2.5.2 Bahan pengisi
Bahan pengisi adalah suatu zat yang inert secara farmakologis yang ditambahkan kedalam suatu formulasi sediaaan tablet yang bertujuan untuk
penyesuaian bobot, ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet
Charles, 2010. Macam-macam bahan pengisi Charles, 2010 :
1. Golongan Gula
Laktosa : disebut juga gula susu atau Saccharum Lactis.
Sukrosa : disebut juga gula pasir atau Saccaharum album.
Manitol : berupa Kristal dengan rasa manis, larut dalam air.
Sorbitol : serbuk mikro kristalin berwarna putih, tak berbau, rasa manis, larut dalam air.
2. Golongan Amylum Disebut juga pati, yaitu serbuk berwarna putih, tidak berbau, tidak
berasa, tidak larut dalam air, bila dididihkan dengan air setelah dingin akan membentuk larutan kental yang jernih.
Pati dapat dipoeroleh dari : Gandum Amylum Tritici, Padi Amylum Oryzae, Jagung Amylum Maydis,
Kentang Amylum Solani, Singkong Amylum Manihot. Pati dalam pembuatan tablet kecuali sebagai bahan pengisi dapat juga digunakan sebagai
bahan pengikat dan bahan pengembang.
Universitas Sumatera Utara
Maka dalam penelitian ini dibuat modifikasi yaitu dengan cara pragelatinasi. Pati pragelatinasi terbuat dari pati alami. Setelah di pragelatinasi
bentuknya berupa granul yang free flowing dan mempunyai daya ikat sehingga bisa dibuat cetak langsung.
3. Golongan organik dan anorgnik
Bolus alba.
Natrium klorida.
Natrium sulfat.
Magnesium karbonat. 4. Zat pengisi lainnya
Avicel
Aerosil
2.5.3 Metode pembuatan tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering mesin rol atau mesin slug dan kempa langsung. Tujuan granulasi
basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. Granulat kering dibuat dengan cara menekan massa serbuk
pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet yang besar kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Cetak
langsung merupakan pengempaan langsung dengan kecepatan tinggi tanpa tahap granulasi terlebih dahulu Ditjen POM, 1995.
a. Granulasi basah
Universitas Sumatera Utara
Zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak
menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40
o
C - 50
o
C. setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet
Anief, 1994. Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan
pengadukan yang akan menghasilkan granul Lachman, dkk., 1994. b. Granulasi kering
Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin di granulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan lembab, tidak dapat
dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas dan dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk cetak langsung Lachman,
dkk.,1994. Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di slugged atau
dicetak langsung menjadi tablet yang tebal dan datar dengan garis tengah sekitar 1 inci. Tablet harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak
menimbulkan serbuk yang berceceran. Tablet ini dipecahkan dengan tangan atau alat dan diayak dengan lubang yang di inginkan, pelicin ditambahkan dan
tablet dikempa Ansel, 1989. c. Cetak Langsung
Beberapa bahan obat seperti kalium klorida, kalium iodida, ammonium klorida, dan metenamin bersifat mudah mengalir, sifat kohesifnya juga
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan untuk langsung dicetak tanpa memerlukan granulasi Ansel, 1989. Proses tablet cetak langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien
yang sesuai termasuk pengisi, desintegran, dan pelicin, yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang
kokoh Charles, 2010.
2.5.4 Metode cetak langsung