BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pelayanan kesehatan bagi masyarakat dirasakan belum layak. Ketidaklayakan ini bisa bersumber dari banyak faktor,
misalnya faktor human error, bencana alam, ekonomi miskin, status sosial, dan budaya. Faktor ekonomi miskin menyebabkan masyarakat miskin
diperlakukan secara tidak adil, tidak layak dan tidak sama. Layanan kesehatan masyarakat belum adil di tataran orang dengan ekonomi kelas bawah. Hanya
masyarakat yang mampu saja yang bisa menikmati layanan kesehatan menggunakan teknologi canggih, sementara masyarakat miskin hanya puas
dengan pelayanan seadanya dan asal-asalan.
1
Ketidaksamaan perlakuan terhadap pasien dikarenakan oleh human error
, sering terjadi, misalnya, tidak ada komunikasi antara dokter dengan pasien, dan anggapan bahwa pasien lebih rendah posisinya dari dokter.
Akibatnya, banyak ditemukan kesalahan praktek yang merugikan, salah obat dan berakibat fatal bagi pasien. Pemberi layanan merasa sebagai orang yang
paling tahu, paling pandai, sehingga menjadi satu-satunya penentu untuk mengobati pasien. Cara ini cenderung serampangan dan mengabaikan
kemampuan pasien. Misalnya, tidak ada komunikasi antara dokter dengan pasien, dan anggapan bahwa pasien di sisi lain, harga berobat mahal, tidak
1
Revolusi Layanan Kesehatan, diakses pada tanggal 17 Februari 2007 jam 19.15 dari http:www. najlahblogh.com,
terjangkau oleh masyarakat kelas rendah. Perlindungan terhadap konsumen juga tergolong rendah. Tiada komunikasi antara dokter-pasien telah
mengakibatkan meningkatnya sejumlah penyakit yang tiada kunjung sembuh, bahkan kecenderungan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat Indonesia terutama kaum perempuan menjadi pemicu terhadap minimnya pengetahuan mereka akan
kesehatan. Terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan Sehingga tidak mengherankan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia menempati urutan
kedua terburuk setelah Myanmar untuk kawasan Asia Tenggara.
2
Anggapan-anggapan yang telah baku mengenai supremasi laki-laki atas perempuan dengan menyandarkan dalil-dalil keagamaan justru telah
merugikan kaum perempuan
3
. Hal tersebut diperparah lagi dengan legitimasi dari sebagian kaum perempuan bahwa mereka telah menjadi imferior dari
kaum laki-laki. Sehingga pendidikan bagi perempuan bukan menjadi skala prioritas. Maka tidak mengherankan apabila pemahaman tentang kesehatan
menjadi terbelakang. Sosok perempuan adalah pendamping bagi suaminya. Ia juga
merupakan ibu bagi anak-anaknya. Keberadaannya saling melengkapi. Isteri bukan sebagai beban suami, dan anak bukan menjadi beban keluarga. Maka
hubungan suami isteri, laki-laki dan perempuan adalah hubungan kemitraan. Dari sini dapat dimengerti sesungguhnya ayat-ayat Al-qur’an menggambarkan
2
Data WHO 2006, diakses pada tanggal 17 Februari 2007 jam 19.15 dari http:www .yahoo.com,
3
Dr. Nassaruddin Umar, MA, Argumen Kesetaraan Gender : Jakarta, Paramadina 2001, h. 7
hubungan laki-laki dan perempuan, suami dan isteri sebagai hubungan saling menyempurnakan yang tidak dapat terpenuhi kecuali atas dasar kemitraan.
