12
2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja
Bastian 2006 mendefenisikan “anggaran berbasis kinerja sebagai sistem penganggaran yang berorientasi pada output suatu organisasi dan erat
kaitannya dengan adanya visi, misi, dan rencana strategis organisasi”. Menurut Robinson dan Brumby 2005 “anggaran berbasis kinerja
merupakan prosedur atau mekanisme yang dimaksud untuk memperkuat hubungan antara dana yang diberikan pada suatu entitas sector publik
dengan outcome danatau outcome melalui penggunaan informasi kinerja formal dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya.” Dari kutipan
diatas dapat disimpulkan bahwa dalam anggaran berbasis kinerja yang sangat penting ialah output yang dicapai pemerintah dalam menjalankan
pemerintahannya pada periode waktu tertentu.
Tabel 2.1 Perbedaan Anggaran Tradisionaldengan Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran Tradisional Anggaran Berbasis Kinerja
Sentralistis Desentralisasi devolved management
Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output, dan outcome
value for money Tidak terkait dengan
perencanaan jangka panjang Utuh dan komprehensif dengan perencanaan
jangka panjang Line-
item dan incrementalism Berdasarkan sasaran dan target kinerja
Batasan departemen yang kaku rigid department
Lintas departemen cross department Menggunakan aturan klasik:
Vote accounting Zero-Base Budgeting, Planning, Programming,
and Budgeting System Prinsip anggaran bruto
Sistematik dan rasional Bersifat tahunan
Bottom-up budgeting
Sumber: Mardiasmo 2002
Universitas Sumatera Utara
13
Adapun ciri-ciri dari sistem anggaran tradisional: 1.
Cara penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan
incrementalism, yakni: Bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi
jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan data tahun sebelumnya sebagai dasar menyesuaikan besarnya
penambahanpengurangan tanpa kajian yg mendalamkebutuhan yg wajar.
2. Struktur dan susunan anggaran yg bersifat line-item,yakni:
a Struktur anggaran bersifat line-item didasarkan atas sifat nature
dari penerimaan dan pengeluaran. b
Tak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yg sebenarnya sudah tidak relevan lagi
c Penilaian kinerja tidak akurat, karena tolok ukur yg digunakan hanya
pada ketaatan dalam menggunakan dana yg diusulkan. 3.
Cenderung sentralistis. 4.
Bersifat spesifikasi. 5.
Tahunan. 6.
Menggunakan prinsip anggaran bruto. Adapun Ciri-ciri Anggaran Berbasis Kinerja adalah :
1. Desentralisasi dan devolved management.
2. Berorientasi pada input, output dan income value for money.
3. Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
14
4. Berdasarkan sasaran dan target kinerja.
5. Lintas departemen.
6. ZERO-BASE BUDGETTING ZBB adalah sistem anggaran yang
mengasumsikan bahwa kegiatan pada tahun anggaran yang bersangkutan dianggap berdiri sendiri, tidak ada kaitannya dengan
anggaran yang lalu.Dasar pemikirannya adalah anggaran tidak selalu didasarkan pada kegiatan di masa yang lalu tetapi anggaran harus
diciptakan dari sesuatu yang sedang atau akan dilakukan. Setiap kegiatan harus dapat diformulasikan ke dalam paket keputusan. ZBB
lebih memusatkan perhatian pada sasaran untuk memperbaiki manajemen melalui perbaikan pelayanan manajerial dengan
menekankan penilaian atas permintaan pendanaan unit-unit pelaksanaan.
PLANNING, PROGRAMMING, AND BUDGETING SYSTEM PPBS PPBS merupakan proses perencanaan, penyusunan program, dan
penganggaran suatu organisasi yang diikat dalam satu sistem sebagai satu kesatuan yang terpadu, bulat, dan tidak terpisahkan. Dasar
pemikirannya adalah anggaran merupakan hasil kerja dari suatu proses kegiatan-kegiatan perencanaan yang dituangkan dalam program.
7. Sistematik dan Rasional.
8. Bottom-up budgetting.
Universitas Sumatera Utara
15
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line
budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah
ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanjapengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan
diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya
dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Proses penyusunan dan sasaran yang ingin dicapai dari sistem anggaran berbasis kinerja menggambarkan
adanya peluang bagi daerah untuk mengembangkan visi dan misi serta mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat sesuai dengan potensi yang
dimiliki daerah yang bersangkutan. Tolak ukur anggaran berbasis kinerja dinilai dari indikasi adanya
peningkatan input, output, outcome serta kinerja dan perbaikan kinerja yang signifikan dalam pelaksanaannya dan berdasarkan data laporan keuangan
pemerintah daerah.
Universitas Sumatera Utara
16
Mardiasmo, 2002 menjelaskan bahwa “Tujuan utama anggaran berbasis kinerja ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja
publik”. Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan
pada konsep value for money yang mencakup prinsip ekonomis, efisiensi, dan efektivitas.
Andayani 2007 mendefinisikan “ekonomis sebagai upaya untuk memperoleh input dengan kualitas dan kuantitas dengan harga
terendah”.Anggaran berbasis kinerja juga erat kaitannya dengan prinsip good corporate governance, termasuk adanya pertanggungjawaban para
pengambil keputusan atas pengguna uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan. Hal ini didukung
dengan berlakunya Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, Undang-Undang nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan
negara, dan Undang-Undang nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
penerapan anggaran berbasis kinerja dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Anggaran yang terbatas kinerja memungkinkan pengalokasian sumber
daya yang terbatas untuk membiayai kegiatan prioritas sehingga tujuan dapat tercapai dengan efisien dan efektif
2. Penerapan anggaran berbasis kinerja digunakan untuk pelaksanaan
kegiatan dan program yang transparan. Dengan anggaran yang jelas,
Universitas Sumatera Utara
17
dan juga output yang jelas, serta adanya hubungan yang jelas antara pengeluaran dan output yang hendak dicapai maka akan tercipta
transparansi 3.
Organisasi pembuat kebijakan akan berada pada posisi yang lebih baik untuk menentukan prioritas kegiatan pemerintah yang rasional.
Anggaran berbasis kinerja dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat terutama dalam mendorong tata
kelola pemerintahan yang lebih baik lagi. Pengimplementasian tersebut diharapkan akan meningkatkan proses pembangunan menjadi lebih efisien
dan partisipatif, karena melibatkan masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik. Meninjau tujuan dan manfaat anggaran
berbasis kinerja penting untuk dilaksanakan terutama dengan berpedoman pada peraturan-peraturan terkait yang mewajibkan pelaksanaan anggaran
berbasis kinerja.
2.1.3. PenerapanAnggaranBerbasisKinerja