53
rinci dan mendalam tentang keturunan Guru Tatea Bulan dari sundut generasi pertama hingga keempat saja sebagai pembatasan masalah.
2.14.2 Sekilas tentang marga Keturunan Guru Tatea Bulan
Keturunan Guru Tatea Bulan menurut tulisan Sangti 1977:14 adalah berikut: Guru Tatea Bulan memiliki lima orang putera yaitu:
1. Raja Uti Biak-biak
Disebut juga Raja Gumelenggeleng karena bentuk tubuhnya yang seperti gumpalan, tidak bertangan, tidak berkaki dan tidak bisa duduk. Anak sulung dari
Guru Tatea Bulan ini dibalik kekurangannya ternyata memiliki kesaktian untuk mengubah wujudnya dalam bentuk tujuh rupa wajah. Berikut adalah dokumentasi
dari salah satu patung di Sopo Guru Tatea Bulan di Kecamatan Sianjurmulamula yaitu patung Raja Uti yang memiliki tujuh rupa wajah.
Gambar-3: Patung Raja Uti Dokumentasi Blessta C. Hutagaol 2015.
2. Saribu Raja dan Siboru Pareme
Saribu raja adalah nama putera kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik perempuannya yang bernama Siboru Pareme dilahirkan marporhas anak kembar
Universitas Sumatera Utara
54
berlainan jenis, satu perempuan dan satunya lagi laki-laki. Saribu raja melakukan tindakan incest, marsumbang perkawinan sedarah dengan adiknya sendiri yaitu
Siboru Pareme dan melahirkan Si Raja Lontung. Tidak hanya itu, setelah melakukan tindakan incest, Saribu Raja kemudian menikah lagi dengan Nai
Mangiring Laut dan melahirkan Si Raja Borbor. Kabarnya lagi Saribu Raja dalam masa berkelananya di tengah hutan, ia bertemu dengan Babiat Harimau pincang
berkaki tiga kemudian menikahinya. Ia juga memiliki keturunan darinya yaitu Babiat.
24
Di tanah Batak Toba, marga Malau adalah satu dari sedikit satuan silsilah yang agak besar, yang tidak mempunyai daerah inti yang utuh, tempat sebagian
3. Limbong Mulana
Limbong mulana merupakan putera ketiga Guru Tatea Bulan. Limbong Mulana mendiami daerah Batusalibon dekat Sianjurmulamula. Keturunan
Limbong Mulana disebut bermarga Limbong. Tidak diketahui secara jelas siapa isterinya. Limbong Mulana memiliki dua orang putera yaitu Paluonggang dan
langgatlimbong.
4. Sagala Raja
Sagala Raja mendiami daerah Siantartongatonga Sagala masih berdekatan dengan Sianjurmulamula. Keturunannya bermarga Sagala. Ia
memiliki tiga orang anak yaitu Raja Hutaruar, Raja Manggurgur, Raja Sungkunon.
5. Malau raja
24
Akan dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
55
anggotanya tetap hidup bersama. Malau tinggal di sebuah tempat bernama Limbong, disitu dia berketurunan dan dari situ pula berpencar keturunannya ke
luar daerah yang ditinggali mereka masing-masing. Malau Raja dikabarkan menikah dua kali. Dari isteri pertamanya dia memiliki seorang putera yang
bernama Tabutabugumbang. Sedangkan dari isteri keduanya dia memiliki keturunan yaitu Manik, Ambarita dan Gurning.
6. Siboru Anting Sabungan
Setelah Saribu Raja dan Siboru Pareme melakukan tindak sumbang, mencegah kejadian tersebut terulang kembali maka Guru Tatea Bulan menikahkan
puterinya yaitu Siboru Anting Sabungan dan Siboru Biding Laut dengan Tuan Sori Mangaraja, putera Raja Isumbaon. Dari pernikahan Tuan Sori Mangaraja
dengan isteri pertamanya yaitu Siboru Anting Sabungan, ia memiliki putera yang bernama Tuan Sorba Dijulu.
