BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1   Jenis Penelitian
Penelitian  ini  termasuk  dalam  analitik  observasional  dengan  rancangan cross sectional yang dilakukan di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah, Medan.
4.2   Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan  data  penelitian  dilaksanakan  mulai  dari  Bulan  Maret- Desember 2015. Dan pengambilan data penelitian akan dilaksanakan pada Bulan
Oktober  2015  bertempat  di  Panti  Asuhan  Putera  Muhammadiyah  Jl.Amaliun, Medan.
4.3   Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 13-18 tahun di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah, Medan berjumlah 35 orang.
4.3.2 Sampel
Pengambilan  sampel  dalam  penelitian  ini  dilakukan  dengan  menggunakan total sampling yaitu mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau
sampel yaitu sebanyak 35 orang.
4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Dalam  penelitian  ini  yang  menjadi  kriteria  inklusinya  adalah  bersedia sebagai subjek penelitian dan kriteria ekslusinya adalah menderita sakit pada saat
penelitian dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
4.4   Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer
Data  primer  didapat  dengan  penilaian  asupan  makanan  dan  status  gizi. Penilaian  asupan  makanan  dilakukan  dengan  metode  food  recall  24  jam.  Pada
proses food recall 24 jam ini, peneliti akan membagikan kuesioner food recall 24 jam  dan  meminta  responden  untuk  mengisinya  dengan  jujur.  Kemudian,  data
diolah  dengan  program  NutriSurvey  dan  hasilnya  akan  dibandingkan  dengan Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan.
Data  primer  status  gizi  didapat  dengan  pengukuran  langsung  pada  sampel yaitu berat badan dan tinggi badan. Pengukuran berat badan dengan menggunakan
timbangan  badan  injak  jenis  manual  dengan  merk  dagang  GEA  dan  pengukuran tinggi  badan  dengan  microtoise  merk  dagang  OneMed.  Hasil  pengukuran  yang
didapatkan  kemudian  akan  dihitung  IMT  dan  disesuaikan  dengan  umur  untuk selanjutnya dikelompokkan menurut standar antropometri Kepmenkes 2010 untuk
mendapatkan status gizi anak.
4.4.2 Data Sekunder
Data  sekunder  diperoleh  dari  bagian  administrasi  di  Panti  Asuhan  Putera Muhammadiyah  Medan  untuk  mengetahui  data-data  umum  dari  anak  panti
tersebut.
4.5   Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data
Data  hasil  penelitian  akan  dikelola  dan  dianalisis  secara  statistik  dengan bantuan program computer windows SPSS Statistic Package for Social Science.
Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut : 1.
Editing. Peneliti  melakukan  koreksi  data  untuk  melihat  kebenaran  pengisian  dan
kelengkapan jawaban kuesioner dan responden
Universitas Sumatera Utara
2. Coding.
Data  yang  telah  terkumpul  dan  dikoreksi  ketepatan  dan  kelengkapannya kemudian  diberi  kode  oleh  penliti  secara  manual  sebelum  diolah  dengan
komputer. 3.
Entry. Data  yang  telah  diberi  kode  kemudian  dimasukkan  kedalam  program
computer SPSS. 4.
Cleaning. Pemeriksaan  semua  data  yang  telah  dimasukkan  ke  dalam  computer  guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data 5.
Saving. Penyimpanan data dan siap untuk dianalisis.
4.5.2 Analisis Data
Data  yang  sudah  dikumpulkan  akan  diolah  dengan  menggunakan  SPSS Statistic  Package  for  Social  Scinces  ver  22.0.  Data  usia,  asupan  makanan,  dan
status gizi dikategorikan dan ditabulasi sederhana. Data asupan makanan dan status gizi ditabulasi silang dan dianalisa dengan
menggunakan  uji Fisher’s  Exact  Test  untuk  melihat  hubungan  antar  keduanya.
Nilai  kemaknaan  atau confidence  interval  α  yang  digunakan  adalah  0,05.
