BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Suhardjo 2003 dalam Susanti 2012, status gizi merupakan keadaan yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik terhadap energi dan zat-zat
gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur. Dengan demikian status gizi menggambarkan bagaimana keadaan gizi seseorang.
Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien. Dan sebaliknya, status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami
kekurangan satu atau zat-zat gizi esensial Almatsier, 2003. Di Indonesia, masalah gizi anak masih merupakan masalah yang patut
diperhatikan. Hal itu didasarkan pada laporan Riskesdas Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013 yang menunjukkan bahwa prevalensi pendek pada anak
umur 13-15 tahun adalah 35,1 dan umur 16-18 tahun adalah 31.4. Sedangkan prevalensi kurus pada anak umur 13-15 tahun adalah 11.1 dan umur 16-18 tahun
9.4. Sementara di kota Medan, hasil yang didapati untuk anak usia yang sama juga sangat mengejutkan yaitu prevalensi pendek dan kurus diatas prevalensi
nasional. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan gizi seseorang yaitu
faktor penjamu, agen dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Selanjutnya faktor-faktor tersebut dikategorikan menjadi
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung antara lain asupan makanan dan penyakit infeksi. Sementara penyebab tidak langsungnya
adalah pelayanan kesehatan dan persediaan makanan di rumah Supariasa, Bakri dan Fajar, 2002.
Asupan makanan menjadi penyebab langsung keadaan gizi seorang anak karena asupan makanan merupakan sumber nutrisi yang selanjutnya digunakan
secara efisien sebagai sumber energi sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kemampuan kerja untuk mencapai
tingkat kesehatan optimal Departemen Kesehatan RI, 2003. Seorang anak yang sehat akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya dengan asupan
Universitas Sumatera Utara
makan yang cukup. Sementara asupan makanan yang tidak tepat tentu akan menyebabkan gangguan nutrisi Khomsan, 2006.
Salah satu pilar dari RANPG Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi adalah kecukupan gizi. Artinya perlu pelaksanaan program yang bertujuan dalam
penyediaan asupan gizi yang cukup. Program tersebut diharapkan mampu menjangkau seluruh anak di Indonesia baik di tingkat rumah tangga maupun di
institusi. Panti asuhan merupakan salah satu institusi yang bergerak di bidang sosial. Di panti asuhan tentu memilki visi dalam menyejahterakan anak panti
terutama di bidang kesehatan. Untuk itu, dilakukannya program penyelenggaraan makanan yang bertujuan menyediakan asupan makanan yang sehat dan cukup
bagi anak panti demi menciptakan status gizi yang baik. Penilaian status gizi dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui keadaan gizi seseorang.
Penelitian Dewi 2008 yang dilakukan pada siswa KODIKLAT TNI AD Bogor yang tinggal di asrama diketahui bahwa terdapat hubungan antara asupan
makanan dengan status gizi siswa. Berdasarkan studi pustaka yang saya lakukan, sedikit sekali yang membahas tentang status gizi anak di institusi. Oleh karena itu,
saya tertarik untuk menelitinya pada anak usia 13-18 tahun di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Medan.
1.2 Rumusan Masalah