25
25
Lihat Sangti 1977:14.
Siboru Anting Sabungan disebut juga Siboru Anting Malela Nai Ambaton
7. Siboru Biding Laut
Siboru Biding Laut merupakan isteri kedua Tuan Sori Mangaraja. Ia melahirkan putera yang bernama Tuan Sorba Jae Raja Mangarerak. Siboru
Biding Laut disebut juga Nai Rasaon.
8. Nan Tinjo
Universitas Sumatera Utara
56
Nan Tinjo tidak memiliki keturunan karena terlahir sebagai waria, sangkar so baoa martompahon baoa dohot boruboru.
26
Si Raja Lontung merupakan cucu dari Guru Tatea Bulan yang merupakan hasil dari perkawinan sedarah antara Saribu raja dengan Siboru Pareme. Jadi
setelah Raja Uti meninggalkan kampung Sianjur Mula-Mula Konon Nan Tinjo mati bunuh
diri. Menurut Mangaraja Salomo, anak ini adalah sangkar so anak lahi, ulu balang parompuan, suatu istilah halus untuk seorang waria. Pada saat akan
dikawinkan, karena takut rahasianya terbongkar, dia memilih untuk menerjunkan diri ke dalam danau. Dia memilih untuk bunuh diri dan menjadi hantu penunggu
di Pulau Tao di Simanindo sekarang.
2. 15 Sejarah asal-usul Si Raja Lontung 2.15.1 Pernikahan Saribu Raja dengan Siboru Pareme
27
26
Dikutip dari W. M Hutagalung dalam Bukunya Pustaha Batak, Tarombo dohot turiturian ni Bangso Batak.
27
Lihat W. M Hutagalung 1991:36.
, harapan orang tuanya kemudian tertumpu pada Saribu Raja. Saribu Raja merupakan putera
kedua dari Guru Tatea bulan yang lahir kembar dampit dengan Siboru Pareme. Sebagai anak yang terlahir kembar, dapat dimaklumi hubungan keduanya sangat
dekat. Biasanya, untuk menjaga hal-hal yang tidak dikehendaki, anak yang terlahir kembar dampit selalu dipisahkan sejak dini. Akan tetapi, hal tersebut tidak
Universitas Sumatera Utara
57
dilakukan pada keduanya. Mereka tumbuh dan besar secara bersama-sama dan hal ini menyebabkan hubungan keduanya terjalin dengan begitu akrab.
Dari segi kedigdayaan dan ketampanan, sebenarnya Saribu Raja memiliki syarat yang mencukupi untuk menggantikan ayahandanya Tatea Bulan. Juga,
ketekunannya mempelajari hadatuon ilmu perdukunan menyebabkan Saribu Raja diyakini akan dapat memimpin adiknya mengembalikan masa kejayaan
nenek moyangnya kelak. Hanya saja, ada sesuatu yang kurang berkenan di hati orang tuanya, yaitu hubungannya yang terlalu dekat dengan adiknya Siboru
Pareme. Siboru Pareme menggoda abangnya sendiri sehingga apa yang tidak diharapkan pun terjadi. Menurut Sutan Habiaran
28
Siboru Pareme tercium minyak sinyongnyong dorma Saribu Raja, yang menyebabkan dirinya jatuh cinta pada
abangnya. Hal ini mengakibatkan mereka berdua mengadakan hubungan tercela yaitu perkawinan sedarah marsumbang, incest di gubuk ladang milik
keluarganya pada saat Siboru Pareme mengantarkan nasi untuk Saribu Raja.
29
Namun menurut Marsius Sitohang, hal itu juga disebabkan karena jumlah manusia masih terbatas pada saat itu di dunia.
30
28
Sutan Habiaran seorang penulis buku dengan judul Kisah Tuan Saribu Raja dan Si Boru Pareme, yang diterbitkan di Medan pada tahun 1994.
29
Lihat W. M Hutagalung 199:36.
30
Hasil Wawancara dengan Marsius Sitohang pada tanggal 16 Februari 2015. Marsius Sitohang adalah seorang dosen praktik Gondang Sabangunan dan Uning-uningan di Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Apapun penyebabnya, hubungan terlarang itu telah terjadi. Jelaslah bahwa hubungan cinta yang dapat menjurus ke
perbuatan tercela kawin sumbang antara dua anak kembar dampit dapat saja terjadi tanpa minyak sinyongnyong, seperti yang dilansir oleh Sutan Habiaran.
Hubungan seperti ini umumnya terjadi karena kedekatan kedua anak yang berbeda
Universitas Sumatera Utara
58
jenis kelamin tersebut. Lama-kelamaan, kedekatan ini berkembang begitu dalam hingga menghapus rasa malu yang timbul karena melanggar aturan-aturan adat
yang telah digariskan para leluhur. Kejadian seperti ini terjadi antara Saribu Raja dan Siboru Pareme. Akibat perbuatan tercela tersebut, Siboru Pareme kemudian
berbadan dua. Hal ini menyebabkan orangtua beserta ketiga adik laki-laki Saribu Raja lainnya yaitu Limbong, Sagala dan Malauraja sangat marah. Bagi pelaku
seperti ini hukumannnya adalah membunuh Saribu Raja dan membuang Siboru pareme ke hutan belantara tombak longolongo.
31
Gambar: Hutan Belantara tombak longolongo
Gambar-4: Tombak longolongo Hutan Belantara di Desa Sabulan Dokumentasi Blessta Hutagaol 2015.
31
Lihat W. M Hutagalung 1991:37.
Universitas Sumatera Utara
59
Akan tetapi, membunuh Saribu Raja bukanlah urusan mudah. Selain karena mereka masih terikat oleh hubungan darah, kedigdayaan Saribu Raja juga
perlu diperhitungkan. Saribu Raja sadar akan kesalahannya. Melakukan perlawanan tentu saja bukanlah tindakan yang bijaksana. Satu-satunya jalan ialah
melarikan diri dan menjauh dari amarah saudara-saudaranya. Sebelum melarikan diri, Saribu Raja membenahi barang-barang pusaka yang menjadi milik
keluarganya yaitu: emas, gong dan cincin.
32
Kemudian semuanya dimasukkan kedalam sebuah liang batu yang disebut dengan Batu Hobon.
32
Lihat W. M Hutagalung 1991:37.
Universitas Sumatera Utara
60
Gambar-5: Batu Hobon Dokumentasi Blessta C. Hutagaol 2015.
Akibatnya Saribu Raja dan Siboru Pareme mulai ketakutan sehingga merencanakan sebuah misi untuk keselamatan mereka. Saribu Raja sembunyi ke
dolok Pusuk Buhit yang sekarang bernama Pariksabungan. Disana Saribu Raja mengajari Siboru pareme agar membawa sekam untuk menjatuhkan sedikit demi
sedikit di jalan tempat pembuangannya agar Saribu Raja dapat menemukan tempat dimana Siboru Pareme dibuang.
33
Jadi berangkatlah saudara-saudaranya mengantarkan Siboru Pareme ke hutn belantara dengan berjalan kaki. Mereka berangkat pada waktu malam agar
tak seorangpun melihat keberangkatan mereka. Dan juga supaya Siboru Pareme Sebetulnya, hilangnya barang pusaka
Tatea Bulan inilah yang mendorong ketiga bersaudara itu mengucilkan Siboru Pareme ke hutan belantara. Mereka mengharapkan bahwa suatu saat Saribu Raja
akan datang untuk menjenguknya. Mereka sepakat menangkap Saribu Raja untuk ditanyakan tentang keberadaan barang-barang pusaka keluarga tersebut. Akan
tetapi, Saribu Raja telah lebih dulu raib bagaikan ditelan bumi. Menghilangnya Saribu Raja mendorong saudara-saudaranya untuk mengucilkan Siboru Pareme
untuk dibuang ke hutan belantara. Motif pengucilan ini sebenarnya adalah untuk menangkap Saribu Raja. Tidak sedikit pun terlintas dalam benak mereka untuk
membuang Siboru Pareme karena bagaimanapun Siboru Pareme adalah saudara mereka juga. Itulah sebabnya mengapa Siboru Pareme hanya dimodali sedikit
makanan dan sebilah pisau kecil. Juga, sebuah gubuk telah didirikan sebelumnya sebagai tempat tinggalnya.
33
Lihat W. M Hutagalung 1991:37.
Universitas Sumatera Utara
61
tidak mengetahui jalan untuk pulang kembali ke kampungnya. Namun ternyata Siboru Pareme melakukan rencana yang telah diajarkan Saribu Raja kepadanya.
Yaitu menjatuhkan beberapa sekam sobuon sedikit demi sedikit dalam perjalanannya menuju hutan belantara supaya Saribu Raja dapat menemukan
tempat pembuangan Siboru Pareme tersebut. Setelah sampai di hutan belantara, saudara-saudaranya menempatkan
Siboru Pareme pada sebuah gubuk tempat peristirahatan Siboru Pareme nantinya. Setelah itu saudara-saudaranya pun meninggalkan Siboru Pareme disitu. Dalam
perjalanan pulang, saudara-saudaranya bersumpah marbulan disitu. Bahwa mereka tidak akan memberitahu kepada siapapun dimana tempat Siboru pareme
dibuang. Bulanlah yang menjadi saksi dalam sumpah mereka pada saat itu. Itulah alasannya sehingga tempat itu disebut dengan Sabulan.
34
Gambar-6: Desa Sabulan Dokumentasi Blessta C. Hutagaol 2015.
Dari kisah inilah lahir pemeo: Dengke ni Sabulan, tu tonggi na, tu tabo na; si ose padan tu ripur na, tu
mago na. Artinya, orang yang mengingkari janji akan hancur-lebur.
Sebulan kemudian datanglah Saribu Raja ke hutan belantara tempat pembuangan dengan mengikuti sekam yang dijatuhkan oleh Siboru Pareme dalam
34
Lihat W. M Hutagalung 1991:38.
Universitas Sumatera Utara
62
keadaan menangis tersedu-sedu karena persediaan makanan mereka telah habis. Sehingga mereka memutuskan untuk pindah dari tempat tersebut dan mendirikan
sebuah gubuk di tempat mereka yang baru. Namun dalam perjalanan, mereka bertemu dengan Harimau babiat sitelpang yang meminta bantuan kepada
mereka untuk mengeluarkan sebuah tulang yang tersangkut di kerongkongannya. Sehingga membuat hubungan mereka dengan harimau tersebut menjadi akrab dan
sangat baik terhadap mereka. Bukti balas budi harimu tersebut adalah dengan membawa daging hasil buruannya untuk menjadi persediaan makanan Saribu raja
dan Siboru Pareme selama di hutan itu. Diantara Saribu Raja dan harimau tersebut disepakatilah sebuah janji. Mereka bersumpah sabulan untuk tidak saling
menyakiti antara keturunan Saribu Raja dengan harimau tersebut.
35
Setelah sebulan kemudian lahirlah anak Siboru Pareme yang diberi nama Si Raja Lontung di sebuah tempat yang bernama Banua Raja.
2. 15. 2 Lahirnya Si Raja Lontung dengan Si Raja Borbor
36
Gambar-7: Banuaraja Dokumentasi Blessta Hutagaol 2015.
