terdistribusi secara normal Azwar, 2012. Kriterianya terbagi atas tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
1. Kategorisasi Data Optimisme
Berdasarkan deskripsi nilai hipotetik optimisme yang dapat dilihat pada tabel 13 di atas, maka dapat dihitung norma kategorisasi jenjang. Hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel 15. Kategorisasi Data Hipotetik Optimisme
Variabel Rentang Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase
Optimisme X 18,7
Rendah -
- 18,7 X 29,3
Sedang 34
18,3 X 29,3
Tinggi 152
81,7
Total 186
100
Berdasarkan kategorisasi pada tabel 15 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan termasuk ke dalam kategori tinggi 81,7 untuk tingkat optimisme, sedangkan
18,3 tergolong ke dalam kelompok sedang dan tidak ada karyawan yang tergolong ke dalam kelompok rendah. Dengan kata lain bahwa tingkat optimisme pada karyawan tergolong
tinggi.
2. Kategorisasi Data Variabel Persepsi Terhadap Kualitas Kehidupan Bekerja
Berdasarkan deskripsi nilai hipotetik persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja yang dapat dilihat pada tabel 13 di atas, maka dapat dihitung norma kategorisasi jenjang.
Hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel 16. Kategorisasi Data Hipotetik Persepsi Terhadap Kualitas Kehidupan Bekerja
Universitas Sumatera Utara
Variabel Rentang Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase
Persepsi terhadap kualitas
kehidupan bekerja
X 77 Negatif
2 1,1
77 X 121 Tidak
Tergolongkan 102
54,8 X 121
Positif 82
44,1
Total 186
100
Berdasarkan kategorisasi pada tabel 16 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan termasuk ke dalam kategori tidak tegolongkan 54,8 , sedangkan 44,1
tergolong ke dalam kelompok positif dan 1,1 karyawan tergolong ke dalam kelompok negatif dalam mempersepsikan kualitas kehidupan bekerja.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian pada menunjukkan bahwa adanya pengaruh persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja pada optimisme karyawan sebesar 4,4 . Artinya variabel persepsi
terhadap kualitas kehidupan bekerja mempengaruhi variabel optimisme sebesar 4,4 , hal ini menunjukkan bahwa persepsi yang positif terhadap kualitas kehidupan bekerja akan
meningkatkan optimisme karyawan. Terujinya hipotesis penelitian yang menyatakan adanya pengaruh persepsi terhadap
kualitas kehidupan bekerja pada optimisme karyawan menunjukkan bahwa terbuktinya dinamika penelitian yang dirangkum oleh peneliti berdasarkan pendapat para ahli. Salah
satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mortazavi, Yazdi Amini 2012 yang menyatakan bahwa kualitas kehidupan bekerja berhubungan dengan komponen-komponen
psychological capital seperti resiliensi, harapan, optimisme dan self-efficacy. Hasil ini juga membenarkan teori Peterson dan Steen 2002 yang menyatakan bahwa salah satu yang
mempengaruhi optimistic explanatory stlyle individu adalah kondisi ditempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
Ada 2 alasan yang menyebabkan terdapat pengaruh persepsi kualitas kehidupan bekerja terhadap optimisme. Pertama, persepsi yang positif terhadap kualitas kehidupan
bekerja akan meningkatkan sikap positif karyawan terhadap organisasi 1998. Sikap positif adalah kondisi emosional yang dihasilkan oleh individu yang optimis Cheng Furnham,
2003. Kedua, Kualitas kehidupan bekerja merumuskan bahwa setiap kebijakan yang diputuskan oleh perusahaan merupakan sebuah respon atas apa yang menjadi keinginan dan
harapan karyawan Husnawati, 2006. Konsep ini sejalan dengan definisi dari faktor optimisme, people orientation yang menyatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada
karyawan akan mengambil kebijakan sesuai dengan kebutuhan karyawan, sehingga dapat disimpulkan akan meningkatkan optimisme karyawan.
Namun demikian, hasil penelitian yang menunjukkan sumbangan variabel bebas persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja terhadap variabel tergantung optimisme
hanya sebesar 4,4 dan nilai korelasi 0,210 menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena adanya variabel-variabel
lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Selanjutnya berdasarkan hasil kategorisasi variabel berdasarkan data hipotetik, untuk
variabel persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja karyawan sebagian besar berada pada
kategori tidak tergolongkan yaitu sebanyak 54,8 dengan jumlah subjek sebanyak 102 orang, sedangkan selebihnya berada pada kategori positif dengan persentase 44,1 82 subjek dan
kategori negatif sebanyak 1,1 2 subjek. Dari hasil ini, sangat kecilnya persentase subjek yang berada pada kategori rendah 1,1 menciptakan kesimpulan bahwa kualitas kehidupan
bekerja yang upayakan oleh perusahaan sudah cukup baik. Sedangkan untuk kategorisasi variabel optimisme hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat optimisme pada
karyawan berada pada kategori tinggi dengan persentase 81,7 152 subjek dan sisanya
Universitas Sumatera Utara
18,3 34 subjek berada pada kategori sedang. Dari hasil ini dapat disimpulkan para karyawan memiliki tingkat optimisme yang tinggi. Apabila membandingkan kedua
kategorisasi variabel-variabel tersebut, maka hasil ini pada dasarnya dapat menguatkan hasil utama dari penelitian karena bila dibandingkan antara persentase kategori tinggi pada variabel
optimisme dengan kategori tinggi dan rendah pada variabel persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja yang tidak jauh berbeda 54,8 dan 44,1 maka jelas mengapa hasil
penelitian menunjukkan adanya pengaruh, akan tetapi tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN SARAN
Bab berikut ini akan disimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini, pada akhir bab akan dikemukakan saran-saran bagi penelitian di masa
mendatang dengan tema yang hampir sama.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data penelitian, kesimpulan yang dapat dibuat adalah sebagai berikut :
1. Ada pengaruh persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja pada optimisme karyawan, dimana persepsi yang positif terhadap kualitas kehidupan bekerja akan
meningkatkan optimisme karyawan, dan sebaliknya persepsi yang negatif terhadap kualitas kehidupan bekerja akan menurunkan optimisme karyawan.
2. Berdasarkan kategorisasi variabel optimisme, hasil menunjukkan bahwa sebagian besar subjek berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 81,7 dan sisanya sebesar
18,3 berada pada kategori sedang. Tidak ada karyawan yang berada pada kategori rendah.
3. Berdasarkan kategorisasi variabel persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja, hasil menunjukkan bahwa sebagian besar subjek berada pada kategori tidak tergolongkan
yaitu sebesar 54,8 dan sisanya sebesar 44,1 berada pada kategori positif serta 1,1 berada pada kategori negatif.
B. Saran
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah dikemukakan, selanjutnya peneliti akan mengajukan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi
perkembangan kelanjutan studi ilmiah mengenai persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja dan optimisme pada karyawan serta juga dapat berguna bagi perusahaan untuk bahan
evaluasi. Adapun saran-saran yang peneliti kemukakan antara lain:
1. Saran Metodologis
a. Pada penelitian ini diperoleh nilai R
2
sebesar 0,044 yang berarti bahwa persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja hanya memberi sumbangan efektif terhadap optimisme
sebesar 4,4 dan sisanya merupakan sumbangan dari variabel-variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini. Merujuk pada fakta ini, peneliti menyarankan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya yang mengangkat tema optimisme agar mengukur variabel-variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini seperti variabel-variabel yang berhubungan dengan
innovation and risk taking, outcome orientation, team orientation.
