Latar Belakang Masalah PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK PEMETAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA TAHUN 2007

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Petumbuhan penduduk di daerah perkotaan pada umumnya sangat tinggi, yang diakibatkan oleh pertumbuhan alami maupun migrasi. Keadaan ini berakibat pada besarnya permintaan kebutuhan lahan di kota untuk tempat tinggal dan fasilitas – fasilitas lain sebagai pendukungnya. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan meningkatnya tuntutan ekonomi akan mendorong terjadinya kegiatan pembangunan yang sering berdampak pada perubahan penggunaan lahan kota salah satunya adalah perubahan ruang terbuka hijau. Pembangunan kota tentunya harus mendasarkan kepada UU No.26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang Kota yang di dalamnya mengatur mengenai ketentuan pelaksanaan Tata Ruang Kota. Demikian pula Kota Surakarta dalam pembangunan bebarapa ruang teruka hijau selama ini tentu wajib mengacu kepada regulasi tersebut. Salah satu acuan penting dalam regulasi penataan ruang tersebut mensyaratkan bahwa pembangunan kota haruslah mengikutsertakan peran masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan “pembangunan yang partisipatif”. UU Penataan ruang menyebutkan bahwa dalam hal perencanaan sampai dengan evaluasi penataan ruang harus melibatkan peran serta masyarakat. Sebagaimana jelas termaktub dalam Pasal 55 ayat 1,ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5 UU Penataan Ruang. Pasal ini menekankan pentingnya pengawasan penataan ruang disetiap wilayah di Indonesia, termasuk didalamnya dikawasan kota seperti halnya Kota Surakarta. Adapun bentuk partisipasi yang dimaksudkan didalam UU Penataan ruang dijelaskan dalam pasal 65 ayat ayat 1, ayat2, ayat 3. Selain itu, dari prespektif kemanfaatan ruang, penambahan ruang sosial masyarakat melalui pembangunan taman-taman kota diharapkan akan memberikan manfaat bagi masyarakat diantaranya sebagai sarana rekreasi, olah raga maupun manfaat sosial, estetika maupun ekologis lainnya sebagaimana disebutkan dalam Pasal 60b UU Penataan Ruang bahwa masyarakat berhak untuk memperoleh dan menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan commit to user ruang. Sehingga jangan sampai penataan ruang seperti halnya pembangunan ruang terbuka hijau taman kota di Kota Surakarta tidak memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. Sampai dengan saat ini taman-taman kota telah dibangun meskipun beberapa diantaranya masih dalam proses, Sekiranya, patut diperhatikan bagaimana masyarakat memperoleh kemanfaatan dari hasil pembangunan daerah tersebut, Selanjutnya bagaimana ruang-ruang sosial itu akan dijaga keberadaan dan kelestariannya dimasa depan. Berkenaan dengan fenomena pembangunan daerah diatas, sebuah kajian ilmiah terhadap kebijakan pembangunan ruang terbuka hijau yang telah direncanakan maupun yang telah selesai digarap penting untuk dilakukan, guna kontrol terhadap kebijakan yang dilaksanakan, baik yang sudah selesai maupun yang masih dalam proses pembangunan. Mekanisme kontrol tersebut seharusnya dilaksanakan untuk mengetahui kesesuaian perencaan pembangunan ruang terbuka hijau berdasarkan rencana tata ruang wilayah dengan proses dan pelaksanaan pembangunan, tingkat keberhasilan program, manfaat riil kebijakan, maupun kelemahan yang ada. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui kesesuaian perencanaan dan keberhasilan pencapaian rencana dalam pelaksanaan pembangunan di Kota Surakarta. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota RUTRK Kota Surakarta tahun 1993 – 2013, Kota Surakarta memiliki luas 4.404 ha yang terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 51 kelurahan. Dari keseluruhan luas kota, luas kawasan yang terbangun telah mencapai 88,47 atau 3.896 ha. Daerah yang belum terbangun luasnya kurang lebih 508 ha 11,53, terdapat di bagian utara dan barat kota. Kecamatan Banjarsari merupakan salah satu daerah di Kota Surakarta yang wilayahnya terluas dibandingkan kecamatan lainnya yaitu seluas 1.481,10 Ha atau 36 dari luas keseluruhan Kota Surakarta, dengan jumlah penduduk 1.736.81 jiwa dan menjadi daerah yang potensial untuk kegiatan perekonomian. Untuk lebih jelasnya mengenai luas Kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada Gambar 1. commit to user 3 Gambar 1. Luas Kecamatan di Kota Surakarta Adapun untuk melihat lebih jelas mengenai jumlah penduduk pada setiap kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Jumlah Penduduk pada Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah, yang saat ini sedang mengalami perkembangan, baik dalam bidang industri, jasa, pemukiman, pandidikan, perdagangan maupun transportasi. Seiring dengan perkembangan perkotaan tersebut maka terjadi alih fungsi lahan. Lahan pertanian ataupun lahan terbuka kota yang semula tidak terbangun menjadi daerah Luas Wilayah Kecamatan di Kota Surakarta 36 29 20 9 6 Banjarsari Jebres Laweyan Pasar Kliwon Serengan 173681 154261 87383 61845 125905 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 Jumlah Penduduk jiwa Banjarsari Jebres Laweyan Pasar Kliwon Serengan S1 Kecamatan Jumlah Penduduk pada tiap Kecamatan di Kota Surakarta commit to user terbangun. Perluasan lahan terbangun baik difungsikan sebagai pemukiman, perdagangan maupun industri secara otomatis akan memicu berkurangnya lahan terbuka di kota surakarta. www.surakarta.com.29 Maret 2008. Sampai dengan penelitian ini dilaksanakan belum ada kajian terkait permasalahan diatas oleh institusi terkait di Pemerintahan Kota Surakarta. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilaksanakan untuk sarana evaluasi pembangunan ruang teruka hijau di Kota Surakarta khususnya Kecamatan Banjarsari. Selain itu, sebagai wujud pertisipasi aktif masyarakat kota dalam penataan ruang sebagaimana di amanatkan UU Penataan Ruang. Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Banjarsari sebagai salah satu Kecamatan di Kota Surakarta, didasarkan pada kenyataan bahwa di Kecamatan Banjarsari sedang mengalami perkembangan fisik kota yang pesat. Salah satu wujud perkembangan fisik kota tersebut adalah perubahan penggunaan lahan di Kelurahan Keprabon yaitu di sekitar keraton mangkunegaran yang telah di bangun gedung-gedung bertingkat seperi gedung apartemen Solo Paragon dan perkantoran milik swasta. Selain itu, di Kelurahan Sumber dan Banyuanyar juga telah banyak terjadi perubahan penggunaan lahan, dari lahan untuk pertanian berubah menjadi perumahan elit. Hal tersebut karena di pusat kota sudah tidak memungkinkan untuk dibangun perumahan sebab lahan untuk pembangunan semakin sempit, sehingga pembangunan perumahan untuk pemukiman berpindah ke penggiran pusat Kota Surakarta. Kondisi lahan terbuka di Kecamatan Banjarsari mengalami penyusutan atau semakin berkurang luasnya. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, lahan – lahan terbuka tersebut menjadi sasaran pembangunan. Dalam rentang waktu yang singkat, perubahan lahan terbuka menjadi lahan terbangun build up area di Kecamatan Banjarsari cukup besar. Kecamtan Banjarsari memiliki letak yang strategis yaitu terdapat terminal angkutan umum Tirtonadi dan stasiun kereta api Balapan sebagai salah satu akses masuk Kota Surakarta, sehingga usaha tempat penginapan atau hotel serta pertokoan semakin banyak guna memenuhi kebutuhan para pengguna jasa transportasi umum yang masuk di terminal tirtonadi dan stasiun KA Balapan. commit to user 5 Selain itu, juga terjadi penambahan fungsi jalan sebagai jalur kendaraan yang bermuatan barang eksport – import dan barang komuditi. serta sarana umum lainnya seperti sarana olahraga yang terdapat di Kelurahan Manahan Ruang tebuka hijau di Kota Surakarta tidak terlepas dari benturan kepentingan sebagaimana dipaparkan diatas. Susutnya jumlah dan kualitas