Keterangan: Banua Raja terdapat di balik gunung tersebut. Harimau itu juga turut serta dalam membantu Siboru Pareme dalam
membesarkan anak tersebut. Di hutan belantara itulah, dari kecil hingga dewasa, Si Raja Lontung dibesarkan alam, dilatih menaklukkan hutan oleh Ibundanya
Siboru Pareme dan Harimau itulah yang menjadi sahabatnya. Saribu Raja
35
Lihat W. M Hutagalung 1991:39.
36
Banuaraja adalah perkampunganawal Si Raja Lontung.
Universitas Sumatera Utara
63
memiliki sifat yang suka mengembara dan tak ingin hanya berdiam lama-lama pada satu tempat. Melihat keadaan itu Saribu Raja yakin untuk meninggalkan
Siboru Pareme bersama harimau tersebut untuk membesarkan anaknya yaitu Si Raja Lontung. Sebelum pergi, Saribu Raja juga sempat memberikan sebuah cincin
kepada Siboru Pareme agar diberikan kelak setelah Si Raja Lontung tumbuh dewasa.
37
Saribu Raja pergi mengembara ke sebuah tempat yang dikelilingi oleh hutan belantara. Disana dia bertemu dengan Nai Mangiring laut yang kemudian
dijadikannya sebagai isterinya. Saribu Raja dan Nai Mangiring Laut memiliki keturunan yaitu seorang anak yang bernama Raja Borbor.
Menurut W.M Hutagalung 1991:44 anak Saribu Raja ada tiga orang. Yang ketiga lahir dari Babiat Harimau. Namun tidak dijelaskan ibunya dari
mana. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini: Mangihuthon baritana adong do tolu anak ni Saribu Raja. Ia na patoluhon
digoari do tubu ni Babiat. Artinya: Berdasarkan cerita ada tiga orang anak Saribu Raja. Yang ketiga
tersebut lahir dari Babiat Harimau Bagan-4: Isteri dan Anak Saribu Raja
Sumber: W.M Hutagalung 1991:44
37
Lihat W. M Hutagalung 1991:39
SARIBU RAJA INA I SIBORU PAREME
RAJA LONTUNG INA II NAI MANGIRING LAUT
RAJA BORBOR INA III ?
BABIAT
Universitas Sumatera Utara
64
2. 15. 3 Pernikahan Si Raja Lontung dengan Siboru Pareme
Si Raja Lontung menjalani kehidupan yang bahagia bersama ibunya yaitu Siboru Pareme. Setelah dewasa, Si Raja Lontung ingin mencari pasangan hidup.
Dia ingin mencari paribannya, putri dari Pamannya putri dari Saudara laki-laki ibunya, untuk dijadikan istri, atau parsinonduk bolon. Siboru Pareme takut
menunjukkan keberadaan dari keluarga yang sebenarnya yang pernah diusir oleh Ibotonya saudaranya. Akhirnya Siboru Pareme mencari akal, dia menyuruh
anaknya Si Raja Lottung ke sebuah permandian, yang sekarang dikenal dengan Aek sipitu dai tujuh rasa, dulu tempat pemandian boru pareme.
Gambar -8: Aek Sipitu Dai Dokumentasi Blessta C. Hutagaol 2015
Siboru Pareme memberi arahan pada anaknya: “Anakku, pergilah ke pemandian yang ada di sana, tempat putri pamanmu mandi. Carilah yang mirip
Universitas Sumatera Utara
65
seperti ibumu ini, tegurlah dia, sampaikanlah pesanku ini lalu pasangkanlah cincin ini ke jarinya sambil memberikan cincinnya. Bila cincin ini cocok di jarinya,
itulah paribanmu atau anak dari pamanmu, lalu ajak dan bawa lah dia ke sini”. Begitulah pesan dari Siboru Pareme.
