59
sakit biasa seperti demam dan flu mereka hanya mengonsumsi obat obat biasa yang bisa di beli di warung warung tanpa harus ke klinikpuskesmas.
Ilham dan keluarga nya juga jarang membeli pakaian, mereka membeli pakaian biasanya pada saat hari besar seperti hari raya Idul Fitri, mereka berpendapat
bila pakaian mereka masih layak pakai maka tidak perlu beli yang baru karena hal tersebut merupakan pemborosan mengingat kondisi ekonomi yang mereka hadapi.
Menurut Ilham, dampak dari kebijakan ini sebenarnya mengarah positif terhadap sosial ekonomi nelayan-nelayan tradisional jika kebijakan ini dilaksanakan
dengan baik. Tetapi karena tidak dijalankan dengan baik maka kebijakan ini menjadi negatif terhadap para nelayan tradisional. Kemudian nelayan tradisional juga
meminta kepada aparat agar benar-benar melaksanakan kebijakan tersebut. Karena selama ini, nelayan tradisional di kelurahan ini dari tahun ke tahun terus menjadi
korban pembiaran bagi kapal-kapal dengan alat tangkap trawl dan cantrang.
5.2.2 Informan Utama 2
Nama : Yus
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Riwayat pendidikan : SD Agama
: Islam Suku
: Melayu Bapak Yus merupakan seorang nelayan tradisional, ia memiliki istri dan 3
orang anak. Anak pertama sudah tidak bersekolah lagi karena sudah bekerja, anak kedua masih SMA kelas 2 dan anak ketiga SMP kelas 2. Saat peneliti mendatangi
lokasi penelitian untuk wawancara beliau sedang duduk di perahu miliknya sembari
Universitas Sumatera Utara
60
menunggu uang hasil ikannya dari toke. Pak Yus sudah 40 tahun menjadi nelayan, ia bertahan menjadi nelayan dikarenakan tidak ada lagi pekerjaan yang sesuai dengan
pendidikannya yang hanya tamatan SD. Untuk sekali pergi melaut ia membutuhkan waktu 4 jam, karena tempat ia menangkap ikan tidak terlalu jauh dari darat. Bapak
Yus melaut dengan kapal miliknya yang sudah tua dan tidak pernah ada bantuan perahu dari pemerintah, bapak Yus juga melaut sendirian. Pendapatan yang diterima
bapak Yus tidak tentu, kira-kira ia bisa mendapat 150 ribu sampai 250 ribu perminggu dari hasil ikan kakap yang pak Yus tangkap. Sebagai nelayan, Pak Yus
selalu mendapat kendala-kendala di laut seperti kencangnya angin dan bahkan jaringnya di curi dengan orang. Hal ini sesuai yang dikatakan informan
“Saya sudah lama menjadi nelayan, kira-kira udah 40 tahunan. Saya tetap menjadi nelayan karena tidak ada lagi pekerjaan yang lain didaerah pesisir
gini dek. Walaupun dilaut saya sering mendapatkan kendala-kendala seperti jaring saya dicuri orang tapi saya tetap bertahan menjadi nelayan
disini.” Saat menangkap ikan-ikan di laut, Pak Yus menggunakan alat tangkap jaring
atung. Berdasarkan kebijakan menteri No. 02 Tahun 2015 tentang larangan alat tangkap cantrang, Pak Yus mengetahui tentang kebijakan tersebut. Tetapi dari pihak
Dinas Pertanian dan Kelautan tidak pernah mensosialisasikan kebijakan tersebut kepada mereka para nelayan dan tidak adanya sanksi yang diberikan kepada nelayan
yang melanggar kebijakan tersebut. Pak Yus pun menyayangkan tidak adanya pergerakan dari instansi yang terkait. Dalam mencari mata pencaharian, ia
menerapkan kebijakan ini walaupun tidak adanya sosialisasi dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan maupun dari instansi lainnya. Karena ia masih menggunakan
Universitas Sumatera Utara
61
jaring untuk menangkap ikan dan ia memang tidak pernah memakai alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti cantrangpukat layang. Hal ini seperti yang
dikatakan informan ” Sehari-hari untuk mendapatkan ikan saya memakai alat tangkap jaring
atung. Kalau tentang peraturan menteri kelautan itu saya tau dek, tapi dari pihak Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan tidak pernah ada
mensosialisasikan kebijakan tentang larangan alat tangkap cantrangpukat layang itu disini dek dan tidak adanya sanksi yang
diterapkan. Mereka cuma omongan aja dek tapi tidak pernah diterapkan disini. Meskipun tidak adanya sosialisasi tentang larangan alat tangkap
cantrangpukat layang itu, saya menerapkan kebijakan tersebut dalam mencari mata pencaharian saya sehari-sehari, karena saya cuma
menggunakan jaring tradisional dan dari dulu saya tidak pernah menggunakan alat tangkap yang merusak ekosistem laut itu.”
