commit to user 7
B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan dikemukakan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana ketelitian citra ikonos untuk kajian lahan terbuka di
Kecamatan Banjarsari tahun 2007? 2. Bagaimana persebaran lahan terbuka di Kecamatan Banjarsari
tahun2007? 3. Bagaimana tingkat kecukupan luas lahan terbuka di Kecamatan
Banjarsari tahun 2007?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat ketelitian citra ikonos
untuk kajian lahan terbuka di Kecamatan Banjarsari tahun 2007.
2. Untuk mengetahui distribusi spasial lahan terbuka di Kecamatan Banjarsari tahun 2007.
3. Untuk mengetahui tingkat kecukupan lahan terbuka di Kecamatan Banjarsari tahun 2007.
D. Manfaat Penelitan 1.Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini sebagai bentuk presentasi data yang berupa angka atau tulisan-tulisan tentang informasi luas dan agihan lahan terbuka dalam bentuk peta,
sehingga dapat digunakan sebagai studi keruangan tentang program pembangunan tata ruang kota yang lebih baik khususnya di Kecamatan Banjarsari, Kota
Surakarta, serta sebagai acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
2.Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut : a. Memberikan masukan dalam program
commit to user rancangan tata ruang kota yang lebih baik di
Kecamatan Banjarsari. b. Memberikan masukan untuk pembelajaran
bidang studi Geografi yang berhubungan dengan penginderaan jauh yang memiliki
kompetensi dasar dapat memahami pemanfaatan citra penginderaan jauh dan
Sistem Informasi Geografis SIG, pada kelas XII, semester 1 Sekolah Menengah Atas.
commit to user 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Penginderaan Jauh dan Uji
Interprestasi
Penginderaan jauh adalah suatu ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Dua macam proses yang dikenal dalam penginderaan
jauh yaitu pengumpulan data dan pengolahan dataanalisis data. Proses pengumpulan data meliputi : energi, perjalanan energi melalui atmosfer, interaksi
energi dengan kenampakan di permukaan bumi, sensor, wahana yang dapat berupa pesawat terbang, satelit atau wahana lain, dan hasil bentukan data berupa
cetak kertas atau data digital. Lillesand dan Kieffer, 1997 : 1. Remote Sensing is the science and art of acquiring information spectral,
spatial, temporal about material objects, area, or phenomenon, without coming into physical contact with the objects, or area, or phenomenon under
investigation. Without direct contact, some means of transferring information through space must be utilised. In remote sensing, information transfer is
accomplished by use of electro magnetic radiation. http:www.gisdevelopment.nettutorialstuman08htm.
Interpretasi citra terbagi atas dua cara yaitu secara digital dan secara visual. Interpretasi citra secara digital dilakukan dengan melakukan
pengklasifikasian pixel berdasarkan nilai spektralnya. Interpretasi citra secara digital dilakukan terutama untuk data yang berupa angka. Interpretasi citra secara
visual dilakukan melalui pengamatan secara langsung pada foto udara atau dengan menggunakan bantuan alat yang berupa stereoskop sehingga data yang dihasilkan
merupakan data spasial. Pada dasarnya interpretasi citra secara visual meliputi tiga tahap yaitu
deteksi atau pengenalan awal hal ini dilakukan untuk menentukan ada tidaknya obyek pada citra, yang kedua yaitu identifikasi untuk mengeja ciri-ciri obyek yang
terekam, yang ketiga adalah pengenalan akhir berdasar identifikasi dan
commit to user menyimpulkan obyek apa yang sebenarnya terekam kemudian dilanjutkan dengan
melakukan azas konvergensi bukti Sutanto, 1995: 22-23. Penyadapan informasi yang lengkap dari foto udara memerlukan teknik
interpretasi yang teliti atau sesuai dengan kondisi lapangan. Agar hasil interpretasi foto udara sesuai dengan obyek sebenarnya di lapangan, maka disamping harus
memiliki pengetahuan awal tentang obyek kajian juga harus dipahami karakteristik obyek dengan memperhatikan unsur – unsur interpretasi foto udara.