Apabila  probabilitas  p  lebih  ke cil  dari  α  p0,05,  maka  hipotesis  nol  Ho
ditolak  berarti  ada  hubungan  antara  asupan  makanan  dengan  status  gizi.  Jika  p lebih  besar  dari  α  p0,05,  maka  Ho  gagal  ditolak  yang  berarti  tidak  ada
hubungan asupan makanan dengan status gizi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Jalan Amaliun Medan
Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Medan terletak di  Jalan Amaliun  Gang Umanat, No.5, Medan dan merupakan salah satu cabang dari Panti Asuhan Putera
Muhammadiyah di kota Medan. Jumlah anak asuh yang terdaftar dipanti asuhan ini adalah 35 orang anak yang
berusia  13-18  tahun.  Dan  memiliki  status  yang  berbeda  yaitu  antara  lain  yatim piatu, yatim, piatu, dan fakir miskin.
Panti asuhan ini memiliki struktur organisasi  yang terdiri dari penasehat  oleh Pimpinan  cabang  Muhammadiyah  Medan  Kota.  Pembina  oleh  Dinas
Kesejahteraan  dan  Sosial  Provinsi  Sumatera  Utara  sertan  Dinas  Sosial  dan Ketenagakerjaan  Kota  Medan.  Serta  pengelola  oleh  Majelis  Kesehatan  dan
Kesejahteraan Masyarakat Pimpinan Cabang Muhammadiyah Medan Kota.
5.1.2.Karakteristik Responden
Responden  dalam  penelitian  ini  adalah  seluruh  anak  Panti  Asuhan  Putera Muhammadiyah Jalan Amaliun Medan yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah
35  orang  anak.  Distribusi  frekuensi  jumlah  responden  bedasarkan  usia  dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1 Jumlah responden berdasarkan usia No
Usia n
1 13 tahun
12 34.3
2 14 tahun
6 17.1
3 15 tahun
7 20.0
4 16 tahun
2 5.7
5 17 tahun
5 14.3
6 18 tahun
3 8.6
Jumlah 35
100
Universitas Sumatera Utara
Dari  tabel  dapat  disimpulkan  bahwa  mayoritas  responden  adalah  anak berusia  13  tahun  yaitu  12  orang  34.3.  Sementara  jumlah  responden  yang
paling sedikit adalah anak usia 16 tahun yaitu 3 orang 5.7.
5.1.3 Data Asupan Energi Responden
Asupan  energi  adalah  informasi  tentang  jumlah  dan  jenis  makanan  yang dimakan  oleh  seseorang  yang  mengandung  nilai  energi  kkal    pada  waktu
tertentu. Dalam penelitian ini, asupan energi dinilai dengan metode food recall 24 jam  selama  2  hari  dan  dihitung  dengan  menggunakan  program  nutrisurvey.
Distribusi frekuensi asupan energi tercantum pada tabel 5.2
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Asupan Energi Responden No
Asupan energi n
1 Kurang
19 54.3
2 Cukup
16 45.7
3 Lebih
0.00 Jumlah
35 100
Berdasarkan  tabel  5.2  dapat  diketahui  bahwa  asupan  energi  kebanyakan responden adalah kurang yaitu berjumlah 19 responden. Sedangkan asupan energi
cukup  berjumlah  16  orang.  Pada  tabel  juga  dapat  dilihat  bahwa  tidak  ada responden yang memiliki asupan energi yang lebih.
5.1.4 Data Asupan Protein Responden
Asupan  protein  adalah  informasi  tentang  jumlah  dan  jenis  makanan  yang dimakan  oleh  seseorang  yang  mengandung  nilai  proteing  pada  waktu  tertentu.
Dalam  penelitian  ini,  asupan  protein  dinilai  dengan  metode  food  recall  24  jam selama 2 hari dan dihitung dengan menggunakan program nutrisurvey. Distribusi
frekuensi asupan protein tercantum pada tabel 5.3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Asupan Protein Responden No
Asupan protein n
1 Kurang
0.00 2
Cukup 16
45.7 3
Lebih 19
54.3 Jumlah
35 100
Berdasarkan  tabel  5.3  dapat  diketahui  bahwa  asupan  protein  mayoritas responden adalah lebih yaitu berjumlah 19 responden. Sedangkan asupan protein
yang  cukup  berjumlah  16  orang.  Pada  tabel  juga  dapat  dilihat  bahwa  tidak  ada
responden yang memiliki asupan protein yang kurang.
5.1.5 Status Gizi Responden
Status gizi adalah keadaan yang menggambarkan kecukupan dan penggunaan zat  gizi  pada  tubuh.  Dalam  penelitian  ini,  status  gizi  dinyatakan  dalam  IMT  dan
diinterpretasikan sesuai  dengan tabel  Standar Antropometri  Penilaian Status  Gizi Anak. Distribusi frekuensi status gizi  responden tercntum pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi status gizi  responden No
Status gizi n
1 Kurus
3 8.6
2 Normal
32 91.4
Jumlah 35
100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan anak memiliki status  gizi  normal  yaitu  32  anak  91.4.  Selanjutnya  sebanyak  3  anak  8.6
memiliki status gizi yang kurus.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5 Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi
Tabel  5.5  menunjukkan  hubungan  antara  asupan  energi  dengan  status  gizi. Pada  tabel  tersebut  dapat  diketahui  bahwa  responden  dengan    status  gizi  normal
lebih  banyak  pada  responden  yang  memilki  kecukupan  energi  yang  kurang 53.1.  Sedangkan  responden  dengan  status  gizi  kurus  lebih  banyak  pada
responden  yang  memiliki  kecukupan  energi  yang  kurang  pula  66.7.  Hasil  uji analisa  dengan
Fisher’s  Exact  Test  diperoleh  nilai  p  sebesar  1.000  yang  berarti tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi.
Tabel 5.5 Hubungan Asupan Energi dengan status gizi responden Status gizi
Jumlah Nilai p
Kecukupan energi Normal
Kurus n
n n
Cukup 15  46.9
1 33.3
16  100 Kurang
17  53.1 2
66.7 19  100
Jumlah 32  100
3 100
1.000
5.1.6 Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi
Tabel 5.6 menunjukkan hubungan antara asupan protein dengan status gizi. Pada  tabel  tersebut  dapat  diketahui  bahwa  responden  dengan  status  gizi  normal
memiliki  kecukupan  protein  yang  cukup  43.8.  Sedangkan  responden  dengan status gizi kurus lebih banyak pada responden yang memiliki asupan protein yang
cukup pula 66.77. Hasil uji analisa dengan
Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p sebesar 0.582 yang berarti tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 Hubungan Asupan Protein dengan status gizi responden Status gizi
Jumlah Nilai p
Kecukupan protein  Normal Kurus
n n
Cukup 14  43.8
2 66.7
16 Lebih
18  56.3 1
33.3 19
Jumlah 32  100
3 100
35 0.582
5.2  Pembahasan 5.2.1 Hubungan asupan energi dengan status gizi
Tabel  5.5  menunjukkan  hubungan  asupan  energi  dengan  status  gizi.  Dapat diketahui bahwa responden dengan asupan energi yang cukup memiliki status gizi
yang  normal  sebanyak  15  orang.  Sedangkan  responden  dengan  asupan  energi yang kurang dan memilki status gizi kurus sebanyak 2 orang.
Berdasarkan  uji  hipotesis  dari  hasil  penelitian  ini  diperoleh  nilai  p=1.000 p0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi
anak.  Hasil  ini  sesuai  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Banownata  et  al 2012  pada  anak  SMP  N  1  Kokap,  Yogyakarta  yang  didapati  bahwa  59.6
responden berstatus gizi normal memiliki asupan energi yang kurang dan hasil uji hipotesis diperoleh nilai p=0.57.
Hal  yang  sama  juga  diperoleh  dari  hasil  penelitian  Regar  dan  Rini  2012 diperoleh  nilai  p=0.358.  Hasil  penelitian  Hanum  et  al  2014  diperoleh  nilai
p=0.123 yang artinya tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi. Tidak  adanya  hubungan  asupan  energi  dengan  status  gizi  dalam  penelitian
ini  diduga  karena  perhitungan  asupan  energi  yang  tidak  tepat,  salah  satunya karena  penggunana  metode  food  recall  24  jam  yang  memiliki  beberapa
kelemahan.  Antara  lain  responden  terkadang  tidak  mengingat  semua  asupan makanan yang telah dikonsumsi dan ukuran rumah tangga yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Hanum  et  al  2014  dalam  penelitiannya  menyatakan  bahwa  tidak  adanya hubungan  asupan  energi  dengan  status  gizi  diduga  karena  tingkat  kecukupan
energi  yang  diperoleh  hanya  menggambarkan  keadaan  konsumsi  anak  sekarang, sementara status  gizi  anak sekarang merupakan  akumulasi  dari kebiasaan makan
terdahulu.  Sehingga  konsumsi  hanya  pada  hari  tertentu  tidak  langsung mempengaruhi status gizi.
