BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam analitik observasional dengan rancangan cross sectional yang dilakukan di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah, Medan.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan mulai dari Bulan Maret- Desember 2015. Dan pengambilan data penelitian akan dilaksanakan pada Bulan
Oktober 2015 bertempat di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Jl.Amaliun, Medan.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 13-18 tahun di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah, Medan berjumlah 35 orang.
4.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan total sampling yaitu mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau
sampel yaitu sebanyak 35 orang.
4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria inklusinya adalah bersedia sebagai subjek penelitian dan kriteria ekslusinya adalah menderita sakit pada saat
penelitian dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
4.4 Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer
Data primer didapat dengan penilaian asupan makanan dan status gizi. Penilaian asupan makanan dilakukan dengan metode food recall 24 jam. Pada
proses food recall 24 jam ini, peneliti akan membagikan kuesioner food recall 24 jam dan meminta responden untuk mengisinya dengan jujur. Kemudian, data
diolah dengan program NutriSurvey dan hasilnya akan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan.
Data primer status gizi didapat dengan pengukuran langsung pada sampel yaitu berat badan dan tinggi badan. Pengukuran berat badan dengan menggunakan
timbangan badan injak jenis manual dengan merk dagang GEA dan pengukuran tinggi badan dengan microtoise merk dagang OneMed. Hasil pengukuran yang
didapatkan kemudian akan dihitung IMT dan disesuaikan dengan umur untuk selanjutnya dikelompokkan menurut standar antropometri Kepmenkes 2010 untuk
mendapatkan status gizi anak.
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari bagian administrasi di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Medan untuk mengetahui data-data umum dari anak panti
tersebut.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data
Data hasil penelitian akan dikelola dan dianalisis secara statistik dengan bantuan program computer windows SPSS Statistic Package for Social Science.
Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut : 1.
Editing. Peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan
kelengkapan jawaban kuesioner dan responden
Universitas Sumatera Utara
2. Coding.
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh penliti secara manual sebelum diolah dengan
komputer. 3.
Entry. Data yang telah diberi kode kemudian dimasukkan kedalam program
computer SPSS. 4.
Cleaning. Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam computer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data 5.
Saving. Penyimpanan data dan siap untuk dianalisis.
4.5.2 Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan SPSS Statistic Package for Social Scinces ver 22.0. Data usia, asupan makanan, dan
status gizi dikategorikan dan ditabulasi sederhana. Data asupan makanan dan status gizi ditabulasi silang dan dianalisa dengan
menggunakan uji Fisher’s Exact Test untuk melihat hubungan antar keduanya.
Nilai kemaknaan atau confidence interval α yang digunakan adalah 0,05.
Apabila probabilitas p lebih ke cil dari α p0,05, maka hipotesis nol Ho
ditolak berarti ada hubungan antara asupan makanan dengan status gizi. Jika p lebih besar dari α p0,05, maka Ho gagal ditolak yang berarti tidak ada
hubungan asupan makanan dengan status gizi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Jalan Amaliun Medan
Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Medan terletak di Jalan Amaliun Gang Umanat, No.5, Medan dan merupakan salah satu cabang dari Panti Asuhan Putera
Muhammadiyah di kota Medan. Jumlah anak asuh yang terdaftar dipanti asuhan ini adalah 35 orang anak yang
berusia 13-18 tahun. Dan memiliki status yang berbeda yaitu antara lain yatim piatu, yatim, piatu, dan fakir miskin.
Panti asuhan ini memiliki struktur organisasi yang terdiri dari penasehat oleh Pimpinan cabang Muhammadiyah Medan Kota. Pembina oleh Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sertan Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan. Serta pengelola oleh Majelis Kesehatan dan
Kesejahteraan Masyarakat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Medan Kota.
5.1.2.Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anak Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Jalan Amaliun Medan yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah
35 orang anak. Distribusi frekuensi jumlah responden bedasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Jumlah responden berdasarkan usia No
Usia n
1 13 tahun
12 34.3
2 14 tahun
6 17.1
3 15 tahun
7 20.0
4 16 tahun
2 5.7
5 17 tahun
5 14.3
6 18 tahun
3 8.6
Jumlah 35
100
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah anak berusia 13 tahun yaitu 12 orang 34.3. Sementara jumlah responden yang
paling sedikit adalah anak usia 16 tahun yaitu 3 orang 5.7.
5.1.3 Data Asupan Energi Responden
Asupan energi adalah informasi tentang jumlah dan jenis makanan yang dimakan oleh seseorang yang mengandung nilai energi kkal pada waktu
tertentu. Dalam penelitian ini, asupan energi dinilai dengan metode food recall 24 jam selama 2 hari dan dihitung dengan menggunakan program nutrisurvey.
Distribusi frekuensi asupan energi tercantum pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Asupan Energi Responden No
Asupan energi n
1 Kurang
19 54.3
2 Cukup
16 45.7
3 Lebih
0.00 Jumlah
35 100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa asupan energi kebanyakan responden adalah kurang yaitu berjumlah 19 responden. Sedangkan asupan energi
cukup berjumlah 16 orang. Pada tabel juga dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang memiliki asupan energi yang lebih.
5.1.4 Data Asupan Protein Responden
Asupan protein adalah informasi tentang jumlah dan jenis makanan yang dimakan oleh seseorang yang mengandung nilai proteing pada waktu tertentu.
Dalam penelitian ini, asupan protein dinilai dengan metode food recall 24 jam selama 2 hari dan dihitung dengan menggunakan program nutrisurvey. Distribusi
frekuensi asupan protein tercantum pada tabel 5.3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Asupan Protein Responden No
Asupan protein n
1 Kurang
0.00 2
Cukup 16
45.7 3
Lebih 19
54.3 Jumlah
35 100
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa asupan protein mayoritas responden adalah lebih yaitu berjumlah 19 responden. Sedangkan asupan protein
yang cukup berjumlah 16 orang. Pada tabel juga dapat dilihat bahwa tidak ada
responden yang memiliki asupan protein yang kurang.
5.1.5 Status Gizi Responden
Status gizi adalah keadaan yang menggambarkan kecukupan dan penggunaan zat gizi pada tubuh. Dalam penelitian ini, status gizi dinyatakan dalam IMT dan
diinterpretasikan sesuai dengan tabel Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Distribusi frekuensi status gizi responden tercntum pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi status gizi responden No
Status gizi n
1 Kurus
3 8.6
2 Normal
32 91.4
Jumlah 35
100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan anak memiliki status gizi normal yaitu 32 anak 91.4. Selanjutnya sebanyak 3 anak 8.6
memiliki status gizi yang kurus.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5 Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi
Tabel 5.5 menunjukkan hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden dengan status gizi normal
lebih banyak pada responden yang memilki kecukupan energi yang kurang 53.1. Sedangkan responden dengan status gizi kurus lebih banyak pada
responden yang memiliki kecukupan energi yang kurang pula 66.7. Hasil uji analisa dengan
Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p sebesar 1.000 yang berarti tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi.
Tabel 5.5 Hubungan Asupan Energi dengan status gizi responden Status gizi
Jumlah Nilai p
Kecukupan energi Normal
Kurus n
n n
Cukup 15 46.9
1 33.3
16 100 Kurang
17 53.1 2
66.7 19 100
Jumlah 32 100
3 100
1.000
5.1.6 Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi
Tabel 5.6 menunjukkan hubungan antara asupan protein dengan status gizi. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden dengan status gizi normal
memiliki kecukupan protein yang cukup 43.8. Sedangkan responden dengan status gizi kurus lebih banyak pada responden yang memiliki asupan protein yang
cukup pula 66.77. Hasil uji analisa dengan
Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p sebesar 0.582 yang berarti tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 Hubungan Asupan Protein dengan status gizi responden Status gizi
Jumlah Nilai p
Kecukupan protein Normal Kurus
n n
Cukup 14 43.8
2 66.7
16 Lebih
18 56.3 1
33.3 19
Jumlah 32 100
3 100
35 0.582
5.2 Pembahasan 5.2.1 Hubungan asupan energi dengan status gizi
Tabel 5.5 menunjukkan hubungan asupan energi dengan status gizi. Dapat diketahui bahwa responden dengan asupan energi yang cukup memiliki status gizi
yang normal sebanyak 15 orang. Sedangkan responden dengan asupan energi yang kurang dan memilki status gizi kurus sebanyak 2 orang.
Berdasarkan uji hipotesis dari hasil penelitian ini diperoleh nilai p=1.000 p0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi
anak. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Banownata et al 2012 pada anak SMP N 1 Kokap, Yogyakarta yang didapati bahwa 59.6
responden berstatus gizi normal memiliki asupan energi yang kurang dan hasil uji hipotesis diperoleh nilai p=0.57.
Hal yang sama juga diperoleh dari hasil penelitian Regar dan Rini 2012 diperoleh nilai p=0.358. Hasil penelitian Hanum et al 2014 diperoleh nilai
p=0.123 yang artinya tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Tidak adanya hubungan asupan energi dengan status gizi dalam penelitian
ini diduga karena perhitungan asupan energi yang tidak tepat, salah satunya karena penggunana metode food recall 24 jam yang memiliki beberapa
kelemahan. Antara lain responden terkadang tidak mengingat semua asupan makanan yang telah dikonsumsi dan ukuran rumah tangga yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Hanum et al 2014 dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak adanya hubungan asupan energi dengan status gizi diduga karena tingkat kecukupan
energi yang diperoleh hanya menggambarkan keadaan konsumsi anak sekarang, sementara status gizi anak sekarang merupakan akumulasi dari kebiasaan makan
terdahulu. Sehingga konsumsi hanya pada hari tertentu tidak langsung mempengaruhi status gizi.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arimurti 2010 yang meneliti tentang hubungan antara supan energi, karbohidrat,
dan protein dengan status gizi anak sekolah. Dalam penelitiannya diperoleh nilai p=0.004 dan penelitian yang dilakukan oleh Amelia et al 2013 pada santri putri
usia 10-18 tahun di Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makassar diperoleh hubungan antara asupan energi dengan status gizi p=0.022. Selanjutnya
penelitian Solihin et al 2013 dalam Hanum et al 2014 melaporkan bahwa tingkat kecukupan energi memiliki hubungan positif dengan status gizi balita
secara signifikan. Menurut Almatsier 2002 konsumsi pangan yang mengandung cukup energi dan zat gizi yang dibutuhkan akan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang.
5.2.2 Hubungan asupan protein dengan status gizi
Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden dengan asupan protein yang lebih memiliki status gizi yang normal sebanyak 18 orang. Sedangkan
responden dengan asupan protein yang cukup dan memilki status gizi kurus sebanyak 2 orang.
Dari hasil uji hipotesis diperoleh nilai p=0.582 p0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi anak. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi et al 2008 dalam Regar dan Rini 2012 pada remaja di lapas anak Kutoarjo Jawa Tengah yang menyatakan bahwa tidak
ada korelasi asupan protein dengan status gizi anak. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh
Banowinata et al pada 126 orang siswa SMP N1 Kokap, Yogyakarta Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitiannya diperoleh nilai p=0.25 yang berarti tidak ada hubungan asupan protein dengan status gizi.
Tidak adanya hubungan asupan protein dengan status gizi dalam penelitian ini diduga karena penggunaan protein tersebut belum memadai dan efisien untuk
proses pertumbuhan linear. Konsumsi protein tidak secara langsung berkaitan dengan tinggi badan akan tetapi tinggi badan merupakan gambaran asupan pangan
pada masa lampau Hanum, 2014. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Regar dan Rini 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan asupan protein dengan status gizi p=0.024. Menurut Almatsier 2002 konsumsi pangan yang
mengandung cukup energi dan zat gizi yang dibutuhkan akan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebanyak 19 54.3 anak memiliki asupan energi yang kurang
2. Sebanyak 19 54.3 anak memiliki asupan protein yang lebih
3. Status gizi anak di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Jalan Amaliun Medan
mayoritas adalah normal 32 orang 91.4 4.
Tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi anak 5.
Tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi anak
6.2 Saran
1. Bagi anak Memberikan informasi kepada anak panti agar meningkatkan asupan
makanan mereka terutama sumber energi seperti nasi demi mencapai kecukupan energi yang baik. Dengan demikian akan dapat mencapai status gizi yang normal.
2. Bagi Institusi Panti Asuhan Agar pihak panti asuhan dapat menyediakan makanan yang cukup bagi
anak panti dan senantiasa memperhatikan status gizi anak panti. 3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih baik lagi agar dapat meminimalisasi bias. Serta dapat meneliti hubungan asupan makanan yang
lain seperti karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral dengan status gizi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 T INJAUAN PUSTAKA
2.1 Asupan Makanan 2.1.1 Defenisi
Menurut Maretha 2009 dalam Anjani 2013, asupan makanan adalah informasi tentang jumlah dan jenis makanan yang dimakan atau dikonsumsi oleh
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Dari asupan makanan diperoleh zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh untuk memelihara pertumbuhan
dan kesehatan yang baik Budianto, 2009.
