Gaya Kelekatan TINJAUAN TEORI
membangun rasa percaya dalam suatu hubungan dengan belajar bahwa orang lain selalu ada untuknya.
b. Komunikasi
Komunikasi merupakan cara individu untuk berhubungan dengan individu lain. Hal tersebut dapat terjadi diantara ibu atau
pengasuh dan anak. Segrin dan Flora dalam Barrocas 2008 menyatakan bahwa komunikasi timbal balik yang terjadi secara
harmonis akan membantu ikatan emosional yang kuat antara ibu atau pengasuh dan anak. Individu pada masa remaja akan mencari
kedekatan dan kenyamanan dalam bentuk nasihat ketika individu merasa membutuhkannya. Hal tersebut membuat komunikasi
menjadi sangat penting antara pengasuh dan anak pada masa remaja.
c. Alienasi
Alienasi atau
keterasingan terjadi
karena adanya
pengabaian yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya. Individu merasa bahwa figur lekat yang diharapkan tidak hadir
sehingga anak merasa tertolak dan tidak diharapkan.Alienasi terjadi karena adanya penghindaran dan penolakan seperti amarah,
tidak bertanggung jawab, dan pengasuh yang tidak selalu ada ketika anak membutuhkannya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelekatan terdiri dari tiga aspek, yaitu kepercayaan, komunikasi, dan alienasi.
Kepercayaan adalah perasaan aman dan keyakinan bahwa orang lain akan memenuhi kebutuhannya. Komunikasi merupakan cara individu
untuk berhubungan dengan individu lain, biasanya terjadi antara ibu atau pengasuhnya dan anak. Sedangkan alienasi adalah perasaan
tertolak dan tidak diharapkan karena adanya pengabaian yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelekatan
Bowlby dalam Mayasari, 2008 menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya kelekatan, yaitu:
a. Kondisi anak
Anak akan membutuhkan adanya kontak fisik ketika anak berada pada keadaan yang tidak menyenangkan, misalnya sakit.
Hal tersebut akan membuat perilaku lekat menjadi muncul. Perilaku lekat yang muncul biasanya menangis. Oleh karena itu,
anak akan melakukan kontak fisik dengan figur lekatnya. b.
Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang membuat anak merasa terancam
atau takut akan cenderung membuat perilaku lekat menjadi aktif. Ada dua stimulus lingkungan yang menyebabkan anak akan
merasa terancam, yaitu stimulus yang bentuknya besar dan obyek- obyek asing yang muncul dalam konteks yang tidak diharapkan.
Stimulus yang bentuknya besar, misalnya suara keras atau stimulus yang datang dengan tiba-tiba dan berubah dengan cepat.Sedangkan
obyek-obyek asing yang muncul dalam konteks yang tidak diharapkan, misalnya anak berada dalam tempat yang asing
bersama dengan orang-orang asing. c.
Tingkah laku dan kedudukan ibu Tingkah laku yang ibu lakukan akan mempengaruhi
kelekatan antara anak dengan ibu, misalnya ibu tidak menolak bila anak mendekat atau duduk di pangkuannya. Hal tersebut akan
membuat kelekatan yang aman antara ibu dengan anak. Selain itu, kedudukan ibu yang tidak mengancam, misalnya ibu selalu berada
dalam pandangan dan jangkauan anak juga mempengaruhi kelekatan antara ibu dengan anak.
Pikunas dalam Ervika, 2005 menyatakan bahwa ada dua kondisi yang dapat menimbulkan kelekatan, yaitu:
a. Pengasuh anak
Kelekatan akan timbul pada anak dan orang dewasa yang sering berinteraksi, yang dimaksud dengan berinteraksi adalah
orang dewasa tersebut mendidik dan membesarkan anak. Hal ini menyangkut tentang kualitas hubungan antara pengasuh dan
anak.Dalam hal ini pengasuh secara intensif berhubungan dengan anak.
b. Komposisi keluarga
Anak memiliki kemungkinan untuk memilih salah seorang anggota keluarganya untuk dijadikan figur lekat. Figur lekat yang
dipilih biasanya
adalah orang
dewasa yang
memenuhi kebutuhannya. Ibu biasanya menduduki peringkat pertama figur
lekat utama pada anak. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kelekatan adalah kondisi lingkungan, tingkah laku dan kedudukan ibu serta
pengasuh anak. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi timbulnya kelekatan, misalnya remaja merasa terancam dalam
lingkungannya. Hal tersebut akan membuat perilaku lekat menjadi muncul. Selain itu, tingkah laku dan kedudukan ibu juga
mempengaruhi timbulnya kelekatan. Ketika ibu tidak menolak bila anak mendekat atau duduk di pangkuannya serta ibu selalu berada
dalam jangkauan anak. Hal tersebut akan membuat timbulnya kelekatan aman. Sedangkan pengasuh anak adalah orang dewasa
yang sering berinteraksi dengan anak. Selain itu, orang dewasa tersebut juga mendidik dan membesarkan anak serta memiliki
kualitas hubungan yang baik dengan anak.
6. Jenis Gaya Kelekatan
Bowlby dalam Baron dan Bryne 2005 menekankan pada dua sikap dasar dalam kelekatan, yaitu diri self dan orang lain. Perilaku
interpersonal setiap individu dipengaruhi oleh positif atau negatifnya individu mengevaluasi dirinya. Selain itu, orang lain juga akan menilai
perilaku interpersonal individu tersebut positif atau negatif. Berlandaskan teori Bowlby, Bartholomew dalam Baron dan
Bryne, 2005 mengusulkan bahwa kedua sikap dasar tersebut harus dipertimbangkan secara bersamaan. Oleh karena itu, Bartholomew
membagi gaya kelekatan menjadi empat, yaitu gaya kelekatan aman secure attachment style, gaya kelekatan takut-menghindar fearfull-
avoidant attachment style, gaya kelekatan terpreokupasi preoccupied attachment style, dan gaya kelekatan menolak dismissing attachment
style. a.
Gaya kelekatan aman Individu yang memiliki gaya kelekatan aman percaya
bahwa masa depannya akan menjadi lebih baik. Hal tersebut dikarenakan individu tersebut mempersepsikan kehidupan keluarga
di masa lampau dan masa sekarang secara positif Diehl dkk dalam Baron dan Bryne, 2005. Selain itu, individu dengan gaya
kelekatan aman memiliki komunikasi yang baik. Individu dengan gaya kelekatan ini cenderung tidak mudah marah, tidak memiliki
keinginan untuk
bermusuhan dengan
orang lain,
dan
mengharapkan hasil yang positif dari konflik Mikulincer dalam Baron dan Bryne, 2005. Menurut Shaver dan Brennan dalam
Baron dan Bryne 2005, individu dengan kelekatan aman mampu membentuk hubungan dengan orang lain dalam jangka waktu yang
lama, memiliki komitmen yang tinggi, dan memuaskan dalam hubungannya dengan orang lain. Individu dnegan gaya kelekatan
ini memiliki alienasi dalam kategori yang rendah karena individu jarang mengalami penolakan.
b. Gaya kelekatan takut-menghindar
Individu dengan gaya kelekatan takut-menghindar dalam aspek kepercayaan biasanya individu cenderung meminimalkan
kedekatan interpersonal dan menghindari hubungan akrab. Hal tersebut dikarenakan individu tersebut melindungi dirinya dari rasa
sakit karena penolakan atau alienasi Baron dan Bryne, 2005. Levy dkk dalam Baron dan Bryne menyatakan bahwa individu
dengan gaya kelekatan takut-menghindar dalam aspek komunikasi biasanya cenderung memiliki hubungan yang negatif dengan orang
tuanya. Individu dengan gaya kelekatan ini memiliki hubungan interpersonal yang negatif, memiliki rasa cemburu yang berlebihan,
dan menggunakan alkohol untuk mengurangi kecemasan mengenai situasi sosial McGowan dkk dalam Baron dan Bryne, 2005.
c. Gaya kelekatan terpreokupasi
Individu dengan gaya kelekatan terpreokupasi dalam aspek kepercayaan biasanya individu akan cenderung mengkombinasikan
antara pandangan yang negatif tentang dirinya self dengan harapan yang positif bahwa orang lain akan mencintai dan
menerimanya. Individu dengan kelekatan ini cenderung mengalami alienasi. Akibatnya, individu akan mencari kedekatan yang
berlebihan dengan orang lain tetapi ia juga mengalami kecemasan dan rasa malu karena mereka merasa tidak pantas menerima cinta
dari orang lain Lopez dkk dalam Baron dan Bryne, 2005. Individu dengan gaya kelekatan ini dalam aspek komunikasi akan
cenderung depresi ketika hubungannya dengan orang lain sedang buruk. Hal tersebut dikarenakan kebutuhannya untuk dicintai dan
diakui ditambah dengan adanya self-criticism. d.
Gaya kelekatan menolak Individu dengan gaya kelekatan menolak dalam aspek
kepercayaan cenderung akan melihat dirinya berharga, independen, dan sangat layak untuk mendapatkan hubungan yang dekat.
Namun, orang lain akan lebih melihat individu tersebut secara tidak lebih positif. Hal tersebut dikarenakan individu cenderung
mengalami alienasi dan kurang bisa mengolahnya dengan baik sehingga ada perbedaan antara ideal self dan real self dari individu
itu sendiri. Selain itu, orang lain akan mendeskripsikan individu
tersebut tidak ramah dan keterampilan sosialnya terbatas Baron dan Bryne, 2005. Dalam aspek komunikasi individu dengan gaya
kelekatan ini akan cenderung menghindari interaksi langsung dan lebih memilih kontak impersonal melalui catatan atau e-mail
Daniels dan Bryne dalam Baron dan Bryne, 2005. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
Bartholomew membagi gaya kelekatan menjadi empat berdasarkan dua sikap dasar yang diungkapkan oleh Bowlby. Empat gaya
kelekatan tersebut adalah gaya kelekatan aman secure attachment style,
gaya kelekatan
takut-menghindar fearfull-avoidant
attachment style, gaya kelekatan terpreokupasi preoccupied attachment style, dan gaya kelekatan menolak dismissing
attachment style.