Hasil  penelitian  ini  bertentangan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh Arimurti 2010 yang meneliti tentang hubungan antara supan energi, karbohidrat,
dan protein dengan status gizi anak sekolah. Dalam penelitiannya diperoleh nilai p=0.004 dan penelitian yang dilakukan oleh Amelia et al 2013 pada santri putri
usia 10-18 tahun di Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makassar diperoleh hubungan  antara  asupan  energi  dengan  status  gizi  p=0.022.  Selanjutnya
penelitian  Solihin  et  al  2013  dalam  Hanum  et  al  2014  melaporkan  bahwa tingkat  kecukupan  energi  memiliki  hubungan  positif  dengan  status  gizi  balita
secara signifikan. Menurut Almatsier 2002 konsumsi pangan yang mengandung cukup energi dan zat gizi yang dibutuhkan akan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang.
5.2.2  Hubungan asupan protein dengan status gizi
Dari  tabel  5.6  dapat  diketahui  bahwa  responden  dengan  asupan  protein yang  lebih  memiliki  status  gizi  yang  normal  sebanyak  18  orang.  Sedangkan
responden  dengan  asupan  protein  yang  cukup  dan  memilki  status  gizi  kurus sebanyak 2 orang.
Dari hasil uji hipotesis  diperoleh nilai p=0.582 p0.05 yang berarti tidak ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi anak. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi et al 2008 dalam Regar dan Rini 2012 pada  remaja  di  lapas  anak  Kutoarjo  Jawa  Tengah  yang  menyatakan  bahwa  tidak
ada korelasi asupan protein dengan status gizi anak. Hasil  yang  sama  juga  diperoleh  dari  penelitian  yang  dilakukan  oleh
Banowinata et al pada 126 orang siswa SMP N1 Kokap, Yogyakarta Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
Dalam  penelitiannya  diperoleh  nilai  p=0.25  yang  berarti  tidak  ada  hubungan asupan protein dengan status gizi.
Tidak adanya hubungan asupan protein dengan status gizi dalam penelitian ini diduga karena penggunaan protein tersebut belum memadai dan efisien untuk
proses  pertumbuhan  linear.  Konsumsi  protein  tidak  secara  langsung  berkaitan dengan tinggi badan akan tetapi tinggi badan merupakan gambaran asupan pangan
pada masa lampau Hanum, 2014. Hasil  penelitian  ini  bertentangan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh
Regar  dan  Rini  2012  yang  menyatakan  bahwa  ada  hubungan  asupan  protein dengan  status  gizi  p=0.024.  Menurut  Almatsier  2002  konsumsi  pangan  yang
mengandung  cukup  energi  dan  zat  gizi  yang  dibutuhkan  akan  berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan  hasil  penelitian  dan  pembahasan  yang  telah  dipaparkan,  maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebanyak 19 54.3 anak memiliki asupan energi yang kurang
2. Sebanyak 19 54.3 anak memiliki asupan protein yang lebih
3. Status gizi anak di Panti Asuhan Putera Muhammadiyah Jalan Amaliun Medan
mayoritas adalah normal 32 orang 91.4 4.
Tidak terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi anak 5.
Tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan status gizi anak
6.2 Saran
1. Bagi anak Memberikan  informasi  kepada  anak  panti  agar  meningkatkan  asupan
makanan  mereka  terutama  sumber  energi  seperti  nasi  demi  mencapai  kecukupan energi yang baik. Dengan demikian akan dapat mencapai status gizi yang normal.
2. Bagi Institusi Panti Asuhan Agar  pihak  panti  asuhan  dapat  menyediakan  makanan  yang  cukup  bagi
anak panti dan senantiasa memperhatikan status gizi anak panti. 3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan  peneliti  lain  dapat  melakukan  penelitian  lebih  baik  lagi  agar dapat meminimalisasi bias. Serta dapat meneliti hubungan asupan makanan yang
lain seperti karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral dengan status gizi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 T INJAUAN PUSTAKA
2.1   Asupan Makanan 2.1.1 Defenisi
Menurut  Maretha  2009  dalam  Anjani  2013,  asupan  makanan  adalah informasi tentang jumlah dan jenis makanan yang dimakan atau dikonsumsi oleh
seseorang  atau  kelompok  orang  pada  waktu  tertentu.  Dari  asupan  makanan diperoleh zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh untuk memelihara pertumbuhan
dan kesehatan yang baik Budianto, 2009.
