Analisis Distribusi nilai TAPSE pada pasien Infark Miokard Akut

Proporsi penderita NSTEMI mengalami peningkatan signifikan terutama semenjak tahun 2000. Hal ini dapat dilihat dari total 10.610 pasien yang diteliti, proporsi pasien NSTEMI meningkat yaitu 29 pada tahun 1995; 21 pada tahun 2000; kemudian mengalami peningkatan signifikan hingga mencapai 47 pada tahun 2005 dan 44 pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan terjadinya kemajuan dalam teknik diagnosis melalui pengukuran kadar troponin yang memudahkan deteksi dari kematian sel-sel miokard. Sebelumnya kebanyakan pasien NSTEMI digolongkan menjadi angina tidak stabil. Hal yang sama juga diungkapkan dalam penelitian analisis data pasien infark miokard akut oleh Sridhar 2013 sebanyak 2,9 juta pasien didiagnosis dengan STEMI dan 3,9 juta pasien didiagnosis dengan NSTEMI pada tahun 2000-2009 di Amerika Serikat. Analisis data tahunan menunjukkan penurunan progresif dan signifikan dalam jumlah pasien dengan STEMI selama dekade tersbut P 0,001, sedangkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah pasien dengan NSTEMI P = 0,046. Pada penelitian kali ini proporsi kejadian STEMI memang lebih besar daripada NSTEMI, namun dikarenakan penelitian ini dilakukan dalam periode waktu 2 bulan, yaitu bulan September dan Oktober 2013, maka tidak menutup kemungkinan bahwa dalam lingkup waktu lebih panjang insidensi NSTEMI lebih banyak daripada STEMI.

5.2.2.2. Analisis Distribusi nilai TAPSE pada pasien Infark Miokard Akut

Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada tabel 5.5, nilai TAPSE yang tidak normal dijumpai pada 78.6 pasien infark miokard akut yang menjalani ekokardiografi dalam bulan September – Oktober 2013, sedangkan nilai TAPSE normal dijumpai pada 21.4 pasien. Besarnya proporsi nilai TAPSE yang abnormal pada data ini menujukkan Universitas Sumatera Utara keterlibatan yang signifikan dari gangguan fungsi ventrikel kanan pada kasus infark miokard akut. Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya disebutkan bahwa kejadian disfungsi ventrikel kanan, keterlibatan ventrikel kanan, dan infark ventrikel kanan pada kasus infark miokard akut, pada umumnya terkait dengan infark miokard inferior. Namun ada beberapa studi yang melaporkan keterlibatan ventrikel kanan di infark miokard anteroseptal. Beberapa studi juga menunjukkan tingkat keterlibatan ventrikel kanan yang signifikan pada kasus infark miokard akut. Berdasarkan penelitian Pandey et al 2006 pada ekokardiografi yang dilakukan dalam 72-96 jam setelah onset infark miokard akut pada 37 pasien, didapati keterlibatan ventrikel kanan pada 12 pasien 32. Begitu juga dalam sebuah studi kohort oleh Engstrom 2010 dijumpai nilai TAPSE yang tidak normal pada 70 pasien 38 infark miokard akut. Meskipun evaluasi diagnostik dan pengobatan infark miokard akut terutama diarahkan pada ventrikel kiri, data penelitian ini menunjukkan tingginya kejadian disfungsi ventrikel kanan pada kasus infark miokard akut. Oleh karena itu, evaluasi ventrikel kanan dapat menjadi salah satu aspek yang penting dalam mempertimbangkan penatalaksanaan dan evaluasi pasien kedepannya. 5.2.2.1. Analisis Distribusi Mortalitas dalam perawatan pasien Infark Miokard Akut berdasarkan nilai TAPSE Dalam penelitian ini, didapati mortalitas dalam perawatan pada 4 pasien 7.4 infark miokard akut di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode bulan September – Oktober 2013. Tidak dilakukan pemeriksaan ekokardiografi pada 3 pasien dari total 4 pasien yang meninggal, hal ini salah satunya dikarenakan masa perawatan pasien yang sangat singkat sehingga tidak dilakukan pemeriksaan ekokardiografi. Universitas Sumatera Utara Mortalitas dalam perawatan berdasarkan nilai TAPSE ditemui pada 1 pasien 3.6, seperti yang tercantum pada tabel 5.6. Mortalitas tersebut terjadi pada pasien yang memiliki nilai TAPSE normal. Mortalitas dalam perawatan tidak ditemui pada pasien dengan nilai TAPSE tidak normal pada penelitian ini. Angka mortalitas dalam perawatan dalam penelitian kali ini 7.4 lebih rendah dibandingkan dengan mortalitas dalam perawatan pasien infark miokard akut di Indonesia, namun lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat mortalitas di skala internasional. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI tahun 2009, tingkat mortalitas dalam masa perawatan pasien infark miokard akut di Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar 13.49. Sampai saat ini belum ada pemaparan data mengenai tingkat mortalitas pasien infark miokard akut di Indonesia pada tahun-tahun setelahnya. Dalam skala internasional, berdasarkan data epidemiologis didapati bahwa meskipun penyakit jantung koroner masih menjadi penyebab kematian utama di dunia, angka mortalitasnya mengalami penurunan setiap tahunnya. Dalam hasil studi Danchin 2013 dilaporkan bahwa di negara-negara Eropa terjadi penurunan angka mortalitas dalam perawatan pada pasien infark miokard akut selama 15 tahun terakhir, yaitu periode tahun 1995 – 2010, dari 12.9 menjadi 3.9. Hal yang sama juga didapati di negara Amerika Serikat dalam penelitian Sridhar 2012. Selama periode 2000 - 2009, jumlah mortalitas di rumah sakit pada STEMI menurun dari 11.3 di tahun 2000 menjadi 8.6 pada tahun 2009, sementara pada NSTEMI dari 5.5 di tahun 2000 menjadi 4.0 pada tahun 2009 P 0,001 untuk keduanya. Adanya perbaikan dalam tingkat fatalitas dalam kasus infark miokard akut, menurut Fox 2007 dalam penelitiannya, mencerminkan kemajuan dalam pengobatan seperti peningkatan penggunaan terapi reperfusi yang bemanfaat dalam memulihkan aliran darah ke otot jantung yang mengalami kerusakan selama serangan jantung. Universitas Sumatera Utara Mortalitas pasien infark miokard akut terkait dengan fungsi ventrikel kanan dipaparkan oleh Engstrom 2010 dalam sebuah penelitian kohort, yaitu pasien infark miokard akut dengan disfungsi ventrikel kanan, terutama disertai disfungsi ventrikel kiri, memiliki prognosis yang lebih buruk. Pada 30 hari pasca infark miokard akut didapati mortalitas pada 26 orang 14.1 penderita infark miokard akut yang mengalami disfungsi vetrikel kanan. Studi ini juga melaporkan angka ketahanan hidup pada pasien dengan disfungsi ventrikel kanan, yaitu angka ketahanan hidup 1 tahunnya adalah 39, sedangkan pada pasien tanpa disfungsi ventrikel kanan adalah 78 P 0,001. Pada angka ketahanan hidup 4 tahun, pasien infark miokard akut yang memilliki fungsi ventrikel kiri dan kanan normal angka ketahanan hidupnya adalah 95. Pasien dengan fungsi ventrikel kiri normal, sedangkan fungsi ventrikel kanan tidak normal adalah 73. Pasien dengan fungsi ventrikel kiri tidak normal dan fungsi ventrikel kanan normal adalah 60. Sedangkan pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri dan kanan tidak normal adalah 60 . Pada penelitian kali ini tidak ditemukan mortalitas dalam perawatan pasien infark miokard akut yang mengalami disfungsi ventrikel kanan, yang dalam hal ini ditunjukkan dengan nilai TAPSE yang tidak normal pada pemeriksaan ekokardiografi. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN