Pengelolaan bahan pustaka berbahasa Arab pada Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta

(1)

Pengolahan Bahan Pustaka Berbahasa Arab pada

Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh :

Ahmad Faliti Yunus

NIM : 0025018600

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Pengolahan Bahan Pustaka Berbahasa Arab pada

Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

Ahmad Faliti Yunus NIM: 0025018600

Di bawah bimbingan:

Agus Rifai, S.S, M.Ag NIP. 150 289 482

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul

Pengolahan Bahan Pustaka Berbahasa Arab

pada Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta

telah diujikan dalam

sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 08 September 2009. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu

Perpustakaan (S.IP) pada program studi Ilmu Perpustakaan

Jakarta, Januari 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Jurusan,

Sekertaris Jurusan,

Drs. Rizal Saiful Haq, M.A

Pungki Purnomo, M.LIS

NIP. 780 005 380

NIP. 150 295 486

Penguji I

Penguji II

Drs. Kailani Eryono, M.M Agus Rifai, M.Ag

NIP. 150 050 930 NIP. 150 289 482


(4)

No : Istimewa Jakarta, 17 Maret 2009 Lamp : 1 (satu) Bundel

Hal : Pengajuan Judul Skripsi Kepada Yth,

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Ahmad Faliti Yunus Nim : 0025018600

Fak/Jur : Adab dan Humaniora / Ilmu Perpustakaan dan informasi Bermaksud mengajukan skripsi dengan judul :

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA BERBAHASA ARAB PADA PERPUSTAKAAN UMUM ISLAM IMAN JAMA

Sebagai bahan pertimbangan, saya sertakan : 1. Outline

2. Isi Bab I (pendahuluan) 3. Daftar Pustaka sementara 4. Surat Perpanjangan Studi

Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas perhatian dan pertimbangan Bapak. Besar harapan saya untuk disetujui pengajuan judul ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Ketua Jurusan Yang Mengajukan,

Drs. Rizal Saiful Haq, MA Ahmad Faliti Yunus NIP.780.005.380 0025018600


(5)

No : Istimewa Jakarta, 16 Maret 2009 Lamp : 1 (satu) Bundel

Hal : Pengajuan Judul Skripsi Kepada Yth,

Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Desi Sofyani

Nim : 0025018607

Fak/Jur : Adab dan Humaniora / Ilmu Perpustakaan dan informasi Bermaksud mengajukan skripsi dengan judul :

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN UTAMA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Sebagai bahan pertimbangan, saya sertakan :

5. Outline

6. Isi Bab I (pendahuluan) 7. Daftar Pustaka sementara 8. Surat Perpanjangan Studi

Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas perhatian dan pertimbangan Bapak. Besar harapan saya untuk disetujui pengajuan judul ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Ketua Jurusan Yang Mengajukan,

Drs. Rizal Saiful Haq, MA Desi Sofyani


(6)

SURAT PERNYATAAN

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Ahmad Faliti Yunus NIM : 10025018600

Fak / Jur : Adab dan Humaniora / Ilmu Perpustakaan

Judul Skripsi : Pengolahan Bahan Pustaka Berbahasa Arab Pada Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta

Dengan ini saya menyatakan bahwa keterlambatan menyerahkan skripsi setelah sidang skripsi yang dilaksanakan pada tanggal 8 September 2009 karena mengantar adik ipar saya ke Rumah Sakit untuk menjalani check up yang dilakukan setiap dua kali dalam seminggu terhitung mulai tanggal tanggal 15 Oktober 2009 sampai dengan menjalani operasi pada tanggal 1 Desember 2009.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 02 Maret 2010

Ahmad Faliti Yunus NIM 10025018600


(7)

SURAT PERNYATAAN

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Desi Sofyani

NIM : 10025018607

Fak / Jur : Adab dan Humaniora / Ilmu Perpustakaan

Judul Skripsi : Pelestarian Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dengan ini saya menyatakan bahwa keterlambatan menyerahkan skripsi setelah sidang skripsi yang dilaksanakan pada tanggal 8 September 2009 karena mengantar adik saya ke Rumah Sakit untuk menjalani check up yang dilakukan setiap dua hari sekali dalam seminggu terhitung mulai tanggal tanggal 15 Oktober 2009 sampai dengan menjalani operasi pada tanggal 1 Desember 2009.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 02 Maret 2010

Desi Sofyani NIM 10025018607


(8)

ABSTRAK

AHMAD FALITI YUNUS

Pengolahan Bahan Pustaka Berbahasa Arab Pada Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta dalam penentuan tajuk utama nama pengarang Arab sudah sesuai atau belum dengan pedoman yang digunakan, mengetahui pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab, dan juga dapat menentukan sistem transliterasi alih tulisan Arab Latin. Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yakni penelitian studi perpustakaan dan penelitian lapangan. Dari hasil penelitian lapangan dengan cara observasi dan wawancara, penulis menentukan bahwa pengolahan bahan pustaka berbahasa Arab pada Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta belum kosisten dalam menggunakan pedoman yang digunakan.

Dalam hal penentuan tajuk nama pengarang Arab Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta belum konsisten dan belum sesuai dengan pedoman yang digunakan. Pada klas 2x0 tingkat kesalahan 0,4% dari 10 deskripsi, klas 2x1 tingkat kesalahan 0,26% dari 13 deskripsi, pada klas 2x2 tingkat kesalahan 0,56% dari 14 deskripsi, pada klas 2x3 tingkat kesalahan 0,2% dari 10 deskripsi, pada klas 2x4 tingkat kesalahan 0,75% dari 15 deskripsi, pada klas 2x5 tingkat kesalahan 0,27% dari 9 deskripsi, pada klas 2x6 tidak terdapat kesalahan, pada klas 2x7 tingkat kesalahan 0,03% dari 3 deskripsi, pada klas 2x9 tingkat kesalahan 1,89% dari 21 deskripsi.

Dalam hal transliterasi Huruf (sa) jumlah huruf 12 tingkat kesalahan 83%, huruf (ja) jumlah huruf 26 tingkat kesalahan 77 %, huruf (ha) jumlah huruf 131 tingkat kesalahan 60 %, huruf (dal) jumlah huruf 193 tingkat kesalahan 1 %, huruf (zal) jumlah huruf 6 tingkat kesalahan 33 %, huruf (zai) jumlah huruf28 tingkat kesalahan 36 %, huruf (syin) jumlah huruf40 tingkat kesalahan 25 %, huruf (sad) jumlah huruf 37 tingkat kesalahan 59 %, huruf (dad) jumlah huruf 12 tingkat kesalahan 75 %, huruf ( tho) jumlah huruf tingkat kesalahan 84 %, huruf (zho) jumlah huruf 4 tingkat kesalahan 75 %, huruf (gain) jumlah huruf 13 tingkat kesalahan 62 %, huruf (wau) jumlah huruf 126 tingkat kesalahan 2 %, huruf ( ya) jumlah huruf 285 tingkat kesalahan 1,05 %.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan. Segala keberhasilan dan suka duka dalam menyelesaikan skripsi ini adalah pemberian-Mu yang tiada tara. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW., yang senantiasa membimbing umatnya menuju jalan yang lurus.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa tidak sedikit mengalami hambatan dan rintangan terutama karena keterbatasan kemampuan penulis, waktu dan buku-buku referensi yang tersedia. Namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan.

Sehubungan dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Abd. Chair., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2. Bapak Drs. Rizal Saiful Haq. MA., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

3. Bapak Pungki Purnomo M.LIS , selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,


(10)

4. Bapak Agus Rifa’i, S.S, M.Ag, selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini,

5. Segenap dosen jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

6. Bapak Drs. H. M. Kailani Eryono, MM. Selaku Direktur Pelaksana, serta semua staf Pusat Perpustakaan Islam Indonesia Masjid Istiqlal Jakarta yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,

7. Ayah dan ibunda tercinta, H. Yahya dan Hj. Rusmiati yang banyak berjasa dalam mengasuh, mendidik dan membimbing penulis dengan sabar dan kasih sayang sejak lahir, serta selalu mendoakan dalam penyelesaian skripsi ini,

8. Istriku tercinta, Desi Sofyani yang telah memberikan doa dan dukungan untuk sama-sama dalam penyelesaian skripsi ini,

9. Keluarga besar H. Usman (kakekku), adik-adikku, “aung” makasih buat dandanin komputernya yang sering rusak, cang aji dan cing ajiku di Meruya yang selalu memberikan dorongan dengan penuh keikhlasan agar penulis selalu optimis dalam penyelesaian skripsi ini,

10. Ayah dan mama H. A. Sahlani dan Hj. Mulyati (mertuaku), adik-adikku, nana, ulfah, ana dan aa’, terimakasih atas doa, dorongan dan masukan yang kalian berikan untuk penyelesaian skripsi ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan ’00 yang telah banyak memberikan dorongan dan dukungannya, khususnya Niswati Fatimah dan Azmi, Nuni Hadiyati, Ani Listianingsih,


(11)

Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Ucapan terimakasih ini diiringi doa penulis, semoga Allah SWT., membalas amal kebaikan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, Aamin.

Karena berbagai keterbatasan penulis, skripsi ini jauh dari kesempurnaan, namun begitu tidak berlebihan jika penulis masih berharap bahwa skripsi ini ada manfaatnya khususnya bagi penulis sendiri.

Jakarta, November 2009

Penulis


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan dan Batasan Masalah...

