72
Kendala yang mereka hadapi dalam memenuhi gizi keluarganya ialah kondisi ekonomi atau penghasilannya yang kurang untuk membeli multivitamin dan lainnya.
Ibu Herlina dan keluarga mengikuti jaminan kesehatan dari pemerintah, ia tidak memiliki tabungan khusus untuk kesehatan keluarganya, untungnya hingga saat
ini keluarga nya tidak pernah sakit yang berat, biasanya kalau sakit hanya demam dan flu atau pilek, jika begitu mereka hanya mengonsumsi obat obatan yang bisa di
beli di warung atau klinik. Keluarga bapak Darma jarang membeli pakaian baru biasanya mereka
membeli pakaian hanya pada saat Hari Raya Idul Fitri karena menurut mereka pakaian yang mereka pakai masih layak dan nyaman untuk dipakai dan juga
merupakan hal yang terlalu boros melihat kondisi ekonomi keluarga mereka. Saat peneliti menanyakan tentang pentingnya pendidikan untuk keluarganya, bapak darma
mengatakan bahwa pendidikan sangat penting untuk keluarganya ia sebisa mungkin berjuang guna pendidikan anak anaknya ia tidak ingin anak anaknya sampai tidak
sekolah, menurut nya pendidikan yang membuat pola pikir anak anaknya baik dalam berpikir dan berprilaku ia ingin anak anaknya berpendidikan lebih darinya.
Menurut bapak Darma menjadi nelayan itu tidaklah mudah. Ia harus berhadapan dengan pemerintah jika kebijakan larangan penggunaan alat tangkap
cantrangpukat layang ini dilaksanakan di tempat ia mencari ikan. Sebab dari alat tangkap itulah ia mencari nafkah untuk keluarganya.
5.2.5 Informan Kunci
Nama : Rakhmawati
Usia : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Universitas Sumatera Utara
73
Jabatan : Kepala Seksi Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap
Ibu Rakhmawati merupakan kepala seksi yang mempunyai tugas untuk peningkatan produksi perikanan tangkap. Menurutnya, kebijakan larangan
penggunaan alat tangkap cantrang ini mempunyai tujuan untuk menjaga sumber daya laut yang berkelanjutan. Karena alat tangkap ini telah mengakibatkan menurunnya
sumber daya ikan dan mengancam kelestarian lingkungan sumber daya ikan. Mereka juga sudah mensosialisasikan tetapi hanya kepada pengusaha-pengusaha perikanan di
Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan saja tidak turun langsung ke laut sehingga para nelayan tradisional tidak mengetahui adanya sosialisasi. Mereka
mensosialisasikan kebijakan ini dengan cara mengadakan pertemuan saja lalu mereka menerangkan kepada lainnya. Sumber daya manusiapegawai untuk melaksanakan
kebijakan ini belum sesuai dengan kebutuhan, jadi mereka memerlukan kerjasamanya agar kebijakan ini bisa terlaksana dengan baik. Orang-orang yang
terlibat atau instansi yang terlibat dalam pencapaian kebijakan menteri ini adalah Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
dan Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan. Pengawasan dan pengontrolan kebijakan ini belum ada dari Dinas Pertanian
dan Kelautan karena ini tugas dari PSDKP. Dukungan dari masyarakat terhadap kebijakan ini ada. Tetapi mereka cuma bisa menyalurkannya dengan cara mendemo
saja, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak semuanya kebijakan ini dipatuhi, masih banyak nelayan yang tidak mematuhi kebijakan ini tetapi mereka yang tidak
mematuhi kebijakan ini belum mendapatkan sanksi dari pemerintah. Kendala- kendala dalam pelaksanaan kebijakan ini ialah belum cukupnya sumber daya
Universitas Sumatera Utara
74
manusiapegawai untuk melaksanakan nya dan masih banyaknya nelayan yang masih nakal tidak mematuhi peraturan ini.
5.3 Analisis pelaksanaan kebijakan larangan penggunaan alat tangkap