sudah homogen bila proses pencampurannya dilanjutkan maka pada waktu yang lama tidak homogen lagi Parrot, 1997.
2.5.6 Komposisi tablet
Komposisi umum dalam tablet adalah Chrles, 2010 : 1.
Zat berkhasiat 2.
Bahan pengisi : ditambahkan untuk mendapatkan berat yang diinginkan. Bahan pengisi harus bersifat inert.
3. Bahan pengikat : ditambahkan untuk mengikat komponen-komponen
tablet untuk dijadikan granul dengan ukuran yang sama dan bentuk speris setelah dipaksakan melewati ayakan. Dengan adanya bahan pengikat,
komponen tablet akan mudah dibentuk menjadi granul, sehingga akan memudahkan dalam pencetakan.
4. Bahan pengembang : ditambahkan untuk memecahkan tablet menjadi
partikel kecil sehingga luas permukaan diperbesar dan absorpsi dipermudah.
5. Bahan pelicin : ditambahkan dengan maksud untuk meningkatkan daya
alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi gesekan antara butir-butir granul dan
mempermudah pengeluaran tablet dari die. 6.
Zat pewarna : ditambahkan dengan maksud untuk memperindah tablet, membedakan dosis, spesifikasi dari pabrik, serta untuk mempermudah
pengawasan.
Universitas Sumatera Utara
7. Zat pewangi dan pemanis : ditambahkan untuk menutupi bau dan rasa
yang tidak enak, memberikan bau tertentu. 8.
Adjuvants : ditambahkan sebagai antioksidan dan mengurangi efek samping.
9. Absorban : ditambahkan untuk melindungi bahan berkhasiat dari pengaruh
lembab, menghomogenkan distribusi zat berkhasiat, menghindari kebasahan akibat sifat dan kombinasi zat berkhasiat.
10. Bahan pembasah : ditambahkan untuk mempercepat hancurnya tablet. Misalnya: Natrium lauril sulfat, polisorbat, dan aerosil dimana bahan ini
akan mempercepat penetrasi air ke dalam tablet.
2.5.7 Evaluasi tablet
1. Kadar zat berkhasiat
Kadar zat berkhasiat tertera dalam monografi masing-masing tablet baik batasan nilainya maupun cara penetapannya.
2. Kekerasan Tablet
Ketahanan dari tablet terhadap goncangan pada waktu pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan
dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecah tablet Lachman, dkk., 1994.
3. Friabilitas
Untuk mengetahui keutuhan tablet terkikis karena selama transfortasi tablet mengalami benturan dengan dinding wadahnya Lachman, dkk., 1994.
Universitas Sumatera Utara
4. Waktu Hancur Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya
terlarut sempurna, tetapi hanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan Lachman, dkk.,1994.
Waktu hancur yang semakin cepat akan semakin cepat pula pelarutan dari bahan berkhasiat sehingga akan lebih cepat berkhasiat dalam tubuh
Murni, 2008. 5. Keseragaman Sediaan Ditjen POM, 1995
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua cara, yaitu: a
Keragaman bobot, dilakukan terhadap tablet yang 50 bahan aktifnya lebih besar atau sama dengan 50 mg.
b Keseragaman kandungan, dilakukan terhadap tablet yang 50 bahan
aktifnya kurang dari 50 mg. 6. Disolusi
Adalah proses melarutnya suatu obat Ansel, 1989. Saat sekarang ini disolusi dipandang sebagai salah satu uji pengawasan mutu yang paling penting
dilakukan pada sediaan farmasi. Pada uji disolusi dapat diketahui Cepatnya obat atau tablet melarut menentukan kadar bahan berkhasiat yang terlepas di
dalam tubuh. Karena itu laju larut berhubungan langsung dengan kemajuan dari tablet dan perbedaan bioavibilitas dari berbagai formula Lachman, dkk.,
1994. Pada tiap pengujian, volume dari media disolusi seperti yang
dicantumkan dalam masing-masing monografi ditempatkan dalam bejana dan
Universitas Sumatera Utara
biarkan mencapai temperatur 37
o
C ± 0,5
o
C. kemudian 1 tablet yang diuji di masukkan ke dalam bejana atau ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk
diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi. Tablet harus memenuhi persyaratan seperti yang terdapat dalam monografi untuk
kecepatan disolusi Ansel,1989.
2.5.8 Masalah dalam pembuatan tablet Pada pembuatan tablet dan pengembangan formula atau proses