2. Saran Praktis
a. Berdasarkan kategorisasi yang telah dilakukan berkaitan dengan aspek persepsi terhadap kualitas kehidupan bekerja, sebagian besar karyawan berada pada kategori tidak
tergolongkan 54,8, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan perlu untuk meningkatkan kualitas kehidupan bekerja karyawan, ditambah lagi dengan adanya karyawan yang
digolongkan pada kategori negatif. b. Berdasarkan kategorisasi, tingkat optimisme yang diperoleh dari hasil kategorisasi
menunjukkan bahwa karyawan sebagian besar berada pada kategori tinggi 81,7 . Hasil ini dinilai sangat baik sehingga perusahaan hanya perlu mempertahankannya saja dengan cara
lebih mengoptimalkan kinerja perusahaan yang lebih berorientasi pada karyawan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI
A. Optimisme 1. Pengertian Optimisme
Optimis adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi individu yang menggambarkan peristiwa kehidupan dalam suatu cara yang positif Burke, Joyner, Ceko,
Wilson, 2000. Menurut Scheier Carver 2002 individu yang optimis adalah individu yang mengharapkan hal-hal baik terjadi pada mereka. Individu yang memiliki sikap optimis
memiliki harapan kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi dengan baik, walaupun ditimpa banyak masalah dan rasa frustasi Goleman, 2002.
Carr 2004 mendefenisikan optimisme sebagai sebuah ekspektasi menyeluruh bahwa hal yang baik akan terjadi lebih banyak dari pada hal yang buruk.
Searah dengan berbagai perspektif di atas, Seligman 2006, mendefinisikan optimisme sebagai kecenderungan untuk mempercayai bahwa hal yang baik akan terjadi
dimasa yang akan datang serta menjelaskan peristiwa-peristiwa yang baik tersebut menggunakan alasan internal, bersifat stabil, dan menyeluruh. Individu yang optimis akan
menganggap bahwa hal buruk yang menimpa mereka merupakan sesuatu yang bersifat sementara, merupakan sesuatu yang hanya menyerang aspek tertentu dari hidup mereka, serta
akan menjelasnya dengan alasan eksternal. Umumnya, orang-orang yang memiliki pola pikir optimis dalam hidupnya akan
cenderung memiliki kepercayaan diri lebih tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya sehari- hari, mereka juga akan cenderung lebih bahagia dalam menjalani kehidupan Steinwall,
2006. Saphiro 1997 menjelaskan bahwa optimisme akan masa depan merupakan
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari segi dan kondisi yang baik, serta mengharapkan hasil yang paling memuaskan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa optimisme merupakan suatu keyakinan individu bahwa hal yang baik akan lebih banyak terjadi dimasa depan, dimana kebaikan
tersebut akan dipersepsikan terjadi karena alasan internal akan selalu terjadi stabil dan terjadi pada semua sisi kehidupan.
2. Aspek-Aspek Optimisme
Menurut Seligman 2006, optimisme memiliki tiga aspek, yaitu permanence, pervasiveness dan personalization.
a. Permanence
Individu yang optimis akan memandang kejadian baik yang menimpa mereka sebagai sesuatu yang bersifat permanen yang disebabkan oleh kemampuan mereka. Sedangkan
terhadap kejadian yang buruk, mereka akan mempersepsikan hal tersebut sebagai hal yang sifatnya temporersementara dan bisa dihindari di masa mendatang.
b. Pervasiveness
Individu yang optimis akan memberikan penjelasan atas kejadian menimpa mereka dengan pandangan yang spesifik, dan bukan sebuah generalisasi. Penjelasan yang bersifat
spesifik membuat seseorang mampu melihat bahwa sesungguhnya tidak semua aspek dalam suatu kejadian itu merugikan. Pasti masih ada celah positif di balik beragam aspek kehidupan
lainnya. c.
Personalization
Universitas Sumatera Utara
Individu yang optimis akan memandang kejadian baik yang menimpa mereka sebagai sesuatu yang berasal dari dalam diri mereka sendiri internal dan menganggap kejadian buruk
yang menimpa mereka sebagai sesuatu yang berasal dari luar diri mereka eksternal. Individu yang memiliki pandangan seperti ini akan membuat mereka tidak akan kehilangan harga diri
ketika hal buruk menimpa mereka, sehingga tidak akan menyebabkan timbulnya perasaan tidak berharga dan tidak berbakat.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Optimisme