Pemetaan Tinjauan Pustaka 1. Penginderaan Jauh dan Uji

commit to user 9 Manfaat lahan terbuka berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung dalam pengertian cepat dan bersifat tangible seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual kayu, daun, bunga, kenyamanan fisik teduh, segar, keinginan dan manfaat tidak langsung berjangka panjang dan bersifat intangible seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati. www.scripps.ohiou.edunewscmddArtikel_cd.htm-103k . c. Kecukupan Ruang Terbuka Hijau. Urban growth reduces open space in and around cities, impacting biodiversity and ecosystem services. Using land-cover and population data, we examined land consumption and open space loss between 1990 and 2000 for all 274 metropolitan areas in the contiguous United States. Nationally, 1.4 million ha of open space was lost. http:www.plosone.orgarticleinfo:doi2F10.13712Fjournal.pone.0009509. Berkaitan dengan kecukupan Ruang terbuka atau luas standar Ruang terbuka pada wilayah perkotaan secara khusus telah diterangkan pada Undang – Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Pada pasal 29 ayat 2 yang menerangkan bahwa Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 tiga puluh persen dari luas wilayah kota.

4. Pemetaan

Prihandito 1998: 11 mengemukakan bahwa “peta merupakan gambar permukaan bumi pada bidang datar dalam ukuran yang lebih kecil”. Prihandito 1998 : 1 berpendapat pula bahwa, “ Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara berbagai perwujudan yang diwakili”. Menurut Sinaga 1995: 5 peta adalah suatu representasi gambaran unsur – unsur atau kenampakan – kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda – benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil diskalakan. commit to user Sandy 1972: 2 mengemukakan bahwa pemetaan merupakan suatu usaha untuk menyampaikan, menganalisis dan mengklasifikasikan data yang bersangkutan, serta menyiapkan ke dalam bentuk peta dengan menggunakan metode tertentu agar peta yang dihasilkan dapat dimengerti dengan mudah, memberi gambaran yang jelas, rapi dan bersih. Seorang kartograf harus dapat mendesain peta dan merekayasa, mengkombinasikan berbagai data menjadi simbol-simbol yang menarik dan mudah dimengerti sehingga peta yang dihasilkan mempunyai nilai tinggi baik isi maupun unsur seninya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis dan untuk efisiensinya harus mempelajari atribut atau elemen-elemen dasarnya Sinaga, 1995: 3 Tugas kartografer adalah mendesain peta. Tahapan mendesain peta meliputi sebagai berikut : a. Desain letak peta komposisi peta Desan tata letakkomposisi peta adalah merancang susunan dan pengaturan masing-masing informasi tepi peta, agar peta menarik dan efisien. Komposisi peta meliputi judul peta, skala peta baik grafis maupun numeric, orientasi, inset, legenda, indeks peta, sumber data, sumber peta, nama penyusun peta, garis tepi peta, garis lintang dan bujur, serta daerah yang dicakup. Penempatan unsur-unsur tersebut ke dalam peta dipengaruhi oleh bentuk daerah penelitian, efisiensi kertas dan skala peta, oleh karena itu letak dan ukuran huruf atau angka yang ditempatkan pada peta harus nampak serasi dan harmonis sehingga memberi kesan yang menarik bagi pengguna peta. Berikut contoh penempatan tata letak komposisi informasi peta tematik. Keterangan : 1. Judul peta tematik 2. Daerah yang dicakup 3. Skala angka dan grafis 4. Orientasi utara 5. Legenda keterangan 6. Penyususn penerbit 7. Sumber data 8. Grid lintang dan bujur commit to user 11 Gambar 3. Tata Letak Komposisi Peta Tematik b. Desain peta dasar Dalam membuat peta tematik diperlukan peta dasar yang berfungsi sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografi dari tema yang akan dibuat. Penentuan skala peta berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut 1 Sesuai dengan tujuan pemetaan. 2 Tidak banyak data yang dihilangkan. 3 Datanya dapat digambarkan dengan jelas. 4 Unit penggambaran terkecil masih nampak tergambar dengan jelas. Dalam hal ini unit penggambaran terkecil pada peta berskala 1:35.000 luasan terkecil yang tergambar adalah 4,24 ha. Dijelaskan oleh Elbersen G.W.W dalam Abdullah Tatat Sutarman, 1993 : 51. c. Desain isi peta Desain isi peta adalah merancang informasi ke dalam bentuk simbol yang akan ditampilkan pada peta. Simbol harus memiliki arti unsur yang diwakilinya. Informasi yang akan disampaikan melalui simbol seperti simbol titik, garis dan area akan menentukan besarnya ukuran atau nilai. Desain isi peta pada hakekatnya mendesai simbol dalam proses pemetaan suatu data. Simbol merupakan penyajian dalam bentuk gambar yang menarik dan mudah dipahami oleh pengguna peta atau sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi suatu tema pada peta tematik. Menurut Sinaga 1995 : 39, unsur- unsur geografis yang digambarkan dalam peta dapat dikelompokan menjadi : 1 Posisional, yakni unsur- unsur yang tidak mempunyai dimensi atau perluassan, misalnya : titik ketinggian, sumur pengeboran, pusat pelanyanan dan sebagainya. Nilai dari unsur- unsur ini dapat dilihat angka yang ada atau dihitung dengan menjumlahkan titiknya. 2 Linier, yakni unsur yang mempunyai perluasan pada commit to user satu sisi atau unsur dimensi satu. Misalnya : jalan, jalan kereta api, sungai dan sebagainya. Untuk data linier ini tergantung panjang pendek unsur yang digambarkan. 3 Unsur yang mempunyai bentuk perluasan atau yang berdimensi dua nilai ditentukan berdasar luasnya, bahkan unsur yang berdimensi tiga dapat ditentukan volumenya, misalnya volume waduk, volume jumlah cadangan bahan galian, jumlah curah hujan dan sebagainya. Penentuan bentuk dan ukuran simbol disesuaikan dengan macam data, kuantitas data maupun generalisasi. Berikut ini beberapa tahapan dalam mendesain simbol yang dikemukakan oleh Bertin dalam Martono 1998: 6 1 Penentuan subjek yang dipetakan 2 Analisis data meliputi : a menentukan struktur organisasi data b menentukan karakteristik posisi data 3 Persepsi yang dikehendaki Sinaga, 1995: 11. a Persepsi asosiatif adalah semua simbol yang ada dalam peta tersebut mempunyai kesan sama tingkatannya pentingnya, derajadnya, jadi tidak ada satu simbolpun yang lebih menonjol dibandingkan dengan simbol yang lain. Contoh: variabel visual bentuk form, orientasi orientatiaon, warna colour dan density. b Persepsi selektif adalah semua simbol memberi kesan berbeda antara satu dengan lainnya, akan tetapi dalam bentuk group. Mata akan dapat membedakan group satu dengan yang lainnya, tetapi tidak dapat mebedakan mana group yang lebih penting. Jadi group yang satu dengan lainnya sama kedudukannya. commit to user 13 Contoh : variabel visual nilai value, ukuran size dan warna colour. c Persepsi bertingkat adalah apabila mata melihat group simbol akan mendapatkan kesan bahwa group simbol yang satu akan lebih penting dari group simbol yang lain ada tingkatannya Contoh: nilai value, ukuran size dan density. d Persepsi kuantitatif adalah simbol - simbol akan memberi kesan bahwa simbol yang satu lebih besar dari simbol yang lain atau dengan kata lain simbol satu dengan yang lainnya dapat dibandingkan. Contoh: ukuran size. Tabel 2. Hubungan antara Tingkatan Persepsi dengan Variabel Visual Variabel visual Persepsi Bentuk Orient asi Warna Density Nilai Ukuran Kuantitaif  Bertingkat   Selektif    Assosiatif     4 Pemilihan variabel visual yaitu : a Bentuk c. Ukuran. e. Kepadatan g. Nilai b Arah d. Warna f. Posisi 5 Desain simbol Desain simbol berdasarkan pada :  Pembuat peta  Kenampakan sesungguhnya di lapangan  Permintaan dari pengguna peta

5. Sistem Informasi Geografis SIG