Chi kuadrat = 2,929
Db = 4
ρ = 0,570
Dari hasil di atas diketahui bahwa ρ 0,05 yaitu 0,570 0,05 maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis dapat diambil kesimpulan Ha
ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan kesadaran meyekolahkan anak ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua di Pulisen
Boyolali. 2
Variabel kesadaran menyekolahkan anak ditinjau dari pendidikan orang tua Chi kuadrat
= 2,929 Db
= 4 ρ
= 0,500 Dari hasil di atas diketahui bahwa ρ 0,05 yaitu 0,500 0,05 maka
berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis dapat diambil kesimpulan Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan kesadaran
meyekolahkan anak ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua di Pulisen Boyolali.
3 Variabel kesadaran menyekolahkan anak ditinjau dari status social ekonomi
dan pendidikan orang tua Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat dalam lampiran diperoleh:
X²
hit
= 6,601 Db
= 16 X²
tab
16 0,01 = 32 X²
tab
16 0,05 = 26,292 Dari hasil di atas diketahui bahwa X²
hit
X²
tab
16 0,05 maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis dapat diambil kesimpulan Ha
ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan kesadaran meyekolahkan anak ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua dan
pendidikan orang tua di Pulisen Boyolali.
G. Pembahasan Analisis Data
Pembahasan analisis data merupakan langkah yang dilakukan setelah analisis data untuk pengujian selesai. Pembahasan analsis data dalam penelitian
ini sebagai berikut: Kesadaran menyekolahkan anak merupakan suatu tindakan yang sarat nilai
dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Sekolah sebagai salah satu manifestasi pendidikan merupakan lembaga formal yang mempunyai prosedur
dan atuaran-aturan yang baku sebagaimana lembaga birokrat yang lainnya, sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah memasukinya, dibutuhkan aspek
mental dan material untuk memasuki lembaga ini. Kesadaran akan pentingnya sekolah ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor termasuk di dalamnya status
sosial ekonomi dan pendidikan orang tua. Soerjono Soekanto 1996:42 memberikan konsep mengenai status sebagai
berikut: “ Status merupakan tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok social, sehubungan dengan orag-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-
kelompok lainnya di dalam yang lebih besar lagi. Status atau kedudukan social artinya tempat seseorang secara umum di dalam masyarakatnya
sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestignya, dan hak-
hak serta kewajibannya”. Dalam penelitian ini orang tua yang memiliki status sosial ekonomi tinggi,
sedang, dan rendah mempunyai tingkat kesadaran menyekolahkan anak yang sama. Hanya saja orang tua yang kurang mampu tidak dapat melanjutkan sekolah
anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi karena terhambat oleh biaya pendidikan yang besar.
Sekolah berjalan berdasarkan pengertian pokok dari pendidikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasbulah 2005: 1 yang menyatakan
bahwa pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Konsumen utama pendidikan adalah pemuda atau anak-anak yang belum produktif dan masih bergantung pada
orang tua masing-masing.
Berdasarkan data monografi Kelurahan Pulisen, Boyolali rata-rata penduduk Pulisen sudah mengenyam bangku pendidikan, meskipun ada beberapa penduduk
yang tidak sekolah atau tidak tamat SD. Penduduk yang belum sekolah ada 779 orang atau 7, 85 , tidak tamat SD ada 273 orang atau 2, 75 , tamat SD ada
1799 orang atau 18, 14 , tamat SLTP ada 2495 orang atau 33, 86 , tamat SLTA ada 3359 orang atau 33, 86 , tamat akademi ada 399 orang atau 4, 02 ,
tamat perguruan tinggi 789 atau 7, 95 , dan tidak sekolah ada 29 orang atau 0, 29 . Mayoritas penduduk Pulisen berpendidikan SLTA yaitu 3359 orang atau
33, 86 . Kelompok penduduk yang tidak sekolah merupakan kelompok penduduk yang paling sedikit yaitu 29 orang atau 0, 29 . Dengan demikian
belum terlihat semua penduduk Pulisen dapat mengenyam bangku pendidikan, sehingga tingkat kesadaran menyekolahkan anak di Pulisen masih tergolong
rendah. Dalam penelitian ini orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, sedang, dan rendah mempunyai tingkat kesadaran menyekolahkan anak yang
sama. Orang tua bertanggung jawab kepada anak-anaknya termasuk dalam hal
pendidikan membutuhkan kesadaran untuk memasukkan anaknya ke sekolah. Kesadaran harus didukung oleh niat dan keinginan anak sehingga dapat
mewujudkan pendidikan sekolah yang memanusiakan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Paulo Freire yaitu :
Kesadaran akan dapat terwujud melalui Proses Pendidikan Sosial, yang menempatkan pelajar sebagai subyek bukan obyek dan menjadikan
realitas sosial sebagai materi pembelajaran serta bersifat dialogis yang berorientasi pada terwujudnya kesadaran kritis dalam diri individu
masyarakat. Freire juga mencetuskan idenya tentang proses penyadaran melalui pendidikan sosial serta memberikan gambaran tentang proses
perubahan diri sesorang dari satu kesadaran menuju ke kesadaran lain.
Dengan demikian apabila orang tua mempunyai kesadaran betapa pentingnya menyekolahkan anak, secara bersamaan mereka juga akan memahami,
mempunyai pemikiran dan gagasan serta tindakan untuk menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Orang tua hendaknya tidak hanya sekedar
mempunyai kesadaran untuk menyekolahkan anak-anaknya, namun kesadaran itu
harus diimbangi oleh tindakan nyata. Teori kesadaran dalam penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai parameter untuk menyatakan adanya perbedaan
kesadaran menyekolahkan anak ditinjau dari status sosial ekonomi dan pendidikan orang tua. Weber 1960:90 menyatakan bahwa suatu tindakan adalah perilaku
manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya yang mempunyai arah dan akibat tertentu. Dengan demikian tidak hanya sekedar mempunyai kesadaran
saja, namun setiap orang tua hendaknya mempunyai tindakan untuk dapat menyekolahkan anak sampai tingkat yang tinggi. Meskipun dalam kenyataannya
tidak setiap orang tua mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang yang tinggi. Dalam hal ini biaya menjadi faktor utama orang tua tidak dapat
menyekolahkan anak sampai tingkat yang tinggi. Dalam penelitian ini orang tua yang memiliki status sosial ekonomi dan
pendidikan tinggi, sedang, dan rendah mempunyai tingkat kesadaran menyekolahkan anak yang sama. Hanya saja orang tua yang kurang mampu tidak
dapat melanjutkan sekolah anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi karena terhambat oleh biaya pendidikan yang besar. Pendidikan masih menjadi tongkat
untuk mensejahterakan kehidupan bangsa, oleh sebab itu tindakan untuk menyekolahkan anak hendaknya dapat dilakukan orang tua agar kehidupan anak
menjadi lebih baik dan terjamin di masa yang akan datang.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan analisis hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak terdapat perbedaan kesadaran menyekolahkan anak ditinjau dari status
social ekonomi orang tua di Pulisen, Boyolali yang ditunjukkan dengan ρ
0,05 yaitu 0,570 0,05. 2.
Tidak terdapat perbedaan kesadaran menyekolahkan anak ditinjau dari pendidikan orang tua di Pulisen, Boyolali yang ditinjukkan dengan
ρ 0,05 yaitu 0,500 0,05.
3. Tidak terdapat perbedaan kesadaran menyekolahkan anak ditinjau dari status
sosial ekonomi dan pendidikan orang tua di Pulisen, Boyolali yang ditunjukkan dengan X²
hit
X²
tab
16 0,05. Teori kesadaran dalam penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai
parameter untuk menyatakan adanya perbedaan kesadaran menyekolahkan anak ditinjau dari status sosial ekonomi dan pendidikan orang tua. Karena pada
dasarnya tidak hanya sekedar sadar saja orang tua mempunyai keinginan untuk menyekolahkan anak, namun setiap orang tua hendaknya mempunyai tindakan
untuk dapat menyekolahkan anak sampai tingkat yang tinggi.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini memiliki beberapa implikasi yaitu:
1. Pembedaan orang tua dilihat dari segi status social ekonomi tidak
menyebabkan perbedaan kesadaran menyekolahkan anak. Keadaan status social ekonomi orang tua merupakan salah satu faktor yang harus
diperhitungkan dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Implikasi hal tersebut adalah anak hendaknya lebih bersemangat dalam belajar karena tidak
semua anak dapat mengenyam bangku pendidikan.