Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

130 yang diberikan sangat minim, dan pertanggungjawaban juga sangat minim. Hal ini terlihat dari implementor yang tidak menjalankan program sesuai dengan aturan yang berlaku. Pendamping mengambil alih tanggung jawab yang seharusnya dijalankan oleh penerima bantuan, terutama dalam penggunaan dana yang minim juga dengan pengawasan yang minim pula. Realitas ini tentu saja menjadi penghambat dalam banyak hal implementasi kebijakan. Sesuai dengan teori Grindle yang menyatakan bahwa tersedianya sumber daya yang dibutuhkan seperti tenaga kerja, keahlian, dana dan sarana akan mempermudah implementasi kebijakan.

b. Variabel konteks implementasi context of implementation

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

Pada tingkatan Dinas Sosial Kabupaten Deli Serdang, peneliti tidak melihat adanya conflict of interest pada personil yang terlibat. Semua dari mereka lakukan semata-mata untuk mensukseskan pelaksanaan program. Usulan calon penerima bantuan mereka sampaikan apa adanya. Tidak ada titipan atau campur tangan dalam hal ini. Ketika dalam wawancara peneliti menanyakan apakah dalam penentuan penerima bantuan mereka perlu konsultasi kepada atasan, informan 1 menyatakan tidak ada konsultasi lagi. Karena Dinas Sosial sudah mempunya data baik dari Kementerian Sosial dan data dari tiap Kecamatan. Adanya faktor kepentingan justru terlihat pada aparat desa setempat. Karena adanya hubungan, kuat dugaan kepala desa dan pendamping mengakomodir kepentingan mereka. Hal ini terbukti dengan adanya pengakuan dari informan 4 bahwa telah terjadi pemberian bantuan yang tidak tepat sasaran, Universitas Sumatera Utara 131 yaitu kepada penerima yang sebenarnya memiliki rumah lain yang masih layak. Hal ini juga tidak dibantah oleh informan 2, bahwa ada bantuan yang tidak tepat sasaran, namun beliau masih menganggap itu kesalahan kepala desa yang meloloskan calon penerima dari desanya tersebut. Padahal kenyataannya informan 2 juga memiliki wewenang untuk memverifikasi ulang data yang telah diberikan oleh kepala desa. Hal ini menimbulkan kekecewaan warga lain yang memiliki rumah yang tidak layak huni yang memang lebih layak untuk mendapatkan bantuan tersebut. Masuknya kepentingan aparat desa dan pendamping dalam proses pendataan menyebabkan keluarga miskin yang ditetapkan menjadi kurang tepat. Sehingga tujuan semula program RS-RTLH untuk mengurangi jumlah rumah tidak layak huni masyarakat miskin menjadi terganggu. Hal ini membuktikan pendapat Grindle bahwa kekuasaan dan kepentingan serta strategi aktor yang terlibat dapat membuat implementasi berjalan baik atau tidak

5.2 Faktor-faktor yang mendukung Implementasi Kebijakan RS-RTLH di Kecamatan Pantai Labu