Gerakan kerja Kelelahan mata Pencahayaan Keadaan suhu tempat kerja Keadaan atmosfer Keadaan lingkungan

Tabel 2.2 Besarnya Allowance lanjutan Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban Kelonggaran B. Sikap Kerja 1. Duduk Bekerja duduk, ringan 0,0 – 1,0 2. Berdiri diatas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0 – 2,5 3. Berdiri diatas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat control 2,5 – 4,0 4. Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan 2,5 – 4,0 5. Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 4,0 – 10,0

C. Gerakan kerja

1. Normal Ayunan bebas dari palu 2. Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0 – 5 3. Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0 – 5 4. Pada anggota- anggota badan terbatas Bekerja dengan tangan diatas kepala 5 – 10 5. Seluruh anggota terbatas Bekerja dilorong pertambangan yang sempit 10 – 15

D. Kelelahan mata Pencahayaan

Baik Pencahayaan Buruk 1. Pandangan yang terputus-putus Membawa alat ukur 0,0 – 6,0 0,0 – 5,0 2. Pandangan yang hampir terus menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6,0 – 7,5 6,0 – 7,5 3. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap Pemeriksaan yang sangat teliti 7,5 – 12,0 7,5 – 16,0 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Besarnya Allowance lanjutan Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban Kelonggaran 4. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah- ubah Memeriksa cacat- cacat pada kain 12,0 – 19,0 16,0 – 30,0 5. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus tetap 19,0 – 30,0 6. Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus berubah-ubah 30,0 – 50,0

E. Keadaan suhu tempat kerja

Suhu C Kelelahan manual Berlebihan 1. Beku Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12 2. Rendah 0 – 13 10 - 5 12 – 5 3. Normal 13 – 22 5 – 0 8 – 0 4. Sedang 22 – 28 0 – 5 0 – 8 5. Tinggi 28 – 36 5 – 40 8 – 100 6. Sangat tinggi Diatas 36 Diatas 40 Diatas 100

F. Keadaan atmosfer

1. Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar 2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan 0 – 5 3. Kurang baik Adanya debu-debuan beracun atau tidak beracun 5 – 10 4. Buruk Adanya bau-bauan yang berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat pernafasan 10 – 20 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Besarnya Allowance lanjutan

G. Keadaan lingkungan

1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 – 10 detik 0 – 1 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 – 5 detik 1 – 3 4. Sangat bising 0 – 5 5. Jika faktor-faktor berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0 – 5 6. Terasa adanya getaran lantai 5 – 10 7. Keadaan-keadaan yang luar biasa bunyi, kebersihan, dll 5 – 15 Kontras antara warna hendaknya diperhatikan Tergantung juga pada keadaan ventilasi Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap: Allowance untuk kebutuhan pribadi bagi pria adalah 0 – 2,5 dan wanita adalah 2 – 5. 2.2.5. Presentase waktu produktif dan uji keseragaman data Menurut Sutalaksana et al1979, perhitungan waktu produktif bertujuan untuk mengetahui presentase waktu yang digunakan masing-masing karyawan untuk bekerja selama jam kerja berlangsung. Presentase waktu produktif dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 2.1. + = .0ℎ 2343 − 6+ 702 .0ℎ 82343 2.1 Uji keseragaman data bisa dilaksanakan dengan cara visual dan atau mengaplikasikan peta kontrol control chart. Uji keseragaman data secara visual dapat dilakukan dengan mudah dan cepat dengan melihat data yang terkumpul dan Universitas Sumatera Utara mengidentifikasikan data yang terlalu ekstrim. Data ekstrim adalah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend rata-ratanya. Data ekstrim tidak dimasukkan kedalam perhitungan selanjutnya. Peta kontrol control chart adalah suatu alat yang tepat guna untuk menguji keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan Sutalaksana et al, 1979. Data yang dikatakan seragam adalah data yang berasal dari sistem yang sama berada diantara batas kontrol dan tidak seragam diluar batas kontrol. Adapun perhitungan batas untuk keseragaman data dapat dilihat pada persamaan 2.2 dan 2.3 Montgomery, 1985. 9:6 = 8 + 3 8 1 − 8 3 2.2 9:9 = 8 − 3 8 1 − 8 3 2.3 Dimana: BKA = Batas Kontrol Atas BKB = Batas Kontrol Bawah p = Presentase waktu produktif n = Jumlah pengamatan 2.2.6. Uji Kecukupan Data Menurut Wignjosoebroto 2006, untuk mengetahui jumlah pengamatan yang akan dilakukan telah mencukupi atau tidak, maka dilakukan uji kecukupan data. Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dalam work sampling akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: 1. Tingkat ketelitian dari hasil pengamatan. 2. Tingkat keyakinan dari hasil pengamatan. Dengan asumsi bahwa terjadinya kegiatan seorang pegawai saat bekerja atau menganggur mengikuti pola distribusi normal. Untuk menentukan kecukupan jumlah observasi dapat digunakan persamaan 2.4 Barnes, 1986: Universitas Sumatera Utara ′ = 1 − 8 A 8 2.4 Dimana: N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki, menggunakan 5 p = Presentase waktu produktif k = Tingkat kepercayaan Tingkat kepercayaan 68 memiliki harga k = 1 Tingkat kepercayaan 95 memiliki harga k = 2 Tingkat kepercayaan 99 memiliki harga k = 3 Didalam aktifitas pengukuran kerja umumnya tingkat ketelitian menggunakan nilai 5 dan tingkat kepercayaan sebesar 95. Hal ini menyatakan bahwa sekurang- kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari hasil pengamatan yang dicatat akan memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5. Besar nilai N’ jumlah pengamatan yang harus dilakukan harus lebih kecil dari nilai N jumlah pengamatan yang sudah dilakukan. Apabila kondisi yang diperoleh adalah nilai N’ lebih besar dari N, maka pengamatan harus dilakukan kembali. Sebaliknya jika nilai N’ lebih kecil daripada N, maka pengamatan yang dilakukan telah mencukupi sehingga data bisa memberikan tingkat keyakinan dan ketelitian yang sesuai dengan yang diharapkan.

2.3. Workload Analysis WLA