3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4

D. Metode Penelitian... 4

E. Sistematika Penulisan... 6

BAB II TINJAUAN LITERATUR

A. Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka... 7


(13)

B. Deskripsi Bibliografi Buku... 8

C. Penentuan Bentuk Tajuk Pengarang... 9

1. Penentuan Tajuk

Kepengarangan...10

a. Pengertian Tajuk Kepengarangan... 10

b. Berbagai Jenis Kepengarangan... 11

c. Cara menentukan Tajuk Pengarang... 11

d. Pedoman Penentuan... 13

2. Penentuan Nama Pengarang dan Kata Utama Arab... 21

a. Asal Usul Nama Arab... 22

b. Pola Umum Nama Arab... 26

D. Sistem Alih Tulisan dalam Katalogisasi Berbahasa Arab... 28

1. Pengertian Transliterasi... 28


(14)

2. Pedoman Transliterasi... 29

BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN MASJID ISTIQLAL JAKARTA

A. Sejarah Singkat Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta ... 31

B. Visi dan Misi Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta... 32

C. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta... 32

D. Struktur Organisasi Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta... 34

E. Kerjasama dan Lingkup Kegiatan Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta.. 35

F. Koleksi Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Penyajian Data... 41

1.Penentuan Tajuk Nama Pengarang Arab... 42

2.Transliterasi... 55


(15)

B. Analisis... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 70

B. Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA... 72


(16)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 No. Klasifikasi 2x0……….. 42

2. Tabel 2 No. Klasifikasi 2x1………... 43

3. Tabel 3 No. Klasifikasi 2x2……….. 45

4. Tabel 4 No. Klasifikasi 2x3……….. 47

5. Tabel 5 No. Klasifikasi 2x4……….. 48

6. Tabel 6 No. Klasifikasi 2x5……….. 50

7. Tabel 7 No. Klasifikasi 2x6……….. 51

8. Tabel 8 No. Klasifikasi 2x7……….. 52

9. Tabel 9 No. Klasifikasi 2x9……….. 53

10.Tabel 10 Alih tulisan Arab-Latin ...………... 56

11.Tabel 11 Penentuan tajuk………..…. 66


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan sebagai suatu sistem informasi berfungsi menyimpan pengetahuan dalam berbagai bentuk dokumen serta pengaturan sedemikian rupa sehingga informasi yang diperlukan dapat ditemukan kembali dengan cepat dan tepat. Makin besar koleksi yang dimiliki sebuah perpustakaan semakin perlu pula pemberian ciri (characterization) kepada semua dokumen melalui proses analisis yang dalam kegiatan perpustakaan disebut katalogisasi. Dalam proses ini setiap dokumen dibuatkan wakilnya yang disebut entri katalog. Setiap entri memuat deskripsi bibliografi yang mencantumkan ciri-ciri dokumen, seperti : pengarang, judul dan subyek, ciri fisik dan ciri lainnya1

Perkembangan bahan pustaka mengalami perluasan yang meliputi koleksi buku, jurnal, majalah, koran, kaset, CD, Mikrofilm, dan mikrofiche. Katalog diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aspek bibliografis dan isi sebuah dokumen. Artinya pengolahan bahan pustaka atau katalogisasi adalah sebuah proses penelaahan dan pengolahan keterangan dan hal-hal penting dari bahan pustaka menjadi katalog2.

Bahan-bahan pustaka diwakili dalam katalog atau daftar lain oleh entri-entri untuk memberi informasi yang lengkap tentang bahan-bahan apa yang ada tentang subjek tertentu dalam perpustakaan.

1

Muh Kailani Er, Daftar Tajuk Subyek Islam dan Sistem Klasifikasi Islam : Adaptasi dan perluasan DDC Seksi Islam (Jakarta: Puslitbang Lektur Agama Badan Litbang Agama

Departemen Agama, 1999), h. 1.

2

Muh Kailani Eryono, Pengolahan Bahan Pustaka, cet. 2 (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.3.


(18)

Bahan pustaka berbahasa arab menggunakan tulisan Arab yang sangat berbeda bentuk dan sifatnya dengan tulisan Latin. Oleh karena itu dalam penyusunannya di rak tidak bisa diatur bersama-sama dengan buku bertulisan Latin, jadi penyusunannya harus terpisah, hal ini untuk memudahkan penyusunan dan pembuatan katalog dan juga untuk memudahkan pencarian informasi yang dibutuhkan.3

“Dalam katalogisasi buku berbahasa arab seringkali dijumpai kesulitan-kesulitan dalam pengumpulan data bibliografis yang perlu dicantumkan dalam katalog. Kesulitan terutama berasal dari tipografi cetakan buku-buku lama dengan ciri antara lain : kadang-kadang halaman judul tidak jelas, banyak buku berhalaman judul dengan berbagai judul karya serta pengarang yang berbeda-beda, nama penerbit dan tempat terbit maupun tahun terbit sering kali tersembunyi atau bahkan tidak terdapat di dalamnya.”4

Pembuatan katalog pada dasarnya adalah sebagai berikut : setiap bahan informasi, apakah itu berupa buku atau bentuk fisik lainnya, akan dibuatkan uraian singkat yang disebut entri katalog. Setiap bahan pustaka dibuatkan entri katalog menurut peraturan-peraturan yang standar. Entri-entri inilah yang akan disususun menjadi katalog5.

“Katalog sangat berarti dalam sarana temu kembali informasi, apabila tepat aspek bibliografisnya maupun isi. Setiap bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dalam katalog diwakili oleh entri atau-entri-entri subyek untuk memberi informasi yang lengkap tentang bahan pustaka yang ada tentang subyek tertentu dalam perpustakaan. Jadi entri subyek merupakan alat penelusuran (retrieval Device) yang penting dalam perpustakaan guna memungkinkan pembaca dan petugas perpustakaan menemukan dengan cepat bahan-bahan diperlukan tentang subyek-subyek tertentu.”6

3

M Kailani Eryono, Katalogisasi Buku Berbahasa Arab, cet. 3(Jakarta: Kerjasama Pusat Pendidikan Islam Indonesia dan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1991), h. 4.

4

Muh. Kailani Eryono, Katalogisasi Buku Berbahasa Arab.h.4

5

Mastini Hardjoprakoso, Daftar Tajuk Subjek untuk Perpustakaan (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1995), h. V.

6


(19)

Dengan demikian permasalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yang pertama yaitu terletak pada penentuan kata utama nama arab (pengarang) seperti yang dikatakan Omoerha Sebagai berikut ” yang menjadi masalah nama dalam katalogisasi buku berbahasa arab adalah memilih kata utama dari unsur-unsur tajuk dari nama pengarang, masalah ini merupakan sumber perbedaan pendapat diantara para pengkatalog.7

Dari sajian diatas, khususnya mengenai katalogisasi berbahasa arab, hal ini menarik perhatian penulis untuk menyentuh permasalahan apa yang terjadi di atas, khususnya mengenai katalogisasi berbahasa arab, karena di dorong rasa tertarik penulis kepada yang demikian,yaitu katalogisasi berbahasa arab, maka penulis berkeinginan untuk mengambil subyek penelitian mengenai ” Pengolahan Bahan Pustaka Berbahasa Arab pada Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta” .

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penulisan skripsi ini tidak terlalu lebar dan meluas, maka penulis membatasi penelitian ini pada masalah-masalah yang berkaitan dengan katalogisasi deskriptif, dengan penekanan pada penentuan tajuk nama pengarang Arab dan transliterasi.

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sudah sesuaikah pembuatan katalog buku-buku berbahasa Arab di Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta khususnya dalam menentukan tajuk nama pengarang Arab dengan pedoman yang digunakan? dan apakah transliterasi sudah konsisten dengan pedoman yang digunakan?

7


(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui penentuan tajuk utama nama pengarang pada bahan pustaka berbahasa Arab.

2. Mengetahui pembuatan deskripsi bibliografi bahan pustaka berbahasa Arab.

3. Dapat menentukan sistem tranliterasi alih tulisan Arab-Latin Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang katalogisasi, terutama dalam katalogisasi berbahasa arab.

2. Untuk memberikan masukan kepada Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta dalam katalogisasi berbahasa Arab, sehingga koleksi yang disediakan dapat bermanfaat bagi para pengguna dalam memenuhi kebutuhan informasi.

3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain yang akan meneliti pembahasan yang sama.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Sumber Data

a. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari kepustakaan yang terdiri dari buku-buku, literatur-literatur, dokumen dan artikel yang berkaitan dengan masalah katalogisasi berbahasa arab.


(21)

b. Data primer yaitu data yang bersumber dari katalog buku-buku berbahasa Arab yang terdiri dari judul buku, nama pengarang,nama penerbit, tahun terbit, tempat terbit dan jumlah halaman.

2. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data-data atau informasi adalah :

a. Library Research (Riset Perpustakaan)

Dalam riset perpustakaan peneliti melakukannya dengan mempelajari buku-buku, literatur-literatur, dokumen dan artikel dengan maksud untuk mendapatkan gambaran teoritis sesuai dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.

b. Field Reserch (Penelitian Lapangan)

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian yaitu :

1. Obsevasi : penulis mengamati secara langsung untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

2. Wawancara : penulis mengambil informasi secara mendalam mengenai pengolahan bahan pustaka berbahasa arab pada Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta, dimana objek wawancara adalah kepala perpustakaan, pustakawan, dan elemen-elemen yang lain yang terlibat dalam permasalahan diatas.


(22)

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, penulis akan menguraikan secara sistematis tiap bab. Skripsi ini dibagi dalam lima bab, diantaranya yaitu :

BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penellitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Literatur

Bab ini berisi pengertian pengolahan bahan pustaka, deskripsi bibliografi buku, penentuan bentuk tajuk pengarang, dan sistem alih tulisan dalam katalogisasi berbahasa arab.

BAB III Gambaran Umum Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta

Bab ini berisi sejarah singkat, visi dan misi, fungsi dan tujuan, struktur organisasi, kerjasama dan lingkup kegiatan, serta koleksi Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta

BAB IV Hasil Penelitian

Bab ini berisi penyajian data penentuan tajuk dan penyajian data transliterasi pada Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta, serta analisis penentuan tajuk dan transliterasi.

BAB V Penutup


(23)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR A. Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka

Kata perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka, yang mendapat imbuhan per dan an sehingga berarti tempat atau kumpulan bahan pustaka. Sedang bahan pustaka adalah wadah informasi, dapat berupa buku dan non buku. Buku adalah hasil rekaman informasi yang tertulis atau tercetak, seperti buku teks atau monografi, majalah, brosur, dan lain-lain. Sedang non buku adalah hasil rekaman informasi berupa suara atau gambar pada pita, film dan lain-lain.8

Perpustakaan merupakan lembaga pengelola informasi yang mencakup tiga kegiatan utama yaitu : menghimpun, mengolah, dan memberdayakannya untuk dimanfaatkan oleh masyarakat pemakai. Sebuah perpustakaan dikatakan baik, apabila memenuhi persyaratan seperti : (a) dikelola menurut standar pengelolaan perpustakaan, (b) semua sumber informasi yang dimiliki dimanfaatkan oleh banyak orang secara optimal, dan (c) Dapat memberikan nilai tambah bagi penduduk disekitarnya. 9

Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu kegiatan pokok guna mengatur koleksi yang ada agar siap pakai dan berdaya guna secara optimal, jika membicarakan bahan pustaka, ruang lingkup yang dibahas meliputi katalogisasi deskriptif dan katalogisasi subjek. Tetapi dalam hal ini pembahasan lebih diprioritaskan pada katalogisasi deskriptifnya saja.

Katalog atau katalogus adalah daftar buku yang dimiliki satu atau beberapa perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu. Dalam katalog

8

Soeatminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h. 32.

9


(24)

dicantumkan hal-hal penting yang diperkirakan digunakan orang dalam menelusur suatu bahan pustaka dan informasi yang terkandung didalamnya, baik mengenai fisik maupun isi bahan pustaka tersebut, seperti nama pengarang, judul buku, penerbit, dan subjek yang terkandung didalamnya. Jadi pengolahan bahan pustaka atau katalogisasi adalah proses penelaahan dan pengolahan keterangan dan hal-hal penting dari bahan pustaka menjadi katalog.10

Katalog diharapkan memberikan gambaran tentang buku yang diproses, baik dari aspek bibliografis, isi yang terkandung didalamnya, tempat penyimpanannya di perpustakaan, maupun keterangan lain yang dianggap penting. Katalog sangat penting artinya bagi suatu perpustakaan. Itulah sebabnya sekalipun masih dalam bentuk yang amat sederhana, perpustakaan-perpustakaan yang lampau menyediakan katalog. Pada perpustakaan Baitul Hikmah di Baghdad (sekitar abad 10 M misalnya, katalog yang berupa daftar nama-nama buku yang ditempelkan pada dinding-dinding rak yang menunjukkan isi rak tersebut.11

B. Deskripsi Bibliografi Buku Berbahasa Arab.

Bahan pustaka berbahasa Arab mempunyai ciri khas pada setiap tulisan Arabnya, terkadang jenis tulisan Arab yang digunakan pada setiap bahan pustaka berbahasa Arab berbeda bentuk jenis dan tulisan, dan terkadang tulisan Arab pada suatu bahan pustaka tidak menggunakan harokat (tanda baca), seperti yang terdapat pada tulisan Arab klasik. Oleh sebab itu diperlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam pengolahan bahan pustaka berbahasa Arab tersebut dan juga dan juga pustakawan harus lebih bisa memahami dan menguasai bahasa Arab12.

Buku-buku berbahasa arab cetakan lama banyak yang masih menggunakan perwajahan manuskrip tipografi. Sebagai konsekuensi, banyak buku cetakan lama tanpa mempunyai halaman judul seperti yang dijumpai sekarang, bahkan banyak diantaranya tanpa mempunyai halaman judul sama sekali. Terkadang judul dijumpai pada permulaan teks (isi) buku. Dan seringkali terdapat pada halaman terakhir buku (colophon). Nama pengarang sering kali dijumpai pada halaman pendahuluan terutama pada karya-karya tafsir (commentary) (Omoerha, 1973: 5).13

10

Muh. Kailani Eryono, Pengolahan Bahan Pustaka ( Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 2-3.

11

Muh. Kailani Eryono, Katalogisasi Buku Berbahasa Arab ( Jakarta: Kerjasama Pusat Perpustakaan Islam Indonesia dan Penerbit Universitas Indonesia, 1991), h.1.

12

Muh. Kailani Eryono, Katalogisasi Buku Berbahasa Arab . h.64

13


(25)

Dalam pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa arab ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yang pertama yaitu menentukan halaman judul, sebagaimana yang telah tertulis diatas yaitu banyak dari buku-buku berbahasa Arab cetakan lama banyak diantaranya tidak mempunyai halamn judul dan terkadang judul terdapat pada halaman terakhir, bahkan diantaranya tidak mempunyai halaman judul sama sekali, hal itu sangat berbeda sekali dengan buku berbahasa Arab cetakan sekarang, dikarenakan buku berbahasa Arab cetakan lama pada waktu itu belum ada keseragaman dan ketentuan khusus yang mengatur tentang tata cara penulisan buku berbahasa Arab.14

Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan buku-buku berbahasa Arab menjadi faktor kedua dalam deskripsi bibliografi buku bahasa Arab, diantaranya yaitu: penerbit, percetakan, dan pihak yang membiayai penerbitan serta penyalur hasil terbitan.15

Dalam deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap data mengenai deskripsi yang akan diolah semuanya tidak terdapat pada halamannya tetapi pada halaman lain, misalnya judul kadang-kadang terdapat pada halaman akhir dan bahkan tidak terdapat halaman judul sama sekali, begitu juga dengan menentukan pengarang, penerbit, tempat terbit, tahun terbit. Dan oleh sebab itu diperlukan pustakawan yang memahami dan menguasai bahasa Arab dengan segala ketelitiannya untuk mengolah buku-buku berbahasa Arab16.

14

Muh. Kailani Eryono, Katalogisasi Buku Berbahasa Arab . h.68

15

Muh. Kailani Eryono, Katalogisasi Buku Berbahasa Arab. h. 67

16


(26)

C. Penentuan Bentuk Tajuk Pengarang

Dalam katalogisasi deskriptif, nama pengarang merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam penyusunan katalog bahan pustaka yang terkumpul di perpustakaan atau di toko-toko buku ditulis oleh berbagai pengarang yang mempunyai latar belakang pengetahuan, asal bangsa, bahasa, suku, ras dan kebudayaan yang berbeda-beda. Perbedaan itu berimplikasi terhadap bentuk-bentuk nama yang berbeda-beda pula. Yang menjadi fenomena disini adalah bagaimana dari berbagai bentuk nama yang berbeda-beda itu dapat dikemas dalam sebuah ketentuan atau aturan sehingga memudahkan dalam penelusuran informasi17.

1. Penentuan Tajuk Kepengarangan a. Pengertian Tajuk Kepengarangan.

Dalam deskripsi katalog, dikenal adanya istilah tajuk entri utama dan tajuk entri tambahan. Tajuk menurut istilah perpustakaan memiliki arti sebagai induk karangan (yang bertanggung jawab terhadap suatu karangan) yang bisa terdiri dari nama pengarang perseorangan, nama lembaga, atau nama pertemuan, seperti : seminar, lokakarya, simposium dan sejenisnya. Tentunya kita berusaha ingin mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap isi buku yang kita baca itu, dapat juga kita memberikan pujian, penghargaan, kritikan atau kecaman18.

Orang yang bertanggung jawab terhadap suatu karangan/intelektual dan atau artistik dari buku. Itulah yang disebut pengarang. Jadi dalam pengertiannya pengarang meliputi ilustrator, penyadur, penafsir dan penyair atau penulis syair,

17

Drs.Muh. Kailani Eryono, Pengolahan Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.3

18

Dadan Darusman, “Permasalahan Katalogisasi Deskriptif Kitab Kuning pada

Perpustakaan di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005), h.26


(27)

penulis buku fiksi maupun buku non fiksi, kemudian, orang yang terlibat dalam penulisan buku tetapi dia bukan termasuk pengarang adalah penterjemah, editor (penyunting), penulis kata pendahuluan, pengumpul karangan dan pemberi kata sambutan19.

Keberadaan pengarang dalam sebuah literatur dan penelusuran informasi sangat penting. Peran dan fungsi pengarang sangat mempengaruhi dalam penyusunan katalog. Adapun fungsi pengarang sebagai berikut :

1) Orang yang bertanggung jawab terhadap karya tulisan, isi intelektual atau artikel,

2) Untuk menyusun tajuk yang sama dari karya-karya seseorang pengarang. 3) Mengetahui karya apa saja dari seseorang pengarang yang ada di

perpustakaan.

4) Bisa dibuat tajuk entri utama maupun entri tambahan nama pengarang. 5) Bisa dibuat referens.20

b. Berbagai jenis Kepengarangan

Yang dimaksud dengan tajuk (heading) adalah kata-kata pertama yang terdapat dalam entri katalog sebagai dasar penyusunan katalog. Untuk menentukan tajuk nama orang, bahan pustaka kita tinjau menurut kepengarangannya (authorship). Analisa ini menghasilkan bermacam-macam karya pengarang yaitu : karya pengarang tunggal, karya pengarang ganda, karya editor, karya anonim, karya kumpulan, dan karya campuran21.

c. Cara Menetukan Tajuk Nama Pengarang

Cara menentukan tajuk nama pengarang ini merupakan peraturan-peraturan untuk menentukan tajuk, dimana deskripsi bibliografis di masukkan ke dalam suatu katalog atau daftar lain. Adapun cara menentukan tajuk untuk nama pengarang sebagaimana dikatakan M Kailani Eryono berikut ini22 :

19

Drs.Muh. Kailani Eryono, Pengolahan Bahan Pustaka, h.32

20

Darusman, Permasalahan Katalogisasi Deskriptif, h.27

21

Drs.Muh. Kailani Eryono, Pengolahan Bahan Pustaka.h.32-33

22


(28)

1) Untuk buku yang mempunyai pengarang tunggal tajuk kepengarangannya ditentukan pada pengarang tersebut.

2) Buku yang mempunyai pengarang ganda tidak lebih dari tiga tajuk ditentukan pada nama pengarang yang disebut pertama, kecuali ada pengarang utama yang lebih berhak atas kepengarangan buku tersebut. Dimana pun pengarang utama lebih berhak untuk ditempatkan sebagai tajuk entri utama.

3) Buku yang berpengarang ganda lebih dari tiga tajuk entri utama pada judul dengan tajuk entri tambahan nama pengarang sebanyak tiga. 4) Buku yang mempunyai karya editor (penyunting) tajuk ditentukan

pada judul karya jika nama pengarang disebut. Jika nama pengarang disebut, tajuk ditentukan pada nama pengarang atau judul sesuai ketentuan yang tercantum pada 1, 2, dan 3. yang disebut terakhir menjadi karya campuran.

5) Buku dengan karya anonim tajuk ditentukan pada judul, kecuali jika nama anonim lebih dikenal dalam karya-karyanya.

6) Buku dengan karya kumpulan,tajuk ditentukan pada judul jika ada judul kolektif.

7) Pada karya campuran ada dua macam pengarang yaitu, nama pengarang disebut, dan nama pengarang yang tidak disebut. Untuk pengarang yang disebut tajuk disebutkan sesuai ketentuan pada 1, 2, dan 3, sedangkan untuk pengarang yang tidak disebut namanya tajuknya ditentukan pada judul.


(29)

d. Pedoman Penentuan

Kata utama dalam katalogisasi deskriptif sangat penting, maka dari itu kata utama menentukan dalam jajaran abjad dan sarana pertama bagi pemakai perpustakaan dalam penelusuran informasi melalui nama pengarang. Seandainya tidak ada peraturan atau pedoman untuk menentukan kata utama, tentu akan menyulitkan bagi para pemakai perpustakaan dalam menelusur informasi, maupun dalam pekerjaan katalogisasi23.

Untuk penentuan kata utama diperlukan peraturan-peraturan khusus bagi bangsa yang berbeda unsur dan pola namanya. Untuk nama-nama Arab diperlukan peraturan tersendiri, karena nama Arab mempunyai unsur dan pola yang berbeda dengan nama bangsa lain.

Di antara peraturan-peraturan kata utama yang telah ada untuk nama arab ialah:

a. American Library Association Cataloging Rules for Author and Title Entries, Chicago: ALA, 1949 (selanjutnya disebut ALA)

b. Mahmud Sheniti. ”Treatment of Arabic Names” yang dikemukakan pada International Conference on Cataloging Principles. Paris 1961 (working paper no.19)(selajutnya disebut Sheniti)

c. Library Association Cataloging Rules: Author and Title Entries. London: LA, 1967. (selanjutnya disebut LA)

d. Anglo American Cataloging Rules: North American Text. Chicago:ALA, 1967 (selanjutnya disebut AACR)

23


(30)

e. M. Kailani Eryono. Masalah Penentuan Kata Utana Nama Arab Pada Perpustakaan di Indonesia. Jakarta: JIP-FSUI, 1978. (selanjutnya disebut Kailani)24

Agar lebih jelas peraturan-peraturan tersebut, maka akan diuraikan sebagai berikut:

a) . Menurut ALA

Dalam peraturan ALA dibedakan nama arab sebelum dan sesudah tahun 1900 Masehi. Nama sebelum tahun 1900 Masehi, kata utama ditetapkan pada ism (nama diri), hal ini disebutkan dalam pasal 64 sebagaimana dikatakan Zulfikar Zen25 berikut ini:

Enter Arabic, Persian, and Turkish writers up to about the year 1900, living in Mohammedan countries and writing only, or predominantly in their native tongues, under the given name componded with the patronimic (the latter preceded by the word ”ibn” i. e. ”brotherof”)as well as with the surname and nick name, usually derived from place of birth or residence(nisbah), accupation, physical peculiarities, etc.

( Bagi penulis Arab, Parsi, dan Turki sampai kira-kira tahun 1900, yang hidup di negara-negara Islam dan menulis sebagian besar dalam bahasa asli mereka, kata utama ditentukan pada nama kecil (nama diri) digabung dengan nama keturunan (yang terakhir didahului dengan kata ”ibn” ,yaitu ”anak dari”:dalam hal tertentu ”akhu”, yaitu ”saudara kandung dari”), semuanya itu ditambah dengan nama keluarga nama julukan yang biasanya berasal dari tempat kelahiran atau tempat tinggal seseorang (nisbah), pekerjaan, kelainan fisik (jasmani), dan lain sebagainya.

Acuan dibuat dari bagian nama yang tidak dijadikan kata utama. b). Menurut Sheniti

Mahmud Sheniti dalam kertas kerjanya pada Konferensi Internasional tentang prinsip-prinsip katalogisasi di Paris tahun 1961, mengemukakan bahwa

24

Darusman, Permasalahan Katalogisasi Deskriptif, h.59

25

Zulfikar Zen,”Penyusunan Daftar Nama Pengarang Arab untuk Perpustakaan di Indonesia” (Skripsi S1 Jurusan Ilmu Perpustakaan, Universitas Indonesia, 1982), h.25-26.


(31)

untuk nama pengarang Arab kuno kata utamanya harus pada bagian nama yang paling dikenal. Hal ini sebagaimana dikatakan Zulfikar Zen26 sebagai berikut:

Old Arabic authors should be entered under the best known part of the name, known as shuhra. This is frequently a nisba. It may be ascertained from arabic works of reference and from standard histories of arabic literature.

( Bagi pengarang Arab kuno kata utama ditentukan pada bagian nama yang paling dikenal, yang disebut Shuhra. Seringkali nama ini adalah suatu Nisba. Hal ini dapat diketahui dari buku referens Arab dan dari buku standar sejarah kesusastraan Arab).

Untuk nama-nama Arab modern, kata utama ditentukan pada bagian akhir nama itu, hal ini dikatakannya sebagai berikut:

Modern Arabic names ....the structure of names varies in different Arabic speaking countries. Often the traditional stucture of the Arabic name is abandoned, and names consist of a personal name followed by one or two others elements, the first of which usually the father’s name, while the second may be the name of the grandfather or may be a nisba...Entry element...last part of the name.

(Nama-nama Arab modern...pola nama di negara-negara yang berbahasa Arab berbeda-beda. Seringkali pola nama arab tradisional ditinggalkan dan nama-nama itu hanya terdiri dari nama diri diikuti satu atau dua unsur lain, yang pertama biasanya nama ayah dan yang kedua mungkin nama kakek, ataau mungkin juga nisba... kata utama... ditentukan pada bagian akhir dari nama itu).

Pengecualian dibuatkan bilamana pengarang tersebut diketahui lebih dikenal pada bentuk nama lain. Dikatakannya sebagai berikut:

Exceptions. The Shuhra or the best known name should be taken as entry element when it exist.

Pengecualian. Shuhra atau nama yang paling dikenal harus dijadikan kata utama.

c). Menurut LA27

Dalam pasal 52 LA dikatakan:

Arabic and other writers living in Mohammedan countries and following mohammedan practice, are to be entered under the personal name, followed by the names expressing relationship ( coumpounded with abu, ibn, etc.) and by any special names or from some circumstance connected with his life and character....references are to be made from each of the various names.

26

Zen, Penyusunan daftar Nama Pengarang, h. 28-29.

27

M. Kailani Eryono, “Masalah Penetuan Kata Utama Arab Pada Perpustakaan di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, 1978), h. 35.


(32)

Bagi penulis arab dan penulis lainnya yang hidup di negara-negara Islam dan menjalankan ajaran Islam kata utama ditentukan pada nama diri, diikuti nama-nama yang menunjukkan hubungan kekeluargaan ( digabungkan dengan kata abu, ibn, dan lain sebagainya) dan dengan berbagai nama khusus, atau dalam hal-hal tertentu dihubungkan dengan kehidupan dan wataknya... Acuan dibuatkan dari tiap-tiap unsur nama itu.

Dengan demikian kata utama nama Arab ditetapkan pada nama diri (ism). Sedangkan acuan dibuatkan dari bagian nama yang tidak dijadikan kata utama. d). Menurut AACR

Dalam AACR disebutkan bahwa kata utama nama Arab ditentukan pada nama yang paling dikenal, untuk mengetahuinya digunakan beberapa sumber referens. Dalam hal yang meragukan kata utama ditentukan pada bagian akhir nama tersebut. Acuan dibuat dari bagian nama lain jika diperkirakan pada bagian itu orang akan mencarinya. Hal ini terdapat dalam pasal 54A sebagaimana dikatakan Zulfikar Zen28 :

Enter under the element or combination of elements of the name by which the person is the best known as determined from refence sources. In case of doubt enter under the last element. The definite article is always lower cased, event if it is the first word of the name not used as entry element when reason to believe the person may be looked for under that part. Tetapkan kata utama pada satu unsur atau gabungan beberapa unsur nama seseorang yang paling dikenal berdasarkan berbagai sumber referens. Dalam hal yang meragukan tetapkan pada bagian nama yang akhir. Kata sandang selalu ditulis dengan huruf kecil walaupun kata sandang itu merupakan kata pertama dalam kata utama. Acuan dibuatkan dari bagian nama yang tidak dijadikan kata utama, jika ada dugaan yang kuat bahwa orang akan mencarinya pada bagian tersebut.

Dalam AACR edisi kedua (1978) peraturan ini terdapat pada pasal 22.22B. pada prinsipnya cara penetuan kata utama Arab dalam edisi kedua ini tidak terdapat perubahan, hanya saja jika dalam sumber-sumber referens tidak diketahui nama yang terkenal itu, maka kata utama ditentukan pada unsur nama yang pertama.

Untuk mengetahui unsur nama yang lebih dikenal AACR menunjukkan beberapa sumber referens, antara lain :

28


(33)

(a). Brockelman, Carl. Geschichte der Arabischen Literatur. Leiden : Brill, 1937-1942 dan 1943-1949.

(b). The Encyclopedia of Islam Leyden : Bill, 1913-1934 dan New ed. Leiden: Brill. 1960 serta suplemen Leiden : Brill, 1938.

(c). Caetani, Leone. Onomasticon Arabicum. Roma Casa editrice Italiana, 1915.

(d). Dan lain-lain. e). Menurut M. Kailani Eryono29

Berdasarkan kajian terhadap unsur, pola, dan peraturan penentuan kata utama nama Arab yang pernah ada baik sebelum AACR maupun AACR sendiri, serta didasarkan pada kenyataan yang dialami oleh beberapa perpustakaan di Indonesia, maka M. Kailani Eryono berpendapat sebagai berikut :

Mengingat bahwa AACR adalah suatu peraturan katalogisasi yang bersifat Internasional , maka pedoman mengenai cara penentuan kata utama nama Arab untuk perpustakaan di Indonesia dapat disusun berdasarkan AACR pasal 54 tersebut dengan suatu modifikasi. Modifikasi ini diperlukan, mengingat bahwa hanya dengan menggunakan prinsip penentuan pada bagian nama yang lebih dikenal semata-mata, sulit untuk dilaksanakan, karena sulitnya mengenali bagian nama yang lebih dikenal dan masih langkanya sumber-sumber referens mengenai nama-nama Arab di Indonesia.

Cara penentuan kata utama nama Arab yang diusulkan Kailani adalah sebagai berikut :

(a) Pada prinsipnya penetuan kata utama nama Arab adalah pada bagian nama yang lebih dikenal, sesuai dengan prinsip AACR. Bila tidak diketahui bagian mana yang lebih dikenal tersebut.

(b) Nama yang menggunakan Laqab. Kata utama ditetapkan pada laqab tersebut. Laqab itu dapat berupa nama keluarga, gelar profesi, nama samaran, dan lain sebagainya.

29


(34)

(c) Nama yang menggunakan nisbah tanpa laqab. Kata utama ditetapkan pada nisbah tersebut. Kecuali jika diketahui bagian lain yang lebih dikenal.

(d) Nama yang menggunakan nasab, tanpa nisbah dan laqab. Kata utama ditetapkan pada ism (nama diri) kecuali bila diketahui bagian lain yang lebih dikenal.

(e) Nama yang tidak menggunakan nasab, nisbah, maupun laab. Kta utama ditetapkan pada nama yang terakhir. Acuan dibuat dari bagian nama yang tidak dijadikan kata utama apabila perlu.

Dari lima pedoman peraturan kata utama yang dibicarakan dapat diambil beberapa kesimpulan, terutama kelemahan masing-masing pedoman serta kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi pengkatalog dalam menerapkan pedoman tersebut, antara lain ialah sebagai berikut :

(1) Penentuan kata utama pada ism (nama diri), sebagaimana terdapat pada ALA dan LA mempunyai beberapa kelemahan dan kesulitan dalam praktek ialah30:

(a). Terdapatnya bentuk unsur yang banyak dipakai sebagai nama diri, akan menyulitkan penjajaran dan penelusuran kata yang banyak digunakan ialah ”Muhammad”, ”Ahmad”, ”Abd”.

(b). Banyak memuat acuan dari bagian nama yang tidak dijadikan kata utama, akan memperbanyak pekerjaan pengkatalog.

30


(35)

(c). Pengecualian yang dibuat ALA sangat relatif sifatnya. Perbedaan pandangan akan terdapat di antara pustakawan dalam menetapkan bagian yang lebih dikenal pada nama pengarang.

(d). Penentuan kata utama pada ism bagi pengkatalog memudahkan pekerjaan, namun hasilnya tidak logis, sebab orang akan melakukan penelusuran nama pengarang pertama kali tentu unsur nama yamg paling dikenalnya.

(2). Penentuan kata utama nama Arab pada unsur nama yang lebih dikenal. Hal ini terdapat pada peraturan Sheniti, AACR, dan Kailani. Penentuan sangat logis karena seorang pemakai atau penelusur di perpustakaaan pertama-tama ia akan mencari nama pengarang pada unsur nama yang paling mudah diingat dan dikenalnya. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan dan kesulitan, diantaranya sebagai berikut31:

(a). Kemungkinan terdapat perbedaan dari beberapa sumber referens dalam menetapkan bagian nama seseorang yang lebih dikenal. (b). kemungkinan belum ada nama-nama pengarang tersebut dalam

beberapa sumber referens yang ditunjukan. Biasanya buku-buku referens yang standar terbit dalam jangka waktu agak lama dan tertentu.

(c). Khusus untuk perpustakaan-perpustakaan di Indonesia, kecuali The Encyclopedia of Islam sumber-sumber referens nama arab tersebut masih langka.

31


(36)

(3). Penentuan kata utama nama arab pada bagian nama akhir. Hal ini digunakan untuk nama-nama arab modern. Peraturan ini seperti yang terdapat dalam ALA, Sheniti, AACR, Kailani. Peraturan ini juga sesuai dengan pola nama modern yang sudah disederhanakan seperti halnya nama barat. Kelemahan dan kesulitannya ialah32:

(a). Sulitnya bagi pengkatalog untuk mengetahui batasan tahun kelahiran seorang pengarang arab, yaitu sebelum dan sesudah tahun 1900 (menurut ALA). Kesulitan ini terutama bagi pengkatalog Indonesia.

(4). Penentuan kata utama nama Arab ditetapkan pada bagian nama yang lebih dikenal, yang dibantu dengan berbagai sumber referens. Tetapi bila tidak diketahui bagian nama yang paling dikenal tersebut akan menimbulkan keraguan dalam menetapkannya, menurut AACR edisi pertama ditetapkan pada bagian akhir nama tersebut. Sedangkan menurut AACR edisi kedua ditetapkan pada nama pertama. Peraturan ini tentu sangat membantu untuk mengambil keputusan pengkatalog, namun demikian sebagaimana telah dijelaskan bahwa dari unsur dan pola nama arab terdapat ciri khas tertentu bagian mana yang paling banyak dikenal33.

Berdasarkan kajian dari unsur dan pola nama arab tersebut Kailani membuat suatu ketentuan untuk mengatasi kesulitan jika tidak diketahui unsur nama yang lebih dikenal. Peraturan kailani tersebut disamping

32

Eryono, Masalah Penentuan Kata Utama Nama Arab, h.32.

33


(37)

menutupi kelemahan akan lengkapnya sumber referens, namun juga menuju keseragaman katalogisasi34.

Kelemahan dan kesulitan dalam mempraktekan peraturan Kailani ialah: (a) Untuk mengetahui unsur-unsur nama yang membentuk nama pengarang

Arab, diperlukan pengetahuan lain, terutama bahasa Arab. Ada kemungkinan di Indonesia tenaga pengkatalog dengan pengetahuan bahasa Arab yang mendalam masih terbatas.

(b)Pekerjaan katalogisasi yang memerlukan pengkajian terlebih dahulu terhadap unsur-unsur nama pengarang tersebut akan banyak menghabiskan waktu dan tenaga.

2. Penentuan Nama Pengarang dan Kata Utama Arab

Bangsa Arab adalah suatu bangsa yang berbahasa Arab, tempat tinggal mereka meliputi seluruh daerahantara Maroko dan Irak, yaitu daerah-daerah yang terletak di tepi laut Merah dan merupakan daerah-daerah penghubung antara benua Asia, Afrika dan Eropa. Di sana terdapat sumber-sumber minyak yang kaya. Mayoritas penduduk bangsa Arab memeluk Agama Islam. Pengaruh Islam sangat kuat dalam kehidupan bangsa Arab. Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad S.A.W. tahun 610 M membawa perubahan besar bagi bangsa Arab. Yaitu perubahan dari zaman ”Jahiliyyah” kebodohan kebodohan ke zaman kemajuan dan melahirkan peradaban yang tinggi. Pemberian nama pada setiap anak yang dilahirkan akan disesuaikan dengan bahasa dan kebudayaan ia lahir. Setiap bangsa akan memiliki pola yang berbeda dalam memberikan nama. Begitu pula yang terjadi pada nama-nama Arab. Pengaruh bahasa dan agama dangat

34


(38)

dominan dalam memberikan pola dan corak nama setiap anak yang dilahirkan. Ini dapat dilihat dari pola nama Arab.35

a. Asal Usul Nama Arab

Dalam tata bahasa Arab36 sering dikenal dengan istilah , kata yang menunjukkan nama orang disebut al-’Alam ( ), dapat terbagi kepada tiga unsur, yaitu: ism (nama diri), kunyah (nama yang menunjukan hubungan kekeluargaan), dan laqab (gelar bagi seseorang, adakalanya bersifat pujian atau celaan)

1). ‘Alam Isim ( ) tau sering dikenal dengan sebutan Ism atau nama diri selain kunyah dan laqab. Unsur nama Ism sangat berbeda sebelum dan sesudah kedatangan Islam. Menurut Littman, nama Arab sebelum Islam ialah : “Arabic proper names in the pre-islamic period were varied and highly individualized. Most of the names were taken from names of goods worshipped be the Arabs at that period or had some religius application”. “Nama diri Arab sebelum Islam beraneka ragam dan sangat pribadi (individual) sifatnya, kebanyakan nama-nama diambil dari nama-nama Tuhan yang disembah oleh orang Arab pada masa itu atau yang bersifat keagamaan”.

Sebelum datang agama Islam, Ism juga bermacam-macam bentuknya ada kalanya hanya berdasarkan hayalan semata. Pada masa itu Ism kadang-kadang diambil dari nama binatang seperti Asad (Singa), dari tumbuh-tumbuhan seperti Hanzalah (sejenis labu), nama waktu Layla (Malam), kemudian agama Islam menyuruh pemeluknya untuk memberikan nama yang baik dan melarang memberikan nama yang bersifat celaan, semenjak itu mulailah unsur-unsur Islam masuk ke dalam nama-nama Arab37. Di antara nama-nama unsur yang digunakan ialah :

a. Nama Nabi Muhammad S.A.W.

Nama Muhammad adalah sosok manusia yang menjadi tauladan bagi umat Islam, karena dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa Nabi Muhammad itu sebagai suri tauladan bagi umatnya. Sebagai mana dijelaskan dalam surat al-Ahzab ayat 21 :

! "#$ %&'( ) * $ $+ , -$. / ! 01 2 $3! ! $4

5

6 7(8 9

:; <

35

Darusman, Permasalahan Katalogisasi Deskriptif , h. 45-46.

36

Eryono, Masalah Penentuan Kata Utama Nama Arab, h.10. See also Al-Mawsu’at al Arabiyat al-Muyassarat. Cairo: Daar al-Qalam, 1965. p. 1225

37


(39)

“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah: (QS. Al-Ahzab : 21)

Maka nama Nabi Muhammad disebut dalam al-Qur’an paling banyak dan sangat populer. Sehingga nama-nama yang sering dipakai adalah Muhammad atau Ahmad. Adakalanya, unsur nama tersebut ditambah dengan unsur lain, seperti Muhammad Nur dan sebagainya. Kenyataan sampai saat ini pun hal ini masih tetap digunakan oleh orang-orang Islam di mana pun berada38.

b. Nama-nama Nabi Lainnya.

Orang Islam selain mempercayai Nabi Muhammad S.A.W. sebagai utusan Allah, mereka juga diwajibkan mempercayai nabi-nabi yang diturunkan Allah S.W.T. sebelum Nabi Muhammad S.A.W. yang wajib dipercayai adalah 25 orang nabi dan rasul. Jumlah nabi sebenarnya lebih dari 25, ada yang menyebutkan jumlah nabi 114. adapun diantara nabi dan rasul tersebut adalah Nabi Adam A.S., Nabi Idris A.S., Nabi Nuh A.S., Nabi Hud A.S., Nabi Sholeh A.S., Nabi Ibrahim A.s., Nabi Luth A.S., Nabi Ismail A.S., Nabi Ishaq A.S., Nabi Ya’qub A.S., Nabi Yusuf A.S., Nabi Ayub A.S., Nabi Dzulkifli A.S., Nabi Syuaib A.S., Nabi Musa A.S., Nabi Harun A.S., Nabi Daud A.S., Nabi Sulaiman A.S., Nabi Ilyas.a.S., Nabi Ilyasa A.S., Nabi Yunus A.S., Nabi Zakaria A.S., Nabi Yahya A.S., dan Nabi Muhammad S.A.W., nama-nama tersebut sampai pada saat ini banyak digunakan oleh pemeluk Agama Islam39.

38

Zen, Penyusunan Daftar Nama Pengarang . h. 15

39


(40)

c. Nama-nama Tuhan (al-Asmaal-Husna)

Nama Qur’an terdapat lebih kurang dari 99 nama-nama Tuhan, arti al-Asma al-Husna itu sendiri adalah nama-nama yang baik dan mulia. Nama-nama Tuhan ini sering dijadikan nama oleh orang-orang Islam. Unsur nama Tuhan tersebut ditambah dengan nama unsur lainnya seperti ‘Abdullah yang merupakan kombinasi dari ‘Abd (artinya hamba) dan Allah (artinya nama Tuhan). ‘Abd ar- Rahman merupakan kombinasi dari ‘Abd dan Rahman. ‘Abd al-Razak merupakan kombinasi ‘Abd dan al-Razak dan lain sebagainya40.

d. Nama Istri, anak, keluarga dan pengikut Nabi Muhammad lainnya.

Karena orang-orang dekat dengan Nabi Muhammad S.A.W. umumnya menjadi contoh karena mereka itu adalah orang-orang yang baik dan shaleh juga. Maka nama-nama mereka pun banyak digunakan oleh orang-orang Islam. Antara lain seperti nama Khadijah (istri Nabi Muhammad Pertama), Fatimah (Anak Nabi), ‘Aisyah (Istri Nabi Muhammad), Aminah (ibu Nabi Muhammad), Abu Bakr, Ali bin Abi Thalib, Umar dan Usman41.

2). Kunyah ( % &! )

yaitu nama yang diawali dengan kata Abu (6*), ummu (*) yang menunjukkan hubungan kekeluargaan. Kunyah ialah nama tambahan yang menunjukkan hubungan kekeluargaan diawali dengan kata Abu (ayah), ummu (Ibu), ibn (anak laki-laki), bint (anak perempuan), dan lain sebagainya42.

3). Laqab

Laqab (=1) yaitu merupakan gelar bagi seseorang adakalanya bersifat pujian atau celaan. Dalam kamus Munjid disebutkan bahwa Laqab ialah nama yang diberikan kepada seseorang selain dari nama dirinya. Adakalnya mengandung arti pujian atau celaan. Contoh yang mengandung pujian as-Siddiq (orang yang jujur), dan yang mengandung celaan seperti al-Kazzab (orang yang berdusta). Setelah agama Islam datang Laqab yang merupakan celaan tidak boleh digunakan43.

Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat 49 ayat 11, surat 104 ayat 1, Surat 4 ayat 148, sebagai berikut:

40

Zen, Penyusunan Daftar Nama Pengarang . h. 15.

41

Zen, Penyusunan Daftar Nama Pengarang . h. 16.

42

Zen, Penyusunan Daftar Nama Pengarang . h. 16.

43


(41)

2 4 >"/ * -' ?@ '$ﻥ "$ﻡ C@ '$ﻥ D E&$ﻡ 2 4 ﻥ / * -' ? F "$ﻡ C F G' D &ﻡH " $I EJK 8$L 7L &M D /'Nﻥ* 7$#OM D >"E&$ﻡ P QR S. =T "ﻡ $ # U 0VL W 'N U XRL $6 1

#$ Y 5 Z [\ 9 ;; <

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka(yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang Seburuk-buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujarat : 11)

?)7# ?)7#P ]^/ C^ 5

)7#E 9 ; <

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” ( QS. Al-humazah:1)

2# $O 2V $# ! $O_ "ﻡ >D` $+ 1 "$ﻡ $@ J' $L E[ J=$\ D 5

@ '& 9 ;ab <

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui”.(QS. An-Nisa:148).

Unsur nama yang merupakan Laqab ini sangat banyak macam dan bentuknya. Mahmud Sheniti memperincinya kepada beberapa bagian yaitu44: laqab julukan, laqab pekerjaan atau profesi, na’at, khitab, dan nisbah.

44


(42)

2. Pola Umum Nama Arab.

Dalam membicarakan pola umum nama Arab, terdapat dua kelompok pola umum nama Arab, yaitu: nama Arab klasik (kuno), dan nama Arab Modern sebagaimana dikatakan Zulfikar Zen45 berikut ini:

1. Nama Arab Klasik (kuno)

Sebagai pembatas antara pola nama Arab klasik(kuno) dengan pola nama arab modern adalah tahun 1800 M. Bentuk nama arab sebelum tahun 1800 M, dimasukan kedalam bentuk atau pola klasik (kuno), sedangkan pola nama arab sesudah tahun 1800 M, dimasukan kedalam pola nama arab modern.

Pola nama arab klasik menurut Tibbetts ialah:

“ The classical Arabic name is made up of several distinc element which generally have a definite order. The first name is usually khitab (honofific) ... the second element is the kunyah (surname of relationship) ... Then comes the ism (proper name), followed by the proper names of the father and grandfather, each proceded by ibn “son of” ... After these comes the nisba ... the laqab or nick name, maybe formed like any the these element and may appear anywhere in the name.

“ Nama arab klasik terdiri dari beberapa unsur tertentu yang pada umumnya tetap urutannya. Nama pertama biasanya adalah khitab (nama gelar atau kehormatan) ... Unsur kedua ialah Kunyah (nama yang menunjukan hubungan kekeluargaan) ... kemudian ism (nama diri), diikuti nama ayah dan kakek, masing-masing didahului ibn (anak dari) ... setelah unsur ini mendapat nisbah ... laqab atau julukan dapat dibentuk seperti unsur-unsur terdahulu dan bisa terdapat di bag ian mana saja dari nama itu.”

2. Nama Arab Modern

Setelah abad ke-18 Masehi negara-negara Arab mulai berhubungan dengan kebudayaan asing terutama Inggris dan Prancis serta negara asing lainnya. Kontak dengan kebudayaan asing ini menyebabkan pertukaran budaya, di sisi lain sangat besar pengaruhnya terhadap pola nama Arab . Mahmud Sheniti mengatakan pola nama Arab modern adalah sebagai berikut:

45


(43)

“The structure of names varies in diferrent Arabic speaking countries. Often the traditional structure of the Arabic abondoned and names consist of a personal name followed by one or two others elemets, the first of which is usually the father’s name, while the second may be the name of the grandfather or may be a nisba.

“Pola nama di negara-negara yang berbahasa Arab berbeda-beda. Seringkali pola nama Arab tradisional ditinggalkan dan nama-nama itu hanya terdiri dari nama diri diikuti satu atau dua unsur lain, yang pertama biasanya nama ayah, dan yang kedua mungkin nama kakek, atau mungkin juga nisba.”

Selaras dengan perkembangan kebudayaan Arab serta pengaruh kebudayaaan asing, pola nama arab modern sudah mulai disederhanakan seperti halnya nama barat, walaupun belum menggunakan nama keluarga. Namun hanya terdiri dari ism yang diikuti oleh nasab dan kadang-kadang diikuti pula dengan nisba. Bahkan ada nama Arab modern yang hanya terdiri dari beberapa ism.

Berdasarkan kajian unsur-unsur nama Arab dan pengalaman sebagai pustakawan yang banyak mengkatalog buku-buku berbahasa Arab, Kailani mengelompokkan pola nama Arab dalam 4 bagian sebagaimana dikatakan Zulfikar Zen46, yaitu:

a. Nama yang menggunakan nasab tanpa laqab dan nisba. Nama ini berasal dari zaman tradisi Islam, yang menghendaki orang menghafal silsilah keturunan yang menunjukan tingkat kekerabatan yang lebih tinggi.

b. Nama yang menggunakan nisba tanpa laqab. Nama ini telah dipakai pada zaman kuno, dan masih terdapat pada nama Arab modern.

c. Nama yang menggunakan laqab. Unsur nama laqab telah digunakan pada zaman Arab kuno dan masih digunakan pada zaman Arab modern.

46


(44)

d. Nama tanpa nasab, nisbah, dan laqab. Pola nama seperti ini banyak berkembang pada nama Arab modern.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya pola nama Arab itu adakalanya terdiri dari banyak unsur dan adakalanya disederhanakan. Walaupun demikian agar mudah dalam mengkatalogisasi buku-buku berbahasa arab, unsur-unsur nama arab tersebut dapat diurut sebagai berikut: unsur na’at, khitab dan kunyah biasanya terdapat sebelum unsur nama ism. Sedangkan unsur nama nasab, nisbah dan laqab biasanya terletak setelah unsur nama ism.

D. Sistem Alih Tulisan Dalam Katalogisasi Berbahasa Arab

Buku berbahasa Arab menggunakan tulisan Arab yang sangat berbeda bentuk dan sifatnya dengan tulisan Latin. Sekalipun buku-buku tersebut dapat dikasifikasikan dengan satu sistem dan diatur di rak bersama-sama dengan buku-buku bertulisan Latin, tetapi perpustakaan akan menghadapi problema dalam pembuatan katalog serta penyusunannya. Apabila katalog dibuat dalam tulisan Arab, harus pula disediakan sarana yang berbeda dan terpisah dari sarana yang digunakan untuk pembuatan katalog buku bertulisan latin, karena perbedaan karakter yang tidak memungkinkan penyusunan katalog dalam satu susunan. Dapat juga digunakan sistem alih tulisan dari Arab ke Latin, sehingga susunan katalog menjadi lebih sederhana, karena hal tersebut sangat bermanfaat bagi para pengguna informasi dalam menemukan informasi yang diperlukan.47

47


(45)

1. Pengertian Transliterasi

Praktek alih tulisan dari huruf Arab kepada huruf latin telah dilakukan sejak lama. Tetapi usaha pertama lebih melatinkan nama-nama Arab (Wellisch, 1978b : 5). Nama-nama Arab seperti ibnu Rusyd, Ibnu Sina, dan al-Farabi dilatinkan menjadi Averroes, Avicenna, dan al-al-Farabius. Alih tulisan dapat berupa transliterasi atau traskripsi.48

International Organization for Standardization (ISO) menyatakan:

“Transliteration is the operation of representing characters or sign of any alphabet by those of any other but this note refers only to transliteration of non Latin alphabet into the latin alphabet( also termed ‘Roman alphabet’ ) “ (ISO, 1967: 195)49

Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membedakan pengertian transliterasi dan transkripsi sebagai berikut:

“ Transliterasi adalah penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, lepas dari pada lafal bunyi kata yang sebenarnya. Hal ini misalnya diterapkan pada huruf Arab .... yang hendak dialihkan ke huruf latin .... Pengubahan teks dari satu ejaan ke ejaan yang lain, dengan tujuan menyarankan lafal bunyi unsur bahasa yang bersangkutan, disebut Transkripsi” (Pusat Pembinaan Bahasa, 1975; 25).

Spalding mengartikan ‘romanization’ sebagai istilah umum bagi cara apa saja yang bertujuan memindahkan suatu nama atau teks tertulis menurut sistem penulisan non roman kepada huruf-huruf yang ada pada alfabet Romawi. Transliterasi adalah salah satu metode yang untuk romanisasi, adalah mengganti huruf-huruf yang ditulis dalam alfabet non roman, huruf demi huruf, dengan alfabet romawi sesuai dengan tabel yang ada, dengan satu huruf atau lebih, atau satu huruf ditambah tanda diakritik. Metode lain dalam romanisasi adalah transkripsi, yaitu mengganti suatu sistem penulisan dari bahasa tertentu ke sistem lain sesuai dengan bunyi yang dilafalkan menurut ejaan tertentu. (Spalding, 1977: 5)50

2. Pedoman Transliterasi

Pedoman transliterasi ialah sebuah tabel yang menunjukkan penggantian huruf demi huruf dengan huruf yang lainnya, sehingga memungkinkan penggantian itu dilakukan secara taat asas. Maka transliterasi yang mengunakan pedoman itu sering disebut “systematic transliteration”

48

Rizal Saiful Haq, “Kesulitan Transliterasi dalam Pengkatalogan buku-buku Beraksara Arab,” (Skripsi S1 Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1984), h.21

49

Saiful Haq, Kesulitan Transliterasi dalam Pengkatalogan.h.10

50


(46)

(transliterasi sistematis) dan pedoman-pedomannya sering juga disebut: bagan transliterasi, tabel transliterasi, dan skema transliterasi.51

Keanekaragaman pedoman transliterasi (contoh lihat lampiran) yang ada di Indonesia yang belum dibakukan membuat transliterasi yang ada belum seragam, jadi masing-masing pustakawan yang melakukan transliterasi masih bingung, pedoman mana yang akan digunakan, kebanyakan daripada pengkatalog menggunakan sistem alih tulisan yang sudah ada pada perpustakan tersebut, selain itu pengkatalog juga dihadapkan pada dua pilihan dalam melakukan alih tulisan : transliterasi atau transkripsi.52

Alih tulisan Arab-Latin di Indonesia menjadi lebih penting sejak diresmikannya pemakaian tulisan Latin. Sebelumnya tulisan Arab banyak dipakai untuk menuliskan bahasa-bahasa yang ada di nusantara, terutama bahasa Melayu yang daerah pemakaiannya cukup luas, (Pedoman Penulisan Bahasa Arab dengan Huruf Latin, 1980 : 4). Ditambah pula dengan kenyataaan bahwa banyak kata Arab yang telah menjadi kata Indonesia dan ditulis dengan sistem ucapan Indonesia. Sedangkan kata-kata Arab yang digunakan sehari-hari dalam berkomunikasi dengan menggunakan istilah-istilah agama Islam, diinginkan agar di ‘naturalisasi’kan kedalam bahasa Indonesia.( Pedoman Penulisan Bahasa Arab dengan Huruf Latin, 1980 : 35)53

Setiap pedoman transliterasi memiliki sistem alih tulisan yang berbeda-beda, baik dari penulisan vokal maupun konsonan, jika sebuah perpustakaan tidak mempunyai pedoman transliterasi yang jelas, maka akan mengakibatkan hasil dari alih tulisan menjadi ngawur, hal ini juga dapat mengakibatkan para pengguna perpustakaan khususnya dalam mencari buku-buku berbahasa Arab, dalam menelusuri informasi menjadi tidak jelas. Seperti yang sudah dibahas diatas, pentingnya penguasaan dan pemahaman tentang bahasa Arab menjadi faktor penunjang utama dalam mengolah buku-buku berbahasa Arab.

