Glukosa Darah PENELAAHAN PUSTAKA

Hidrazin bahan kimia industri menyebabkan hiperglikemia, sebagai akibat dari mobilisasi glikogen karena efek hati dan hipoglikemia sebagai penghasil glikogen habis, dan glukoneogenesis dihambat Timbrell, 2008.

E. Glukosa Darah

Jenis- jenis zat yang diangkut oleh darah, berperan dalam darah serta mencerminkan proses-proses metabolik tidak terhingga banyaknya, tetapi relatif sedikit diantaranya yang dikur pada pemeriksaan rutin. Ada yang ditetapkan guna mendapatkan informasi mengenai organ atau proses tertentu dan ada juga yang menggambarkan akibat menyeluruh dari banyak peristiwa metabolik Widmann, 1983. Glukosa adalah karbohidrat terpenting. Kebanyakan karbohidrat dalam makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Produk akhir pencernaan karbohidrat dalam saluran pencernaan sebagian besar dalam bentuk glukosa. Oleh karena itu, glukosa menjadi jalur umum akhir untuk mentranspor hampir semua karbohidrat ke sel jaringan. Glukosa adalah bahan bakar metabolik utama pada mamalia dan bahan bakar universal bagi janin serta merupakan bahan bakar utama bagi kebanyakan jaringan Murray, Granner, and Rodwell, 2006. Oleh karena itu, proses menyediakan glukosa menjadi prioritas utama dari homeostatis. Banyak sel dapat memperoleh sebagian kecil kebutuhan energi oleh pembakaran asam lemak, tetapi jalur energi itu kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran glukosa, lagi pula proses menyusun asam-asam lemak dapat merugikan tubuh bila sampai terjadi penimbunan. Banyak macam hormon ikut serta dalam regulasi kadar glukosa dalam darah, baik pada keadaan normal, maupun sebagai respon terhadap rangsangan. Dengan mengukur kadar glukosa dalam darah dapat diketahui apakah regulasi berhasil atau tidak. Jika kadar itu jelas menyimpang dari nilai normal, umpamanya terlalu tinggi atau terlalu rendah itu menandakan bahwa homeostatis terganggu dan hasil pengukuran glukosa darah seharusnya menjadi dorongan untuk melacak etiologi penyimpangan itu Widmann, 1983. Glukosa yang berasal dari pencernaan karbohidrat diserap melalui vena porta hati. Hati berperan mengatur konsentrasi berbagai metabolit larut air dalam darah. Pada glukosa hal ini dicapai dengan menyerap glukosa yang melebihi kebutuhan saat ini dan mengubahnya menjadi glikogen glikogenesis atau asam lemak lipogenesis. Diantara waktu makan, hati berperan mempertahankan glukosa darah dari glikogen glikogenolisis, dan bersama dengan ginjal, dengan mengubah metabolit nonkarbohidrat, seperti laktat, gliserol, dan asam amino menjadi glukosa glukoneogenesis Murray et al., 2006. Metabolisme karbohidrat, antara lain sebagai berikut: 1. Glikolisis Glukosa dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis. Jaringan aerob memetabolisme piruvat menjadi asetil-KoA yang dapat memasuki siklus asam sitrat untuk dioksidasi sempurna menjadi CO 2 dan H 2 O, yang berkaitan dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Glikolisis juga dapat berlangsung secara anaerob tanpa oksigen, dengan produk akhir berupa laktat Murray et al., 2006. Langkah-langkah dalam glikolisis, antara lain : a. Fosforilasi α-D-glukosa dikatalisis oleh enzim heksokine menjadi α- D-glukosa 6-fosfat dengan bantuan ATP dan Mg 2+ . Reaksi ini bersifat irreversibel. b. Isomerisasi α-D-glukosa 6-fosfat oleh glukosa 6-fosfat isomerase menjadi α-D-fruktosa 6-fosfat c. Fosforilasi α-D-fruktosa 6-fosfat dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase menjadi α-D-fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan ATP dan Mg 2+ . Reaksi ini bersifat irreversibel. d. Pemotongan α-D-fruktosa 1,6-bifosfat dikatalis oleh aldolase menjadi D-Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat, melibatkan reaksi kondensasi retro-aldol. e. D-Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat diinterkonversikan oleh enzim triosefosfat isomerase. f. Oksidasi D-Gliseraldehid 3-fosfat, diiringi dengan fosforilasi intermediet asam karboksilat untuk menghasilkan D-1,3- bisfosfogliserat diperantarai oleh enzim gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase. g. Konversi D-1,3-bisfosfogliserat menjadi D-3-fosfogliserat menghasilkan energi dan produksi ATP, diperantarai enzim fosfoglieserat kinase. h. Isomerisasi antara D-3-fosfogliserat menjadi D-2-fosfogliserat, dikatalis oleh enzim fosfogliseromutase. i. Dehidrasi D-2-fosfogliserat oleh enolase untuk menghasilkan fosfoenolpiruvat dengan bantuan Mg 2+ j. Konversi irreversibel fosfoenolpiruvat menjadi piruvat, dikatalisis oleh piruvat kinase dengan bantuan Mg 2+ dan juga menghasilkan ATP. Reaksi ini bersifat irreversibel. Ngili, 2009. 