Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar Dalam Program Pita Pink Di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarata
STRATEGI KOMUNIKASI LINDA AGUM GUMELAR
DALAM PROGRAM PITA PINK
DI YAYASAN KESEHATAN PAYUDARA
JAKARTA
Di Susun Oleh
DESI LESTARI 104051001782
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
(2)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1 Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.
2 Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syariaef Hidayatullah Jakarta.
3 Jika dikemudian hari terbukti bahwa bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 15 September 2008
(3)
ABSTRAK Nama Desi Lestari
Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta
Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi tentang pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang dirasakan belum layak. Setidaknya berbeda dengan keberadaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ), sebagai sebuah yayasan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap penderita kanker payudara dapat membantah argumentasi tersebut. Inilah yang menyebabkan peneliti tetarik untuk memilih YKPJ dan sosok Linda Agum Gumelar selaku Dewan Pembina YKPJ untuk diajukan dalam tugas skripsi ini.
Dalam penelitian ini penyusun mengajukan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana bentuk komunikasi yang diterapkan oleh Linda Agum Gumelar dalam proses pembinaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta? Bagaimana strategi komunikasi yang dipakai Linda Agum Gumelar dalam dalam implementasi program kampanye gerakan penyakit kanker payudara ”Program Pita Pink” di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta?Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa saja kiprah Linda Agum Gumelar dalam pemberdayaan YKPJ juga strategi dan bentuk komunikasi yang dipakai Linda Agum Gumelar dalam dalam implementasi program kampanye gerakan penyakit kanker payudara ”Program Pita Pink” di YKPJ.
Sedangkan metodologi dalam pembahasan skripsi ini menggunakan kualitatif yaitu, melakukan wawancara langsung dengan Linda Agum Gumelar dan Dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk selaku ketua YKPJ, kemudian mengumpulkan, menyusun dan mengklasifikasikan data kegiatan YKPJ. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah deskriftif interpertatif yaitu dengan menjelaskan langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Linda Agum Gumelar dalam aktifitasnya sebagai Dewan Pembina YKPJ dalam”Program Pita Pink”.
Teori yang digunakan dalam pembahasan ini adalah teori difusi inovasi. Implementasi dari teori ini adalah sosok Linda Agum Gumelar bersama YKPJ sebagai source selalu menerima feed back dari destinastion. Tetapi sebagai sumber pesan yang dominan YKPJ memiliki beragam inovasi dalam mengemas pesannya. Sehingga pesan dapat diterima oleh khalayak dan target serta sasaran dari YKPJ dapat tercapai.
Dengan mengoptimalkan sosialisasi ”Program Pita Pink” melalui perluasan dan memperkuat Jaringan, guna mempromosikan deteksi dini dan rehabilitatif melalui Program Proaktif – Preventif dan Program Kuaratif.
Kerja keras YKPJ yang dimotori Linda Agum Gumelar ternyata tidak sia-sia. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan payudara mulai menunjukkan hasilnya. Apabila dulu orang berobat setelah stadium lanjut
(4)
yang menyebabkan tingkat kematian tinggi. Kini deteksi dini banyak dilakukan orang ketika masih stadium awal. Sehingga tingkat kesembuhannya semakin besar.
Kebesaran suatu organisasi kurang berarti tanpa publikasi. Di tengan persaingan globalisasi keberadaan media mutlak diperlukan sebagai sarana sosialisasi. ”Program Pita Pink” yang bersklala Internasional perlu digencarkan melaui media-media di Indonesia dengan segmentasi publik berskala nasional. Karena berdasarkan hasil penelitian jumlah media sosialisasi yang dilakukan YKPJ masih kurang.
(5)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian alam, shalawat dan salam semoga selalu tercurah keharibaan sebaik-baik makhluk Allah, baginda Muhammad Saw, para keluarga beliau yang suci, para sahabat beliau yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari pembalasan.
Begitu banyak nikmat dan anugerah yang diberikan Allah S.W.T. Do’a dan dukungan yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam menyelesaikan penelitian ini sehingga kesulitan yang dihadapi dapat teratasi dan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Sebagai rasa syukur, penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah:
1. Bapak Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Bpk. Dr. H. Murodi, MA, Pudek I Bpk. Drs. Arief Subhan, M.Ag, Pudek II Drs. Mahmud Jalal, MA, Pudek II Bpk. Drs. Studi Rizal LK, MA, atas segala kebijakan akademik yang telah ditetapkan.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarofah, MA, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
(6)
3. Bapak Gun Gun Heryanto M.Si, selaku Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk dengan sabar selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak Masran, selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
5. Seluruh Dosen, Staf administrasi dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kepada Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah yang banyak membantu dalam pencarian reverensi buku.
7. Teruntuk kedua orang tua ananda tercinta Kamaluddin dan Ani Kartini yang selalu membantu ananda untuk bertumbuh cinta dan do’a.
8. Kepada kakanda Puga Hilal Bayhaqie, yang selalu ada buat ananda, memberikan dukungan moril dan materil. Adikku tersayang Yulianto Bachtiar yang selalu ikut memberikan motifasi, tak lupa untuk nenek ku tersayang yang selalu tak henti mendukung perjuangan ini melalui doa-doanya.
9. Ibu Linda Agum Gumelar beserta keluarga yang telah memberikan waktunya di tengah kesibukan aktifitasnya, dan Bapak Rantijar yang ikut membantu dalam memberikan informasi.
10. Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ), terutama untuk ketua YKPJ Dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk, dan kesesekretariatan YKPJ Very Fathony yang telah memberikan informasi serta bersedia meluangkan waktunya.
(7)
11. Sahabat terbaik yang pernah dimiliki : Asep Raka, Anna Madaniah, Pupun, Ana Sabhana, Muhamad Alive, Dian Rapiqie, Ranita Erlanty dan Bpk. Budi Harto Prayogo, terima kasih atas bantuan dan motifasinya. Tidak ada kata menyerah dalam perjuangan ini. Bersemangat, Allahuakbar!!!
12. Teman-teman Fakultas Dakwah dan Komunikasi Angkatan 2004 terutama KPI B, KPI E, KPI A, yang telah memberikan dukungan serta do’a kepada penulis.
Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi ucapan terima kasih yang begitu besar. Mohon maaf apabila ada kesalahan yang pernah dilakukan, sengaja ataupun tidak disengaja, semoga yang dilakukan adalah hal yang terbaik dan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah S.W.T, Amien. Akhir kata, penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amien.
Jakarta, 15 September 2008
(8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iv
ABSTRAK ... vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR TABEL... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN A...La tar Belakang Masalah... 1
B...Pe mbatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C...Tu juan dan Manfaat Penelitian... 6
D...M etodologi Penelitian...7
E...Si stematika Penulisan...11
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Model Komunikasi Wilbur Schramm...12
(9)
B. Teori Difusi – Inovasi...15
C. Strategi Komunikasi...20
1. Pengertian Strategi ………...20
2. Tahapan – Tahapan Strategi……….…...22
3. Pengertian Komunikasi………..24
4. Proses Komunikas ... … 25
5. Strategi Komunikasi ... 28
6. Fungsi Strategi Komunikasi ... 29
7. Bentuk - Bentuk Komunikasi ... 31
BAB III BIOGRAFI LINDA AGUM GUMELAR A. Profile Linda Agum Gumelar ... 36
B. Kiprah Linda Agum Gumelar di YKPJ ... 39
C. Pemikiran Linda Agum Gumelar... 41
D. Profile Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta... 45
1.Profile Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta ... 45
2.Pita Pink ... 48
BAB IV TEMUAN DATA PENELITIAN DAN PEMBATASAN A. Bentuk Komuniksi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 52
1. Komunikasi Antar Pribadi. ... 52
(10)
3. Komunikasi Organisasi ... 58
B. Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 62
1. Mengoptimalkan Sosialisasi ”Program Pita Pink” ... 62
2. Memperkuat dan Memperluas Jaringan ... 65
3..Mempromosikan Deteksi Dini ... 68
4..Rehabilitatif... 68
C. Penerapan Metode Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 69
1. Program Proaktif – Preventif ... 70
2. Program Kuratif ... 73
D. Implementasi Difusi – Inovasi Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 74
E. Faktor - Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar ... 77
1. Faktor Pendukung... 77
2. Faktor Penghambat ... 78
BAB V PENUTUP... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran-saran... 80
(11)
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar 2.1 Model Komunikasi Schramm ... 13 B. Gambar 2.2 Model Komunikasi Schramm yang Berbentuk Sirkuler .... 14 C. Gambar 4.1 Pola Roda ... 62
(12)
DAFTAR TABEL
A. Tabel 4.1 Akses Media ... 66 B. Tabel 4.2 Tabel Kegiatan ... 69 C. Tabel 4.9 Lokasi Penyuluhan Kanker ... 78 D. Tabel 4.10 Kelompok Usia Peserta Mammografi dan Faktor Resiko.. 80 E. Tabel 4.11 Data Hasil Pemeriksaan ... 80
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pelayanan kesehatan bagi masyarakat dirasakan belum layak. Ketidaklayakan ini bisa bersumber dari banyak faktor, misalnya faktor human error, bencana alam, ekonomi miskin, status sosial, dan budaya. Faktor ekonomi miskin menyebabkan masyarakat miskin diperlakukan secara tidak adil, tidak layak dan tidak sama. Layanan kesehatan masyarakat belum adil di tataran orang dengan ekonomi kelas bawah. Hanya masyarakat yang mampu saja yang bisa menikmati layanan kesehatan menggunakan teknologi canggih, sementara masyarakat miskin hanya puas dengan pelayanan seadanya dan asal-asalan.1
Ketidaksamaan perlakuan terhadap pasien dikarenakan oleh human error, sering terjadi, misalnya, tidak ada komunikasi antara dokter dengan pasien, dan anggapan bahwa pasien lebih rendah posisinya dari dokter. Akibatnya, banyak ditemukan kesalahan praktek yang merugikan, salah obat dan berakibat fatal bagi pasien. Pemberi layanan merasa sebagai orang yang paling tahu, paling pandai, sehingga menjadi satu-satunya penentu untuk mengobati pasien. Cara ini cenderung serampangan dan mengabaikan kemampuan pasien. Misalnya, tidak ada komunikasi antara dokter dengan pasien, dan anggapan bahwa pasien di sisi lain, harga berobat mahal, tidak
1
Revolusi Layanan Kesehatan, diakses pada tanggal 17 Februari 2007 jam 19.15 dari http://www. najlahblogh.com,
(14)
terjangkau oleh masyarakat kelas rendah. Perlindungan terhadap konsumen juga tergolong rendah. Tiada komunikasi antara dokter-pasien telah mengakibatkan meningkatnya sejumlah penyakit yang tiada kunjung sembuh, bahkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat Indonesia terutama kaum perempuan menjadi pemicu terhadap minimnya pengetahuan mereka akan kesehatan. Terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan Sehingga tidak mengherankan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia menempati urutan kedua terburuk setelah Myanmar untuk kawasan Asia Tenggara.2
Anggapan-anggapan yang telah baku mengenai supremasi laki-laki atas perempuan dengan menyandarkan dalil-dalil keagamaan justru telah merugikan kaum perempuan3. Hal tersebut diperparah lagi dengan legitimasi dari sebagian kaum perempuan bahwa mereka telah menjadi imferior dari kaum laki-laki. Sehingga pendidikan bagi perempuan bukan menjadi skala prioritas. Maka tidak mengherankan apabila pemahaman tentang kesehatan menjadi terbelakang.
Sosok perempuan adalah pendamping bagi suaminya. Ia juga merupakan ibu bagi anak-anaknya. Keberadaannya saling melengkapi. Isteri bukan sebagai beban suami, dan anak bukan menjadi beban keluarga. Maka hubungan suami isteri, laki-laki dan perempuan adalah hubungan kemitraan. Dari sini dapat dimengerti sesungguhnya ayat-ayat Al-qur’an menggambarkan
2
Data WHO 2006, diakses pada tanggal 17 Februari 2007 jam 19.15 dari http://www .yahoo.com,
3
Dr. Nassaruddin Umar, MA, Argumen Kesetaraan Gender : (Jakarta, Paramadina 2001), h. 7
(15)
hubungan laki-laki dan perempuan, suami dan isteri sebagai hubungan saling menyempurnakan yang tidak dapat terpenuhi kecuali atas dasar kemitraan.4
فوﺮْ ْﺎﺑ
نوﺮ ْﺄ
ﺾْ ﺑ
ءﺎ ْوأ
ْ ﻬﻀْ ﺑ
تﺎﻨ ْﺆ ْاو
نﻮﻨ ْﺆ ْاو
ﻪﱠ ا
نﻮ ﻄ و
ةﺎآﱠﺰ ا
نﻮ ْﺆ و
ةﺎ ﱠﺼ ا
نﻮ ﻘ و
ﺮﻜْﻨ ْا
ﻦ
نْﻮﻬْﻨ و
ﺰ ﺰ
ﻪﱠ ا
ﱠنإ
ﻪﱠ ا
ﻬ ﺣْﺮ ﺳ
ﻚﺌ وأ
ﻪ ﻮﺳرو
ﻜﺣ
)
ﻪﺑﺔ ا
(
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan , sebagian mereka adalah awliya bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat dari Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. (Qs. Attaubah 9:7)
Jadi Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Namun bukan untuk dibeda-bedakan apalagi harus ada yang mendapatkan perlakuan diskriminatif. Karena sesungguhnya perbedaan tersebut merupakan suatu anugerah apabila manusia mau berfikir .
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh perempuan dan tidak dimiliki oleh laki-laki adalah keindahan bentuk payudaranya. Dari payudara inilah menghasilkan ASI yang memiliki banyak manfaatnya. ASI yang dihasilkan oleh ibu-ibu yang memiliki balita dapat menekan angka kematian bayi hingga 13 persen sehingga dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta, angka
4
(16)
kelahiran total 22/1000 kelahiran hidup, angka kematian balita 46/1000 lahiran hidup maka jumlah bayi yang akan terselamatkan sebanyak 30 ribu.5
Namun yang patut disayangkan tingkat pemberian ASI secara eksklusif di tanah air hingga saat ini, masih tergolong sangat rendah, yakni antara 39 persen hingga 40 persen dari jumlah ibu yang melahirkan padahal pemberian ASI dapat menurunkan resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman akan fungsi dan peranan payudara yang dimiliki kaum perempuan itu sendiri.6
Penyakit kanker payudara merupakan momok yang paling menakutkan bagi sebagian besar kaum perempuan. Namun demikian banyak diantara mereka yang tidak memahami penyebab timbulnya penyakit tersebut. Sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana diteksi dini dalam mencegah kanker payudara.
Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Penderitanya pun ada yang baru berusia 18 tahun. Padahal di negara-negara lain, Eropa atau Amerika misalnya, jumlah penderita kanker payudara tidak begitu banyak dibanding dengan jumlah penderita kanker jenis lain. Hal ini disebabkan di negara-negara tersebut kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang baik. Kebanyakan kanker payudara ditemukan pada stadium awal, sehingga segera dapat diobati
5
Setiap Tahun 30 Ribu Anak Dapat Diselamatkan Dengan Pemberian ASI, pada tanggal 6 Desember 2007 jam 19.00 diakses dari http:// www.idionline.net
6
(17)
dan disembuhkan. Sedang di negara kita, kebanyakan kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut, ketika penyembuhan sudah sulit dilakukan.7
Dengan konteks ini peneliti tertarik untuk mengkaji Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, karena Linda Agum Gumelar bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dengan Yayasaan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ). Sebagai salah seorang pendiri yayasan sekaligus Dewan Pembina, andil Linda Agum Gumelar cukup besar dalam menentukan arah dan kebijkan yayasan tersebut. Rendanya pemahaman mengenai penyakit kanker payudara, menjadi alasan Linda Agum Gumelar untuk melalukan berbagai upaya sosialisasi tentang pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan payudara.
Berdasarkan latarbelakang pemikiran inilah, maka peneliti tertarik meneliti dengan judul : “Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta” Judul tersebut fokus pada bentuk dan strategi komunikasi yang dikembangkan dan diimplementasikan oleh Linda Agum Gumelar dalam menjalankan programnya.
7
“Periksa Payudara Sendiri Yuk” , diakses pada tanggal 10 Desember 2007 jam 19.15 dari http:// www.rumahkanker.com,
(18)
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian, penyusun membatasi penelitian dalam rentang waktu pada 1 Juny 2007 - 31 Juny 2008. Dengan rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk komunikasi yang diterapkan oleh Ibu Linda Agum Gumelar dalam proses pembinaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta?
2. Bagamana strategi komunikasi yang di pakai Linda Agum Gumelar dalam implementasi program kampanye gerakan penyakit kanker payudara Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan :
a. Ingin mengetahui bentuk-bentuk komunikasi yang diterapkan oleh Ibu Linda Agum Gumelar dalam proses pembinaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta
b. Ingin mengetahui strategi komunikasi yang dipakai Linda Agum Gumelar dalam dalam implementasi program kampanye gerakan penyakit kanker payudara Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta.
(19)
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Untuk Menambah literatur dan khazanah keilmuan KPI terutama tentang bentuk – bentuk dan strategi komunikasi
b. Untuk memberikan kontribusi positif dalam studi Dakwah dan komunikasi, khususnya dalam kaitan diantara dua bidang ilmu tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Membantu Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta sebagai bahan masukan, agar ke depan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
b. Bahan informasi awal bagi penelitian dengan fokus serupa dimasa yang akan datang.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara menggunakan deskriptif interpretatif .8
Adapun data yang diambil bersifat kualitatif, yaitu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat analisis dan dipisah-pisahkan menurut katagori untuk memperoleh kesimpulan.9
8
Suharsimi, Arikuntoro, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rieneka Cipta 1998), Cet. II, h.245
(20)
Satu metode yang diharapkan dapat menemukan beberapa kemungkinan dan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, serta mengklasifikasikannya. Tujuan metode ini adalah untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dan melukiskan secara sistematik populasi tertentu secara faktual dan cermat.
Penelitian kualitatif umumnya mencangkup penelitian naturalistik dan etnografi, mencangkup beberapa pendekatan yang juga menggunakan nama-nama lain seperti : studi kasus, penelitian tindakan (action researce), riset kolaboratif, riset fenomonologi, studi lapangan, dan intraksionisme interpretif. Semua penelitian ini bersifat kualitatif berdasarkan ciri-ciri berikut : Memiliki minat teoretis pada proses interpretasi manusia, memfokuskan perhatian pada studi tindakan manusia dan artefak yang bersituasikan secara sosial, menggunakan manusia sebagai instrumen penelitian utama, mengandalkan terutama bentuk-bentuk narataif untuk mengkode data dan menulis teks untuk disajiakn kepada khalayak.10
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah Linda Agum Gumelar. Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian adalah strategi komunikasi Linda Agum Gumelar dalam “Program Pita Pink” di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta..
9
Ibid, h. 246
10
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Social Lainnya, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2004), Cet, ke-4, h.158
(21)
3. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta : JL. Letjend. S. Parman Kav. 84-86, Slipi, Jakarta 11420. Pada 1 Juni 2007 - 31 Juni 2008.
4. Teknik Pengumpulan Data
Berikut ini adalah teknik pengumpualan data yang peneliti lakukan :
a. Observasi : ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.11 Peneliti juga mengawasi dengan mencermati setiap perkembangan yang berkaitan dengan penelitaian ini. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap kegiatan dan strategi komunikasi Linda Agum Gumelar dalam mensosialisasikan “Program Pita Pink”.
b. Wawancara : berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang lebih secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancara di sebut Interviewee.12 Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan Linda Agum Gumelar, dan Dr. Sutjipto, Sp.B (K)Onk.
11
Suharsimi, Arikuntoro, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rieneka Cipta 1998), Cet, ke- 2,, h.54
12
(22)
c. Dokumentasi : tehnik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokuimen-dokumen.13 Adapun dokumen yang peneliti peroleh dari buku bacaan, kepustakaan, foto-foto.
5. Analisis Data
Untuk menganalisiss oprasional strategi komunikasi Linda Agum Gumelar, dalam “Program Pita Pink” di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, maka peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif interpretatif, Yang dimaksud dengn deskriftif interpretatif adalah penulis berusaha menjelaskan bentuk dan langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Linda Agum Gumelar dalam aktifitasnya sebagai Dewan Pembina Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta dalam mensosialisasikan ”Program Pita Pink” sebagai sumber primer, sedangkan sebagai sumber data skunder penulis memperoleh dari berbagai dokumen, literatur, dan data-data yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini, yakni dengan menganalisis data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dai hasil wawancara dan studi dokumentasi. Sedangkan tekhnik dan metode penulisannya ini, penulis berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press.
13
(23)
E. Sistematika Penulisan
Berdasarkan penelitian diatas, maka sistematika penulisan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut .
Bab I Merupakan bab Pendahuluan. Pada bab ini membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan
Bab II Menjelaskan tentang Kajian teoritis. Pada bab ini membahas tentang : Model Komunikasi Wilber schramm, Teori Difusi – Inovasi , Strategi Komunikasi
Bab III Membahas tentang Biograpi Linda Agum Gumelar Pada bab ini membahas tentang : Profile Linda Agum Gumelar, Profile Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta, Profile Program Pita Pink. Bab IV Menguraikan tentang Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar
Di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta Pada bab ini membahas tentang : Bentuk komunikasi linda Agum gumelar, Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar, Penerapan Metode Komunikasi Linda Agum Gumelar, Faktor - Faktor Penghambat dan Pendukung Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar.
Bab V Merupakan Penutup Pada bab ini membahas tentang : Kesimpulan, dan Saran – saran.
(24)
BAB II
LANDASAN TEORITIS
3. Model Komunikasi Wilbur Schramm
Menurut Wilbur Schramm, komunikasi membutuhkan setidaknya tiga unsur yaitu: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination). Sumber boleh jadi seorang individu (berbicara, menulis menggambar, memberi isyarat) atau suatu organisasi komunikasi (seperti sebuah surat kabar, penerbit, stasiun TV atau Studio Film). Pesan dapat berbentuk tinta pada kertas, gelombang suara di udara, impus arus listrik, lambaian tangan, bendera diudara atau setiap tanda yang ditafsirkan. Sasarannya mungkin seorang individu yang mendengarkan, menonton atau membaca, atau anggota suatu kelompok, seperti diskusi, khalayak pendengar ceramah, kumpulan penonton sepak bola, atau anggota khalayak media massa.14
Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi-balik pesan, berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing. Bila kedua orang memiliki wilayah pengalaman bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang pengalamannya (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi. Bila kedua lingkaran itu tidak bertemu, artinya bila tidak ada pengalaman bersama-sama komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila wilayah yang berimpit itu kecil, artinya pengalamaan sumber dan pengalaman
14
(25)
sasaran sangat jauh berbeda, maka sangat sulit untuk menyampaikan makna dari seseorang kepada orang lain.
Menurut Schramm, seperti ditunjukkan model ketiganya, jelas bahwa setiap orang dalam proses komunikasi adalah sekaligus sebagai encoder dan decoder. Kita secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda-tanda tersebut dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Makna yang dihasilkan dari penyandian-balik (penafsiran) yang akan membuat kita menyandi.15
Gambar 2.1
Model Komunikasi Schramm
Proses kembali dalam model di atas disebut umpan balik (feed back), yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi, karena hal itu memberi tahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan, baik dalam bentuk kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala, dan sebagainya. Begitu juga surat
15
(26)
pembaca kepada redaksi sebagai protes atas editorial yang ditulis surat kabar tersebut, ataupun tepuk tangan khalayak yang mendengarkan ceramah. Namun menurut Schramm, umpan balik juga dapat berasal dari pesan kita sendiri, misalnya kesalahan ucapan atau kesalahan tulisan yang kemudian kita perbaiki.16
Gambar 2.2
Model Komunikasi Schramm yang Berbentuk Sirkuler Schramm memberikan model proses komunikasi ini yang lebih memperlihatkan pentingnya pengalaman dalam proses komunikasi. Bidang pengalaman akan menentukan apakah pesan yang dikirimkan diterima oleh si penerima sesuai dengan apa yang dimaksud oleh si pengirim pesan. Schramm mengatakan jika tidak ada kesamaan dalam bidang pengalaman, bahasa yang
16
(27)
sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima diinterprestasikan dengan benar. 17
Model ini sama dengan model-model sebelumnya yaitu memperlihatkan proses komunikasi yang satu arah dan tidak dua arah oleh karena Schramm menyadari pentingnya balikan dalam komunikasi, akhirnya menyempurnakan model ini menjadi model dua arah. Balikan adalah penting dalam proses komunikasi karna akan menceritakan kepada kita bagaimana pesan yang dikirimkan diinterprestasikan oleh yang menerima pesan. Bila peneriam pesan memberikan kepada si pengirim, maka si penerima berubah menjadi si pengirim atau sumber, sehingga komunikasi tidak satu arah lagi, tetapi satu lingkaran. Seorang individu dapat dipandang sebagai si pengirim atau penerima pesan.18
4. Teori Difusi – Inovasi
Penelitian difusi adalah satu jenis penelitian komunikasi yang khas, tetapi penelitian ini dimulai di luar bidang komunikasi, penelitian ini berasal dari sosiologi. Rogers, tokoh difusi yang kemudian menjadi peneliti komunikasi, membuat desertasi dalam pedesaan.19
Berbagai macam difusi didefinisikan, tetapi ada satu asumsi yang mengikat semua difusi. Difusi adalah suatu proses komunikasi yang
17
Muhamad ,Arni, Komunikasi Organisasi PT.Bumi Aksara Jakarta 2004. Cet keenam, h.10
18
Ibid , h.11
19
Rahmat Jalaluddin, M.SC Metode Penelitian Komunikasi (Bandung : P.T Remaja Rosdakarya 2007), Cet ketiga belas h.70
(28)
menetapkan titik-titik tertentu dalam penyebaran informasi melalui ruang dan waktu dari satu agen ke agen yang lain.
Salah satu saluran informasi yang penting adalah media massa, karena itu model difusi mengasumsikan bahwa media massa mempunyai efek yang berbeda-beda pada titik-titik waktu yang berlainan, mulai dari menimbulkan tahu sampai mempengaruhi adopsi atau rejeksi (penerimaan atau penolakan).20
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu.21
Inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagaimana dikutif oleh Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.22
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai
20
Ibid, h.71
21
Difusiinovasi, diakses pada tanggal 15 juni 2008 jam 14.30 di www.yahoo.com,
22
(29)
suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.23.
Sesuai model tersahulu, model difusi dapat dinyatakan secara operasionalnya :
Model Difusi Inovasi24
Antaseden Variabel Media Efek difusi
- Variabel penerima - Terapan Media - Temporal - Dimensi Inovasi - Penggunaan Media - Spasial
- Saluran Interpersonal - Stuktural
- Fasal
Sebagai paradigma difusi inovasi, arus banyak tahap (multi step flow) harus menelusuri dua unsur arus komunikasi informasi tentang informasi ini tentang penerimaan atau penggunaan inovasi tersebut.25
23
Ibid, jam 16.00
24
Rahmat Jalaluddin, M.SC Metode Penelitian Komunikasi (Bandung : P.T Remaja Rosdakarya 2007), Cet ketiga belas h., h.71
25
(30)
Dengan menggunakan model ini, peneliti dapat meneliti inovasi atau informasi baru tersebar pada unit-unit adopsi (penerima inovasi). Inovasi dapat berupa berita, peristiwa, pesan-pesan politik, gagasan baru dan sebagainya. Dengan ini media massa atau saluran interpersonal mempengaruhi efek difusi dapat ditentukan oleh variabel antara, yang dalam model ini disebut antaseden. Variabel penerima yang antara lain meliputi data demografis dan variabel sosiopsikologis sudah dibicarakan pada model terdahulu.
Divusi inovasi menunjukan faedah relatif, komtabilitas, kompleksitas dan lain-lain. Faedah relatif menunjukan tingkat kelebihan inovasi dibandingkan dengan gagasan yang mendahuluinya. Komtabilitas (compability) adalah tingkatan kesesuaian inovasi dengan nilai-nilai yang ada. Kompleksitas berarti tingkat kesukaran untuk memahami atau menggunakan inovasi.
Variabel efek diskusi dapat berupa temporal, spasial, stuktural dan fasal. Istilah temporal menunjukan pola adopsi gagasan-gagasan baru dalam jangka waktu. Istilah spasial menunjukan keteraturan tertentu dalam pola spasial distribusi inovasi. Sedangkan istilah stuktural menunjukan penyebaran informasi melalui stuktur-struktur komunikasi, bisa melalui dua tahap ( two-step) atau banyak tahap (multistep). Istilah terakhir fasal mengacu pada
(31)
fase-fase dalam proses adopsi, yang terkenal ada lima fase-fase yaitu : pengenalan, informasi, evaluasi, percobaan dan keputusan.26
The hybrid Corn Study adalah penelitian difusi yang paling pertama dan paling terkenal. Penelitia ini dilakukan Ryn dan Gross. Diantara penemuan-penemuan yang lain dari studi ini adalah : (1) adopter awal lebih lama memerlukan waktu untuk mengambil keputusan dari adopter akhir, (2) Media massa dan sumber-sumber interpersonal yang dekat amat selektif dalam mengubah tingkah laku.
The Saucio Study adalah penelitian yang pertama kali menerapkan
metode penelitian difusi Amerika pada negara berkembang. Deuthschman dan Fals Borda melakukan penelitian adopsi dengan menggunakan indeks prilaku inovatif dibuat dengan menggunakan analisis skala Guttman. Diantara penemuan penelian ini ialah : (1) sumber-sumber interpersonal adalah yang paling efektif untuk menyebarkan informasi dan pengaruh-hanya 17% menyebutkan media massa sebagai sumber informasi, (2) adopter awal lebih cenderung mengunakan semua media massa (radio, surat kabar, buku) dari adopter terakhir.27
Model difusi informasi melacak penyebaran inovasi dalam satu sistem sosial melalui ruang dan waktu.
Implementasi dari teori ini adalah sosok Linda Agum Gumelar bersama Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) sebagai source selalu menerima feed back dari destinastion. Tetapi sebagai sumber pesan yang
26
Rahmat, Jalaluddin, M.Sc Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung P.T Remaja Rosdakarya) 2007 Cet ketiga belas, h.72
27
(32)
dominan Yayasan Kesehata Payudara Jakarta ini, memiliki beragam inovasi dalam mengemas pesannya. Sehingga pesan dapat diterima oleh khalayak dan target serta sasaran dari YKPJ dapat tercapai.
5. Strategi Komunikasi C. Pengertian Strategi
Pada awalnya strategi digunakan dalam dunia militer, yaitu untuk memenangkan suatu peperangan.28 Istilah strategi sebenarnya berasal dari kata yunani stratogos (artinya pasukan) dan ageni (artinya memimpin), jadi strategi adalah hal memimpin pasukan, ilmu tentang perang dan kadang-kadang dikaitkan orang sebagai ilmunya para Jenderal, ilmunya para komandan.
Strategi adalah pusat dan intinya yang khas dari manajemen strategi, strategi mengacu pada perumusan, tugas, tujuan, dan sasaran organisasi, dewasa ini strategi adalah istilah paling lazim untuk apa yang bisa disebut kebijakan, tetapi tidak terdapat kesepakatan tentang hal itu. Beberapa penulis mengacu pada tingkat abstraksi yang tinggi. Dalam hal ini strategi adalah konsep, penempaan, misi perusahaan, penetapan, sasaran organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memungkinkan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organissasi akan tercapai.29
28
Komarudin, Ensiklopedi Manajemen (Jakarta : Bumi Aksara,1994)Cet.Ke 1, h.539
29
Stenar,George A dan Miner John B, Kebijakan dan Strategi Manajemen (Jakarta : Erlangga 1997) edisi ke-2, h.18
(33)
Orang sudah mulai berbicara strategi dalam arti yang luas dan strategi dalam arti yang sempit strategi bukan sekedar paham di saat terjadi peperangan, akan tetapi strategi menjadi paham disaat damai. Strategi pada hakikatnya menjadi berarti : hal-hal yang berkenaan dengan cara dan usaha menguasai dan mendayagunakan segala, sumber daya suatu masyarakat, suatu bangsa, untuk mencapai tujuan. Sudah jelas bahwa kita di Indonesia mengikuti paham strategi yang luas tidak mengikuti paham strategi yang sempit. Hal ini tercermin dalam doktrin ketahanan nasional dan wawasan nusantara.
Kalau kita mengambil saripatinya, maka pada pendekatan strategi pada hakikatnya mempunyai lima ciri-ciri berikut :
Pertama, ia memusatkan perhatian pada kekuatan. Kekuatan adalah bagaikan fokus dalam pokok pendekatan strategi. Kedua, ia memusatkan kepada analisa dinamika, analisa gerak, analisa aksi. Ketiga, strategi memusatkan pada perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut. Keempat, strategi memperhatikan faktor-faktor waktu (sejarah : masa lampau, masa kini dan trauma masa depan) dan faktor lingkungan dan Kelima, strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa-peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan kontek kekuatan, kemudian mengadakan analisa kemungkinan-kemungkinan
(34)
serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka bergerak menuju kepada tujuan itu.30
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planing) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan peta arah saja melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya.31
D. Tahapan – Tahapan Strategi
Dalam proses penerapan strategi menggunakan beberapa tahapan yaitu diantaranya :32
1. Perumusan Strategi
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam menyusun strategi yaitu dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun langkah awal. Sudah termasuk di dalamnya untuk pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman ekstrnal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga di tentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari, atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.
2. Implementasi Strategi
30
Mortopolo, Ali, Staregi Kebudayaan Jakarta : (Esiter For Strategic End International Study 1978 ) Cet pertama, h.8
31
Onong Uehjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung :PT: Remaja Rosd Karya offset,2004)Cet ke-18, h. 35
32
(35)
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam pelaksaan strategi yang tidak menerapkan komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakan melalui penetepan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.
3. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dari menyusun strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai, dan dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam langkah dasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu :
a. Meninjau faktor – faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.
(36)
b. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyidiki penyimpanan dari rencana, mengevaluasi prestasi indivisual, dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan apa yang terjadi.
c. Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.
E. Pengertian Komunikasi
Komunikasi secara etimologi berasal dari bahsa latin “communicatio”. Istilah ini bersumber dari perkataaan ”communis” yang berarati sama, sama disini maksudnya sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh komunikan.33 Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
33
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunisi, Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992), h.30
(37)
Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message),
orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan
(communicate).
Selain pengertian di atas, para ahli komunikasi juga mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian komunikasi, diantaranya Bereslon dan Steiner mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilam dan seterusnya melalui penggunaan symbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Kemudian Shannon dan weaver mengartikan komunikasi sebagai mencangkup produser melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain.34
Menurut Onong Uchjana Effendy, ada beberapa sebab mengapa manusia melakukan komunikasi, yakni untuk :
a. Mengubah sikap (to change the attitude).
b. Mengubah oponi / pendapat / pandangan (to change the opinion). c. Mengubah prilaku (to change the behavior).
d. Mengubah masyarakat (to change the society).35
Komunikasi juga dilakukan dengan berbagai metode, istilah metode atau dalam bahasa Inggris “method” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti rangkaian yang sistematis dan yang merujuk kepada tata cara yang sudah dibina berdasarkan rencana yang pasti, mapan, dan logis. Agar
34
Aubery Fisher, Teori – Teori Komunikasi (Bandung : Remaja Karya, 1986), h.10
35
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunisi, Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992), h.55
(38)
komunikasi berjalan efektif, maka kita juga memerlukan strategi dalam menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh orang lain.
F. Proses komunikasi
Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut : a. Source (sumber)
Sumber adalah dasar yang digunakan didalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.36
b. Communicator (penyampai pesan)
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi, seperti : surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Komunikator dalam penyampaian pesannya bisa juga menjadi komunikan begitu juga sebaliknya. Syarat-syarat yang harus di perhatikan oleh seorang komunikator adalah :
1. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya.
2. Keterampilan berkomunikasi.
3. Mempunyai pengetahuan yang luas.
4. Sikap.
5. Memiliki daya tarik. 37 c. Message (pesan)
36
Widjadja , Konunikasi komunikasi dan hubungan masyarakat (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), h.11
37
(39)
Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan komunikator. Pesan dapat bersifat informatif memberi keterangan-keterangan yang kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulannya sendiri. Pesuasif bujukan, yakni membangkitkan dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberi berupa pendapat/sikap, sehingga ada perubahan. Coersif
memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi, coersif dapat berbentuk perintah, intruksi, dan sebagainya (biasanya hal ini terjadi pada organisasi tipe keledai).
d. Channel (saluran)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran, yaitu :
i. Saluran formal atau yang bersifat resmi. ii. Saluran informal atau yang bersifat tidak resmi
e. Communican (penerima pesan)
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni personal, kelompok dan organisasi.
f. Effect (hasil)
Effect Adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Proses komunikasi
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan skunder.
(40)
Proses komunikasi secara primer
Adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media primer. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikir dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.38
Proses komunikasi secara skunder
Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarannya berada ditempat yang relatif jauh dan atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.39
G. Srategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan perpaduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
komunikasi harus menunjukan bagaimana oprasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa berbeda-beda tergantung pada suatu kondisi dan situasi .40
Dalam strategi komunikasi, peran komunikan sangatlah penting. Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga komuikator sebagai
38
Efendy Onong Uchjana Ilmu Komunisi, Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992), h.11
39
Ibid, h.16
40
(41)
pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi dapat datang sewaktu-waktu, terlebih jika komunikasi langsung melalui media massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen media atau komponen komunikan, sehingga efek yang diharapkan tak kunjung tarcapai.
Seorang komunikan akan mempunyai kemampuan dan strategi untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya kesamaan antara komunikator dengannya, sehinga dengan demikian komunikan bersedia untuk taat pada pesan yang dikomuikasikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berusaha menyamakan diri dengan komunikan ini akan menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.
H. Fungsi Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika komunikasi dilakukan lewat media massa yang memiliki khalayak lebih luas dan beragam, maka kita memerlukan perencanaan lebih matang dalam menyampaikan pesan yang ingin kita sosialisasikan. Strategi komunikasi, baik secara makro (planned
multi-media strategy) Maupun secara mikro (single communication medium
(42)
a) Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif persuasif, dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
b) Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan dioprasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.41
C. Tujuan Sentral dalam Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan. Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication
manageman) untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Menurut R.Wayne
Pace, Brent D.Peterson dan M.Dallas Burrnett dalam bukunya : Technique for Effective Communication, bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama42 :
a) To secure understanding
Memastikan bahwa komunikan paham mengerti pesan yang diterima. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaan itu harus dibina (To establish acceptance).
b) To establish acceptance
41
Ibid, h. 300
42
Efendy Onong Uchjana Ilmu Komunisi, Teori dan Praktek (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 32
(43)
Setelah komunikan mengerti dan menerima pesan maka ini harus dilakukan pembinaan. Setelah penerimaan itu dibina. Kegiatan harus dimotivasikan (To motivate action).
c) To motivate action
Setelah peneriamman itu dibina maka kegiatan itu harus dimotivasikan (To motivate action).
D. Kolerasi Antar Komponen dalam Strategi Komunikasi
Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan fakor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan fakor-faktor penghambat pada setiap komponen tersebut.43
I. Bentuk-Bentuk Komunikasi a. Komunikasi Personal
Bentuk komunikasi kelompok ada dua yaitu komunikasi antarpersonal dan komunikasi intrapersonal.44
Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam
43
Ibid, h. 11
44
(44)
kontek lainnya, dengan kata lain komunikasi intrapribadi ini inheren dalam komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya berkomunikasi dengan diri-sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri-sendiri.45
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal.46
Menurut sifatnya, komunikasi antarpersonal dibedakan menjadi dua, yakni komunikasi diadik (dyadic communication), dan komunikasi kelompok kecil (small group communication). Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka yang dilakukan melalui tiga bentuk percakapan, wawancara dan dialog. Adapun komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, hal mana anggota-anggotanya berinteraksi satu sama lain. Mengenai batas jumlah anggota tidak secara tegas disebutkan.47
45
Don F.Faules, R Wayne Pace, editor Mulyana, Deddy,Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT.Rosdakarya 2001),Cet.Ke-3, h.72-73
46
Ibid, h.73
47
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT.RajaGrapindo Persada 2005), Cet.Ke-2, h. 31-32
(45)
Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang. Ciri-ciri komunikasi dyadic adalah :
c. Pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat.
d. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baiksecara verbal maupun non verbal.48 Sebagai sebuah komunikasi tatap muka, tujuan komunikasi antar pribadi adalah :
a. Mengenal diri sendiri dan orang lain. b. Mengetahui dunia luar.
c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna. d. Mengubah sikap dan prilaku.
e. Bermain dan mencari hiburan. f. Membantu orang lain
b. Komunikasi Kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.49Adapun yang dimaksud dengan komunikasi kelompok adalah: 1) Bila proses komunikasi hal mana pesan-pesan yang disampaikan oleh
seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka.
48
Don F.Faules, R Wayne Pace, editor Mulyana, Deddy,Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT.Rosdakarya 2001),Cet.Ke-3, h. 73
49
(46)
2) Komunikasi berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima.
3) Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni tradisional di desa, pengarahanan ceramah. Dengan kata lain komunikasi sosial antara tempat, situasi, dan sasarannya jelas.50
c. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi (organization communication) terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal, dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut stuktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada stuktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gosip.51
Komunikasi organisasi adalah sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam
50
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT.RajaGrapindo Persada 2005), Cet.Ke-2, h. 33
51
(47)
hubungan-hubungan hirarki antara yang satu dengan yang lain dan berfungsi dalam suatu lingkungan.52
Komunikasi organisasi cenderung menekan kegiatan penanganan-pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasional (organizational
boundary), fokusnya adalah menerima, menafsirkan dan bertindak
berdasarkan informasi dalam suatu konteks. Tekanannya adalah pada komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinakan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka. komunikasi organisasi dipandang dari suatu perspektif interpretative (subjektif) adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak mencerminkan organisasi, ia adalah organisasi. Komunikasi organisasi adalah “prilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi.53
52
Don F.Faules, R. Wayne Pace, editor Mulyana, Deddy,Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT.Rosdakarya 2001),Cet.Ke-3, h. 31
53
(48)
BAB III
BIOGRAFI LINDA AGUM GUMELAR
2 Profile Linda Agum Gumelar
Linda Agum Gumelar, S.Ip yang mempunyai nama asli Linda Amaliasari. Beliau merupakan anak ke empat dari pasangan Jendral (Purn) Achmad Tahir dan Rosilla Simanjuntak. Selain menjabat di posisi strategis, di akhir karir militernya Achmad Tahir, yang tak lain ayah kandung Linda, dipercaya sebagai Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi di era Kabinet Pembangunan IV- V pemerintahan Presiden Soeharto.54
Sebagai seorang militer Achmad Tahir, sering berpindah-pindah tugas. Tidak mengherankan apabila Linda lahir di kota Bandung, padahal kedua orang tuanya berdarah Sumatera Utara. Linda yang lahir pada tanggal 15 November 1951, harus menerima kenyataan untuk berpindah-pindah sekolah karena mengikuti tugas sang ayah. Bahkan ia harus rela berganti-ganti teman dan suasana sekolah dengan berbagai kultur yang berbeda pula. Keadaan tersebut terkadang membuat ia sedih dan stres di waktu kecilnya.”Saya itu anak tentara, ayah saya itu bertugas pindah-pindah, waktu saya SD saja enam kali pindah sekolah, kalau untuk anak-anak mungkin agak stres karena setiap tahun mesti ketemu guru yang baru serta teman-teman yang baru, itu sebabnya setelah saya menikah, bapak (suami-red) yang juga tentara sering berpindah-pindah tugas pula tetapi, anak-anak tidak saya bawa.
54
Linda Agum/biografi Linda/, diakses pada tanggal 27 Mei 2008 jam 15.15 di www.yahoo.com
(49)
Karena saya khawatir takut mengalami hal yang sama seperti saya kecil”, tambah Linda.55
Namun semuanya ada hikmahnya bagi Linda, dengan berpindah-pindah sekolah sesunggunya ia telah belajar mengamati fenomena sosial yang terjadi. Menghadapi beragam orang dengan latar belakang yang berbeda, menjadikan dirinya semakin peka terhadap lingkungan sekitarnya. Karena sering berinteraksi dengan beragam orang, menjadikan Linda sejak kecil cita-citanya selalu berubah-ubah. Namun cita-cita-citanya mengarah kepada pekerjaan yang berada di ruang publik dan bersifat sosial. ”Cita-cita saya sejak kecil sering ganti-ganti, pertama saya ingin jadi guru karena guru adalah pekerjaan mulia, terus pengen jadi dokter biar bisa merawat orang, jadi perawat dan jadi psikolog pun selalu terbayang dalam benak saya sejak kecil,”jelas Linda .56
Tetapi cita-citanya untuk menjadi perawat harus kandas di tengah jalan karena ia merasa ngeri melihat jarum suntik. Karena alasan jarum suntik pula, ia hanya menyelesaikan studi di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila sampai semester IV. Setelah menikah ia melanjutkan studinya di universitas yang sama dengan mengambil jurusan Ilmu Politik. Meskipun kajian studinya di bidang Ilmu Politik, tetapi Linda tidak pernah berhenti berkiprah di dunia sosial. Berkali-kali ia terpilih menjadi ketua Dharma Wanita di berbagai departemen dan lembaga pemerintahan. Selain itu ia juga selalu menduduki jabatan dewan pembina di beberapa instansi kesehatan.57
55
Wawancara dengan Linda Agum Gumelar, pada 26 Mei 2008
56
Ibid,
57
(50)
Selain berasal dari keluarga aktivis, ternyata Linda beserta keluarganya penikmat sepak bola. Lapangan hijaulah yang pada akhinya mempertemukan Linda Amaliasari dengan Agum Gumelar. Sebagai seorang militer, Agum ternyata hoby bermain sepak bola. Maka pada tahun 1974 keduanya menikah. Dari pernikahan inilah di karuniai seorang putra dan putri.58
Nilai-nilai kedisiplinan dan kerja keras yang ia peroleh sejah kecil merupakan buah dari didikan kedua orang tuanya yang berlatar belakang militer. Meskipun Linda tergolong anak petinggi militer, namun orang tuanya tidak pernah mendidik hidup serba instan. Keadaan inilah yang membuat Linda hingga saat ini memiliki etos dan kerja keras yang tinggi untuk menggapai segala sesuatu. Bahkan semangat kerja keras dan nilai-nilai kedisiplinan ia terapkan kepada kedua buah hatinnya, Haris Khaseli Gumelar (30) dan Armidianti Gumelar (26). Terbukti keduanya mendapakan gelar sarjana dari Universitas ternama di Amerika Serikat. Sekembalinya di tanah air Haris Khaseli menjadi sutradara dan produser band-band ternama, sedangkan Armidiati bekerja di perusahaan televisi swasta dan dipersunting oleh pebulu tangkis terkenal Taufik Hidayat. 59
Selain menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dan tanggung jawab, ternyata Linda pun menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan putra-putrinya. Meskipun kedua anaknya memiliki latar belakang pendidikan dari Amerika yang sekuler. Tetapi semangat religius dalam kehipuan
58
Ibid
59
Tentang Linda/biografi/, diakses pada tanggal 27 Mei 2008 pada jam 15.00 di
(51)
putrinya selalu terbina. Sebuah kebanggaan bagi orang tua, ketika Kharis Kaseli dan Armyati beberapa kali hatam Al-Qur’an di negeri orang, ditengah pergaulan mereka dengan orang-orang non muslim bahkan sekuler.60
3 Kiprah Linda Agum Gumelar di YKPJ
Keberadaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) tidak terlepas dari peranan sosok Linda Amaliasari Agum Gumelar. Dia yang memiliki andil yang cukup besar dalam berdirinya YKPJ. Bersama Andy Endriarto Sutarto, dan Tati A.M Hendripriyono ketiganya sepakat untuk mendirikan Yayasan penanggulangan kanker payudara yang kemudian hari dikenal dengan ”Program Pita Pink”. Keberadaan yayasan tersebut tidak terlepas pula dari peranan dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk, seorang dokter spesialis penyakit kanker payudara. 61
Sulit rasanya memisahkan nama besar Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) dengan sosok Linda Agum Gumelar. Bisa jadi dikatakan tanpa Linda Agum Gumelar nama YKPJ belum tentu ada. Tetapi bukan seorang Linda Agum Gumelar, bila ia hanya berlindung di balik nama besar organisasi. Di usia yang menginjak 57 tahun Linda Amaliasari tidak pernah lelah dengan rutinatas dan atifitasnya. Bila di runtut kegiatan sehari-hari, maka sosok Linda Agum Gumelar menghabiskan atifitas hidupnya untuk kegiatan sosial. Namun penulis hanya membatasi pada kegiatan Linda Agum Gumelar yang berhubungan dengan Yayasan Kanker Payudara Jakarta saja.
60
Wawancara dengan Linda Agum Gumelar, pada 26 Mei 2008.
61
Wawancara dengan dr. Sutjipto. Sp.B(K)Onk, Ketua Umum YKPJ, pada 25 Mei 2008
(52)
Sebagai seorang survivor yang menjadikan Linda Agum Gumelar bersentuhan dengan masalah Kanker payudara. Awalnya di tahun 1996 ketika dokter memvonis kanker payudara, dirinya sempat shock. Namun Linda tidak menyerah dengan keadaan yang menimpa dirinya. Sebelum stadium lanjut, ia memutuskan untuk berobat ke Belanda, atas saran dari Rima Melati yang sebelumnya juga pernah mengalami kanker payudara. Menurut pengalaman Linda, pengobatan kanker payudara memerlukan proses yang cukup lama dalam proses penyembuhan. Ia menghabiskan waktu selama kurang lebih lima tahun, untuk dinyatakan bebas dari kanker payudara. Padahal kanker yang dialami Linda baru pada stadium awal.62
Dengan nasib yang dialami inilah, keputusan Linda Agum Gumelar beserta para survivor lainnya untuk mendirikan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ). Linda sadar betul, bahwa tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap penyakit kanker payudara masih rendah. Padahal tingkat kematian akibat penyakit ini masih terbilang tinggi, terutama bagi kaum perempuan.63
Linda memahami bahwa biaya untuk pengobatan penyakit kanker payudara terbilang cukup besar. Tentu besaran biaya tersebut tidak bisa dijangkau oleh masyarakat dengan penghasilan kecil. Terlebih dana bantuan dari pemerintah untuk penderita kanker payudara nyaris tidak ada. Kenyataan inilah yang mendorong Linda Agum Gumelar melalui bendera Pita Pink,
62
Wawancara dengan Linda Agum Gumelar, pada 26 Mei 2008
63
(53)
bangkit membantu penderita kanker payudara. bahkan ia memberikan bantuan cuma-cuma bagi penderita yang benar-benar tidak mampu secara finansial.64
Melalui mobil mammografi, Linda Agum Gumelar bersama ”Program Pita Pink” melakukan kampanye mengenai pentingnya kesehatan payudara. Dari mall ke mall, dari seminar ke seminar bahkan sampai kunjungan dari rumah ke rumah, ia lakukan demi menggalakan pentingya kesehatan payudara.65 ”Ibu Linda selalu hadir dalam kegiatan YKPJ. Ia banyak membantu ketika ada event yang diselenggarakan oleh YKPJ. Seperti medatangkan artis-artis, promo dengan media, mencarikan donatur-donatur dari dalam maupun luar negeri. Tanpa Ibu Linda mungkin kita (YKPJ-red) akan kesulitan untuk bergerak”, demikian jelas dr. Soecipto, Sp.B(K)Onk.
C. Pemikiran Linda Agum Gumelar.
Sebagai seorang muslimah Linda sadar betul, akan fungsi dan peranannya baik sebagai ibu dalam rumah tangga maupun sebagai seorang wanita karir. Keberhasilannya mendidik putra-purtinya merupakan sebuah jawaban tentang asumsi keliru dari sebagian orang yang menyebutkan sukses sebagai wanita karir tidak selamanya sukses dalam membangun rumah tangga.
Bukan perkara yang mudah untuk mengatur waktu, dikala mendampingi suami disaat tugas, mendidik putra-putri sampai mengurus kesibukaannya dalam berorganisasi. tetapi komitmen dan dedikasi beliau
64
Ibid
65
Wawancara dengan dr.Sutjipto. Sp.B(K)Onk Ketua Umum YKPJ, pada 25 Mei 2008
(54)
terhadap tugas dan tanggung jawab, menjadikan Linda selalu menjadikan skala prioritas terhadap tanggung jawab yang ia jalani. Sehingga segala sesuatu menjadi terarah, karena perencanaan yang matang.
Linda selalu mengkritisi tentang pemahaman sebagian orang tentang ajaran Islam yang membelenggu, hak-hak kaum perempuan. Ia tidak sependapat tentang pemahaman orang bahwa perempuan adalah hanya pelengkap dalam keluaraga. Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang sangat mulia, tetapi tugas perempuan tidak boleh terpaku pada tataran mengurus rumah tangga dan mendidik anak saja. Seorang isteri punya tanggung jawab yang sama dengan seorang suami untuk ikut menafkahi keluarganya. Andaikan seorang suami sudah tidak dapat bekerja lagi, maka peran istri yang harus menafkahi keluarga. Pemahaman Linda Agum Gumelar merujuk pada ayat Al-Qur’an.66
☺
⌦
☺
Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang berimana, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiyaya walau sedikitpun.(Q.S Al-Nisa 4: 124)
66
(55)
☺
☯
⌦
☺
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepedanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baikdari apa yang telah mereka kerjakan (Q.s Al-Nahl 16 : 97 )
Jadi menurut Linda, Allah SWT memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki maupun perempuan untuk berlomba-lomba dalam kebajikan. Linda menambahkan laki-laki maupun perempuan punya tanggung jawab yang sama untuk berdakwah sesuai dengan bidangnya. Dakwah dalam pemahamann Linda, bukan hanya pada penyampaian pesan ynag bersifat religius semata. Melainkan dakwah memiliki makna yang luas, berupa transformasi ilmu pengetahuan dari orang-orang yang tidak mengerti menjadi paham, dari orang-orang yang tidak bisa menjadi bisa. Esensi dari dakwah itu sendiri adalah keikhlasan dari penyampai pesan (dai) untuk merubah paradigma manusia (mad’u) ke arah yang lebih baik.67
67
(56)
Umumnya sebagai aktivis perempuan Linda pun sempat menolak hegemoni laki-laki dalam peranan publik. Bagi Linda siapapun mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat mempereloh pekerjaan dan mengaktualisasikan segala kemampunan yang dimilikinya. Laki-laki dan perempuan jelas berbeda, namun perbedaan tersebut bukan untuk alasan berlaku diskriminatif terhadap salah satunya. Perbedaan tersebut merupakan sunatullah untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Sebagai seorang istri perempuan hendaknya menjaga kehormatan suaminya, istri yang baik adalah istri yang patuh terhadap suaminya selama sang suami selalu mengajarkan ketaatan kepada Allah. Sedangkan kewajiban suami adalah menjaga, melindungi serta membimbing istri dan anak kejalan kebajikan. Itulah konsep keadilan dalam Islam.68
Tidak banyak yang tahu tentang konsep pemikiran keislaman Linda Agum Gumelar. Karena ia berasal dari kultur keluarga nasionalis, dengan aktivitas sosialnya yang tidak memandang latar belakang agama. Menjadikan Linda semakin kental sebagai sosok nasionalis.69 Bagi Linda ia tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, bahkan ia mengakuinya berasal dari keluarga nasionalis. Tetapi Linda sempat memberi catatan, bahwa orang nasionalis bukan berarti anti agama, sedangkan orang yaang agamis bukan berarti anti nasionalis. ”Kini saatnya kita sebagai hamba Allah untuk memberikan segala sesuatu bagi orang yang membutuhkan, dan sebagai bangsa kita bekerja untuk
68
Ibid,
69
(57)
memberikan yang terbaik demi kemajuan bangsa dan negara ini,” demikian tutur Linda.70
4 Profile Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta 1. Profile Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta
Yayasan Kanker Payudara Jakarta (YKPJ) sebagai organisasi nirlaba yang merupakan mitra pemerintah untuk menggalangkan kegiatan penyuluhan dan penanggulangan kangker Payudara di Jakarta. Dalam programnya sering mempromosikan dan menggembor-gemborkan pentingnya Mammografi dan lakukan secara dini Sadari. Baik dalam bentuk iklan, kampanye, poster dan lainnya.71
Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta berdiri pada tanggal 19 Desember 2003, sebelumnya bernama Jakarta Society Of Breast Cancer.
Yayasan ini berdiri dilatar belakangi dengan banyaknya pasien-pasien yang datang dalam stadium lanjut. Selama kurang lebih 40 tahun terakhir data-data di seluruh rumah sakit, menyebutkan pasien penderita kanker payudara selalu datang dari stadium lanjut. Keadaan tersebut merata di seluruh Indonesia, tahun 1966 ada satu studi di Rumah Sakit Cipto, oleh
70
Wawancara dengan Linda Agum Gumelar, pada 26 Mei 2008
71
Wawancara dengan dr.Sutjipto. Sp.B(K)Onk, selaku ketua umum YKPJ, pada 25 Mei 2008
(58)
bagian bedah, memaparkan data–data pasien yang datang dari 70% data tersebut, pasien dengan stadium tiga ke atas, sehingga menyebabakan angka pencapaian penyembuhan menjadi rendah sekali.72
Menurut angka statistik dunia khusus di negara maju jumlah kanker payudara lebih banyak tetapi angka kesembuhan juga lebih banyak, artinya sepaporitnya kalau di negara berkembang jumlahnya lebih sedikit angka kesembuhannnya juga sedikit.
”Menurut badan kesehatan dunia (WHO) penyakit kanker tumbuh menjadi 20% setiap tahun secara kontinyu. Sementara penyakit lain lebih rendah, sehingga waktu itu sekitar pada tahun 2003 setelah sekian tahun saya berprofesi sebagai dokter ahli bedah umum onkologi yang menangani khusus penyakit ini, beliau berpendapat perlu ada kegiatan–kegiatan yang khusus yang terpokus untuk dalam rangka penyuluhan ini”, papar dr. Sucipto.
Adapun Yayasan Kanker Indonesia (YKI) lebih kepada kegiatan hilir, seperti menyantuni pasien-pasien yang telah kena penyakit akan tetapi kegiatan hulunya jauh lebih rendah.
Secara umum penanganan problem penyakit kanker ada 2 yaitu : problem hilir dan problem hulu. Problem hilir yaitu bisa berupa pengobatan, rehabilitasi, pengobatan paska kesembuhan, sedangkan problem hulu yaitu
72
(59)
deteksi dini, promosi pada masyarakat, yaitu tentang bawaannya penyakit tersebut, dan cara penyembuhannnya.73
Rendahnya pendidikan masyarakat dan sedikitnya fasilitas yang menyediakan informasi tentang penyakit ini menjadi salah satu faktor terbenturnya masalah dalam penanganan penyakit kanker payudara. Fenomena-fenomena yang telah nampak di negara maju menjadi bahan referensi pergerkan berdirinya YKPJ. Linda Agum Gumelar, SIP, Dra. Andy Endriarto Sutarto, Tati A.M Hendripriyono beserta dr. Sutjipto, Sp.B(K)Onk, sepakat untuk menderikan yayasan tersebut, karena memiliki kesamaan misi tersebutlah maka YKPJ berdiri.
Kemudian terbentuklah Jakarta Society of Breast Cancer,
perhimpunan penyuluhan penanggulangan kanker payudara, semacam itulah nama awalnya. Namun demikian pada perkembangannya, karena mengelola dana dari publik dan mendapat fun rising, akhirnya Jakarta Society of Breast Cancer harus berubah menjadi yayasan, beberapa bulan kemudian setelah itu tepatnya pada tanggal 19 Desember 2003, berubah bentuk menjadi Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ), serta mendapatkan pengesahan dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.74
Kanker payudara merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi masyarakat dunia. Menurut WHO, tingkat kematian akibat kanker payudara masih terbilang tinggi terbukti setiap lima juta dari tujuh juta penderita kanker payudara nyawanya tidak dapat terselamatkan. Di Indonesia
73
Ibid,
74
(60)
kanker payudara menduduki peringkat 2 (dua) terbanyak setelah kanker mulut rahim.75
Sayangnya kanker payudara di Indonesia sering ditemukan pada stadium yang sudah lanjut, padahal secara dini kanker payudara dapat ditemukan dengan pemeriksaan klinik mammografi.
1.1 Misi YKPJ
E. Deteksi dini kanker payudara menjadi bagian general check up. F. Pelayanan deteksi kanker dapat dilakukan oleh semua rumah sakit. G. Penyuluhan kepada masyarakat tentang kanker payudara dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan relawan terlatih.
H.Penderita paska pelayanan kanker payudara dapat tetap eksis dibidangnya masing-masing.76
1.2 Target YKPJ
6. Menurunkan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut.
7. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap kanker payudara.
8.
Menemukan kanker payudara dini.77
75
Data WHO 2006, diakses pada 17 Februari 2007 jam 19.15 di www.yahoo.com
76
Majalah Pitapink YKPJ edisi tahun 2005, PPSN
77
Wawancara dengan dr.Sutjipto Sp.B(K)Onk, Ketua Umum YKPJ, pada 25 Mei 2008
(61)
2. Pita Pink
Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) membentuk suatu program kegiatan untuk kampanye dengan nama Program Pita Pink, Karena Pita Pink adalah lambang untuk kampanye terhadap bahaya kanker payudara secara internasional. Program ini akan bekerjasama dengan berbagai pihak melalui pembentukan program jejaring, seperti kerjasama dengan unsur-unsur organisasi sosial maupun pemerintah atau pihak-pihak swasta maupun sponsor.78
Pada setiap bulan Oktober, masyarakat diberbagai negara di dunia hampir selalu melakukan kegiatan kampanye secara serentak terhadap kesadaran akan bahaya penyakit kanker payudara. Pada bulan Oktober tersebut, YKPJ melalui program Pita Pink juga akan melakukan berbagai kegiatan yang berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penyuluhan-penyuluhan terhadap pentingnya pemeriksan dini terhadap penyakit kanker payudara. Dengan bekerjasama dengan berbagai pihak dari pemerintah maupun swasta, Panitia Pita Pink akan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan.79
2.1 Program Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan radiologi khusus, menggunakan sinar X dosis rendah, untuk mendeteksi kanker payudara sedini mungkin,
78
Wawancara dengan dr.Sutjipto.Onk Ketua Umum YKPJ, pada 16 April 2008
79
(62)
bahkan sebelum adanya perubahan yang kelihatan pada payudara ataupun benjolan yang dapat dirasakan.
Mammografi dianggap sebagi alat yang paling efektif untuk deteksi dini kanker payudara, sebab dapat mendeteksi hampir 80% - 90% dari semua kasusu kanker payudara. Mammografi menggambarkan dengan jelas perbedaan kepadatan suatu tumor dengan jaringan sekitarnya, sehingga kanker payudara ukuran kecil sekalipun dapat dideteksi.80
Dengan teknologi yang mutakhir, maka sinar X yang dipancarkan sangat kecil sehingga tidak membahayakan.Wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena resiko kanker payudara perlu melakukan mammografi. Mammografi dianjurkan dilakukan oleh wanita berusia 40 tahun keatas.
Resiko penyebab terjadinya kanker payudara belum diketahui, tapi ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya kanker payudara, yaitu ;81
c) Mendapat haid pertama kurang dari 10 tahun. d) Mengalami mati haid setelah umur 50 tahun. e) Tidak menikah
f) Tidak pernah melahirkan
g) Melahirkan anak pertama sesudah umur 35 tahun. h) Tidak pernah menyusui anak.
i) Pernah mengalami oprasi payudara yang disebabkan oleh kelainan tumor jinak atau ganas payudara
j) Diantara anggota keluarga ada yang menderita kanker.
80
Ibid
81
(63)
Persyaratan pemeriksaan mammografi diantaranya : 1) Diutamakan telah berusia 40 tahun keatas.
2) Usia diatas 35 tahun dapat diperiksa terutama dengan faktor resiko. 3) Hari ke 7-10 setelah haid.
4) Tidak sedang menyusui.
2.2 Program SADARI
SADARI yaitu pemeriksaan payudara sendiri yang harus dilakukan oleh setiap wanita sebulan sekali, karena 80% benjolan di payudara dapat diketahui oleh wanita tersebut.
Adanya benjolan atau keluhan pada payudara harus diwaspadai sebagai gejala kanker payudara dan perlu diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui apakah benjolan tersebut jinak atau ganas.82
Bagi wanita yang masih haid, SADARI, pemeriksaan oleh dokter, mammografi maupun USG payudara sebaiknya dilakukan sesudah selesai haid (hari ke 10 – 20 dari siklus haid) dimana payudara dalam keadaan tidak tegang, agar pemeriksaan terasa nyaman. Bagi wanita yang telah menopause, lakukan SADARI pada tanggal tertentu dari setiap bulannya, misalnya setiap tanggal kelahiran, atau tanggal lainnya yang mudah diingat. Pemeriksaaan oleh dokter dan mammograpi dapat dilakukan kapan saja. Walaupun anda tidak merasa ada keluhan, periksakan diri anda secara rutin ke dokter mulai
82
(64)
usia 35 tahun. Bagi wanita yang dalam keluarganya terdapat riwayat kanker, pemeriksaan harus dimulai pada usia yang lebih awal (kurang dari 35 tahun).83
83
(65)
BAB IV
TEMUAN DATA PENELITIAN DAN PEMBATASAN
5 Bentuk Komunikasi Linda Agum Gumelar
I. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonalcommunication
Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang serta tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal.84Menurut sifatnya, komunikasi antarpersonal dibedakan menjadi dua, yakni komunikasi diadik (dyadic communication), dan komunikasi kelompok kecil (small group communication).
Fokus dari pendekatan diadik adalah hubungan antara seseorang pemimpin dengan orang lain yang biasanya merupakan seorang pengikut, sebagian besar teori dyadic memandang kepemimpinan sebagai proses pengaruh timbal balik antara pemimpin dengan orang lain85.
Banyak hal yang Linda Agum Gumelar lakukan dalam pemberdayaan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta. Adapun implementasi strategi komunikasi Linda Agum Gumelar yang berbentuk interpersonal, diantaranya yaitu :
84
Mulyana, Deddy, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung : PT.Rosdakarya 2001),Cet.Ke-3, h.73
85
Yukl, Gary, Kepemimpinan Dalam Organisasi, (Jakarta : PT.Indeks 2005), edisi kelima, h.17
(66)
a. Mengunjungi pasien-pasien kanker payudara dan memberikan dukungan terhadap pasien kanker payudara untuk tetap semangat dalam menjalani hidup, kegiatan tersebut dilakukan sedikitnya setahun sekali, biasanya dilakukan pada ulang tahun YKPJ.
b. Melalui pendekatan personal Linda Agum Gumelar bisa meyakinkan para
stiek holder dari berbagai instansi untuk dapat bekerjasama dalam
”Program Pita Pink”. Adapun contoh-contoh komunikasi personal yang dilakukan Linda Agum Gumelar dengan Ruby Sjabana sebagai direktur Mark&Spencer, terealisasinya bantuan berupa sumbangan kepada YKPJ Mark&Spencer. Komunikasi personal Linda Agum Gumelar dengan Dewi Lestari sebagai duta Mark&Spencer, untuk menjadi pemandu acara dalam kegiatan YKPJ. komunikasi personal Linda Agum Gumelar dengan David Michum Brand Manager Lux untuk penandatangan MoU, dalam pemberian bantuan sumbangan dana kepada selaku donatur tetap YKPJ.
c. Komunikasi personal Linda Agum Gumelar dengan Pemerintah Republik Indonesia. Diterimanya para pengurus YKPJ pada tanggal 3 Agustus 2007 di Istana Negara oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono beserta Ibu Negara, Menteri Kesehatan Republik Indonesi Siti Fadillah Sufari, dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dr. Meutia Hatta. Setelah audensi dengan pemerintah legitimasi YKPJ semakin kuat dan mendapat dukungan dari pemerintah. Terbukti hadirnya Ibu Negara dalam pemeriksaan mammography. Selain itu juga peluncuran mobil
(67)
mammograpy yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan di Rumah sakit Dharmais pada ulang tahun YKP, juga di kehadiran Menteri Pemberdayaan Perempuan.
d. Komunikasi personal Linda Agum Gumelar, seperti dengan Andy Endriarto Sutarto, dan Tati A.M Hendripriyono, selaku dewan pembina lainnya pun berjalan cukup baik, ini dikarenakan kedekatan emosional yang terbangun sejak lama, menjadikan sebuah alasan yang kuat bagi Komunikasi personal Linda Agum Gumelar.
II. Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah : Bila proses komuikasi hal mana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar dari pada tatap muka dua orang, Komunikasi yang dilakukan berlangsung kontinyu dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima, Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. Dalam komunikasi kelompok kita mengenal seminar, diskusi panel, pidato, rapat akbar, pentas seni tradisional di desa, pengarahan ceramah. Dengan kata lain komunikasi sosial antara tempat, situasi, dan sasarannya jelas.86
Dalam kiprahnya yang berjalan hampir lima tahun ini, Linda Agum Gumelar menerapkan komunikasi yang ia gunakan dalam pengorganisasiannya, yaitu :
86
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT.Raja Grapindo Persada 2005), Cet.Ke-2, h. 33
(68)
I. Penyuluhan
Penyuluhan dengan tema “Female On The Movie’ yang diselenggarakan pada tanggal 13-16 Oktober 2007. Penyuluhan yang intensif ini dilakukan kepada para wanita agar mengerti mengenai masalah kanker payudara, walau pun ada kaum pria yang mengalami kanker payudara, tapi itu relatif kecil dibanding dengan kaum wanita. Femme peduli kanker payudara mengikuti Gerakan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) dan pengukuhan Mobil Mammografi Oleh Museum Rekor Indonesia MURI.
Bersamaan dengan acara Femme (Female On The Move) pameran untuk wanita dinamis, YKPJ turut serta dalam pameran tersebut sekaligus dalam rangka mempromosikan bulan peduli kanker payudara dan mobil mammografi. Pada 14 Oktober 2007, di Assembly Hall JHCC acara pengukuhan Mobil Mammografi pertama di Indonesia yang kedua kalinya, diberikan Jaya Suprana dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
J. Promosi Deteksi Dini
Promosi Deteksi Dini melalui Ceramah Kesehatan yang bertema "Lebih Jauh tentang Kanker khususnya kanker Payudara" 2 September
(69)
2007 bertempat di KOWANI. Dalam berbagai kegiatan YKPJ ini, yang menjadi prioritas utama Linda Agum Gumelar Adalah sosialisasi kepada masyarakat yaitu : Promosi deteksi dini, ini merupakan bagian terpenting dalam penanggulangan penyakit kanker payudara, oleh sebab itu promosi deteksi dini menjadi bagian yang prioritas.
Dalam rangka mengimplementasikan program edukasi, YKPJ melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif berupa ceramah dan penyuluhan kesehatan, YKPJ bersama dengan KOWANI dan Yayasan Daun Teratai Husada mengundang masyarakat umum untuk mengetahui lebih jauh penyakit kanker payudara.
K. Seminar – Seminar
Seminar- seminar yang dilakukan minimal tiga kali dalam setahun, pada tanggal 24 Mei 2008 di Gedung Nyi Ageng Serang, Jakarta. Peserta seminar tersebut diantaranya berasal dari siswa-siswi SMU se-Jakarta, program ini biasanya bekerjasama dengan lembaga atau instansi lain, diantaranya : Bra Yakual, Bank Mandiri, dan Reebock.
L. Ceramah Ilmiah di FKM UI
Aula FKM UI, 12 Juni 2007, Ceramah ilmiah dengan tema "Save Your Breast" ini merupakan acara penyuluhan untuk mahasiswa yang diselenggarakan oleh mahasiswa FKM UI. Tiket penjualan untuk acara
(1)
P. Faktor – faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dialami YKPJ dalam menerapkan strategi komunikasi ?
J. Paktor pendukung : dengan adanya bantuan dari sponsor swasta seperti : Group matahari, Group estelowder yang memproduksikan kecantiakn wanita, bekerja sama denagn PT yang memproduksi bra yakual untuk ikut berpartisipasi mendukung kegiatan – kegiatan YKPJ.
Paktor penghambat : Dulu - Dulu masih tabu, Ada, pengertian yang salah di masyarakat, kalau dioprasi tambah jadi tambah nyebar, tambah ganas, Salah satu efek samping sadar Mammografhi.
Ya itu tadi Keterbatasan dana untuk menyantuni, bantuan dana untuk yang kurang mampu masih agak terbatas, 2) pengertian dan kesadaran masyarakat masih rendah sehingga sosialisasi penyuluhan terus menerus harus kita lakukan. Secara kultur masyarakat indonesa ini masih percaya terhadap pengobatan yang irasional, bukan hal mudah memmerangi hal tesebut bukan hal yang sederhana mudah dan perlu waktu, bahwa pengobatan – pengobatan itu harus yang rasiuonal. Dan kita sangat kecewa terhadap media yang menayangkan pengobatan - pengobatan yang tradisional irasioanal.
(2)
P. Seberapa lama ibu Linda berkiprah di YKPJ ?
J. Sebab ia sebagai seorang pendiri, ya sejak berdirinya YKPJ tersebut.
P. Dari mana saja sumber dana YKPJ ? Bisa di jelaskan ?
J. Dana masyarakat yang tidak terikat, Sumbangan - Sumbangan dari
pribadi – pribadi, Pun riseng melakukan pertandingan golp. Sudah 2kali modus show dalam rangka mencari dana untuk kegiatan YKPJ, dan membantu pengonbatan masyarakat yang tidak mamapu.
Jakarta, 25 Mei 2008
Dr.Sutjipto,Sp.B (K)Onk Desi Lestari
(3)
(4)
(5)
(6)