Makanan  terdiri  dari  bermacam-macam  zat  kimia.  Beberapa  zat  dikenal sebagai  nutrien  dan  terdapat  banyak  zat  lain,  terutama  dalam  bahan    makanan
nabati. Zat ini memacu pertumbuhan tanaman, melindunginya dari pemangsa dan memperbaiki penampilan atau menambah aromanya. Zat-zat ini fitokimia tidak
dianggap sebagai nutrien tetapi mungkin aktif secara biologis dan memenuhi efek menguntungkan pada manusia Barasi, 2007.
Nutrien  dibedakan  menjadi  makronutrien  dan  mikronutrien.  Makronutrien diperlukan  dalam  jumlah  yang  besar  oleh  tubuh  sedangkan  mikronutrien  hanya
diperlukan  dalam  jumlah  yang  sedikit.  Selanjutnya  adalah  air  yang  menjadi komponen  esensial  dalam  diet  karena  asupan  cairan  yang  cukup  merupakan  hal
yang  vital  bagi  kelangsungan  hidup.  Makronutrien  dalam  diet  mencakup karbohidrat,  lemak dan  protein. Sedangkan mikronutrien mencakup  vitamin dan
mineral Barasi, 2007.
2.1.2 Karbohidrat
Karbohidrat  merupakan  sumber  kalori  utama  bagi  manusia  yang  harganya
relatif murah. Karbohidrat tersusun dari berbagai kompleksitas untuk membentuk
gula  sederhana  serta  unit  yang  lebih  besar  seperti  oligosakarida  dan  polisakarida Barasi,  2007.  Fungsi  utamanya  adalah  sebagai  sumber  energi  dalam  bentuk
glukosa. Satu gram karbohidat menghasilkan 4 kalori. Karbohidrat didalam tubuh berada  dalam  sirkulasi  darah  sebagai  glukosa  untuk  keperluan  energi  segera.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian lagi disimpan sebagai bentuk glikogen dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi disimpan di jaringan lemak Almatsier, 2010.
Fungsi  lain  karbohidrat  adalah  sebagai  penghemat  protein  artinya  ketika karobihdrat  tidak  mencukupi,  maka  protein  akan  digunakan  untuk  memenuhi
kebutuhan energi. Dan sebaliknya, bila karbohidrat cukup, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun Yuniastuti, 2008.
Jenis  karbohidrat  dalam  makanan  dikelompokkan  menjadi  monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida dibagi lagi menjadi glukosa, fruktosa,
dan  galaktosa.  Galaktosa  merupakan  gula  khusus  yang  terdapat  pada  bahan hewani,  yaitu  air  susu.  Disakarida  dalam  bahan  makanan  yang  penting  adalah
sukrosa, maltosa, dan laktosa. Laktosa hanya dijumpai pada susu hewan menyusui dan  air  susu  ibu.  Dalam  bahan  makanan  nabati  terdapat  dua  jenis  polisakarida
yang  dapat  dicerna  yaitu  amilum  dan  dekstrin  dan  tidak  dapat  dicerna  seperti selulosa,  pentosan,  dan  galaktan.  Sedangkan  dalam  bahan  makanan  hewani
terdapat polisakarida yang dapat dicerna yang disebut glikogen Anonimus, 2007.
Tabel 2.1 Kelompok karbohidrat
Kelompok Contoh
CHO sederhana Monosakarida
Glukosa, fruktosa Disakarida
Sukrosa, laktosa, maltose Oligosakarida
Rafinosa, inulin CHO kompleks
Zat pati Zat pati yang dapat dicerna
Polisakarida nonpati Selulosa, polisakarida nonselulosa
Sumber: Barasi2007
2.1.3 Lemak
Lemak meliputi berbagai macam zat yang larut dalam lipid, sebagian besar merupakan  trigliserida  atau  triasigliserol  TAG.  Produk  turunannya  seperti
fosfolipid dan sterol yang paing terkenal adalah kolesterol juga termasuk dalam
Universitas Sumatera Utara
kelompok ini. TAG dipecah untuk menghasilkan energi dan menyusun cadangan energi utama bagi tubuh dalam jaringan adiposa Barasi, 2007.
Lemak  dan  minyak  merupkan  zat  makanan  yan  penting  untuk  menjaga kesehatan  tubuh  manusia.  Dan  merupkana  sumber  energi  yang  lebih  efektif
dibanding dengan karobidrat  dan protein.  Besar energi  yang dihasilkan per gram lemak  adalah  9  kalori.  Fungsi  lain  lemak  dalam  tubuh  adalah  sebagai
pembangunpembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan panas tubuh, pelarut vitamin A, D, E, dan K Budianto, 2009.
Sumber  utama  lemak  adalah  minyak  tumbuhan,  mentega,  margarin,  dan lemak  hewan.  Sumber  lain  berasal  dari  kacang-kacangan,  susu,  kedelai,  kuning
telur dan sebagainya Almatsier, 2010.  Lemak hewan ada  yang berbentuk padat antara lain lemak susu, lemak sapi,  dan berbentuk cair seperti minyak ikan paus,
minyak ikan cod, minyak ikan herring Budianto, 2009.
2.1.4 Protein
Protein  merupakan  suatu  zat  makanan  yang  sangat  penting  bagi  tubuh karena  mengandung  unsur  C,H,O,  dan  N  yang  tidak  dimiliki  oleh  lemak  atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan logam. Tiap gram protein mengandung energi sebanyak 4 kalori Budianto, 2009.
Protein terdiri atas berbagai rantai dari asam amino tunggal yang tergabung membentuk  beraneka  ragam  protein.  Saat  dicerna  masing-masing  asam  amino
digunakan  untuk  sintesis  asam  amino  serta  protein  lainnya  yang  diperlukan  oleh tubuh.  Jika  asam  amino  tidak  dibutuhkan  lebih  lanjut,  barulah  asam  amino
tersebut dipecah dan digunakan sebagai sumber energi Barasi, 2007. Protein ada di semua jaringan tubuh dan merupakan material dasar di kulit,
otot,  tendon,  saraf  dan  darah.  Selain  itu,  protein  juga  membentuk  antibodi  dan enzim yang penting dalam biomolekular Eastwood, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Penggunaan asam amino untuk sintesis produk turunannya. Asam amino
Produk Fungsi
Arginin Nitrat oksida
Keratin Memelihara fungsi leukosit,
tonus vascular Produksi energy
Glisin Hem
Keratin Pengangkutan oksigen
Produksi energy Tirosin
Hormon tiroid dan melanin
Neurotransmitter adrenalin, noradrenalin,
dopamin Homeostasis
Integrasi neuron
Triptofan Asam nikotinat
Serotonin 5- hidroksitriptamin
Fungsi vitamin Fungsi transmitter
Histidin Histamine
Transmitter, respon inflamasi Lisin
Karnitin Metabolisme lipid
Sistein, glutamate, dan glisin
Glutation Antioksidan
Sumber: Barasi 2007
2.1.5 Vitamin
Vitamin  merupakan  suatu  molekul  organik  yang  dibutuhkan  untuk  proses metabolisme  dan  pertumbuhan  yang  normal.  Vitamin  tidak  dapat  dibuat  oleh
tubuh  dalam  jumlah  yang  sangat  cukup.  Oleh  karena  itu,  harus  diperoleh  dari asupan makanan Budianto, 2009.
Vitamin  dibagi  dalam  dua  kelompok  yaitu  vitamin  larut  dalam  lemak A,D,E,  dan  K  dan  vitamin  larut  dalam  air  vitamin  B  dan  C.  Tiap  vitamin
memiliki  tugas  spesifik  dalam  tubuh  Almatsier,  2010.  Vitamin  yang  berperan dalam  pembentukan  darah    asam  folat  dan  vitamin  B12,  sebagai  antioksidan
asam  askorbat  dan  vitamin  E,  metabolisme  protein  vitamin  A  dan  K,
Universitas Sumatera Utara
metabolisme energi thiamin, riboflavin dan pirodoksin dan pembentukan tulang oleh  vitamin  D  Eastwood,  2003.  Dan  pada  dasarnya  vitamin  berperan  dalam
beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh. Pada  umumnya  sebagai  koenzim  atau  sebagai  bagian  dari  enzim  Almatsier,
2010.