2. Glukoneogenesis Glukoneogenesis merupakan proses sintesis glukosa dari prekursor nonkarbohidrat Gambar 3. Rangka karbon yang digunakan untuk sintesis glukosa berasal dari asam-asam amino tertentu dengan pengecualian laktat karena bisa dimasukkan ke dalam molekul glukosa baru Ngili, 2009. Hati dan ginjal adalah jaringan glukoneogenik utama. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan glukosa tubuh jika karbohidrat dari makanan atau cadangan glikogen kurang memadai Murray et al., 2006. Glukogenesis memungkinkan reaksi irreversibel dalam glikolisis dapat dibalikkan Ngili, 2009. Hal ini penting karena pasokan glukosa merupakan hal yang essensial terutama bagi sistem saraf dan eritrosit Murray et al., 2006. Gambar 3. Skema langkah-langkah dalam glukoneogenesis Ngili, 2009 3. Siklus Cori Lokalisasi enzim-enzim tertentu hanya dalam sel-sel tertentu sehingga beberapa organ tergantung pada yang lain untuk melengkapi metabolisme substrat tertentu. Selama karbohidrat diperhitungkan, hati dan otot rangka menjalankan suatu kerjasama metabolisme tertentu Gambar 4. Otot rangka memperoleh ATP selama berlatih, hampir semua berasal dari glikolisis, sehingga produk akhir laktat akan memasuki darah. Laktat akan dihilangkan dari darah oleh hati yaitu melalui enzim isozim M 4 laktat dehidrogenase yang mengkatalisis konversi laktat menjadi piruvat. Bila hati dalam keadaan berenergi tinggi, piruvat akan diubah menjadi glukosa 6-fosfat melalui jalur glukoneogenesis. Senyawa glukosa 6-fosfat akan dihidrolisis menjadi glukosa dengan enzim glukosa-6-fosfatase lalu memasuki darah dan glukosa ditranspor menuju otot rangka. Dalam otot rangka, glukosa diubah menjadi glukosa 6-fosfat dengan enzim heksokinase lalu memasuki glikolisis. Keseluruhan proses ini disebut siklus Cori Ngili, 2009. Gambar 4. Siklus Cori Ngili, 2009 4. Metabolisme glikogen Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama pada hewan. Zat ini terutama ditemukan di hati dan otot. Glikogen otot merupakan sumber glukosa yang dapat cepat digunakan untuk glikolisis di dalam otot itu sendiri. Glikogen hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa darah diantara waktu makan Murray, et al., 2006. Glikogen disintesis dari glukosa 6-fosfat di dalam hati dan otot, lalu disimpan dalam hati dan otot sebagai butiran halus glikogen Gambar 5. Glikogen yang merupakan polimer glukosa, adalah simpanan energi yang dapat diuraikan dengan cepat dan menjadi glukosa 6-fosfat lalu memasuki jalur glikolisis Ngili, 2009. Gambar 5. Sintesis dan degradasi glikogen Ngili, 2009 Pemeliharaan kadar glukosa darah yang sangat memadai penting bagi jaringan yang memakai glukosa sebagai bahan bakar utama otak atau bahan bakar satu-satunya eritrosit. Pemeliharaan kadar glukosa darah yang stabil merupakan salah satu mekanisme homeostatik yang diatur paling ketat yang melibatkan hati, jaringan ekstrahepatik, dan beberapa hormon. Hormon yang berperan dalam mengatur glukosa darah, antara lain : 1. Insulin berperan sentral dalam mengatur glukosa darah, berefek langsung terhadap hiperglikemia dalam meningkatkan penyerapan glukosa ke dalam hati. 2. Glukagon, sekresinya dirangsang oleh hipoglikemia. Kerja glukagon bertentangan dengan kerja insulin. 3. Kelenjar hipofisis anterior menyekresikan hormon-hormon yang cenderung meningkatkan kadar glukosa darah sehingga melawan kerja insulin. 4. Epinefrin disekresikan oleh medula adrenal akibat rangsangan yang menimbulkan stres rasa takut, kegembiraan, pendarahan, hipoksia, hipoglikemia, dsb dan menyebabkan glikogenolisis di hati dan otot karena stimulasi fosforilase Murray et al., 2006. Mekanisme pengaturan kadar glukosa darah : 1. Hati berfungsi sebagai suatu sistem penyangga glukosa darah yang sangat penting. Artinya saat glukosa darah meningkat hingga konsentrasi yang tinggi, yaitu sesudah makan, dan kecepatan eksresi insulin juga meningkat, sebanyak dua pertiga dari seluruh glukosa yang diabsorbsi dari usus dalam waktu singkat akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Lalu, selama beberapa jam berikutnya, bila konsentrasi glukosa darah dan kecepatan insulin berkurang hati akan melepaskan glukosa kembali ke dalam darah. Dengan cara ini, hati mengurangi fluktuasi konsentrasi glukosa darah