38
Maka berangkatlah Si Raja Lontung menuju ke Aek Sipitudai tersebut. Namun tanpa sepengetahuan Si Raja Lontung, ibunya pun langsung pergi
mendahului Si Raja Lotung ke Aek Sipitudai dengan melintasi jalan lain. Dengan waktu yang sudah diatur, sampailah ibunya terlebih dahulu ke Aek Sipitudai
tersebut dan mandi sembil menunggu datangnya Si Raja Lontung yang kini sudah menjadi pria dewasa. Sampai di pancuran Aek Sipitudai, Si Raja Lontung sontak
heran melihat gadis persis seperti ibunya. Si Raja Lontung mendekati perempuan yang sedang mandi itu. Ditemuinyalah perempuan tersebut dan ditegurnya, seperti
pesan ibunya Siborupareme, Perempuan yang sedang mandi itu tidak lain adalah ibu kandung si Raja Lottung sendiri, Siboru Pareme memang terlihat cantik dan
tidak terlihat seperti ibu-ibu pada saat mereka berjumpa disitu. Dia melakukan semua yang disampaikan oleh ibunya sebelumnya dan semuanya cocok dengan
yang diisyaratkan oleh ibunya sebelumnya. Lalu, dipasangkanlah cincin yang dibawanya pada tangan perempuan itu. Perempuan itu lantas dibawa oleh Si Raja
Lontung dan dijadikannya menjadi istri.
39
Kalau pun akhirnya Siboru Pareme mengambil keputusan yang bertolak belakang dengan adat-kebiasaan manusia dengan menikahi anaknya sendiri, hal
38
Berdasarkan tulisan dalam Muara Nauli blog yaitu:https:jtonang.wordpress.comtarombo-bataksejarah-boru-pareme-lottung-si-sia-sada-ina.
Diakses tanggal 29 April 2015.
39
Berdasarkan hasil Wawancara dengan Marsius Sitohang pada tanggal 19 Maret2015.
Universitas Sumatera Utara
66
itu merupakan pemikiran yang dilatarbelakangi oleh keadaan mereka pada saat itu yang amat sulit yaitu diasingkan oleh saudara-saudaranya di sebuah hutan
belantara karena melakukan tindak sumbang hingga mengandung Si Raja Lontung. Pertimbangannya ialah karena anak tunggalnya tersebut telah dipelihara
dengan taruhan nyawa. Siboru Pareme tak ingin anaknya itu dibiarkan dalam kesendirian hingga mate punu mati tanpa keturunan Siboru Pareme mengadu
kepada Mulajadi Nabolon. Dia bertekad bahwa dirinya tidak akan membiarkan anaknya hidup sebatang kara dan mati tanpa meninggalkan keturunan, sekalipun
untuk itu harus dia bayar dengan harga yang sangat mahal. Jalan pemikiran inilah yang mendorong Siboru Pareme untuk memperdaya anaknya dengan
menyuruhnya pergi untuk menemui pariban-nya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Desa yaitu Bapak Rajo
Sinaga
40
40
Salah satu aparat desa di Desa Sabulan.
, setelah berumahtangga dengan Si Raja Lontung, akhirnya Siboru Pareme pun mengungkapkan rahasia yang selama ini disimpannya. Bahwa yang
dinikahi oleh Si Raja Lontung adalah ibu kandungnya sendiri yaitu Siboru Pareme. Sehingga merekapun bersumpah marsabulan untuk tidak mengungkit
lagi rahasia tentang Si Raja Lontung yang mendapat pesan ibunya untuk menikahi paribannya namun ternyata jadi menikahi ibu kandungnya sendiri yaitu Si Boru
Pareme. Tempat mereka ketika melakukan sumpah itu adalah tepatnya dihadapan sebuah batu di Desa Sabulan Kecamatan Sititotio Kabupaten Samosir yang kini
disebut sebagai Batu Parpadanan Perjanjian Siboru Pareme dengan Si Raja Lontung.
Universitas Sumatera Utara
67
Gambar-9: Batu Parpadanan Siboru Pareme dengan Si Raja Lontung. Dokumentasi Blessta C. Hutagaol 2015.
Begitulah silsilah Siboru Pareme yang telah menikah dengan saudaranya sendiri ibotonya dan selanjutnya dengan terpaksa harus dinikahi oleh anaknya
sendiri Si Raja Lottung.
2. 15.4 Keturunan Si Raja Lontung
Hasil dari perkawinan mereka lahirlah anak-anak dari Si Raja Lottung yang dikenal dengan “Lontung Si Sia Sada Ina”. Lontung Si Sia Sada Ina,
memiliki pengertian yang sangat mendalam, yaitu sembilan sia orang bersaudara yang memiliki satu ibu marinahon bernama Si Boru Pareme. Kesembilan orang
yang dimaksud adalah: terdiri dari delapan orang 7 putra dan 1 putri = 8 orang anak dari Siboru Pareme dari suaminya Si Raja Lontung, ditambah Si Raja
Lontung itu sendiri yang juga anaknya dari suaminya Saribu Raja ibotonya, semuanya menjadi sembilan orang dari seorang ibu yang bernama Siboru pareme.
Universitas Sumatera Utara
68
Ketujuh putra dari Si Raja Lottung tersebut adalah: Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang dan Siregar.
Putri dari Si Raja Lottung, pernah kawin 2 dua kali, yang pertama dengan marga Sihombing dan disebut dengan Si Boru Anak Pandan, dan
kemudian kawin lagi dengan marga Simamora karena suami pertamanya meninggal dunia, dan disebutlah dia dengan nama atau gelar baru yaitu Si Boru
Panggabean dia gabe atau terberkati setelah menikah lagi.
41
1. Sinaga
Demikian juga tertulis dalam buku Peraturan Kepala Desa Sabulan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pembangunan Desa RKP-Desa Desa
Sabulan 2012 pada bab II bagian sejarah desa. Putri Si Raja Lontung dijelaskan seperti berikut ini:
Desa Sabulan adalah desa yang sangat bersejarah bagi seluruh orang Batak secara khusus bagi keturunan pomparan Op. Siboru Pareme dan Op.
Siraja Lontung yaitu: 7 orang putera dan 1 putri. Keturunannya terdiri dari:
2. Situmorang
3. Pandiangan
4. Nainggolan
5. Simatupang
6. Aritonang
7. Siregar
8. Siboru Anak Pandan
Jadi keturunan dari Si Raja Lontung dapat dijelaskan menurut tabel dibawah ini.
41
Berdasarkan hasil wawancara dengan Berlian Limbong pada tanggal 16 Februari 2015.
Universitas Sumatera Utara
69
Bagan-5: Keturunan Si Raja Lontung
Sumber: W. M. Hutagalung 1991:63
2. 15. 5 Sekilas tentang marga keturunan Lontung
Ketujuh putra dari Si Raja Lottung tersebut adalah: Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang dan Siregar dan seorang
Puterinya yang bernama Siboru Anak Pandan dan setelah menikah kedua kalinya namanya menjadi Siboru Panggabean.
1. Toga Sinaga.Sampai sekarang masih ada perbedaan pendapat tentang
anak tertua Si Raja Lontung, apakah Toga Sinaga atau Tuan Situmorang. Sebagian orang mengatakan bahwa Toga Sinagalah yang tertua, tetapi
Tuan Situmorang lebih dahulu menikah, sedangkan Toga Sinaga belum juga. Karena belum mendapat wanita untuk isterinya, Sinaga berkata
kepada Situmorang supaya dijodohkan dipadomu-domu dengan adik LONTUNG
TUAN SITUMORANG TOGA SINAGA
TOGA PANDIANGAN TOGA NAINGGOLAN
SIMATUPANG ARITONANG
SIREGAR SI BORU ANAK PANDAN
SIBORU PANGGABEAN
Universitas Sumatera Utara
70
isterinya. Situmorang menyetujui permintaan Sinaga namun dengan syarat Sinaga harus memanggil abang kepada Situmorang. Jadilah Sinaga kawin
dengan adik isteri adik ipar Situmorang, dan oleh karena itulah antara Sinaga dan Situmorang saling memanggil abang pada acara-acara
tertentu.
