Hubungan Antara Gaya Kelekatan dan Konsep Diri pada Remaja di

individu ini tidak ramah dan keterampilan sosialnya terbatas Baron dan Bryne, 2005. Selain itu, individu ini akan menghindari interaksi langsung dan lebih memilih kontak impersonal melalui catatan atau e-mail Daniels dan Bryne dalam Baron dan Bryne, 2005. 47 Gambar 1. SKEMA Remaja di Panti Asuhan Kelekatan aman Kepercayaan: individu memandang masa lampau dan sekarang secara positif, individu memiliki komitmen tinggi dengan orang lain, dan individu membentuk hubungan dengan orang lain dalam jangka waktu yang lama. Komunikasi: individu tidak mudah marah, individu tidak memiliki keinginan untuk bermusuhan, individu mengharapkan hasil yang positif dari konflik. Alienasi: individu tidak pernah merasa ditolak oleh ibu, individu merasa ibu menerima apa adanya, dan individu merasa ibu selalu ada ketika ia membutuhkannya. Kepercayaan: individu cenderung meminimalkan kedekatan interpersonal dan menghindari hubungan akrab. Komunikasi: memiliki rasa cemburu yang berlebihan dan memiliki hubungan yang buruk dengan ibu. Alienasi: menggunakan hal-hal negatif untuk mengurangi kecemasan. Kepercayaan: individu pandangan negatif tentang sendiri, individu menjalin secara berlebihan dengan or memiliki kecemasan untuk di rasa malu karna merasa tidak dicintai. Komunikasi: individu depresi ketika hubunganny orang lain sedang buruk. Alienasi: individu ditolak f untuk dipeluk atau tidak di sayang oleh figur lekat merasa tidak dicintai dan tidak Kelekatan takut-menghindar Kelekatan terpreokupa Konsep diri positif Konsep diri negatif 48

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian tersebut hipotesis yang peneliti ajukan adalah : 1. Ada hubungan yang positif antara gaya kelekatan aman dan konsep diri pada remaja di panti asuhan. Jika remaja memiliki gaya kelekatan aman, maka remaja akan mengembangkan konsep diri yang positif. 2. Ada hubungan yang negatif antara gaya kelekatan takut – menghindar dan konsep diri pada remaja di panti asuhan. Jika remaja memiliki gaya kelekatan takut – menghindar, maka remaja akan mengembangkan konsep diri yang negatif. 3. Ada hubungan yang negatif antara gaya kelekatan terpreokupasi dan konsep diri pada remaja di panti asuhan. Jika remaja memiliki gaya kelekatan terpreokupasi, maka remaja akan mengembangkan konsep diri yang negatif. 4. Ada hubungan yang negatif antara gaya kelekatan menolak dan konsep diri pada remaja di panti asuhan. Jika remaja memiliki gaya kelekatan menolak, maka remaja akan mengembangkan konsep diri yang negatif. 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah jenis penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya Azwar, 2005. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat hubungan antara gaya kelekatan dan konsep diri.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : gaya kelekatan 2. Variabel tergantung : konsep diri

C. Definisi Operasional

1. Gaya Kelekatan Kelekatan adalah suatu hubungan emosional antara satu individu dengan individu lain yang memiliki arti khusus, biasanya ditujukan kepada ibu atau pengasuhnya. Hubungan tersebut dapat bertahan cukup lama, terdapat hubungan timbal balik, dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak. Bartholomew dalam Baron dan Bryne, 2005 menyatakan bahwa gaya kelekatan memiliki empat gaya kelekatan, yaitu gaya kelekatan aman secure attachment, gaya kelekatan takut-menghindar fearfull-avoidant attachment style, gaya kelekatan terpreokupasi preoccupied attachment style, dan gaya kelekatan menolak dismissing attachment style. Menurut Armsden dan Greenberg dalam Barrocas, 2008 kelekatan terdiri dari tiga aspek, yaitu kepercayaan, komunikasi, dan alienasi atau keterasingan. Kepercayaan didefinisikan sebagai perasaan aman dan keyakinan bahwa orang lain akan memenuhi kebutuhnya. Komunikasi merupakan timbal balik yang terjadi secara harmonis. Hal tersebut dapat membantu ikatan emosional yang kuat antara ibu atau pengasuh dan anak. Sedangkan alienasi merupakan pengabaian yang dilakukan orang tua terhadap anaknya sehingga individu merasa bahwa figur lekat yang diharapkan tidak hadir. Hal tersebut membuat individu merasa tertolak dan tidak diharapkan. Kelekatan akan diukur melalui skala psikologis yang disusun berdasarkan empat gaya kelekatan menurut Bartholomew dengan menggunakan tiga aspek kelekatan menurut Armsden dan Greenberg dalam Barrocas, 2008 dan diwakili oleh skor kelekatan. Skor tertinggi pada skala menunjukkan kecenderungan jenis gaya kelekatan yang dimiliki individu. 2. Konsep Diri Konsep diri yang dimaksud adalah kumpulan keyakinan tentang diri sendiri dan atribut-atribut personal yang dimiliki. Atribut-atribut yang dimaksud adalah sifat, karakter, kelemahan, dan kelebihan yang dimiliki. Konsep diri memiliki tiga dimensi Calhoun dan Acocella, 1995, yaitu: pengetahuan, harapan, dan penilaian. Konsep diri akan diukur dengan skala psikologis yang disusun berdasarkan dimensi konsep diri dan diwakili oleh skor konsep diri. Semakin tinggi skor skala konsep diri yang diperoleh, maka hal tersebut menunjukkan semakin positif konsep diri yang dimiliki oleh individu. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor skala konsep diri yang diperoleh, maka hal tersebut menunjukkan semakin negatif konsep diri yang dimiliki inidvidu.

D. Subjek Penelitian

Kriteria subjek dalam penelitian ini, yaitu: 1. Subjek berusia antara 11 tahun sampai 24 tahun 2. Subjek masih memiliki orang tua 3. Subjek tinggal di panti asuhan karena faktor kemiskinan atau ekonomi rendah Subjek dengan usia antara 11 tahun sampai 24 tahun termasuk dalam masa remaja. Masa remaja merupakan masa topan dan badai karena pada masa ini remaja akan mengalami penuh gejolak akibat pertentangan dengan nilai-nilai di kehidupannya. Kemudian alasan subjek tinggal di panti asuhan dikarenakan faktor kemiskinan atau ekonomi. Hal tersebut berarti subjek masih memiliki orang tua. Adanya figur lekat yang tidak tunggal, yaitu orang tua dan pengasuh panti maka konsep diri dan jenis gaya kelekatan yang seperti apa yang akan dikembangkan oleh subjek.

E. Metode Sampling

Metode atau teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non- probability sampling dengan melakukan purposive sampling. Purposive sampling adalah metode untuk memperoleh informasi dari sasaran-sasaran sampel tertentu yang disengaja oleh peneliti karena hanya sampel tersebut yang dapat mewakili Zulganef, 2008. Sampel dalam penelitian ini diambil dari panti asuhan Pondok Damai Jakarta, panti asuhan Vincentius Puteri Jakarta, dan panti asuhan Santo Yusuf Sindanglaya Bogor.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau skala. Sekaran dalam Zulganef, 2008 menyatakan bahwa angket atau skala adalah seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis yang sudah dirumuskan sebelumnya yang umumnya telah diberikan beberapa alternatif jawaban agar partisipasi dapat menulis jawabannya di tempat yang telah tersedia. Dalam penelitian ini terdapat dua skala, yaitu: 1. Skala Gaya Kelekatan Gaya kelekatan diukur dengan menggunakan Skala Gaya Kelekatan yang disusun berdasarkan empat gaya kelekatan menurut Bartholomew dalam Baron dan Bryne, 2005, yaitu gaya kelekatan