Infusa Toksisitas PENELAAHAN PUSTAKA

Gorontalo : langelo walanda Redaksi Agromedia, 2008.

B. Infusa

1. Definisi Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit. Infus merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Infusa dapat diminum panas atau dingin Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010. 2. Pembuatan Proses pembuatan sediaan infusa yaitu dengan mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian dilakukan pemanasan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 C sambil sekali-sekali diaduk-aduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, lalu menambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010.

C. Toksisitas

Dasar dari proses keracunan suatu senyawa adalah terjadinya pemejanan senyawa ke dalam tubuh, lalu terdistribusi dan sampai ke sel sasaran dan terjadi antaraksi antara senyawa tersebut dengan sel sasaran. Nasib racun di dalam tubuh menggambarkan proses perjalanan racun meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi. Keparahan pengaruh toksik suatu senyawa dapat diketahui dengan menggunakan suatu tolok ukur yaitu tolok ukur kualitatif dan tolok ukur kuantitatif. 1. Definisi toksikologi Karakteristik toksik adalah menghasilkan efek kesehatan yang tidak diinginkan atau merugikan. Toksisitas merupakan efek toksik samping dari bahan kimia atau fisika terhadap organisme makhluk hidup. Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang efek samping toksisitas bahan kimia atau fisika yang dapat dihasilkan di dalam organisme makhluk hidup dalam kondisi tertentu dari suatu pemberian zat beracun. Toksikologi merupakan suatu ilmu untuk mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif semua bahaya atau toksisitas yang berhubungan dengan pemberian suatu zat beracun. Toksikologi adalah ilmu eksperimental yang menyelidiki proses, sifat, pengaruh, mekanisme, dan faktor risiko untuk efek buruk dari zat beracun Williams, James, and Roberts, 2000. 2. Asas toksikologi a. Kondisi pemberian dan makhluk hidup Kondisi pemberian ialah semua faktor yang menentukan keberadaan racun di tempat aksinya. Jalur pemberian seperti intravena, inhalasi, intraperitonial, subkutan, intramuskular, dermal, dan oral akan menentukan ketersediaan senyawa induk atau metabolit di tempat aksi. Saat pemberian, serta besarnya takaran racun akan mempengaruhi besarnya ketersediaan zat racun di tempat aksi tertentu dan kerentanan makhluk hidup terhadap racun. Kondisi makhluk hidup adalah keadaan fisiologi berat badan, umur, jenis kelamin, dan kehamilan serta patologi penyakit makhluk hidup dapat mempengaruhi ketersediaan racun di sel sasaran dan keefektifan antaraksi antara kedua ubahan ini Donatus, 2001. b. Mekanisme aksi toksik Mekanisme aksi toksik racun digolongkan menjadi tiga, yakni mekanisme berdasarkan sifat dan tempat kejadian, berdasarkan sifat antaraksi antara racun dan tempat aksinya, dan berdasarkan risiko penumpukan racun dalam gudang penyimpanan tubuh. Berdasarkan sifat dan tempat kejadian mekanisme aksi toksik digolongkan menjadi dua yaitu mekanisme luka intrasel dan mekanisme luka ekstrasel. Mekanisme luka intrasel diawali oleh racun pada tempat aksinya di dalam sel sasaran. Racun akan berinteraksi dengan sasaran molekuler yang khas atau tak khas, melalui mekanisme reaksi kimia. Tubuh akan memberi respon berupa perbaikan atau adaptasi sebelum terjadi efek yang tidak diinginkan, tetapi apabila mekanisme pertahanan tubuh tidak lagi mampu memperbaiki akan timbul respon toksik berupa perubahan biokimia, fungsional, atau struktural. Mekanisme luka ekstrasel terjadi secara tidak langsung karena racun bereaksi diluar sel sasaran Donatus, 2001. c. Wujud dan sifat efek toksik Wujud efek toksik sesuatu racun dapat berupa perubahan biokimia, fungsional, dan struktural. Berbagai perubahan ini memiliki ciri yang khas, yakni terbalikkan atau tak terbalikkan. Jenis wujud perubahan biokimia tidak menunjukkan bukti secara langsung terhadap patologi organ, apabila mekanisme homeostatis normal makhluk hidup masih dapat bekerja maka perubahan biokimia bersifat timbal balik Donatus, 2001. 3. Jenis uji toksikologi Uji toksikologi dibedakan menjadi dua golongan : a. Uji ketoksikan tak khas, dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek toksik suatu senyawa pada berbagai jenis hewan uji. Pada uji ketoksikan tak khas dikenal uji ketoksikan akut, subkronis, dan kronis. b. Uji ketoksikan khas, dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek khas suatu senyawa pada berbagai jenis hewan uji. Pada uji ketoksikan khas terdapat beberapa uji yaitu uji potensiasi, kekarsinogenikan, kemutagenikan, keteratogenikan, reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku Donatus, 2001.

D. Toksisitas Subkronis