Unsur – unsur interpretasi foto udara ini meliputi : ronawarna, bentuk, ukuran , tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi, dan konvergensi bukti Sutanto, 1995:
122-123. Berikut keterangan dari unsur – unsur interpretasi foto udara : a Rona atau warna merupakan tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada
citra. b Bentuk adalah konfigurasi bukti atau kerangka suatu obyek,
c Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume.
d Tekstur ialah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
e Pola ialah hubungan susunan spasial obyek. f Bayangan, bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang
berada di daerah gelap. g Situs ialah letak suatu obyek terhadap hubungan dengan obyek lain yang
ada di sekitarnya. h Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu
dengan obyek yang lain. Dalam melakukan interpretasi dikenal dua metode yaitu monoskopis dan
strereoskopis. Pengamatan monoskopis adalah interpretasi foto udara tanpa adanya alat bantu stereoskop, hanya menggunakan mata pada satu lembar foto
saja. Pengamatan secara stereoskopis dilakukan untuk menimbulkan pandangan tiga dimensional bagi medan. Dilakukan dengan menggunakan alat bantu
stereoskop untuk dua lembar foto yang bertampalan Lillesand and Kieffer; 1997: 119.
Uji interpretasi dilakukan pada hasil interpretasi citra pra-lapangan. Kegiatan lapangan bertujuan untuk menguji atau membandingkan hasil
commit to user 11
interpretasi pra-lapangan dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Apakah ada yang mengalami perubahan atau ada kesalahan dalam menginterpretasi citra.
Kegiatan lapangan merupakan pembuktian hasil interpretasi check field dan pemutakhiran data data up
dating. Pembuktian hasil interpretasicheck field dilakukan dengan
membandingkan hasil interpretasi pra-lapangan dengan hasil interpretasi lapangan. Pembuktian tidak dilakukan terhadap semua obyek, tetapi hanya
sebagian obyek yang dapat mewakili fenomena obyek tersebut atau pada tempat- tempat yang interpretasinya meragukan. Misalnya obyek gedung dengan atap
berbentuk kotak, makam, pabrik, dan lain-lain. Hasil interpretasi tergantung dari metode sampling yang digunakan. Hasil interpretasi merupakan hasil check field
setelah dilakukan uji ketelitian interpretasi. Pemutakhiran data data up dating adalah penyesuaian obyek yang terekam pada citra dengan obyek yang ada di
lapangan. Misalnya perubahan lahan kosong menjadi pemukimanlahan terbangun.
2. Citra Ikonos
Perkembangan pesat teknologi satelit dimulai sejak tahun 1972, dengan diluncurkannya ERTS-1 Earth Resources Technology Satellite-1 oleh NASA
USA, yang memiliki resolusi spasial 80 meter dan resolusi temporal 18 hari. Generasi satelit terbaru, misalnya QUICKBIRD, menghasilkan citra satelit dengan
resolusi 0.61 meter dan resolusi temporal 3 hari. Resolusi spasial adalah ukuran objek terkecil yang masih dapat disajikan dibedakan, dan dikenali pada citra.
Semakin kecil ukuran objek yang dapat direkam, semakin baik resolusi spasialnya. Resolusi temporal adalah kemampuan sensor untuk merekam ulang
objek yang sama. Semakin cepat suatu sensor merekam ulang objek yang sama, semakin baik resolusi temporalnya http:rovicky.wordpress.com20061002.
commit to user
commit to user 9
Citra Ikonos diluncurkan pertama kali di Vandenburg, California pada tanggal 24 September 1999 oleh Space Imaging, merupakan citra satelit komersial
pertama yang memiliki resolusi spasial 1 meter. Satelit ini mengorbit bumi sinkron dengan matahari setinggi 681 km. Satelit Ikonos bergerak melintasi bumi
sebanyak 14 kali dalam sehari atau waktu revolusinya adalah 98 menit untuk sekali lintasan dengan kecepatan 4,5 mildetik 7 km. Satelit ini membawa sensor
pankromatik untuk menghasilkan citra pankromatik hitam putih dengan resolusi spasial 1 m dan sensor multispektral dengan resolusi spasial 4 m pada empat
saluran dengan panjang gelombang yang berbeda yaitu saluran biru, saluran merah, infra merah dan infra merah dekat. Resolusi spasialnya adalah 3 hari.