42
Sinaga memiliki tiga orang anak yaitu Ompu sapaan untuk leluhur Raja Bonar, Ompu Ratus dan Sagiulubalang. Ompu Raja Bonar
mempunyai tiga orang anak, salh satunya bernama Raja Pande, Selanjutnya, Raja Pande mempunyai anak yang bernama Palti Raja. Kerap
kali Toga Sinaga disebut juga dengan Ompu Palti Raja. Dari Sinaga lahir marga-marga cabang yaitu Simanjorang, Simandalahi dan Barutu.
2. Tuan Situmorang.Tuan Situmorang keturunannya bermarga Situmorang.
Tuan Situmorang adalah anak yang pintar, cerdas, pemberani, disayangi ayahandanya Si Raja Lontung karena kelahiran Situmorang memberi
pencerahan bagi kehidupan di keluarga Si Raja Lontung pada saat itu. Atas dasar itulah maka Si Raja Lontung memberi nama anaknya Tumorang
artinya terang Ompu Tuan Situmorang. Ia memiliki dua orang anak yang bernama Panopa Raja dan Ompu Pangaribuan. Dari keturunan Situmorang
lahir marga-marga cabang Lumbanpande, Lumban Nahor, Suhutnihuta, Siringoringo, Sitohang, Rumapea, Padang, dan Solin.
3. Toga Pandiangan.Toga Pandiangan merupakan anak ketiga dari Si Raja
Lontung. Sesuai dengan tulisan W.M Hutagalung 1991:86 Pandiangan
42
Dikutip dari pomparanrajanaiambaton.blogspot.com201107sejarah-dan-legenda- pomparan-si-raja.html?m=1. Diakses tanggal 6 Juni 2015.
Universitas Sumatera Utara
71
bermukim di kampung Pandiangan, Palipi, Pulau Samosir. Anaknya hanya satu yaitu bernama Guru Mombangpilian atau disebut juga Datu Ronggur.
Dari keturunan Pandiangan lahir marga-marga cabang yaitu Samosir, Gultom, Pakpahan, Sidari, Sitinjak dan Harianja.
4. Toga Nainggolan.Anak dari Toga Nainggolan ada dua yaitu Rumahombar
dan Si Batu. Tempat pemukimannya di Nainggolan Pulau samosir.
43
5. Simatupang.Simatupang memiliki tiga orang anak yaitu bernama
Togatorop, Sianturi dan Siburian. Mereka bermukim di Pulau Sibandang. 6.
Aritonang.Aritonang memiliki tiga orang anak yang bernama Ompu Sunggu, Raja Gukguk dan Simaremare.
7. Siregar. Mulanya Siregar bertempat tinggal di Aeknalas, Sigaol.
Kemudian berpencar dan bermukim di Muara. Ditempat ini dia memiliki keturnan yaitu empat orang anak yang bernama Silo, Dongoran, Silali, dan
Siagian. 8.
Siboru Anak Pandan. Putri satu-satunya Si Raja Lontung ini pertama kali menikah dengan marga Sihombing. Namun Sihombing meninggal dunia.
Sehingga Siboru Anak Pandan melakukan pernikahan kedua kalinya dengan marga Simamora. Sehingga mulai sejak itu namanya pun berubah
menjadi Siboru Panggabean. Artinya dia gabe mendapat berkat setelah menikah lagi. Sihombing dan Simamora dilahirkan dari Toga Sumba atau
dari keturunan Raja Isumbaon.
44
43
Lihat W.M hutagalung 1991:99.
44
Lihat Vergouwen 1986:17.
Universitas Sumatera Utara
72
2.15.6 Tempat pemukiman marga keturunan Lontung: