21 a.
Poncheau 4R merupakan pewarna sintetik yang dapat digunakan sebagai pewarna
makanan. Nama IUPAC: trisodium8Z-7-oxo-8
[4- sulfonatonaphthalen-1-ylhidraziniliden
]naphthalen-1,3-disulfonat. Struktur IUPAC:
Rumus molekulrumus kimia: C
20
H
11
N
2
Na
3
O
10
S
3
. Massa molar: 604,47 grammol Anonim, 2013
b
. b.
Propilen glikol digunakan dalam kosmetika sebagai pelarut dalam jumlah yaitu 5 - 15. Propilen glikol adalah pelarut yang lebih baik dari pada
gliserin dan dapat melarutkan berbagai macam bahan seperti kortikosteroid, fenol, barbiturat, vitamin A dan D, dan alkaloid Rowe,
dkk., 2009.
2.7 Evaluasi Lipstik
Jenis-jenis evaluasi lipstik adalah sebagai berikut: a.
Penetapan suhu lebur lipstik Titik lebur dari lipstik dapat diperiksa dengan pipa kapiler yang ukuran,
panjang isinya, dan temperaturnya tertentu atau sama rata. Kecuali jika ditentukan drop pointnya yaitu temperatur dimana minyak dari lipstik akan menetes yakni
dengan cara meletakkan lipstik pada kotak, dibiarkan dan dilihat dimana pada
22 temperatur tertentu akan ke luar minyaknya. Temperatur ini berfungsi sebagai
temperatur limit untuk penyimpanan misalnya pada waktu pengepakan, pemasaran, dan pemakaian, yang dimana drop point harus di atas 45 ºC, dan
sebaiknya di atas 50 ºC Balsam dan Sagarin, 1972.
b. Kekuatan lipstik
Evaluasi kekuatan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga kekuatan lipstik dalam proses pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan.
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan lipstik juga kualitas lilinnya. Pengamatan terhadap kekuatan lipstik dilakukan dengan cara lipstik
diletakkan horizontal. Tekan pada jarak kira-kira 12 inci dari tepi. Tiap 30 detik buat penekan ditambah misalnya 10 g. Penambahan berat pada penekan
dilakukan terus sampai lipstik patah Vishwakarma, dkk., 2011. c.
Stabilitas sediaan Pengamatan yang dilakukan meliputi adanya perubahan bentuk, warna dan
bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 15, 30 dan selanjutnya setiap 15
hari hingga hari ke-90 Vishwakarma, dkk., 2011. d.
Uji oles Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada
kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan lima kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya
menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata
dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan
23 dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel
sedikit dan tidak merata Keithler, 1956. e.
Penentuan pH sediaan Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 g sediaan
dan dilarutkan dalam 100 ml akuades, lalu dipanaskan. Setelah suhu larutan hangat sekitar 40 ºC, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat
menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan Rawlins, 2003.
f. Uji tempel Patch Test
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak Ditjen POM, 1985.
Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan. Jika toksikan dilekatkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit
adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan, sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan
toksikan golongan alergen Ditjen POM, 1985. Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah
pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi
24 tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut
iritasi sekunder Ditjen POM, 1985. Tanda-tanda yang ditimbulkan ke dua reaksi kulit tersebut lebih kurang
sama, yaitu akan tampak hiperemia, eritema, edema, atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian biasanya bersifat lokal Ditjen POM, 1985.
Panel uji tempel meliputi manusia sehat. Manusia sehat yang dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara 20 - 30 tahun, berbadan sehat
jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel Ditjen POM, 1985.
Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel
adalah bagian punggung, lengan tangan atas bagian dalam, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga Ditjen POM, 1985.
Teknik uji tempel dapat dilakukan dengan uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji tempel sinar. Prosedur uji tempel dibedakan menjadi uji
tempel preventif, uji tempel diagnostik, dan uji tempel ramal Ditjen POM, 1985. Uji tempel preventif adalah uji tempel yang dilakukan sebelum
penggunaan sediaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka terhadap sediaan atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel
terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam. Pengamatan reaksi kulit positif atau negatif Ditjen POM, 1985.
Uji tempel diagnostik adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud pelacakan atau penyelidikan komponen sediaan kosmetika yang menjadi
penyebab terjadinya reaksi kulit pada penderita peka. Uji tempel diagnostik
25 dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji
tempel sinar. Lamanya pelekatan ditetapkan 24 jam, 48 jam, dan 72 jam Ditjen POM, 1985.
Uji tempel ramal adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud apakah sediaan kosmetik dapat diedarkan dengan jaminan keamanan atau tidak Ditjen
POM, 1985. Hasil uji tempel dipengaruhi oleh berbagai faktor:
- Kadar dan jenis sediaan uji
- Ketaatan panel dalam melaksanakan instruksi penguji
- Lamanya waktu pelekatan sediaan uji
- Lokasi lekatan
- Umur panel
g. Uji kesukaan Hedonic Test
Uji kesukaan hedonic test merupakan metode uji yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar
penilaian. Menurut Badan Standarisasi Nasional 2006, data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai mutunya dengan mencari hasil
rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95. Untuk menghitung interval nilai mutu rerata dari setiap panelis digunakan suatu rumus seperti di
bawah ini: 95
. 96
, 1
. 96
, 1
≅ +
≤ ≤
− n
S X
n S
X P
µ
n Xi
X
n i
∑
=
26
n X
Xi S
n i
∑
− =
2 2
2
S S
=
Keterangan: n
= banyaknya panelis S
2
= keseragaman nilai 1,96
= koefisien standar deviasi pada taraf 95 �̅
= nilai rata-rata x
i
= nilai dari panelis ke i, dimana i = 1, 2, 3, ...n; s
= simpangan baku P
= tingkat kepercayaan µ
= rentang nilai Kriteria panelis Soekarto, 1981:
1. Panelis yang digunakan adalah panelis yang tidak terlatih yang diambil secara
acak sebanyak 30 orang panelis. Jumlah anggota panelis semakin besar semakin baik.
2. Berbadan sehat.
3. Tidak dalam keadaan tertekan
4. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang cara-cara penilaian
organoleptik.
27
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi pembuatan formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan dan
uji kesukaan hedonic test terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan antara lain: neraca digital, oven, penangas air, batang pengaduk, spatula, sudip, tisu, kaca objek, cawan penguap, pencetak
suppositoria, pipet tetes, roll up lipstick dan alat-alat gelas yang diperlukan.
3.2 Bahan-bahan
Bahan kimia yang digunakan antara lain: akuades, minyak jarak, minyak biji anggur, cera alba, vaselin alba, setil alkohol, carnauba wax, lanolin, oleum
rosae, nipagin, butil hidroksitoluen, Tween 80 dan pewarna smelling good.
3.3 Pembuatan Lipstik 3.3.1 Formula
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lipstik dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut Young, 1974:
R Cera alba
36,0 Lanolin
8,0 Vaselin alba
36,0 Setil alkohol
6,0 Castor oil
8,0 Carnauba wax
5,0 Pewarna
secukupnya Parfum
secukupnya Pengawet
secukupnya