26
Implementasi menurut Julnes dan Holzer 2001 “merupakan penggunaan pengukuran kinerja untuk perencanaan strategis, alokasi
sumber daya, manajemen program, pengawasan, pengevaluasian, dan pelaporan kepada manajemen internal, kantor terkait, masyarakat, dan
media massa”. 2.3.2. Sumber Daya Manusia
Nogi, 2006 berpendapat bahwa “kualitas
SDMadalahunsuryangsangatpenting dalammeningkatkan pelayanan organisasi
terhadapkebutuhan publik”.Olehkarenaitu,terdapatduaelemenmendasaryang
berkaitandenganpengembangan SDMyaitutingkatpendidikandanketerampilan
yangdimilikikaryawanpekerja. SedangkanNotoadmodjo
2006 menyatakanbahwa
“kualitasSDMmenyangkut duaaspek,yaituaspekkualitasfisik danaspekkualitasnonfisik,yang
menyangkut kemampuanbekerja,berpikir,dan keterampilan-keterampilanlain”.
SumberdayamanusiaSDM berkualitastinggiadalahSDMyang mampu
menciptakanbukansaja nilaikomparatif,tetapi juganilaikompetitif-generatif-
inovatifdenganmenggunakan energitertinggisepertiintelligence,creativity,dan
imagination; tidaklagisemata-matamenggunakanenergykasarsepertibahan
mentah,lahan,air,tenagaotot,dansebagainya Ndraha 1997.
2.3.3. Penerapan Teknologi
Universitas Sumatera Utara
27
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran
berbasis kinerja. “Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis
kinerja yang memadai” Julnes dan Holzer, 2001. Literatur manajemen kinerja menjelaskan bahwa pelatihan adalah
faktor kunci dalam memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan pegawai harus dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi.
Survei GPRA tahun 2003 menemukan bahwa “terdapat hubungan positif antar lembaga yang memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan
target kinerja program dengan penggunaan informasi kinerja ketika menyusun atau merevisi target kinerja” GAO, 2005.
2.3.4. Ketidakpastian Lingkungan
Miliken 1987 menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkunganterdiri dari
: Tiga tipe effect uncertainty, response uncertainty, danstateduncertainty.
Effect uncertainty adalah ketidakmampuan memprediksipengaruh lingkungan di masa akan datang terhadap organisasi. Responseuncertainty
adalah ketidakmampuan memprediksi konsekuensi daripilihan-pilihan keputusan untuk merespon lingkungan. Stated uncertaintymerupakan suatu
hal selalu dihubungkan dengan ketidakpastianlingkungan preceived environmental uncertainty.
“Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal darilingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator,
danteknologi yang dibutuhkan” Govindarajan, 1986. “Ketidakpastianlingkungan merupakan situasi dimana seorang terkendala
Universitas Sumatera Utara
28
untukmemprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk melakukansesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Luthans,
2006. “Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang
terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Minanda,
2009. Ketidakpastian lingkungan dalam suatu organisasi khususnya
organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus yang mempengaruhi perkembangan organisasi. Tetapi dalam hal ini
lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh. Tidak dapat dipungkiri bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga dapat mempengaruhi
kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau pegawai merupakan bagian dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk membantu mencapai tujuan
yang diinginkan.
2.4. Hipotesis