahun 1937 ... 71

Gambar 4.5 Peta Kesawan Tahun 1962 ... 71

Gambar 4.6 Peta Kesawan Tahun 1995 ... 72

Gambar 4.7 Peta Kesawan Tahun 2004 ... 72

Gambar 4.8 Peta Kesawan Tahun 2015 ... 73

Gambar 4.9 Gapura Masuk Kesawan (Dari Luar Dan Dalam) ... 73

Gambar 4.10 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 74

Gambar 4.11 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 74

Gambar 4.12 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 74


(4)

viii

Gambar 4.14 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 75

Gambar 4.15 Bentuk Atap Pada Kawasan Kesawan ... 76

Gambar 4.16 Bentuk Ornamen Pada Kawasan Kesawan ... 76

Gambar 4.17 Bentuk Bukaan Pada Kawasan Kesawan ... 77

Gambar 4.18 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 78

Gambar 4.19 Denah Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 78

Gambar 4.20 Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 79

Gambar 4.21 Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 79

Gambar 4.22 Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 79

Gambar 4.23 Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 79

Gambar 4.24 Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 80

Gambar 4.25 Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 80

Gambar 4.26 Kondisi Fasad Bangunan Pada Kawasan Kesawan... 81

Gambar 4.27 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 81

Gambar 4.28 Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 96

Gambar 4.29 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 96

Gambar 4.30 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan yang Tidak Terawat .... 97

Gambar 4.31 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan yang Mengikuti Arsitektur Modern ... 97

Gambar 4.32 Sky Line Pada Kawasan Kesawan ... 99

Gambar 4.33 Sky Line Pada Kawasan Kesawan ... 99

Gambar 4.34 Sky Line Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 100

Gambar 4.35 Sky Line Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 100

Gambar 4.36 Sky Line Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 101

Gambar 4.37 Sky Line Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 101

Gambar 4.38 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 102

Gambar 4.39 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 103

Gambar 4.40 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 103

Gambar 4.41 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 103

Gambar 4.42 Bentuk Bangunan Pada Kawasan Kesawan ... 104


(5)

Gambar 4.44 Bentuk Bukaan Pada Kawasan Kesawan ... 105

Gambar 4.45 Bentuk Bukaan Pada Kawasan Kesawan ... 105

Gambar 4.46 Bentuk Bukaan Pada Kawasan Kesawan ... 106

Gambar 4.47 Bentuk Atap Pada Kawasan Kesawan ... 106

Gambar 4.48 Bentuk Atap Pada Kawasan Kesawan ... 107

Gambar 4.49 Bentuk Ornamen Pada Kawasan Kesawan ... 108

Gambar 4.50 Bentuk Ornamen Pada Kawasan Kesawan ... 108

Gambar 4.51 Bentuk Arsitektur Modern Pada Kawasan Kesawan ... 109

Gambar 4.52 Bentuk Arsitektur Modern Pada Kawasan Kesawan ... 110

Gambar 4.53 Bentuk Arsitektur Modern Pada Kawasan Kesawan ... 110

Gambar 4.54 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 111

Gambar 4.55 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 113

Gambar 4.56 Bentuk Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 114


(6)

x DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Studi Kasus Sejenis ... 51

Tabel 4.1 Analisa Sejarah Fungsi Kawasan ... 69

Tabel 4.2 Bentuk Perubahan Fasad Pada Kawasan Kesawan ... 80