sampai kira-kira sepertiga dari fluktuasi yang dapat terjadi. Pada pasien penyakit hati yang parah, hampir tidak mungkin mempertahankan konsentrasi glukosa darah dalam batas yang sempit ini. 2. Fungsi insulin dan glukagon sama pentingnya dengan sistem pengatur umpan balik untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal. Bila konsentrasi glukosa darah meningkat sangat tinggi, sekresi insulin akan terjadi; insulin selanjutnya akan mengurangi konsentrasi glukosa darah kembali ke nilai normalnya. Sebaliknya, penurunan kadar glukosa darah akan merangsang sekresi glukagon; selanjutnya glukagon ini akan berfungsi secara berlawanan, yakni meningkatkan kadar glukosa darah kembali ke nilai normalnya. Pada sebagian besar kondisi yang normal, mekanisme umpan balik insulin ini jauh lebih penting daripada mekanisme glukagon, namun pada keadaan kelaparan atau pemakaian glukosa yang berlebihan selama aktivitas fisik dan keadaan stres yang lain, mekanisme glukagon ini menjadi bernilai. 3. Selain itu, pada keadaan hipoglikemia berat, timbul suatu efek samping akibat kadar glukosa darah yang rendah terhadap hipotalamus, yang akan merangsang sistem saraf simpatis. Selanjutnya hormon epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenal menyebabkan pelepasan glukosa lebih lanjut dari hati. Jadi, epinefrin juga membantu melindungi agar tidak timbul hipoglikemia berat. 4. Dan akhirnya, sesudah beberapa jam dan beberapa hari, sebagai respon terhadap keadaan hipoglikemia yang lama, akan timbul sekresi hormon pertumbuhan dan kortisol, dan kedua hormon ini mengurangi kecepatan pemakaian glukosa oleh sebagian besar sel tubuh, dan sebaliknya akan menambah jumlah pemakaian lemak. Hal ini juga akan mengembalikan kadar glukosa darah menjadi normal Guyton and Hall, 2006. Kadar glukosa darah penting untuk dipertahankan karena normal glukosa merupakan satu-satunya bahan makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina, epitel germinal gonad dalam jumlah yang cukup untuk menyuplai jaringan tersebut secara optimal sesuai dengan energi yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, konsentrasi glukosa darah harus dipertahankan pada kadar yang cukup tinggi untuk menyediakan nutrisi yang penting ini Guyton and Hall, 2006. Sebagian besar glukosa yang terbentuk melalui proses glukoneogenesis selama proses pencernaan digunakan untuk metabolisme di otak. Pankreas memang tidak seharusnya menyekresi insulin selama waktu ini; kalau tidak, persediaan glukosa yang tidak cukup ini, akan diangkut ke otot dan jaringan perifer yang lain, sehingga otak tidak mempunyai sumber makanan lagi Guyton and Hall, 2006. Konsentrasi glukosa darah juga perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu tinggi karena empat alasan berikut : 1. Glukosa dapat menimbulkan sejumlah besar tekanan osmotik dalam cairan ekstrasel, dan bila konsentrasi glukosa meningkat secara berlebihan, akan dapat mengakibatkan timbulnya dehidrasi sel. 2. Tingginya konsentrasi glukosa dalam darah menyebabkan keluarnya glukosa dalam air seni. 3. Hilangnya glukosa melalui urin juga menimbulkan diuresis osmotik oleh ginjal, yang dapat mengurangi jumlah cairan tubuh dan elektrolit. 4. Peningkatan jangka panjang glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan pada banyak jaringan, terutama pembuluh darah. Kerusakan vaskular, akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan berakibat pada peningkatan risiko terkena serangan jantung, stroke, penyakit ginjal stadium akhir, dan kebutaan Guyton and Hall, 2006. Kadar glukosa darah sering dipergunakan sebagai parameter keberhasilan metabolisme di dalam tubuh, dimana akibat kondisi tertentu sehubungan dengan konsentrasi glukosa di darah dapat mengalami keadaan yang disebut hipoglikemia yaitu penurunan kadar glukosa darah Sari, 2007. Hipoglikemia dapat memburuk dan menyebabkan kebingungan, kecanggungan atau pingsan NIDDK, 2008. Hal ini karena pasokan otak terganggu atau kurang karena sel otak sumber energinya berasal dari glukosa sehingga pada suatu saat dapat menyebabkan koma dan kematian Sari, 2007. Hal ini adalah salah satu kegagalan glukoneogenesis bersifat fatal Murray, et al., 2006. Kadar glukosa darah yang meningkat diluar rentang glukosa darah yang normal hiperglikemia disebabkan oleh masalah mekanis pada pankreas yang gagal memproduksi insulin sehingga menyebabkan glukosa darah terlalu banyak disimpan di hati Vaxa, 2012.

F. Keterangan Empiris