2. Transportasi Kenyamanan dan efisiensi waktu menjadi tawaran yang menarik untuk pengunaan
RFID pada bidang transportasi, di mana penggunaan sistem identifikasi yang cepat diperlukan. Contohnya adalah penggunaan tag RFID untuk menandai bawaan
penumpang, dan pengganti tiket sehingga dapat mencegah antrian yang panjang Avione, 2004.
3. Keamanan dan Akses Kontrol Contoh aplikasi pada bidang ini adalah sistem keamanan pada mobil, atau fasilitas
tertentu, di mana untuk aplikasi ini diperlukan keamanan dengan level yang tinggi dan tidak mudah ditiru. Untuk kebutuhan ini dapat direalisasikan dengan generasi
kedua tag RFID yaitu Digital Signature Transponder Weis, 2004.
2.5. Indoor Positioning System
Indoor positioning system IPS adalah sebuah sistem penentuan posisi suatu objek didalam sebuah bangunan fisik seperti kantor, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain secara
berkelanjutan dan real time Dempsey, 2003. Indoor positioning system adalah suatu sistem yang dapat menentukan posisi seseorang di dalam suatu ruangan tertutup
atau gedung. Sistem ini selain dapat menentukan posisi, juga dapat menentukan orientasi dan arah pergerakan seseorang Ghose, 2015.
Gu 2009 mengungkapkan bahwa indoor positioning system telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir dengan mengandalkan berbagai macam teknologi
termasuk WLAN, inframerah, RFID, ultrasound dan lain lain tetapi masih saja ada beberapa solusi komersial yang tersedia dan orang orang yang melakukan hal tersebut
sering kali mengarah ke harga yang cukup mahal dan sulit untuk dapat di install. Jadi, dapat disimpulkan bahwa indoor positioning system merupakan sistem untuk
menemukan benda benda atau pun orang di dalam gedung menggunakan peralatan tambahan seperti sensor ultrasonik, inframerah, RFID serta informasi sensoris lainnya
yang dikumpulkan oleh mobile device.
Universitas Sumatera Utara
2.6. RSSI Ranging
RSSI Received Strength Signal Indicator adalah pengukuran kekuatan sinyal yang diterima receiver yang dikirimkan oleh transmitter. Kekuatan sinyal yang diterima
dapat digunakan untuk menentukan jarak dikarenakan semua gelombang elektromagnetik memiliki hubungan inverse-square antara kekuatan sinyal dengan
jarak Savvides, et al.,2001. Hal tersebut dapat dilihat pada persamaan 2.6.
∝ 1
2
2.6
Dimana P
r
adalah kekuatan sinyal yang diterima pada jarak d dari reader. Persamaan menunjukkan bahwa jarak yang ditempuh oleh sinyal dapat dicari dengan
membandingkan perbedaan antara kekuatan transmisi dan kekuatan sinyal yang diterima yang biasa disebut path loss.
Dalam pengukuran praktis, peningkatan path loss yang diakibatkan oleh penambahan jarak dapat berbeda-beda dalam situasi atau lokasi yang berbeda. Untuk
itu diperlukan environmental characterization dengan menggunakan path loss exponent n seperti yang ditunjukkan oleh persamaan 2.7 Pu, 2009.
=
L M
2.7
Dimana, P
rd0
adalah kekuatan sinyal yang diterima pada jarak d
. Nilai P
rd0
biasanya dihitung secara empiris pada jarak 1 meter. Adapun cara alternatif untuk menghitung P
rd0
persamaan Free-space Path Loss FSPL seperti yang ditunjukkan pada persamaan 2.8.
= 20× log
10
4R S
2.8
Path loss exponent n pada persamaan 2.7 adalah salah satu parameter paling penting dalam environmental characterization. Jika tingkat penambahan path loss lebih
drastis ketika bertambahnya jarak, maka nilai n akan lebih besar. Adapun cara mencari nilai path loss exponent dapat menggunakan persamaan 2.8.
3
= −
10 ×
log
TL L
2.8
Tabel 2.5 menunjukkan beberapa nilai path loss exponent n pada berbagai situasi atau lingkungan Rappaport, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5 Path Loss Exponent dalam berbagai lingkungan
Environment Path Loss Exponent
Free Space 2
Urban Area Cellular Radio 2.7 – 3.5
In building line-of-sight 1.6 – 1.8
Obstructed in building 4 - 6
Obstructed in factories 2 - 3
Dalam mengukur jarak antara reader dan tag menggunakan RSSI, persamaan 2.7 dapat diubah menjadi model propagasi log-distance path loss seperti pada
persamaan 2.5 Pu, 2009.
= − 10 × 3 × log
10
2.9
Persamaan 2.9 merupakan persamaan log-distance path loss untuk menghitung pengurangan jumlah sinyal yang diterima pada daerah vakum free-space. Saat
didalam ruangan, sinyal selalu dipengaruhi oleh refleksi, refraksi, dan atenuasi. Untuk mengimbangi nilai atenuasi dalam ruangan, maka perlu ditambahkan fade margin pada
persamaan 2.9 seperti tertera pada persamaan 2.10 Pathak, et al., 2014.
= − 10 × 3 × log
10
+ U
V
2.10
Dimana X
s
merupakan nilai fade margin. Nilai fade margin berbeda pada setiap lingkungan dan harus dihitung secara empiris untuk masing-masing lingkungan. Pada
daerah perkantoran biasanya nilai fade margin berkisar 10 dBm Pathak, et al., 2014.
2.7. Triliteration