Penghasilan yang dikenai pajak bersifat final

Pajak-pajak yang dapat dibebankan sebagai biaya selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan Bangunan PBB, Bea Materai BM, Pajak Hotel, dan Pajak Restoran. 2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 satu tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A; Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan harta tak berwujud serta pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 satu tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 dan Pasal 11A. 3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan; Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan kepada dana pension yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya. 4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan; Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan semula tidak untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak digunakan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasila, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. 5. Kerugian selisih kurs mata uang asing; 6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; 7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan; Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang, dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan kewajaran, termasuk beasiswa yang yang diberikan kepada pelajar, mahasiswa, dan pihak lain. 8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat : a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam lapora laba rugi komersial; b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutangpembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu; d. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf k; Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 1 huruf k menjelaskan bahwa keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 130 Tahun 2000 tentang Pengecualian Sebagai Objek Pajak Atas Keuntungan Karena Pembebasan Utang Debitur Kecil. yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57PMK.032010 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-62PJ2010 tentang Penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57PMK.032010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105PMK.032009 tentang Piutang yang Nyata-Nyata Tidak Dapat Ditagih Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto; 9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur denga Peraturan Pemerintah;