Makanan terdiri dari bermacam-macam zat kimia. Beberapa zat dikenal sebagai nutrien dan terdapat banyak zat lain, terutama dalam bahan makanan
nabati. Zat ini memacu pertumbuhan tanaman, melindunginya dari pemangsa dan memperbaiki penampilan atau menambah aromanya. Zat-zat ini fitokimia tidak
dianggap sebagai nutrien tetapi mungkin aktif secara biologis dan memenuhi efek menguntungkan pada manusia Barasi, 2007.
Nutrien dibedakan menjadi makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien diperlukan dalam jumlah yang besar oleh tubuh sedangkan mikronutrien hanya
diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Selanjutnya adalah air yang menjadi komponen esensial dalam diet karena asupan cairan yang cukup merupakan hal
yang vital bagi kelangsungan hidup. Makronutrien dalam diet mencakup karbohidrat, lemak dan protein. Sedangkan mikronutrien mencakup vitamin dan
mineral Barasi, 2007.
2.1.2 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia yang harganya
relatif murah. Karbohidrat tersusun dari berbagai kompleksitas untuk membentuk
gula sederhana serta unit yang lebih besar seperti oligosakarida dan polisakarida Barasi, 2007. Fungsi utamanya adalah sebagai sumber energi dalam bentuk
glukosa. Satu gram karbohidat menghasilkan 4 kalori. Karbohidrat didalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi segera.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian lagi disimpan sebagai bentuk glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi disimpan di jaringan lemak Almatsier, 2010.
Fungsi lain karbohidrat adalah sebagai penghemat protein artinya ketika karobihdrat tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi. Dan sebaliknya, bila karbohidrat cukup, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun Yuniastuti, 2008.
Jenis karbohidrat dalam makanan dikelompokkan menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida dibagi lagi menjadi glukosa, fruktosa,
dan galaktosa. Galaktosa merupakan gula khusus yang terdapat pada bahan hewani, yaitu air susu. Disakarida dalam bahan makanan yang penting adalah
sukrosa, maltosa, dan laktosa. Laktosa hanya dijumpai pada susu hewan menyusui dan air susu ibu. Dalam bahan makanan nabati terdapat dua jenis polisakarida
yang dapat dicerna yaitu amilum dan dekstrin dan tidak dapat dicerna seperti selulosa, pentosan, dan galaktan. Sedangkan dalam bahan makanan hewani
terdapat polisakarida yang dapat dicerna yang disebut glikogen Anonimus, 2007.
Tabel 2.1 Kelompok karbohidrat
Kelompok Contoh
CHO sederhana Monosakarida
Glukosa, fruktosa Disakarida
Sukrosa, laktosa, maltose Oligosakarida
Rafinosa, inulin CHO kompleks
Zat pati Zat pati yang dapat dicerna
Polisakarida nonpati Selulosa, polisakarida nonselulosa
Sumber: Barasi2007
2.1.3 Lemak
Lemak meliputi berbagai macam zat yang larut dalam lipid, sebagian besar merupakan trigliserida atau triasigliserol TAG. Produk turunannya seperti
fosfolipid dan sterol yang paing terkenal adalah kolesterol juga termasuk dalam
Universitas Sumatera Utara
kelompok ini. TAG dipecah untuk menghasilkan energi dan menyusun cadangan energi utama bagi tubuh dalam jaringan adiposa Barasi, 2007.
Lemak dan minyak merupkan zat makanan yan penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Dan merupkana sumber energi yang lebih efektif
dibanding dengan karobidrat dan protein. Besar energi yang dihasilkan per gram lemak adalah 9 kalori. Fungsi lain lemak dalam tubuh adalah sebagai
pembangunpembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh, pelarut vitamin A, D, E, dan K Budianto, 2009.
Sumber utama lemak adalah minyak tumbuhan, mentega, margarin, dan lemak hewan. Sumber lain berasal dari kacang-kacangan, susu, kedelai, kuning
telur dan sebagainya Almatsier, 2010. Lemak hewan ada yang berbentuk padat antara lain lemak susu, lemak sapi, dan berbentuk cair seperti minyak ikan paus,
minyak ikan cod, minyak ikan herring Budianto, 2009.