Bapak Yus menyetujui dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, karena dengan kebijakan ini bisa menghentikan
pengoperasian alat tangkap yang merusak biota dalam laut. Dengan adanya kebijakan ini bukan makin sedikit pengoperasian alat tangkap cantrang pukat layang tetapi
semakin banyaknya alat tangkap ini. Sehingga pendapatan bapak Yus pun berpengaruh karena alat tangkap cantrangpukat layang masih tetap beroperasi.
Berikut penuturannya “Saya sebagai nelayan disini menyetujui dengan adanya kebijakan ini dek,
karena kebijakan ini bisa menghentikan pengoperasian alat tangkap yang merusak ekosistem laut. Dan kebijakan ini berpengaruh terhadap
Universitas Sumatera Utara
62
pendapatan saya dek, karena dengan adanya kebijakan ini bukan makin sedikit pengoperasian alat tangkap cantrang pukat layang tetapi semakin
banyaknya alat tangkap ini.” Istri bapak Yus yaitu ibu Nur membantu perekonomian keluarga dengan
bekerja sebagai penjual sayur di pasar Bagan Deli yang tidak jauh dari rumah mereka. Penghasilan yang tidak tentu berkisar Rp. 1.000.000,00 per bulannya
pendapat tersebut sudah termasuk modal didalamnya, ibu Nur pun masih bisa menabung tetapi tidak tentu berapa yang ia tabung bila ada uang lebih ia tabung
namun jarang tersimpan karena tabungannya sering habis untuk membayar kebutuhan lainnya. Jika sewaktu-waktu ia kekurangan biaya, ia meminjam kepada
kerabat atau tetangganya. Sebab disini tidak tersedianya koperasi untuk keluarga para nelayan. Ia juga tidak memiliki keterampilan lain yang dapat membantu ekonomi
keluarga nya. Ia berjualan sayur dari pagi hingga habis dagangannya. Berikut penuturan ibu Nur saat diwawancarai ditempat berbeda:
“Untuk membantu ekonomi keluarga saya kerja jualan sayur di pasar Bagan Deli dari pagi sampai habis dagangan saya namun kadang sering juga tidak
habis jadi saya bawa pulang karena tidak mungkin saya paksakan juga harus sampai habis saya harus mengurus anak saya dirumah”
Rumah yang mereka tempati merupakan milik pribadi yang termasuk tipe rumah semi permanen dengan dinding yang sebagian terbuat dari semen juga
sebagian lagi masih terbuat dari papan lantai yang sudah di plester juga atap yang terbuat dari genteng. Mereka juga jarang membeli baju untuk keluarganya mereka
membeli baju biasanya pada saat hari raya Idul Fitri saja, keluarga ini tidak punya tabungan khusus untuk membeli pakaian untuk keluarganya. Berikut penuturannya:
Universitas Sumatera Utara
63
“Saya jarang beli pakaian, paling kalo beli pakaian pas hari raya Idul Fitri saja kadang diluar itu juga namun sangat jarang, saya tidak punya tabungan
khusus untuk membeli pakaian paling kalau ada uang lebih baru saya belanjakan untuk pakaian”.
Keluarga ini juga ikut kedalam program jaminan kesehatan BPJS dari pemerintah hal ini juga membantu mereka karena mereka punya jaminan kesehatan
bila ada keluarganya yang sakit mereka bisa berobat. Namun bila hanya sakit biasa seperti demam dan flu keluarga ini hanya minum obat obat biasa yang bisa dibeli di
apotik dan warung warung. Mereka juga tidak menyediakan tabungan khusus untuk kesehatan.
Bapak Yus dan keluarganya makan 3 kali sehari, anak anaknya juga jarang jajan diluar mereka lebih memilih makan dirumah daripada jajan dikarenakan
mereka juga menasehati anak anaknya kalau bisa jangan banyak jajan diluar karena tidak baik untuk kesehatan mereka juga nantinya. Ibu Nur tidak memahami tentang
gizi mereka juga belum pernah mengikuti sosialisasi tentang gizi, pengetahuan soal gizi yang mereka dapat hanya melalui televisi dan dari saran yang didapat saat
kumpul dengan tetangga tetangga. Kendala yang mereka hadapi dalam memenuhi gizi keluarganya ialah kondisi ekonomi atau penghasilannya yang kurang untuk
membeli multivitamin dan lainnya. Bapak Yus dan istrinya memiliki keinginan kuat untuk pendidikan anaknya,
karena menurut mereka pendidikan sangat penting untuk anaknya kelak. Meskipun dari keluarga nelayan, tetapi mereka punya keinginan untuk menyekolahkan anaknya
sampai Perguruan Tinggi. Mereka juga sudah mulai menabung untuk pendidikan anaknya yang kedua, untuk masuk Sekolah Menengah Pertama SMP.
Universitas Sumatera Utara
64
Menurut Pak Yus sebagai nelayan tradisional tekanan krisis memang terasa makin berat tatkala jumlah ikan yang ada di perairan sekitar mereka makin lama
makin langka semenjak adanya alat tangkap cantrang yang digunakan oleh nelayan modern, dan hasil tangkapan mereka makin lama makin menurun.
5.2.3 Informan Utama 3