http:rovicky.wordpress.com20061002. Citra satelit resolusi tinggi temporal dan spasial memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan citra dengan resolusi tinggi sebagai berikut :
1. Resolusi spasial yang memadai, dengan resolusi spasial 0.61 m s.d 2 m sebuah benda dengan panjang 36,45 m akan mudah diidentifikasi pada
citra. 2. Resolusi temporal yang memadai, kemampuan satelit Formosat 2 milik
Taiwan yang mampu melakukan perekaman harian, memberikan jaminan data yang cepat dan akurat. Formosat 2 adalah satelit yang mengorbit
sinkron matahari dan merekam data pukul 09.30 waktu setempat tiap harinya.
3. Harga rata-rata citra satelit resolusi berkisar antara 10 – 40 USDKm
2
, dan menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Generasi pertama,
Ikonos, dijual dengan harga 37 USDKm
2
, generasi berikutnya, QUICKBIRD, lebih murah, 24 USDKm
2
, sedangkan OrbView 3 dihargai 10 USDKm
2
. 4. Efisiensi waktu. Data citra hasil perekaman dapat dianalisis dengan cepat
dan akurat dengan teknologi digital, 5. Multiguna. Data citra hasil perekaman dapat digunakan sekaligus sebagai
data perencanaan survai lapangan, terutama untuk pengenalan wilayah dan alternatif akses jalan ke lokasi.
Disamping beberapa kemampuan yang disebutkan di atas, harus diakui
commit to user adanya beberapa keterbatasan yang dimiliki metode penginderaan jauh ini, antara
lain : 1. Terhalang cuaca. Citra yang disebutkan di atas termasuk dalam kategori
penginderaan jauh sistem pasif, artinya citra tersebut merekam data hasil pantulan sinar matahari yang mengenai objek. Awan tebal tidak dapat
ditembus matahari sehingga jika terdapat awan, objek di permukaan bumi akan tertutup oleh awan tersebut. Berbeda jika digunakan penginderaan
jauh sistem aktif, satelit memancarkan gelombang elektromagnetik dan pantulannya akan direkam kembali oleh satelit. Sistem aktif ini tidak
tergantung cuaca dan waktu, karena dapat menembus awan dan dapat beroperasi pada malam hari.
commit to user 9
2. Terbatas untuk penyisiran wilayah daratan. Kemampuan penetrasi ke dalam air yang dimiliki citra-citra di atas sangat terbatas, sehingga tidak
dapat digunakan untuk wilayah perairan h ttp:
rovicky. wordpress.com
20061002. Tabel 1. Spesifikasi Citra Ikonos
Spesifikasi satelit ikonos Berat Satelit
Orbit ketinggian Mengelilingi bumi
Kembali pada posisi yang sama : 720 Kg
: 680 Km : 14 kali hari tiap 98 menit
: tiap 4 hari Keunggulan citra ikonos
Kemampuan cakupan luas Kemampuan resolusi spasial
Kemampuan skala citra satelit Identifikasi obyek
: 11 km x 11 km : 1 m dan 4 m
: 1:2500 : skala lokal detail
Kendala citra ikonos Jenis sensor satelit
Tutupan awan Kemampuan pengambilan area
: pasif tidak dapat menembus awan : maksimum 20 dianggap berhasil
: segi empat dan lebar minimum 5 km Tipe produk
Geo mon Reference
Map Pro
Precision : 23,8 m RMS error ini horisontal accuracy
: 11,8 m RMS error ini horisontal accuracy : 5,7 m RMS error ini horisontal accuracy
: 4,8 m RMS error ini horisontal accuracy : 1,9 m RMS error ini horisontal accuracy
Aplikasi citra ikonos Pendataan
Identifikasi Pemantauan
Penilaian Perencanaan
Software yang dapat digunakan Autodesk
ERDAS ERDAS with ESRI
ESRI Map info
RSI Space imaging
Bentley Earth resource mapping
ERDAS LH
PCI geomatics Space Imaging
Sensor system 21 Imaging
: AutoCAD : Imaging 8.2, 8.3
: ArcView Imaging, Analysis 1.1 : ArcVIEW 3.0
: MAPInfo 4.5 : ENVI 3.2
: Cartirra Analysis : Microstation
: ER Mapper 5.5 : Mapsheets 1.2a
: socet set : PCI 6.1
: Free Look : Remote view
: Geomedia, image station
Sumber : rovicky. wordpress.com
commit to user
3. Ruang Terbuka Hijau
a. Ruang Terbuka. Budihardjo,1999; 90 mendefinisikan ruang terbuka sebagai suatu
wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik.
Jadi ruang terbuka merupakan penjabaran yang lebih rinci dan lebih luas yang merupakan satu kesatuan unsur – unsur yang berada di atasnya. Unsur
utama dari lahan adalah tanah tetapi bukan berarti tanah saja, melainkan gabungan dari beberapa unsur lain yaitu antara lain tanah, iklim, topografi,
penggunaan lahan, aktifitas manusia dan lain sebagainya. Satu kesatuan unsur inilah yang mendatangkan keuntungan bagi manusia dalam pengelolaan dan
penggunaannya.
b. Pengertian Ruang Terbuka Hijau. Ruang-ruang di dalam kota atau daerah yang lebih luas baik dalam bentuk
areakawasan maupun dalam bentuk area memanjangjalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang
berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan
Inmendagri no.141988. Menurut Dinas Pertamanan DKI Jakarta, Dinas Pertamanan
mengkalasifikasikan ruang terbuka hijau berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya
ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semakperdu, tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi
2. Kawassan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama sebagai hutan raya.
3. Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang memanfaatkan
ruang terbuka
hijau. 10
commit to user 11
4. Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area lapangan, yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas.
Bentuk dari ruang terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan lari atau lapangan
golf. 5. Kawasan
Hijau Pemakaman. 6. Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif,
yaitu lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan padi, sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.
7. Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.
8. Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan, perkantoran, perdagangan dan kawasan industri
Kegiatan–kegiatan manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hijau mengakibatkan perubahan pada lingkungan yang akhirnya akan
menurunkan kualitas lingkungan perkotaan. Kesadaran menjaga kelestarian lingkungan hijau pasti akan lebih baik jika setiap orang mengetahui fungsi RTH
bagi lingkungan perkotaan. fungsi dari RTH bagi kota yaitu: untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan dalam kota dengan sasaran untuk
memaksimumkan tingkat kesejahteraan warga kota dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sehat.
Berdasarkan fungsinya menurut Rencana Pengembangan Ruang terbuka hijau tahun 1989 yaitu :
1. RTH yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat melaksanakan kegiatan berbentuk rekreasi, berupa kegiatan rekreasi aktif
seperti lapangan olahraga, dan rekreasi pasif seperti taman. 2. RTH yang berfungsi sebagai tempat berkarya, yaitu tempat penduduk bermata
pencaharian dari sektor pemanfaatan tanah secara langsung seperti pertanian pangan, kebun bunga dan usaha tanaman hias.
3. RTH yang berfungsi sebagai ruang pemeliharaan, yaitu ruang yang memungkinkan pengelola kota melakukan pemeliharaan unusur-unsur
commit to user perkotaan seperti jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai
koridor kota. 4. RTH yang berfungsi sebagai ruang pengaman, yaitu untuk melindungi suatu
objek vital atau untuk mengamankan manusia dari suatu unsur yang dapat membahayakan seperti jalur hijau disepanjang jaringan listrik tegangan tinggi,
jalur sekeliling instalasi militer atau pembangkit tenaga atau wilayah penyangga.
5. RTH yang berfungsi sebagai ruang untuk menunjang pelestarian dan pengamanan lingkungan alam, yaitu sebagai wilayah konservasi atau
preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan terjadinya erosi dan longsoran pengamanan tepi sungai, pelestarian wilayah resapan air.
6. RTH yang berfungsi sebagai cadangan pengembangan wilayah terbangun kota di masa mendatang
commit to user 9
Manfaat lahan terbuka berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung dalam pengertian cepat dan bersifat tangible seperti mendapatkan
bahan-bahan untuk dijual kayu, daun, bunga, kenyamanan fisik teduh, segar, keinginan dan manfaat tidak langsung berjangka panjang dan bersifat intangible
seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati. www.scripps.ohiou.edunewscmddArtikel_cd.htm-103k
.
c. Kecukupan Ruang Terbuka Hijau. Urban growth reduces open space in and around cities, impacting
biodiversity and ecosystem services. Using land-cover and population data, we examined land consumption and open space loss between 1990 and 2000 for all
274 metropolitan areas in the contiguous United States. Nationally, 1.4 million ha of open space was lost.
http:www.plosone.orgarticleinfo:doi2F10.13712Fjournal.pone.0009509. Berkaitan dengan kecukupan Ruang terbuka atau luas
standar Ruang terbuka pada wilayah perkotaan secara khusus telah diterangkan pada Undang – Undang Republik Indonesia
nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Pada pasal 29 ayat 2 yang menerangkan bahwa Proporsi ruang terbuka hijau
pada wilayah kota paling sedikit 30 tiga puluh persen dari luas wilayah kota.
4. Pemetaan
Prihandito 1998: 11 mengemukakan bahwa “peta merupakan gambar permukaan bumi pada bidang datar dalam ukuran yang lebih kecil”. Prihandito
1998 : 1 berpendapat pula bahwa, “ Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara berbagai perwujudan yang diwakili”.
Menurut Sinaga 1995: 5 peta adalah suatu representasi gambaran unsur – unsur atau kenampakan – kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan
bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda – benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil
diskalakan.
commit to user Sandy 1972: 2 mengemukakan bahwa pemetaan merupakan suatu usaha
untuk menyampaikan, menganalisis dan mengklasifikasikan data yang bersangkutan, serta menyiapkan ke dalam bentuk peta dengan menggunakan
metode tertentu agar peta yang dihasilkan dapat dimengerti dengan mudah, memberi gambaran yang jelas, rapi dan bersih.
Seorang kartograf harus dapat mendesain peta dan merekayasa, mengkombinasikan berbagai data menjadi simbol-simbol yang menarik dan
mudah dimengerti sehingga peta yang dihasilkan mempunyai nilai tinggi baik isi maupun unsur seninya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam
cara grafis dan untuk efisiensinya harus mempelajari atribut atau elemen-elemen dasarnya Sinaga, 1995: 3
Tugas kartografer adalah mendesain peta. Tahapan mendesain peta meliputi sebagai berikut :
a. Desain letak peta komposisi peta Desan tata letakkomposisi peta adalah merancang susunan dan pengaturan
masing-masing informasi tepi peta, agar peta menarik dan efisien. Komposisi peta meliputi judul peta, skala peta baik grafis maupun numeric, orientasi, inset,
legenda, indeks peta, sumber data, sumber peta, nama penyusun peta, garis tepi peta, garis lintang dan bujur, serta daerah yang dicakup. Penempatan unsur-unsur
tersebut ke dalam peta dipengaruhi oleh bentuk daerah penelitian, efisiensi kertas dan skala peta, oleh karena itu letak dan ukuran huruf atau angka yang
ditempatkan pada peta harus nampak serasi dan harmonis sehingga memberi kesan yang menarik bagi pengguna peta. Berikut contoh penempatan tata letak
komposisi informasi peta tematik.
Keterangan : 1. Judul peta tematik
2. Daerah yang dicakup 3. Skala angka dan grafis
4. Orientasi utara 5. Legenda keterangan
6. Penyususn penerbit 7. Sumber data
8. Grid lintang dan bujur
commit to user 11
Gambar 3. Tata Letak Komposisi Peta Tematik
b. Desain peta dasar Dalam membuat peta tematik diperlukan peta dasar yang berfungsi sebagai
latar belakang penempatan dan orientasi secara geografi dari tema yang akan dibuat. Penentuan skala peta berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut
1 Sesuai dengan tujuan pemetaan. 2 Tidak banyak data yang dihilangkan.
3 Datanya dapat digambarkan dengan jelas. 4 Unit penggambaran terkecil masih nampak tergambar
dengan jelas. Dalam hal ini unit penggambaran terkecil pada peta berskala 1:35.000 luasan terkecil
yang tergambar adalah 4,24 ha. Dijelaskan oleh Elbersen G.W.W dalam Abdullah Tatat Sutarman,
1993 : 51. c. Desain isi peta
Desain isi peta adalah merancang informasi ke dalam bentuk simbol yang akan ditampilkan pada peta. Simbol harus memiliki arti unsur yang diwakilinya.
Informasi yang akan disampaikan melalui simbol seperti simbol titik, garis dan area akan menentukan besarnya ukuran atau nilai.
Desain isi peta pada hakekatnya mendesai simbol dalam proses pemetaan suatu data. Simbol merupakan penyajian dalam bentuk gambar yang menarik dan
mudah dipahami oleh pengguna peta atau sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi suatu tema pada peta tematik. Menurut Sinaga 1995 :
39, unsur- unsur geografis yang digambarkan dalam peta dapat dikelompokan menjadi :
1 Posisional, yakni unsur- unsur yang tidak mempunyai dimensi atau perluassan, misalnya : titik ketinggian,
sumur pengeboran, pusat pelanyanan dan sebagainya. Nilai dari unsur- unsur ini dapat dilihat angka yang ada
atau dihitung dengan menjumlahkan titiknya. 2 Linier, yakni unsur yang mempunyai perluasan pada
commit to user satu sisi atau unsur dimensi satu. Misalnya : jalan, jalan
kereta api, sungai dan sebagainya. Untuk data linier ini tergantung panjang pendek unsur yang digambarkan.
3 Unsur yang mempunyai bentuk perluasan atau yang berdimensi dua nilai ditentukan berdasar luasnya,
bahkan unsur yang berdimensi tiga dapat ditentukan volumenya, misalnya volume waduk, volume jumlah
cadangan bahan galian, jumlah curah hujan dan sebagainya.
Penentuan bentuk dan ukuran simbol disesuaikan dengan macam data, kuantitas data maupun generalisasi. Berikut ini beberapa tahapan dalam
mendesain simbol yang dikemukakan oleh Bertin dalam Martono 1998: 6 1 Penentuan subjek yang dipetakan
2 Analisis data meliputi : a menentukan struktur organisasi data
b menentukan karakteristik posisi data 3 Persepsi yang dikehendaki Sinaga, 1995: 11.
a Persepsi asosiatif adalah semua simbol yang ada dalam peta tersebut mempunyai kesan
sama tingkatannya pentingnya, derajadnya, jadi tidak ada satu simbolpun yang lebih
menonjol dibandingkan dengan simbol yang lain.
Contoh: variabel visual bentuk form, orientasi orientatiaon, warna colour dan density.
b Persepsi selektif adalah semua simbol memberi kesan berbeda antara satu dengan
lainnya, akan tetapi dalam bentuk group. Mata akan dapat membedakan group satu
dengan yang lainnya, tetapi tidak dapat mebedakan mana group yang lebih penting.
Jadi group yang satu dengan lainnya sama kedudukannya.
commit to user 13
Contoh : variabel visual nilai value, ukuran size dan warna colour. c Persepsi bertingkat adalah apabila mata
melihat group simbol akan mendapatkan kesan bahwa group simbol yang satu akan
lebih penting dari group simbol yang lain ada tingkatannya
Contoh: nilai value, ukuran size dan density. d Persepsi kuantitatif adalah simbol - simbol
akan memberi kesan bahwa simbol yang satu lebih besar dari simbol yang lain atau
dengan kata lain simbol satu dengan yang lainnya dapat dibandingkan.
Contoh: ukuran size. Tabel 2. Hubungan antara Tingkatan Persepsi dengan Variabel Visual
Variabel visual Persepsi
Bentuk Orient
asi Warna
Density Nilai
Ukuran
Kuantitaif
Bertingkat
Selektif
Assosiatif
4 Pemilihan variabel visual yaitu : a Bentuk
c. Ukuran. e.
Kepadatan g. Nilai b Arah
d. Warna f. Posisi 5 Desain simbol
Desain simbol berdasarkan pada : Pembuat peta
Kenampakan sesungguhnya di lapangan Permintaan dari pengguna peta
5. Sistem Informasi Geografis SIG
commit to user Sistem Informasi Geografi merupakan sistem manual dan atau komputer
yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan menghasilkan informasi yang mempunyai rujukan spasial atau geografis. Secara umum sistem
informasi geografi adalah suatu fasilitas untuk mempersiapkan, mempresentasikan dan menginterpretasikan fakta kenyataan di muka bumi. Secara khusus sistem
informasi geografi adalah konfigurasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang secara khusus dirancang untuk proses-proses akusisi, pengelolaan
dan penggunaan data kartografi Tomlin dalam Prahasta, 2001: 57. Esri dalam Prahasta 2002: 55 mengemukakan bahwa SIG merupakan
kumpulan terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh,
menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi bereferensi geografi.
Demers dalam Prahasta 2002: 55 menjelaskan bahwa SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan,
dan menganalisa informasi – informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi.
Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini
diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk: 1. Akusisi dan verifikasi data, 2. Kompilasi data, 3.
Penyimpanan data, 4. Perubahan dan updating data, 5. Manajemen dan pertukaran data, 6. Manipulasi data, 7. Pemanggilan dan presentasi, 8.
Analisa data. Dalam SIG terdapat 5 program software diantaranya adalah R2V, Arc
Info, Arc View. R2V digunakan untuk input data spasial, Arc View untuk pemrosesan data spasial sedangkan Arc View untuk output data spasial maupun
data atribut termasuk tool untuk analisis. Untuk membangun data atribut bisa dilakukan pada tabel Arc View maupun tabel exell software exell yang
selanjutnya digabungkan ke dalam tabel Arc View. Sistem informasi geografi terdiri dari tiga komponen dasar yang dapat
digunakan untuk memasukkan data, proses manipulasianalisis data, dan keluaran data. Secara garis besar ketiga komponen dapat diuraikan sebagai berikut :
commit to user 15
a Masukan Data. Subsistem masukan data adalah fasilitas dalam SIG yang dapat
digunakan untuk memasukan data dan merubah bentuk data asli ke bentuk yang dapat diterima dan dapat dipakai dalam SIG. Subsistem ini merupakan
subsistem yang rumit karena merupakan titik tolak semua aktifitas SIG. subsistem ini harus dapat menjamin bahwa data yang dimasukkan sama
dengan data yang diterima, ketepatan informasi hanya akan diperoleh bila data masukannya tepat dan benar.
Data masukan SIG terdiri dari dua tipe, yaitu data keruangan yang berasosiasi dengan data atribut, dan data keruangan yang berkaitan dengan
lokasi geografis. Sumber data untuk SIG dalam penelitian ini berupa peta grafis yaitu peta administrasi, peta rencana umum tata ruang kota, dan peta
penggunaan lahan. Data grafis diolah komputer jika terlebih dahulu diubahdikonversi ke bentuk digital.
Pemasukan data atribut dengan menggunakan menu tables dimaksudkan untuk mengaitkan antara data atribut dengan data grafis. Item
yang perlu ditambahkan dalam menu ini adalah item matriks keselarasan penggunaan lahan terhadap rencana umum tata ruang kota.
b Proses Manipulasi dan Analisis Data. Subsistem ini berfungsi untuk membedakan data yang akan diproses
dalam SIG. subsistem ini dapat digunakan untuk merubah format data, memanipulasi data dan menganalisis data.
Proses selanjutnya adalah memasukan data atribut dengan menggunakan menu tables dimaksudkan untuk mengaitkan antara data atribut
dengan data grafis. c Keluaran Data.
Subsistem keluaran berfungsi untuk menayangkan informasi ataupun hasil analisa data geografis secara kualitatif ataupun kuantitatif. Keluaran ini
dapat berupa softcopy yang berupa tabel, peta, ataupun arsip elektronik electronic file, dan dalam bentuk hardcopy yang berupa peta – peta yang
dicetak dengan kertas dengan menggunakan plotter berwarna. Pembuatan layout peta dengan menggunakan fasilitas Arc View GIS versi 3.3. melalui
keluaran ini pengguna dapat melakukan identifikasi informasi yang diperlukan
commit to user sebagai bahan pengambilan kebijakan atau perencanaan. Ketiga subsistem di
dalam SIG ini yang menopang jalannya proses pengolahan data hingga dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang penulis laksanakan antara lain :
Indrastuti 2002 melakukan penelitian dengan judul ”Pengelolaan dan Interpretasi Citra Ikonos untuk mengetahui bentuk kota Cikarang
Kabupaten Bekasi tahun 2001”. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui
proses pengolahan dan interpretasi citra Ikonos dan mengetahui bentuk kota Cikarang Kabupaten Bekasi tahun 2001. Metode yang digunakan adalah
penginderaan jauh dengan teknik interpretasi data digital citra Ikonos. Hasil penelitian menunjukkan tata cara pengolahan dan interpretasi citra ikonos serta
dapat mengetahui bentuk morfologi kota Cikarang, informasi mengenai bentuk kota Cikarang adalah berbentuk kompak dengan pola gurita.
Gultom 1995, telah melakukan penelitian dengan judul “ Peta Penggunaan Lahan Kota Wonogiri Hasil Interpretasi Foto Udara
Dibandingkan Dengan Peta Rencana Umum Tata Ruang Menggunakan Sistem Informasi Geografis “. Penelitian tersebut bertujuan untuk 1 membuat
peta panggunaan lahan Kota Wonogiri tahun 1994, dan 2 membandingkan peta penggunaan lahan Kota Wonogiri tahun 1994 dengan RUTRK Wonogiri periode
1985-2005. Metode yang digunakan adalah interpretasi foto udara dengan uji lapangan dan teknik tumpang susun peta.. Hasil yang diperoleh yaitu
ketidaksesuaian terbesar adalah untuk permukiman yaitu sebesar 17.
Tegawati 2006 melakukan penelitian dengan judul “Perubahan Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir Kecamatan Panarukan Kabupaten
Situbondo Tahun 1993–2005”. Tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui
agihan dan luasan penggunaan lahan wilayah pesisir di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo tahun 1993–2005, mengetahui apakah tingkat aksesibilitas
panjang jalan dan kualitas jalan dan pertambahan penduduk menyebabkan perubahan penggunaan lahan di wilayah pesisir di Kecamatan Panarukan
Kabupaten Situbondo tahun 1993–2005. Teknik yang dilakukan adalah analisis 16
commit to user 17
peta dengan melakukan interpretasi foto udara dan SIG serta melakukan korelasi untuk mengetahui pengaruh antara aksesibilitas dan pertumbuhan penduduk
dalam perubahan penggunaan lahan. Hasil dari penelitian tersebut adalah informasi perubahan penggunaan lahan yang berupa pertambahan luas sawah dan
permukiman, penurunan luas lahan tambak, rawa, kebun, mangrove dan open space. Diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat untuk faktor aksesibilitas
dalam mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, sementara pertambahan penduduk tidak begitu berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan karena
korelasinya kecil.
commit to user
C. Kerangka Pemikiran