2.1.4 Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena mengandung unsur C,H,O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan logam. Tiap gram protein mengandung energi sebanyak 4 kalori Budianto, 2009.
Protein terdiri atas berbagai rantai dari asam amino tunggal yang tergabung membentuk beraneka ragam protein. Saat dicerna masing-masing asam amino
digunakan untuk sintesis asam amino serta protein lainnya yang diperlukan oleh tubuh. Jika asam amino tidak dibutuhkan lebih lanjut, barulah asam amino
tersebut dipecah dan digunakan sebagai sumber energi Barasi, 2007. Protein ada di semua jaringan tubuh dan merupakan material dasar di kulit,
otot, tendon, saraf dan darah. Selain itu, protein juga membentuk antibodi dan enzim yang penting dalam biomolekular Eastwood, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Penggunaan asam amino untuk sintesis produk turunannya. Asam amino
Produk Fungsi
Arginin Nitrat oksida
Keratin Memelihara fungsi leukosit,
tonus vascular Produksi energy
Glisin Hem
Keratin Pengangkutan oksigen
Produksi energy Tirosin
Hormon tiroid dan melanin
Neurotransmitter adrenalin, noradrenalin,
dopamin Homeostasis
Integrasi neuron
Triptofan Asam nikotinat
Serotonin 5- hidroksitriptamin
Fungsi vitamin Fungsi transmitter
Histidin Histamine
Transmitter, respon inflamasi Lisin
Karnitin Metabolisme lipid
Sistein, glutamate, dan glisin
Glutation Antioksidan
Sumber: Barasi 2007
2.1.5 Vitamin
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang dibutuhkan untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin tidak dapat dibuat oleh
tubuh dalam jumlah yang sangat cukup. Oleh karena itu, harus diperoleh dari asupan makanan Budianto, 2009.
Vitamin dibagi dalam dua kelompok yaitu vitamin larut dalam lemak A,D,E, dan K dan vitamin larut dalam air vitamin B dan C. Tiap vitamin
memiliki tugas spesifik dalam tubuh Almatsier, 2010. Vitamin yang berperan dalam pembentukan darah asam folat dan vitamin B12, sebagai antioksidan
asam askorbat dan vitamin E, metabolisme protein vitamin A dan K,
Universitas Sumatera Utara
metabolisme energi thiamin, riboflavin dan pirodoksin dan pembentukan tulang oleh vitamin D Eastwood, 2003. Dan pada dasarnya vitamin berperan dalam
beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh. Pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari enzim Almatsier,
2010.
Tabel 2.3. Klasifikasi vitamin dan peranannya Nama
Anggota utama dalam kelompok Peranan
Vitamin larut air
Vitamin B kompleks, Vitamin C
Metabolisme, pembelahan sel, antioksidan, kofaktor
untuk enzim Sistem neurotransmitter zat
penghantar impuls saraf Vitamin
larut lemak Vitamin A,D,E,K
Struktural, integritas sel Homeostasis
Peran antioksidan Sumber: Barasi 2007
2.1.6 Mineral
Mineral merupakan unsur esensial dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral
digolongkan atas dua yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro natrium, klorida, kalium, kalsium fosfor, magnesium dan sulfur dibutuhkan
tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari sedangkan mineral mikro besi, seng, iodium, selenium dll dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari Almatsier,
2004.
2.1.7 Air
Air menciptakan media dasar tempat berlangsungnya semua reaksi dalam tubuh. Asupan cairan yang tidak cukup akan cepat menggangu fungsi
metabolisme tubuh dan kinerja mekanisme homeostasis. Air mencakup 50-60
Universitas Sumatera Utara
dari keseluruhan berat badan. Sepertiga adalah cairan ekstraseluler dan dua per tiga berada di intraseluler. Kompartemen ini dipisahkan oleh membran sel dan
dapat dilalui oleh air Eastwood, 2003. Air memiliki berbagai fungsi dalam proses vital tubuh yaitu sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas,
pengatur suhu, dan fasilitator pertumbuhan Almatsier, 2004. Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi
yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 mlkkal, sedangkan untuk bayi 1,5 mlkkal
Yuniastuti, 2008. Sumber air dapat diperoleh dari minuman, jus, susu, buah, sayuran, dan makanan lain Drummond dan Brefere, 2007.
2.2 Kecukupan gizi
Standar kecukupan gizi di Indonesia masih menggunakan ukuran makro yaitu kecukupan kalori energi dan kecukupan protein Agus, 2004.
Recommended dietary allowances RDA adalah istilah yang digunakan di Amerika yang merupakan standar berisi kebutuhan rata-rata gizi per hari yang
dianjurkan sehingga suatu masyarakat dapat hidup sehat. Sementara di Indonesia dikenal dengan istilah AKG Angka Kecukupan Gizi. AKG dipengaruhi oleh
umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, genetika dan keadaan fisiologis Anonimus, 2007.
2.2.1 Kecukupan energi
Energi dibutuhkan untuk semua fungsi yang dijalankan oleh tubuh yang meliputi :
1. Aktivitas metabolik pada tingkat seluler, jaringaan, dan organ yang sebagian
besar berlangsung di luar kesadaran. 2.
Aktivitas sadar yang dilakukan sebagai bagian dari aktivitas fisik dan memerlukan energi dalam jumlah yang berbeda-beda.
3. Pertumbuhan, dalam tahun-tahun awal kehidupan, pada masa remaja, dan
selama kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
Semua energi yang diperlukan tubuh disuplai melalui asupan makanan. Makronutrien dalam makanan dan minuman menghasilkan energi ketika dipecah.
Mineral dan vitamin dalam makanan tidak menghasilkan energi, meskipun beberapa di antaranya bersifat esensial dalam proses biokimia yang menghasilkan
energi Barasi, 2007. Tingkat
Konsumsi Energi
TKE dapat
dihitung dengan
cara membandingkan rata-rata konsumsi sehari dengan AKG yang dikoreksi dengan
berat badan. Sesudah diketahui tingkat konsumsi gizi, untuk keperluan deskriptif maka dapat diklasifikasikan seperti yang termuat dalam tabel 2.4 WNPG, 2004.
Tabel 2.4 Klasifikasi TKE Tingkat Konsumsi Energi
Persentase terhadap AKG Baik
80-110 AKG Kurang
80 AKG Lebih
110 AKG Sumber : WNPG 2004
2.2.2 Kecukupan protein
Banyaknya protein dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan basal dan sejumlah tambahan untuk mengimbangi adanya kerusakan, infeksi,
stress dan sebagainya. Kehilangan protein dapat melalui air seni, kotoran dan kulit Anonimus, 2007.
Tingkat Konsumsi Protein
TKP dapat dihitung dengan
cara membandingkan rata-rata konsumsi sehari dengan AKG yang dikoreksi dengan
berat badan. Sesudah diketahui tingkat konsumsi protein, untuk keperluan deskriptif maka dapat diklasifikasikan seperti yang termuat dalam tabel 2.5
WNPG, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5 Klasifikasi TKP Tingkat Konsumsi Protein
Baik 80-110 AKG
Kurang 80 AKG
Lebih 110 AKG
Sumber : WNPG 2004
2.3 Penilaian Asupan Makanan
Penilaian asupan makanan atau survei diet adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Tujuannya
adalah untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Sedangkan secara khusus, tujuan dari survei diet adalah menentukan status
kesehatan dan gizi keluarga dan individu, sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2002.
Metode-metode pengukuran konsumsi makanan antara lain : 1.
Metode frekuensi makanan food frequency. Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, dan tahun. Cara ini paling sering
digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi. 2.
Metode ingatan pangan 24 jam 24-hours food recall. Prinsip dari metode ini adalah mencatat jenis dan jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden diminta untuk menceritakan semua yang dimakan dan diminum
selama 24 jam yang lalu. Data konsumsi yang dicatat mulai bangun pagi dihari kemarin sampai istirahat tidur malam harinya. Data yang diperoleh
Universitas Sumatera Utara
dari recall 24 jam bersifat kualitatif. Sehingga perlu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat ukuran rumah tangga.
3. Metode pendaftaran makanan food list.
Dilakukan dengan menanyakan dan mencatat seluruh bahan makanan dan memperhitungkan bahan makanan yang terbuang atau rusak. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara. 4.
Metode Penimbangan food weighing. Petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi
selama satu hari. Jumlah makanan yang dikonsumsi sehari kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM atau DKGJ Daftar Konsumsi Gizi
Jajanan. Setelah itu, hasilnya dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan. Kelebihan dari metode ini adalah bahwa data yang
diperoleh lebih akurat.
2.4. Status gizi 2.4.1. Defenisi Status Gizi