Kinerja Kebijakan Impor Produk Hortikultura

39

4.5 Kinerja

Produktivitas Bawang Merah di Sumatera Utara Gambar 4.3 Diagram Balok Produktivitas Bawang Merah di Sumatera Utara Produktivitas bawang merah tidak terlepas dari hasil produksi dan luas panen bawang merah. Produktivitas bawang merah di Sumatera Utara terus mengalami kemunduran hal ini tentu di pengaruhi oleh luas panen bawang merah dan produksi bawang merah yang terus menurun. Selama periode 2000 sampai 2014 terjadi penurunan produktivitas bawang merah dimana produktivitas terburuk di alami pada tahun 2010 yang hanya mencapai 6,9 TonHa. Sedangkan produktivitas bawang merah di Sumatera Utara tertinggi terdapat pada tahun 2001 dan 2004 dengan rata-rata produktivitas 12,1 TonHa. Menurut Pitojo 2005 produktivitas bawang merah yang di kembangkan di Sumatera Utara mencapai 74 KwHa. Hal ini di implikasikan kepada 9 kabupaten di Sumatera Utara diataranya Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Simalungun, Samosir dan Padang Lawas Utara. 2 4 6 8 10 12 14 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Universitas Sumatera Utara 39

4.6 Kebijakan Impor Produk Hortikultura

Dalam beberapa tahun terakhir impor produk hortikultura cenderung meningkat seiring peningkatan permintaan domestik dan situasi produksi dalam negeri belum mencukupi. Peningkatan impor produk hortikultura secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi agribisnis hortikultura domestik. Dalam rangka memaksimalkan dampak positif dan meminimumkan dampak negatif impor produk hortikultura kementrian pertanian menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura RIPH dan Kementrian perdagangan menerbitkan Ketentuan Impor Produk Hortikultura KIPH . Kebijakan impor tersebut mengalami beberapa kali revisi dan terakhir direvisi pada tahun 2013. Dimana Permentan no 472013 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura RIPH diterbitkan pada tanggal 19 April 2013 sebagai penyempurnaan Permentan sebelumnya No. 602012. Permendag No 602012 juga direvisi menjadi Permendag No. 472013. Permentan No. 602012 direvis karena ada berbagai klausul yang bertentangan dengan WTO. Permentan 602012 secara eksplisit tidak menyebut untuk melindungi kepentingan Nasional, khusunya petani hortikultura tetapi untuk member kepastian layanan bagi calon importir produk hortikultura tentang impor produk sejenis di dalam negeri, konsumsi domestik, ketersedian produk di dalam negeri, potensi mendistrorsi pasar, dan waktu panen. Permentan No. 472013 direvisi lagi pada tanggal 30 agustus 2013 menjadi Permentan No 862013. Permendag no 472013 direvisi menjadi Permendag No. 16 2013. Perbedaan RIPH yang baru dengan yang lama adalah Universitas Sumatera Utara 39 adanya harga referensi untuk impor cabe dan bawang merah yang ditetapkan oleh Menteri perdagangan. Keputusan Direktur Jendral Perdagangan Dalam Negeri No.1182013 tentang penetapan Harga Referensi Produk Hortikultura. Harga referensi bawang merah di tetapakan sebesar Rp. 25.700 per kg. Harga referensi cabai merah dan cabai keriting sebesar Rp. 26.300 per kg. Harga referensi cabai rawit sebesar Rp.28.000 per kg. Kebijakan RIPH disertai dengan pengaturan pelabuhan masuk untuk produk hortikultura. Permentan No. 422012 mengatur tentang tindakan karantina tumbuhan untuk impor buah dan sayuran segar kedalam wilayah Indonesia. Permentan No. 43 2012 mengatur tindakan karantina tumbuhan untuk pemasukan sayuran umbi lapis segar. Aspek yang menonjol dalam peraturan ini adalah ketentuan pelabuhan impor produk hortikultura, yakni pelabuhan laut Belawan Medan, Tanjung Perak Surabaya, Soekarno-Hatta Makassar, dan pelabuhan udara Soekarno-Hatta Jakarta. Walaupun demikian hal ini tidak berlaku bagi produk hortikultura dari Amerika Serikat, kanada, New Zealand, dan Australian karena memperoleh MRA Mutual Recognition Agreement sehingga bisa masuk melalui pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Importir atau pedagang besar umumnya kurang menyetujui kebijakan ini karena persyaratan impor yang lebih banyak dan produksi dalam negeri kurang berkelanjutan serta kualitas kurang baik. Penjual sempat mengalami kesulitan dalam memasarkan produk impor. Konsumen menyambut baik kebijakan ini dengan catatan produksi dan kualitas hortikultura domestik ditingkatkan. Produsen setuju kebijakan pengaturan impor sayuran dan buah-buahan dan Universitas Sumatera Utara 39 berupaya meningkatkan produksi maupun kualitas dan berharap pemerintah memfasilitasi ketersedian sara produksi, fasilitas pemasaran serta penyuluhan.

4.7 Tarif Impor Bawang Merah