16 i. Sedikit mungkin kombinasi obat atau jumlah jenis obat. Banyak
ketidakrasionalan terjadi oleh karena pemilihan obat-obat dengan manfaat dan keamanan yang tidak jelas atau pemilihan obat yang mahal padahal alternatif
yang sama dengan harga lebih murah juga tersedia Wilianti, 2009.
2.4.3. Tepat pasien
Ketepatan pasien serta penilaiannya mencakup pertimbangan apakah ada kontraindikasi atau adakah kondisi-kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian
dosis secara individual Wilianti, 2009.
2.4.4. Tepat dosis obat
Cara pemakaian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetika, yakni: cara pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian, sampai ke
pemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti oleh pasien dan paling aman serta efektif untuk pasien Wilianti, 2009.
2.4.5. Waspada efek samping obat
Waspada terhadap efek samping obat mencakup penilaian apakah ada keadaan yang merupakan faktor konsitusi terjadinya efek samping obat pada
penderita. Jika kemudian terjadi efek samping tertentu, bagaimana menentukan dan menanganinya Wilianti, 2009.
2.5 Penggunaan Obat yang Tidak Rasional
Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding manfaatnya.Dampak
negatif dapat berupa : a. Dampak klinis sepert terjadi efek samping dan resistensi kuman.
Universitas Sumatera Utara
17 b. Dampak ekonomi seperti biaya tak terjangkau karena penggunaan obat yang
tidak rasional dan waktu perawatan yang lebih lama. c. Dampak sosial seperti ketergantungan pasien terhadap intervensi obat Binfar
dan Alkes, 2010. Kriteria penggunaan obat yang tidak rasional. Penggunaan obatyang tidak
rasional bila: a. Peresepan berlebih over prescribing.
Pemberian obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk penyakit yang bersangkutan. Contoh: pemberian antibakteri pada diare non spesifik yang
umumnya disebabkan oleh virus. b. Peresepan kurang under prescribing.
Pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baikdalam hal dosis, jumlah maupun lama pemberian. Tidakdiresepkannya obat yang diperlukan
untuk penyakit yangdiderita juga termasuk dalam kategori ini. c. Peresepan majemuk multiple prescribing.
Pemberian beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang
diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat. d. Peresepan salah incorrect prescribing.
Pemberian obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit, pemberian obat untuk kondisi yang sebenarnya merupakan kontraindikasi pada pasien,
pemberian obat yang memberikan kemungkinan risiko efek samping yang lebih besar Ditjen Binfar dan Alkes, 2010.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 terlihat kecenderungan insiden naik. Pada tahun
2000 Incidence Rate IR penyakit diare terjadi pada 301 penderita dari 1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411 penderita dari 1000 penduduk. Kejadian
Luar Biasa KLB diare juga masih sering terjadi, dengan case fatallity rate CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang CFR 1,74 Kemenkes,
2011. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT, Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian
akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di saranakesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana
yang cepatdan tepat Kemenkes, 2011. Upaya pengobatan penderita diare sebagian besar adalah dengan terapi
rehidrasi atau dengan pemberian oralit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat adanya dehidrasi. Tetapi 10-20 penyakit diare disebabkan oleh infeksi
sehingga memerlukan terapi antibakteri Wijaya, 2010.
Universitas Sumatera Utara