Tabel 2.3. Klasifikasi vitamin dan peranannya Nama
Anggota utama dalam kelompok Peranan
Vitamin larut air
Vitamin B kompleks, Vitamin C
Metabolisme, pembelahan sel, antioksidan, kofaktor
untuk enzim Sistem neurotransmitter zat
penghantar impuls saraf Vitamin
larut lemak Vitamin A,D,E,K
Struktural, integritas sel Homeostasis
Peran antioksidan Sumber: Barasi 2007
2.1.6 Mineral
Mineral  merupakan  unsur  esensial  dalam  pemeliharaan  fungsi  tubuh,  baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral
digolongkan  atas  dua  yaitu  mineral  makro  dan  mineral  mikro.  Mineral  makro natrium,  klorida,  kalium,  kalsium  fosfor,  magnesium  dan  sulfur  dibutuhkan
tubuh  dalam  jumlah  lebih  dari  100  mg  sehari  sedangkan  mineral  mikro  besi, seng,  iodium,  selenium  dll  dibutuhkan  kurang  dari  100  mg  sehari  Almatsier,
2004.
2.1.7 Air
Air  menciptakan  media  dasar  tempat  berlangsungnya  semua  reaksi  dalam tubuh.  Asupan  cairan  yang  tidak  cukup  akan  cepat  menggangu  fungsi
metabolisme  tubuh  dan  kinerja  mekanisme  homeostasis.  Air  mencakup  50-60
Universitas Sumatera Utara
dari  keseluruhan  berat  badan.  Sepertiga  adalah  cairan  ekstraseluler  dan  dua  per tiga  berada  di  intraseluler.  Kompartemen  ini  dipisahkan  oleh  membran  sel  dan
dapat  dilalui  oleh  air  Eastwood,  2003.  Air  memiliki  berbagai  fungsi  dalam proses  vital  tubuh  yaitu  sebagai  pelarut  dan  alat  angkut,  katalisator,  pelumas,
pengatur suhu, dan fasilitator pertumbuhan Almatsier, 2004. Kebutuhan  air  sehari  dinyatakan  sebagai  proporsi  terhadap  jumlah  energi
yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang dewasa dibutuhkan  sebanyak  1,0-1,5  mlkkal,  sedangkan  untuk  bayi  1,5  mlkkal
Yuniastuti,  2008.  Sumber  air  dapat  diperoleh  dari  minuman,  jus,  susu,  buah, sayuran, dan makanan lain Drummond dan Brefere, 2007.
2.2  Kecukupan gizi
Standar  kecukupan  gizi  di  Indonesia  masih  menggunakan  ukuran  makro yaitu  kecukupan  kalori  energi  dan  kecukupan  protein  Agus,  2004.
Recommended  dietary  allowances  RDA  adalah  istilah  yang  digunakan  di Amerika  yang  merupakan  standar  berisi  kebutuhan  rata-rata  gizi  per  hari  yang
dianjurkan sehingga suatu masyarakat dapat hidup sehat. Sementara di  Indonesia dikenal  dengan  istilah  AKG  Angka  Kecukupan  Gizi.  AKG  dipengaruhi  oleh
umur,  jenis  kelamin,  aktivitas,  berat  badan,  tinggi  badan,  genetika  dan  keadaan fisiologis Anonimus, 2007.
2.2.1 Kecukupan energi
Energi  dibutuhkan  untuk  semua  fungsi  yang  dijalankan  oleh  tubuh  yang meliputi :
1. Aktivitas metabolik pada tingkat seluler, jaringaan, dan organ yang sebagian
besar berlangsung di luar kesadaran. 2.
Aktivitas  sadar  yang  dilakukan  sebagai  bagian  dari  aktivitas  fisik  dan memerlukan energi dalam jumlah yang berbeda-beda.
3. Pertumbuhan,  dalam  tahun-tahun  awal  kehidupan,  pada  masa  remaja,  dan
selama kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
Semua  energi  yang  diperlukan  tubuh  disuplai  melalui  asupan  makanan. Makronutrien  dalam makanan dan minuman menghasilkan energi ketika dipecah.
Mineral  dan  vitamin  dalam  makanan  tidak  menghasilkan  energi,  meskipun beberapa di antaranya bersifat esensial dalam proses biokimia yang menghasilkan
energi Barasi, 2007. Tingkat
Konsumsi Energi
TKE dapat
dihitung dengan
cara membandingkan  rata-rata  konsumsi  sehari  dengan  AKG  yang  dikoreksi  dengan
berat badan. Sesudah diketahui tingkat konsumsi gizi, untuk keperluan deskriptif maka dapat diklasifikasikan seperti yang termuat dalam tabel 2.4 WNPG, 2004.
Tabel 2.4 Klasifikasi TKE Tingkat Konsumsi Energi
Persentase terhadap AKG Baik
80-110 AKG Kurang
80 AKG Lebih
110 AKG Sumber : WNPG 2004
2.2.2  Kecukupan protein
Banyaknya  protein  dalam  tubuh  digunakan  untuk  memenuhi  kebutuhan basal  dan  sejumlah  tambahan  untuk  mengimbangi  adanya  kerusakan,  infeksi,
stress dan sebagainya. Kehilangan protein dapat melalui air seni, kotoran dan kulit Anonimus, 2007.
Tingkat Konsumsi  Protein
TKP  dapat dihitung  dengan
cara membandingkan  rata-rata  konsumsi  sehari  dengan  AKG  yang  dikoreksi  dengan
berat  badan.  Sesudah  diketahui  tingkat  konsumsi  protein,  untuk  keperluan deskriptif  maka  dapat  diklasifikasikan  seperti  yang  termuat  dalam  tabel  2.5
WNPG, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5 Klasifikasi TKP Tingkat Konsumsi Protein
Baik 80-110 AKG
Kurang 80 AKG
Lebih 110 AKG
Sumber : WNPG 2004
2.3    Penilaian Asupan Makanan
Penilaian  asupan  makanan  atau  survei  diet  adalah  salah  satu  metode  yang digunakan  dalam  penentuan  status  gizi  perorangan  atau  kelompok.  Tujuannya
adalah  untuk  mengetahui  kebiasaan  makan  dan  gambaran  tingkat  kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan
serta  faktor-faktor  yang  berpengaruh  terhadap  konsumsi  makanan  tersebut. Sedangkan  secara  khusus,  tujuan  dari  survei  diet  adalah  menentukan  status
kesehatan dan gizi keluarga dan individu, sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2002.
Metode-metode pengukuran konsumsi makanan antara lain : 1.
Metode frekuensi makanan food frequency. Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi
konsumsi  sejumlah  bahan  makanan  atau  makanan  jadi  selama  periode tertentu  seperti  hari,  minggu,  bulan,  dan  tahun.  Cara  ini  paling  sering
digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi. 2.
Metode ingatan pangan 24 jam 24-hours food recall. Prinsip  dari  metode  ini  adalah  mencatat  jenis  dan  jumlah  bahan  makanan
yang  dikonsumsi  pada  periode  24  jam  yang  lalu.  Dalam  metode  ini, responden  diminta  untuk  menceritakan  semua  yang  dimakan  dan  diminum
selama  24  jam  yang  lalu.  Data  konsumsi  yang  dicatat  mulai  bangun  pagi dihari  kemarin  sampai  istirahat  tidur  malam  harinya.  Data  yang  diperoleh
Universitas Sumatera Utara
dari recall 24 jam bersifat kualitatif. Sehingga perlu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat ukuran rumah tangga.
3. Metode pendaftaran makanan food list.
Dilakukan  dengan  menanyakan  dan  mencatat  seluruh  bahan  makanan  dan memperhitungkan  bahan  makanan  yang  terbuang  atau  rusak.  Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara. 4.
Metode Penimbangan food weighing. Petugas  menimbang  dan  mencatat  seluruh  makanan  yang  dikonsumsi
selama  satu  hari.  Jumlah  makanan  yang  dikonsumsi  sehari  kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM atau DKGJ  Daftar Konsumsi Gizi
Jajanan. Setelah itu, hasilnya dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi AKG yang dianjurkan. Kelebihan dari metode ini adalah bahwa data yang
diperoleh lebih akurat.
2.4.   Status gizi 2.4.1. Defenisi Status Gizi