ruang terbuka hijau dikarenakan adanya kepentingan-kepentingan ekonomi yang gagal didamaikan secara sinergis. Fungsi ruang terbuka hijau tampaknya masih mempunyai makna pelengkappenyempurna bagi perkotaan, sehingga pemanfaatan lahan untuk ruang terbuka hijau dianggap sebagai penambah estetika lingkungan. Lebih lagi ruang terbuka hijau dianggap sebagai cadangan untuk penggunaan lahan di masa mendatang. Hal ini mengakibatkan munculnya paradigma bahwa setiap saat ruang terbuka hijau dapat diganti dengan penggunaan lain yang dirasakan lebih menguntungkan secara ekonomis. Studi tentang evaluasi perubahan luasan dan agihan lahan terbuka kota telah dilakukan oleh beberapa peneliti, baik dengan menggunakan metode konvensional maupun dengan metode penginderaan jauh. Metode konvensional ternyata tidak mencukupi lagi, sejak kepadatan dan pola persebaran bangunan manjadi padat dan tidak teratur sehingga menghalangi jangkauan pandangan. Dengan semakin berkembangnya teknologi penginderaan jauh dan berbagai kelebihan yang dimilikinya, orang berpaling ke teknik ini untuk berbagai studi kekotaan, termasuk diantaranya untuk pemetaan lahan terbuka. Salah satu produk penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk pemetaan dan analisis ruang terbuka adalah menggunakan citra ikonos, penggunaan citra ikonos didasarkan pada resolusi spasial dan temporal yang memadai, data citra hasil perekaman dapat dianalisis dengan cepat dan akurat dengan teknologi digital, data citra hasil perekaman dapat digunakan sekaligus sebagai data perencanaan survai lapangan, terutama untuk pengenalan wilayah, termasuk di dalamnya adalah kajian ruang terbuka. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengkaji atau melakukan pemetaan lahan terbuka adalah dengan cara interpretasi citra penginderaan jauh. commit to user Data hasil interpretasi penginderaan jauh menghasilkan data spasial yang dapat digunakan sebagai dasar pemetaan lahan terbuka. Peta merupakan alat bantu yang baik dan tidak dapat ditinggalkan begitu saja, di samping itu peta merupakan satu – satunya cara penunjukan lokasi persebaran yang paling tepat karena peta memudahkan persepsi dalam membaca dan memahami suatu objek. Penyajian data dalam bentuk peta bertujuan agar mudah dalam menyampaikan ide dan informasi kepada pengguna peta, memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu daerah sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan ilmiah. Pemetaan data dimaksudkan untuk menimbulkan daya tarik yang besar tentang persoalan yang disajikan, memperjelas, menyederhanakan dan menerangkan suatu aspek yang lebih penting serta menonjolkan pokok-pokok bahasan atau pembicaraan seperti yang diungkapkan Bintarto 1991: 55 bahwa : “Penyajian informasi yang baik untuk distribusi keruangan hendaknya ditunjukkan ke dalam bentuk peta”. Karena melalui peta dapat disampikan informasi keruangan atau lokasi penyebaran, macam serta nilai data secara tepat dan jelas, untuk mengetahui perubahan bentuk penggunaan lahan juga tidak dapat terlepas dari peta. Data yang diperoleh dari hasil interpretasi akan dilakukan pengecekan di lapangan atau yang lebih dikenal sebagai uji ketelitian. Tujuan dari uji ketelitian adalah untuk mengecek apakah data foto udara sudah sesuai dengan kondisi lapangan ataukah tidak, selain itu juga untuk menilai ketepatan interpreter dalam mengkaji obyek di lapangan. Pada akhirnya apabila data penginderaan jauh telah diuji ketelitiannya maka data akan diolah dengan menggunakan SIG. Hal digunakan untuk memperoleh hasil analisis yang akurat terhadap data penelitian ini. Data yang besar, diolah lebih cepat, efisien dan dapat ditayangkan kembali karena data tersimpan dalam bentuk digital. Bedasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul : “Pemanfaatan Citra Ikonos untuk Pemetaan Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta Tahun 2007”. commit to user 7

B. Perumusan Masalah