51

Saiful Haq, Kesulitan Transliterasi dalam Pengkatalogan. h. 16.

52

Eryono, Katalogisasi Buku Berbahasa Arab, h. 55.

53


(47)

Pengguna perpustakaan mengharapkan katalog dapat membantu mereka untuk pencarian bahan pustaka yang diperlukan dengan cepat dan mudah. Sekurang-kurangnya katalog diharapkan dapat memberikan informasi mengenai ada tidaknya karya tertentu, karya pengarang tertentu atau karya dalam subyek tertentu dalam koleksi sebuah perpustakaan.


(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM

PERPUSTAKAAN MASJID ISTIQLAL JAKARTA A. Sejarah Perkembangan Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta

Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta telah dirintis pendirinya sejak tahun 1973 oleh Pusat Dakwah Islam Indonesia (PDII), dengan pembiayaan berupa sumbangan dari Presiden RI saat itu, Soeharto melalui program bantuan dana khusus untuk mendirikan perpustakaan, sebanyak Rp. 50.000.000.- (Lima Puluh Juta Rupiah). Dengan dana sebesar itulah tim mulai melakukan pengadaan buku-buku dan sarana-sarana yang diperlukan dan memadai untuk sebuah Pusat Perpustakaan Islam yang bertaraf nasional.

Setahun kemudian (1974), pemerintah memberikan dukungan melalui Sekretariat Negara berupa biaya terutama bagi pengadaan tambahan buku dan beberapa sarana yang diperlukan bagi kegiatan rutin. Sejak semula kegiatan PPII telah direncanakan untuk ditempatkan di Masjid Istiqlal Jakarta. Namun sementara pembangunan fisik Masjid Istiqlal belum selesai seluruhnya, maka kegiatan Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta mengambil tempat di Kompleks Museum Fatahillah, Jakarta Kota.

Kemudian pada tahun 1975 Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta pindah ke Wisma Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) atau di kenal dengan nama Wisma Sejahtera yang berlokasi di kompleks IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, karena didorong oleh keinginan buku-buku tersebut segera dimanfaatkan.


(49)

Pada tahun 1977 Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta pindah lagi ke komplek Pendidikan Yayasan Said Naum, Jl. Kyai Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dan tiga tahun kemudian (1980) PPII menempati ruangan 7 di lantai dasar Masjid Istiqlal Jakarta.

Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta merupakan lembaga swasta di bidang perpustakaan Islam dan secara fungsional sebagai perpustakaan Masjid Istiqlal. Dengan masuknya Perpustakaan ke Masjid Istiqlal, maka pengembangan selanjutnya program dan juga perluasan dukungan sehingga kehadiran sebuah perpustakaan di lingkungan masjid dapat lebih memberikan manfaat dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan.

B. Visi dan Misi Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta.

Adapun visi Perpustakaan Masjid Istiqlal adalah mewujudkan perpustakaan Islam yang modern dengan koleksi yang berkualitas, sistem pengelolaan yang mutakhir dan sumber daya manusia yang professional.

Sedangkan misi dari Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta adalah : 1. Membangun dan mengembangkan perpustakaan Islam, berbasis teknologi,

informasi yang meliputi perpustakaan dewasa dan perpustakaan anak. 2. Membangun ketenagaan perpustakaan Islam.

3. Membangun dan mengembangkan jaringan informasi Islam. 4. Menerbitkan publikasi Islam

C. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta. Fungsi Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta diantaranya yaitu:

1. Menyediakan sumber-sumber informasi Islam meliputi buku-buku keagamaan dan pengetahuan umum lainnya di Masjid Istiqlal.


(50)

2. Merintis berdirinya perpustakaan masjid dan taman bacaan masyarakat. 3. Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama perpustakaan masjid dan

perpustakaan Islam lainnya serta dengan lembaga-lembaga perpustakaan,dokumentasi dan informasi pada umumnya melalui sistem jaringan informasi Islam.

4. Mengadakan pembinaan dan pelatihan perpustakaan masjid dan perpustakaan Islam.

5. Melakukan pengkajian-pengkajian islam dan temu ilmiah keagamaan. 6. Mengadakan kegiatan peningkatan budaya baca masyarakat.

7. Menyelenggarakan penerbitan monografi dan majalah Islam. Adapun tujuan dari Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta, adalah:

1. Meningkatkan pengetahuan kaum muslimin dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat seluruhya berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar1945.

2. Meningkatkan pengertian dan kesadaran kaum muslimin akan ajaran agamanya dalam menunjang pembangunan di segala bidang.

3. Membantu pemerintah dan masyarakat pada umumnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan budaya baca.

4. Meningkatkan profesionalitas ketenagaan perpustakaan masjid.


(51)

D. Struktur Organisasi Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta.

Otoritas dan penanggung jawab tertinggi Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta dipegang oleh pendiri, yaitu tokoh-tokoh pengambil inisiatif awal dalam berdirinya PPII, yaitu:

1. Drs. Kailani Eryono 2. Dr. Sri Edi Swasono

3. H. Soedirman

4. H. Kafrawi Ridwan 5. Drs. M. Dawam Raharjo 6. Dr. H. Kusnadi

7. Drs. H. Husein Segaf, MA 8. Adi Sasono

9. Drs. H. Efendi Zarkasyi 10. Drs. H. M. Zamroni 11.Drs. H. Mastuhu, M. Ed 12.Drs. H. Ali Ibrahim 13.Dra. H. Halimah Madjid

Berdasarkan Keputusan Badan Pendiri Pusat Perpustakaan Islam Indonesia (PPII) nomor : 003-F/SK-BPII/VII?2007 dan Keputusan Direktur Pusat Perpustakaan Islam Indonesia (PPII) nomor : 0011/PPII/III/2007tentang susunan pengelola PPII, adalah sebagai berikut:

Pembina : 1. Menteri Agama RI. 2. Ketua Umum M U I Pusat


(52)

Penasehat : 1. Direktur Jenderal Bimas Islam 2. Drs. Kafrawi Ridwan, MA. 3. H. Adi Sasono

4. Ketua BPPMI

5. H. Faizal Iskandar Motik, SH>

Direktur : Prof. DR. H. M. Bambang Pranowo, MA. Wakil Direktur: Drs. H. Abdullah Sukarta

Direktur Pelaksana: Drs. H. M. Kaelani Eryono, MM. Bidang-bidang:

- Kepala Bidang Pelayanan dan Pengembangan: MA. Soeginarto - Kepala Bidang Teknis dan Keuangan: M. Amin Abubakar.

E. Kerjasama dan Lingkup Kegiatan Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta. Kerjasama yang dilakukan oleh Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta adalah:

1. Dalam menyelenggarakan kegiatan operasional, Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga perpustakaan, dokumentasi dan informasi baik pemerintah maupun swasta, khususnya dalam pengembangan jaringam informasi Islam.

2. Dalam pembinaan dan pengembangan perpustakaan masjid dan taman bacaan masyarakat, Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta bekerjasama dengan Departemen Agama dan dengan Departemen Pendidikan Nasional.

3. Dalam pengelolaan perpustakaan Masjid Istiqlal bekerjasama dengan Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI).


(53)

Sejalan dengan fungsinya sebagai pusat informasi Islam dan lembaga pengembangan kemasyarakatan , Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta melakukan berbagai kegiatan antara lain:

1. Penyelenggaran perpustakaan Islam.

Penyelenggaraan perpustakaan Islam sekaligus berfungsi sebagai perpustakaan umum Masjid Istiqlal, yang meliputi perpustakaan dewasa dan perpustakaan anak. Dengan telah dibukanya taman kanak-kanak dan madrasah (madrasah ibtidaiyah dan madrasah tsanawiyah) di Masjid Istiqlal, maka PPII menyesuaikan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan taman kanak-kanak dan madrasah.

a. Menyediakan dan melengkapi buku-buku keagamaan dan buku-buku lain yang berkaitan dengan masalah-masalah kemasyarakatan.

b. Memberikan pelayanan peminjaman untuk dibaca di ruang baca atau dipinjamkan keluar.

c. Memberikan pelayanan informasi dan penelusuran literatur Islam. 2. Mengembangkan jaringan perpustakaan Islam.

a. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan khususnya untuk membantu kebutuhan SDM perpustakaan masjid dan perpustakaan Islam pada umumnya.

b. Membantu menumbuhkan dan mengembangkan perpustakaan-perpustakaan baik perpustakaan-perpustakaan masjid maupun perpustakaan-perpustakaan Islam pada umumnya, melalui program bantuan, pembinaan dan bimbingan teknis perpustakaan.


(54)

c. Mengadakan pertemuan berkala dalam rangka koordinasi perpustakaan-perpustakaan Islam

d. Menyusun sistem kasifikasi, tajuk subyek dan tesaurus Islam.

e. Menyusun sistem deskripsi bibliografi Islam berdasarkan AACR2 yang disempurnakan.

3. Menyelenggarakan berbagai temu karya

a. Menyelenggarakan diskusi dan pembahasan buku Islam dan masalah kemasyarakatan.

b. Memberikan konsultasi bidang penyuluhan dan pengembangan masyarakat.

c. Menyelenggarakan pameran buku-buku Islam.

d. Menyelenggarakan ceramah seminar dan lokakarya kepustakaan dan pengembangan budaya baca masyarakat.

4. Menerbitkan berbagai publikasi Islam.

a. Menerbitkan buletin, majalah dan jurnal secara berkala tentang kepustakaan dan kemasyarakatan guna menumbuhkan minat dan kegiatan terhadap buku-buku islam dan kemasyarakatan

b. Menyusun bibliografi Islam dan kemasyarakatan. 5. Menyelenggarakan dokumentasi literatur Islam.

a. Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data tentang Islam di Indonesia dan perkembangan Islam pada umumnya.

b. Mengumpulkan dan merawat dokumen-dokumen tentang Islam, selanjutnya mengolah dan menyajikan dalam bentuk pelayanan informasi.


(55)

d. Pelayanan informasi untuk masyarakat peminat informasi khususnya Islam dan masalah kemasyarakatan.

F. Koleksi Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta

Pada akhir tahun 2007 koleksi perpustakaan berjumlah 14.975 judul atau 29.142 eksemplar. Terdiri atas : 60% bidang agama dan 40% bidang lainnya.

1. Koleksi Buku

a. Berbahasa Indonesia : 6.204 judul / 14.403 eksemplar. b. Berbahasa Arab : 3.571 judul / 5.709 eksemplar. c. Berbahsa Inggris : 2.600 judul / 4.880 eksemplar.

d. Koleksi Perpustakaan anak : 2.570 judul / 4.150 eksemplar.

2. Koleksi terbitan berkala, koleksi terbitan teriri atas majalah, buletin dan surat kabar.

3. Koleksi Audio Visual meliputi : DVD, VCD, CD, dan kaset tentang : ceramah agama, qira’at, dialog, kisah-kisah teladan, bermain dan bernyanyi, pelajaran bahasa Arab, kaifiyat sholat, ensiklopedi anak muslim dan lain-lain.

Koleksi perpustakaan dapat dipinjamkan melalui sistem keanggotaan perpustakaan, kecuali koleksi referensi hanya dapat dibaca ditempat.

Persyaratan untuk menjadi anggota : 1. Mengisi formulir

2. Kartu Pos PPII, (setelah mengisi formulir petugas akan mengirim kartu pos ke alamat calon anggota)

3. Foto copy KTP DKI Jakarta,


(56)

5. Membayar jaminan anggota sebesar Rp. 50.000,- ( Dikembalikan apabila anggota mengundurkan diri dari keanggotaan )

6. Membayar iuran sebesar Rp. 30.000,- per Tahun

Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta buka dari hari Senin sampai Jum’at jam 09.00 – 15.00 WIB, hari Sabtu buka dari jam 09.00 – 12.00 WIB, dan untuk hari ahad serta hari-hari besar perpustakaan TUTUP.

Beberapa jenis koleksi hanya dapat digunakan di ruang baca tanpa dipungut biaya:

1. Buku-buku Refensi digunakan di Ruang baca Referensi

2. Koleksi Audio Visual dapat diputar di ruang baca audio visual. 3. Koleksi majalah dan surat kabar dapat dibaca di ruang baca majalah. Ketentuan Peminjaman Koleksi :

1. Jumlah peminjaman maksimal 2 ( dua ) buku.

2. Lama Peminjaman 2 ( dua ) minggu dan dapat di perpanjang dalam waktu 1 (satu) minggu.

3. Setiap buku dapat dipinjam untuk dibawa pulang, kecuali buku-buku referensi.

Sanksi Peminjaman : 1. Keterlambatan

Setiap keterlambatan pengembalian buku dikenakan denda sebesar Rp. 1000,- perbuku setiap hari.


(57)

2. Kehilangan dan kerusakan

Setiap buku yang dihilangkan, kerusakan / kekurangan halaman dan lain – lain oleh peminjam harus diganti dengan buku baru yang sama atau buku lain atas persetujuan Direktur Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta .


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data

Cara penentuan Tajuk Nama Pengarang Arab Pada Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta menggunakan pedoman buku "katalogisasi buku berbahasa Arab", artinya kalau ada laqab, laqabnya yang diambil sebagai kata utama, karena laqab merupakan unsur nama yang lebih dikenal. Dalam hal ini laqab dapat berupa nama keluarga, gelar profesi, nama samaran, dll.

Jika tidak ada laqab tetapi ada nisbah, maka yang dijadikan kata utamanya adalah nisbah, jika tidak ada laqab dan tidak ada nisbah kata utamanya ada beberapa kemungkinan: jika nama tidak menggunakan nasab tidak ada 'ibn' yang diambil bagian nama belakang, misalnya dua kata: Yusuf Azri kata utamanya adalah Azri, apabila ada nasab yang dijadikan kata utamanya adalah nama diri (ism), nama diri (ism) yang terdapat dalam buku-buku bahasa Arab klasik mempunyai nasab yang banyak misalnya, Ahmad ibn Muhammad Ibn Muhtar, yang dijadikan kata utamanya adalah nasab yang pertama.

Nama yang tidak menggunakan nasab, nisbah, maupun laqab, kata utamanya ditetapkan pada bagian nama yang terakhir. Bentuk nama ini hanya terdiri atas ism atau beberapa ism, ism yang disebut pertama adalah nama dirinya, dan ism yang disebutkan selanjutnya menunjukan nama pada tingkat kekerabatan yang lebih tinggi

Penentuan kata utama pada ism atas dasar bahwa pola nama ini berasal dari tradisi lisan, yang memaksa kebiasaan untuk menghafal nama diri seseorang beserta nama tingkat kekerabatannya yang lebih tinggi.


(1)

digunakan dalam buku-buku kuniang. Pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab menggunakan alih tulisan dari tulisan Arab kepada tulisan latin, kemudian dalam hal menentukan kata utama nama Arab Pusat Perpustakaan Islam Indonesia Masjid Istiqlal Jakarta pada dasarnya memang ditentukan pada bagian nama yang lebih dikenal, tetapi secara garis besar Pusat Perpustakaan Islam Indonesia Masjid Istiqlal Jakarta menggunakan pedoman katalogisasi buku berbahasa Arab yang dikarang oleh Drs. Muhammad Kaelani Eryono, yang diterbitkan pertama kali atas kerjasama Pusat Perpustakaan Islam Indonesia dan penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta, 1985.

2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menentukan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?

Jawab:

Kendala yang pertama yaitu: tidak adanya tenaga yang full time yang mengetahui dan menguasai bahasa Arab. Kendala yang kedua yaitu pada tehnik saat membuat kartu katalog dalam pembuatan deskripsi bibliografi. 3. Bagaimana cara untuk mengatasi kendala tersebut?

Jawab:

Dalam melakukan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab PPII Masjid Istiqlal Jakarta meminta tolong kepada orang lain (selain staf perpustakaan), tetapi dalam hal ini belum bisa merekrut tenaga yang tepat untuk pengolahan buku berbahasa Arab.

4. Apakah ada SDM dalam pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?


(2)

Jawab:

Belum ada, jadi untuk masalah pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab meminta tolong kepada orang lain (selain staf perpustakaan) yang memahami dan menguasai bahasa Arab.

5. Apakah ada program-program khusus yang diperuntukkan bagi staf perpustakaan dalam pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta, seperti seminar, lokakarya, pelatihan-pelatihan khusus tentang katalogisasi buku berbahasa Arab?

Jawab:

Belum ada program khusus, jadi PPII Masjid Istiqlal Jakarta mempelajari prinsip-prinsip yang ada dalam buku "katalogisasi buku berbahasa Arab". 6. Jika ada, bagaimana dengan pembagian tugas untuk SDMnya?

Jawab: Tidak ada

7. Apakah SDMnya mempunyai latar belakang yang berkaitan dengan bidang yang digelutinya sekarang?

Jawab:

Tidak ada yang full timer

8. Harapan apa saja untuk meningkatkan kinerja dalam pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab?

Jawab:

Berusaha merekrut tenaga yang memahami dan menguasai bahasa Arab, karena terkait dengan biaya tetap.


(3)

9. Bagaimana cara penentuan tajuk pengarang Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?

Jawab:

Cara penentuan tajuk pengarang Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta mengikuti pedoman "Katalogisasi Buku Berbahasa Arab".

10.Kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi dalam penentuan tajuk pengarang Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?

Jawab:

Kembali kepada penguasaan bahasa Arab, karena halaman judul kadang-kadang panjang kalau tidak memahami dan menguasai bahasa Arab susah untuk menentukannya, tetapi dengan adanya pedoman ini (Katalogisasi Buku Berbahasa Arab) PPII Masjid Istiqlal Jakarta menggunakannya sebagai rujukan jika terdapat keraguan.

11.Apakah ada pedoman yang dipakai untuk penentuan tajuk pengarang Arab?

Jawab:

Pedoman yang dipakai Katalogisasi Buku Berbahasa Arab

12.Pedoman apa yang digunakan untuk menentukan sistem alih tulisan dalam katalogisasi buku berbahasa Arab?

Jawab:

Pedoman yang digunakan adalah pedoman Departemen Agama yang merupakan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan tahun 1987.


(4)

13.Masalah apa saja yang dihadapi dalam sistem alih tulisan katalogisasi berbahasa Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?

Jawab:

Masalah yang pertama adalah penggunaan tanda diakritik, karena pembuatan kartu katalog di PPII Masjid Istiqlal Jakarta masih menggunakan mesin tik biasa yang tidak ada tanda diakritiknya, masalah yang kedua adalah SDM (Sumber Daya Manusia) yang mengerti dan menguasai bahasa Arab.

Pewawancara Narasumber

(Ahmad Faliti Yunus) (Drs. H. M. Kailani Eryono, MM.) Direktur Pelaksana


(5)

PEDOMAN WAWANCARA

PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA BERBAHASA ARAB PADA PUSAT PERPUSTAKAAN ISLAM INDONESIA MASJID ISTIQLAL JAKARTA

Nama Narasumber : Drs. H. M. Kailani Eryono, MM. Status Jabatan : Direktur Pelaksana

Tanggal Wawancara : 02 Mei 2009

Tempat Wawancara : PPII Masjid Istiqlal Jakarta Nama pewawancara : Ahmad Faliti Yunus

Fakultas/Jurusan : Adab dan Humaniora / Ilmu Perpustakaan

1. Bagaimana cara pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?

2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menentukan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?

3. Bagaimana cara untuk mengatasi kendala tersebut?

4. Apakah ada SDM dalam pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?

5. Apakah ada program-program khusus yang diperuntukkan bagi staf perpustakaan dalam pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta, seperti seminar, lokakarya, pelatihan-pelatihan khusus tentang katalogisasi buku berbahasa Arab?


(6)

7. Apakah SDMnya mempunyai latar belakang yang berkaitan dengan bidang yang digelutinya sekarang?

8. Harapan apa saja untuk meningkatkan kinerja dalam pembuatan deskripsi bibliografi buku berbahasa Arab?

9. Bagaimana cara penentuan tajuk pengarang Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?

10.Kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi dalam penentuan tajuk pengarang Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?

11.Apakah ada pedoman yang dipakai untuk penentuan tajuk pengarang Arab? 12.Pedoman apa yang digunakan untuk menentukan sistem alih tulisan dalam

katalogisasi buku berbahasa Arab?

13.Masalah apa saja yang dihadapi dalam sistem alih tulisan katalogisasi berbahasa Arab di PPII Masjid Istiqlal Jakarta?