152
BAB V PENUTUP
Berdasarkan data-data yang telah dinalisis pada bab-bab sebelumnya maka penulis memperoleh kesimpulan sejarah asal-usul Si Raja Lontung, analisis teks
dan musik Ende Tarombo Si Raja Lontung beserta komparasi kedua penyaji. Akan disertai juga dengan saran-saran kepada subyek-subyek yang memiliki
hubungan dengan keberadaan Ende Tarombo Si Raja Lontung ini terutama untuk strategi pengembangan dan pemeliharaan revival.
5.1. Kesimpulan 1.
Berdasarkan sejarah asal-usulnya, Si Raja Lontung merupakan hasil pernikahan incest sedarah antara Saribu Raja dengan adik kembarnya
Siboru Pareme. Pernikahan itu terjadi dikarenakan keadaan pada saat itu jumlah manusia masih terbatas. Karena melakukan pernikahan yang
melanggar hukum adat, Siboru Pareme dibuang ke sebuah hutan belantara tombak longo-longo oleh saudara-saudaranya. Di hutan itulah Siboru
Pareme melahirkan anaknya yang diberi nama Si Raja Lontung. Namun kembali lagi terulang pernikahan incest sedarah. Dimana Si Raja
Lontung menikahi ibunya sendiri yaitu Siboru Pareme. Meski demikian, keturunan Si Raja Lontung tetap diberkati oleh Sang Kuasa. Dari
pernikahannya tersebut, Si Raja Lontung memiliki tujuh orang putera dan satu orang puteri yaitu: Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan,
Simatupang, Aritonang, Siregar, dan anak perempuan satu-satunya yang bernama Siboru Anak Pandan atau Siboru Panggabean.
Universitas Sumatera Utara
153
2. Berdasarkan analisis semiotik teks Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh
kedua penyaji, teksnya memang memiliki beberapa perbedaan yaitu dalam jumlah bait lagu dan pemakaian kata atau teks. Namun secara konseptual,
keseluruhan teksnya mengandung visi, misi dan isi yang sama. Yaitu tentang riwayat Si Raja Lontung yang merupakan sebagai marga induk
untuk menurunkn marga-marga pada masyarakat Batak Toba yaitu Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, Siregar,
Sihombing Simamora. Sehingga turunannya kerap disebut Lontung Si Sia Marina Pasia Boruna Sihombing Simamora. Juga terdapat teks yang
mengandung legenda tentang marga dan kepercayaan terhadap kesaktian. 3.
Berdasarkan analisis musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung, maka dapat disimpulkan bahwa nyanyian ini merupakan jenis nyanyian strofik, yaitu
bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda.
4. Setelah dianalisis, terdapat perbedaan melodi yang dilakukan oleh kedua
penyaji terhadap Ende Tarombo Si Raja Lontung. Seperti tangga nada, nada dasar, jumlah interval, wilayah nada, jumlah pemakaian nada, pola
kadensa, formula melodi dan konturnya. Terjadinya perbedaan melodi Ende Tarombo Si Raja Lontung disebabkan karena topiknya memang
sama namun disajikan oleh dua orang yang berbeda. Apalagi proses belajar atau transmisi musikal kedua orang itu juga berbeda. Hal itulah
yang menyebabkan munculnya perbedaan tersebut. Namun hal ini baiknya
Universitas Sumatera Utara
154
dipandang sebagai variasi atau garapan terhadap perkembangan Ende Tarombo Si Raja Lontung.
5.2 Saran Ende Tarombo Si Raja Lontung ini merupakan salah satu nyanyian tentang
silsilah atau marga pada masyarakat Batak Toba. Sebagai salah satu aset seni budaya pada masyarakat Batak Toba, penulis menyarankan agar nyanyian seperti
ini seharusnya didokumentasikan baik itu dalam bentuk tertulis karya ilmiah, skripsi atau media digital rekaman audio atau video. Sehingga nyanyian
tersebut tidak punah, karena telah ada bentuk dokumentasinya. Selain itu, dokumentasinya juga dapat bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat
yang ingin mengetahui serta mempelajari Ende Taromboini. Penulis juga menyarankan agar beberapa Ende Tarombo lainnya pada
masyarakat Batak Toba, secara khusus Ende Tarombo Si Raja Lontung dapat dipelihara dan dikembangkan oleh segenap warga etnis Batak Toba. Bentuk
pengembangannya dapat dilakukan dengan menyajikan Ende ini pada beberapa acara yang sesuai dengan konteksnya misalnya acara perkumpulan marga, pada
acara pernikahan dan yang lainnya. Boleh juga memadukan beberapa tarombo marga menajdi sebuah satu bentuk yang baru, atau menciptakan komposisi
melodi yang baru dengan teks berdasar kepada tarombo jenis ini. Penulis juga berharap, suku Batak Toba sebagai pendukung dan pemilik
kebudayaan dapat meregenerasikan kebudayaannya kepada keturunannya khususnya Ende Tarombo Si Raja Lontung ini dengan tetap menjalankannya
Universitas Sumatera Utara
155
sesuai dengan adat-istiadat yang terdapat dalam Suku Batak Toba.Oleh karena itu penulis menyarankan dan mengharapkan kepada siapa saja yang berminat untuk
melanjutkan penelitian ini untuk lebih mendalam lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan Etnomusikologi dan sebagai dokumentasi data mengenai
kebudayaan musikal yang berkaitan dengan Ende Tarombo Si Raja Lontung. Keseluruhan saran tersebut berguna supaya memberikan rangsangan moral
dan material kepada seniman-seniman yang terlibat dalam pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan tradisional Batak Toba secara umum dan khususnya
pada EndeTarombo ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan secara khusus dalam bidang Etnomusikologi.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB II SEJARAH DAN ASAL-USUL SI RAJA LONTUNG