4
فوﺮْ ْﺎﺑ نوﺮ ْﺄ ﺾْ ﺑ ءﺎ ْوأ ْ ﻬﻀْ ﺑ تﺎﻨ ْﺆ ْاو نﻮﻨ ْﺆ ْاو ﻪﱠ ا نﻮ ﻄ و ةﺎآﱠﺰ ا نﻮ ْﺆ و ةﺎ ﱠﺼ ا نﻮ ﻘ و ﺮﻜْﻨ ْا ﻦ نْﻮﻬْﻨ و
ﺰ ﺰ ﻪﱠ ا ﱠنإ ﻪﱠ ا ﻬ ﺣْﺮ ﺳ ﻚﺌ وأ ﻪ ﻮﺳرو ﻜﺣ
ﻪﺑﺔ ا
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan , sebagian mereka adalah awliya bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh mengerjakan yang
ma’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat dari Allah,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Qs. Attaubah 9:7
Jadi Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Namun bukan untuk dibeda-bedakan apalagi harus ada yang mendapatkan
perlakuan diskriminatif. Karena sesungguhnya perbedaan tersebut merupakan suatu anugerah apabila manusia mau berfikir .
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh perempuan dan tidak dimiliki oleh laki-laki adalah keindahan bentuk payudaranya. Dari payudara inilah
menghasilkan ASI yang memiliki banyak manfaatnya. ASI yang dihasilkan oleh ibu-ibu yang memiliki balita dapat menekan angka kematian bayi hingga
13 persen sehingga dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta, angka
4
M. Qurais Sihab, Tafsir Almisbah
kelahiran total 221000 kelahiran hidup, angka kematian balita 461000 lahiran hidup maka jumlah bayi yang akan terselamatkan sebanyak 30 ribu.
5
Namun yang patut disayangkan tingkat pemberian ASI secara eksklusif di tanah air hingga saat ini, masih tergolong sangat rendah, yakni
antara 39 persen hingga 40 persen dari jumlah ibu yang melahirkan padahal pemberian ASI dapat menurunkan resiko terkena kanker payudara dan kanker
rahim. Hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman akan fungsi dan peranan payudara yang dimiliki kaum perempuan itu sendiri.
6
Penyakit kanker payudara merupakan momok yang paling menakutkan bagi sebagian besar kaum perempuan. Namun demikian banyak diantara
mereka yang tidak memahami penyebab timbulnya penyakit tersebut. Sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana diteksi dini dalam mencegah
kanker payudara. Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia menempati urutan
kedua setelah kanker leher rahim. Penderitanya pun ada yang baru berusia 18 tahun. Padahal di negara-negara lain, Eropa atau Amerika misalnya, jumlah
penderita kanker payudara tidak begitu banyak dibanding dengan jumlah penderita kanker jenis lain. Hal ini disebabkan di negara-negara tersebut
kesadaran untuk melakukan deteksi dini sudah berkembang baik. Kebanyakan kanker payudara ditemukan pada stadium awal, sehingga segera dapat diobati
5
Setiap Tahun 30 Ribu Anak Dapat Diselamatkan Dengan Pemberian ASI, pada tanggal 6 Desember 2007 jam 19.00 diakses dari http: www.idionline.net
6
Ibid,
dan disembuhkan. Sedang di negara kita, kebanyakan kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut, ketika penyembuhan sudah sulit dilakukan.
7
Dengan konteks ini peneliti tertarik untuk mengkaji Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam program Pita Pink di Yayasan
Kesehatan Payudara Jakarta, karena Linda Agum Gumelar bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dengan Yayasaan Kesehatan Payudara
Jakarta YKPJ. Sebagai salah seorang pendiri yayasan sekaligus Dewan Pembina, andil Linda Agum Gumelar cukup besar dalam menentukan arah
dan kebijkan yayasan tersebut. Rendanya pemahaman mengenai penyakit kanker payudara, menjadi alasan Linda Agum Gumelar untuk melalukan
berbagai upaya sosialisasi tentang pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan payudara.
Berdasarkan latarbelakang pemikiran inilah, maka peneliti tertarik
meneliti dengan judul : “Strategi Komunikasi Linda Agum Gumelar dalam Program Pita Pink di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta”
Judul tersebut fokus pada bentuk dan strategi komunikasi yang dikembangkan dan
diimplementasikan oleh Linda Agum Gumelar dalam menjalankan programnya.
7
“Periksa Payudara Sendiri Yuk” , diakses pada tanggal 10 Desember 2007 jam 19.15 dari http: www.rumahkanker.com,
B. Batasan dan Rumusan Masalah